Anda di halaman 1dari 27

LAMPIRAN 2

KEBERATAN
(EKSEPSI)

ATAS SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM


Nomor Reg. Perkara: PDM-50/JMR/EPP.2/06/2019

Atas nama terdakwa

SYAIFUL, MARZUKI, DINA

Di ajukan melalui:

TIM PENASIHAT HUKUM TERDAKWA


DELLA TARAGINA, S.H., M.H.

DIANA NOFITASARI, S.H., M.H.

Halaman 1 dari 26 halaman


PENGADILAN NEGERI JEMBER
JAWA TIMUR
K E B E R A T A N (EKSEPSI)
ATAS SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM
Nomor Reg. Perkara : PDM-50/JMR/EPP.2/06/2019

Jember, 7 Juli 2019

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jember
Yang Memeriksa dan Mengadili Perkara Pidana
Nomor Register Perkara: PDM-50/JMR/EPP.2/06/2019
di Pengadilan Negeri Jember di-
JEMBER

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Della Taragina, S.H., M.H.
2. Diana Nofitasari, S.H., M.H.

Advokat dan Konsultan Hukum pada DELLA ADVOCATES & LEGAL CONSULTANTS yang
beralamat kantor di Jl. Kalimantan Nomor 36, Tegalboto, Kecamatan Sumbersari,
Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus
Nomor: 80/S.K.Kh/WALC/11/2019 tertanggal 25 Maret 2019 yang telah didaftarkan
pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jember pada hari Minggu, 25 Maret 2019
dengan Nomor Pendaftaran Surat Kuasa
Nomor: 80/Pid/K.Kh/2019/PN Jmr bertindak sebagai Tim Penasihat Hukum
MARZUKI, SYAIFUL dan DINA.

Dengan ini mengajukan KEBERATAN terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum


Nomor Register Perkara: PDM-50/JMR/EPP.2/06/2019, tertanggal 13 Juni 2019
yang dibacakan Saudara Penuntut Umum pada persidangan hari Senin, 20 Juni 2019
dalam perkara pidana dengan Nomor Register Perkara: PDM-
50/JMR/EPP.2/06/2019
Dengan identitas sebagai berikut : -

TERDAKWA
1. Nama Lengkap : SYAIFUL

Tempat lahir : Jember

Tanggal Lahir : 15 Maret 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan/kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl.Brantas RT 2 RW 2,

Kec.Sumbersari, Kab. Jember

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : S1

2. Nama Lengkap : MARZUKI


Tempat lahir : Jember
Tanggal Lahir : 21 April 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki


Kebangsaan/kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Riau RT 5 RW 10

Kec.Sumbersari, Kab. Jember

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

3. Nama Lengkap : DINA

Tempat lahir : Jember

Tanggal Lahir : 19 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Kebangsaan/kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Sumatra No.19,

Kec.Sumbersari, Kab. Jember

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : S1

Berdasarkan Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Register Perkara: PDM-


50/JMR/EPP.2/06/2019Atas nama SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA dihadapkan ke
persidangan dengan dakwaan berbentuk Alternatif sebagai berikut:-------------------

DAKWAAN
KESATU--------------------------------------------------------------------------------
-----------
Pasal 354 Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.-----------------------------------------

ATAU
KEDUA----------------------------------------------------------------------------------
-----------
Pasal 355 Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.-----------------------------------------

Bahwa untuk mempermudah kita semua dalam memahami uraian dari Keberatan
ini, dengan ini kami Tim Penasihat Hukum dari MARZUKI, SYAIFUL dan DINA
menyampaikan Keberatan atas Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Register
Perkara: PDM-50/JMR/EPP.2/06/2019, dengan sistematika sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
II. SYARAT SURAT DAKWAAN MENURUT KUHAP
III. SYARAT SURAT DAKWAAN MENURUT PARA AHLI
IV. DASAR HUKUM KEBERATAN
V. MATERI KEBERATAN :
SURAT DAKWAAN OBSCUUR LIBEL KARENA DAKWAAN TIDAK
CERMAT, TIDAK JELAS, DAN TIDAK LENGKAP BERKENAAN DENGAN
SPLITSING
VI. KESIMPULAN
VII. PERMOHONAN DAN PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena hanya oleh perkenaan-Nyalah kita masih diberikan nafas kehidupan, tubuh
yang sehat dan kuat sehingga kita dimampukan untuk menjalani tahap persidangan
ini dengan baik serta kami dapat mengajukan Keberatan atas Surat Dakwaan
Penuntut Umum Nomor Register Perkara: Nomor Register Perkara: PDM-
50/JMR/EPP.2/06/2019, tertanggal 13 Juni 2019.
Kami selaku Tim Penasihat Hukum SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA juga
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Hakim Yang Mulia dan
Saudara Penuntut Umum atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
membuat, menyampaikan, dan bertindak membacakan Keberatan atas Surat
dakwaan Penuntut Umum Nomor Register Perkara: Nomor Register Perkara: PDM-
50/JMR/EPP.2/06/2019, tertanggal 13 Juni 2019 yang telah kami terima
sebelum persidangan hari ini.
Adanya kesempatan ini menjadi bukti nyata bahwa kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
dengan cara memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk mengemukakan
pendapatnya masing-masing (du choc des opinions jaillit la verite). Disamping itu,
KUHAP juga mengenal asas equality before the law yang memandang setiap orang
sama kedudukannya di muka hukum dan asas praduga tidak bersalah ( presumption
of innocence), yang artinya seorang tidak dinyatakan bersalah sebelum adanya
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ( inkracht van
gewijsde).
Hakim Yang Mulia.
Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Kami selaku Tim Penasihat Hukum MARZUKI, SYAIFUL, dan DINA sangat berharap
agar Hakim Yang Mulia yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara a quo
dapat bertindak dengan adil.
Selanjutnya kami juga mengucapkan terima kasih kepada Saudara Penuntut Umum
atas keberhasilannya dalam menyusun dan membuat Surat Dakwaan yang berbentuk
Alterenatif.
Sebelum melanjutkan ke tahap persidangan selanjutnya, marilah kita melakukan
penelaahan yang mendalam terlebih dahulu, apakah Dakwaan dari Penuntut Umum
telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam KUHAP. Hal ini didasarkan
pada fungsi dari dakwaan yang pernah dikemukakan oleh Andi Hamzah yaitu
“Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena
berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa
perkara itu.”
Setelah menerima dan membaca dengan seksama Surat Dakwaan yang disusun oleh
Saudara Penuntut Umum dan mempelajari serta mengkritisi berkas perkara atas
nama SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA kami selaku Tim Penasihat Hukum SYAIFUL,
MARZUKI, dan DINA merasa wajib menyampaikan KEBERATAN ini karena kami
merasa Surat Dakwaan yang dibuat bukan hanya atas dasar pemeriksaan, namun
lebih banyak didasarkan atas imajinasi dan spekulasi, sehingga secara umum
hanya terkesan mengada-ngada.
Keberatan ini kami buat bukanlah untuk tujuan pembenaran, tetapi sebagai
pandangan lain bagi Hakim Yang Mulia untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara a quo dengan seadil-adilnya. Selain itu, keberatan kami adalah pemenuhan
hak bagi Syaiful, Marzuki, dan Dina yang telah diatur oleh undang-undang.
Perlu kami tegaskan sekali lagi, bahwa keberatan ini kami susun tidak dengan
maksud mencari-cari kesalahan dalam penyusunan Surat Dakwaan, melainkan demi
memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi hak asasi tiap-tiap manusia
sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 dalam Deklarasi Universal HAM, Pasal
27 ayat (1) dan Pasal 28 D ayat (1) Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 7 dan Pasal 8 Tap MPR Nomor XVII
Tahun 1998 Tentang HAM, Pasal 17 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang HAM dimana semua orang adalah sama dimata hukum.
Bahwa keberatan ini kami buat untuk menyeimbangkan dan mengontrol terhadap isi
materi Surat Dakwaan Saudara Penuntut Umum yang telah yang telah dikemukakan
panjang lebar dalam persidangan. Kami percaya bahwa Hakim akan mencermati
segala masalah hukum tersebut, sehingga dalam keberatan ini kami mencoba untuk
menggugah pandangan hati nurani Hakim dan Saudara Penuntut Umum mengenai
pentingnya melihat perkara ini secara menyeluruh, terpadu dan tidak semata-mata
dari sudut pandang yuridis sempit atau dari kacamata hukum legal formalities
menurut hukum positif yang ada.
Kami selaku Tim Penasihat Hukum mangajukan Keberatan ini karena
menemukan hal-hal yang tidak sesuai prinsip dalam Surat Dakwaan. Secara
faktual, dalam hal yuridis banyak ditemukan adanya kekurangan dan/atau
kejanggalan dalam Surat Dakwaan dalam perkara a quo.

Hakim Yang Mulia,

Saudara Penuntut Umum yang kami


hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Sebelum kami melanjutkan keberatan ini, perkenankan kami untuk menyampaikan 4


(empat) hal yang selama ini membuat kami prihatin, sehubungan dengan sikap dan
pandangan dari Advokat, Hakim, dan Saudara Penuntut Umum terhadap suatu
Keberatan yaitu:
a. Pertama, adanya sikap dan pandangan sebagai pencari keadilan dan
advokat yang asal mengajukan Keberatan sekalipun mereka tidak
mempunyai dasar
hukum dan alasan yang relevan serta keyakinan yang kuat mengajukan
Keberatan.
b. Kedua, hal yang pertama tersebut, telah dijadikan pedoman oleh banyak
Pengadilan menyamaratakan seakan-akan semua Keberatan hanya mengada-
ada, cepat, murah, dan sederhana, maka Keberatan khususnya yang bersifat
materiil lebih praktis ditolak saja.
c. Ketiga, karena hampir sebagian besar dari Keberatan yang diajukan oleh
Advokat atau Penasihat Hukum pada umumnya selalu ditolak oleh
Pengadilan, maka hal itu telah mengakibatkan Penuntut Umum mempunyai
rasa percaya diri yang berlebihan dalam mempersiapkan Surat Dakwaan.
Yaitu, dengan anggapan bahwa kalaupun Tim Penasihat Hukum
mengajukan Keberatan terhadap suatu Surat Dakwaannya,
Keberatan itu akan ditolak oleh Pengadilan. Pandangan seperti ini
mengakibatkan Penuntut Umum menyusun Surat Dakwaan hanya sekedar
memenuhi syarat formal saja dan tidak memperhatikan serta mengabaikan
asas-asas dan prinsip-prinsip hukum yang terkandung dalam Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Akibatnya, rumusan Surat Dakwaan
menjadi tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap serta bertentangan
dengan prinsip-prinsip hukum. Hal ini akan mengakibat tidak berkualitasnya
Surat Dakwaan dan akan mengakibatkan lahirnya suatu Surat Dakwaan yang
cacat karena bertentangan dengan prinsip hukum yang terkandung dalam
KUHAP. Hal ini merupakan tanggung jawab moral kita bersama, karena disatu
sisi akan berdampak sangat merugikan bagi kepentingan hukum Terdakwa
dalam melakukan pembelaan terhadap dirinya.
d. Keempat, adanya pandangan atau tanggapan yang keliru bahwa Keberatan
dan Surat Dakwaan Penuntut Umum merupakan perlawanan terhadap
Negara. Anggap ini telah mengesampingkan hakikat dari suatu Keberatan
yang merupakan Instrumen Yuridis yang bertujuan menjaga agar tidak
terjadi pelanggaran terhadap Hukum Acara dalam proses peradilan akibat
Surat Dakwaan yang tidak memenuhi syarat.
Semoga Hakim yang kami Muliakan dapat memahami Keberatan Tim Penasihat
Hukum SYAIFUL, MARZUKI dan DINA dapat dijadikan tolak ukur pengungkapan tabir
dan sekaligus penyelesaiannya, serta apakah benar ketentuan hukum yang telah ada
dan berlaku sah itu diterapkan sesuai dengan sebenarnya.
Dalam kesempatan ini juga, kami Tim Penasihat Hukum ini menyatakan bahwa turut
sertanya kami sebagai Penasihat Hukum MARZUKI bin HARUN, SYAIFUL dan DINA di
dalam perkara ini adalah untuk ikut meletakkan duduk perkara yang sebenarnya
dalam rangka menggali kebenaran untuk mencapai keadilan yang Hakiki. Kami pun
yakin Saudara Penuntut Umum juga sependapat dengan kami bahwa kehadiran
Saudara Penuntut Umum sebagai alat Negara pada sidang yang mulia ini adalah
untuk menggali kebenaran demi mencapai keadilan yang Hakiki.
BAB II
SYARAT SURAT DAKWAAN MENURUT KUHAP

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Berkas perkara menjadi dasar bagi Saudara Penuntut Umum, dalam menyusun Surat
Dakwaannya, kemudian menjadi pedoman bagi Hakim, Penuntut Umum maupun
kami selaku Penasihat Hukum SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA di persidangan dalam
usaha mencari dan menemukan kebenaran materiil.

Sebelum melanjutkan ke tahap persidangan selanjutnya, maka kami mengajak


Hakim dan Saudara Penuntut Umum untuk melakukan penelaahan yang mendalam
terlebih dahulu, apakah dakwaan dari Saudara Penuntut Umum telah memenuhi
ketentuan- ketentuan yang ada di KUHAP.

Pasal 143 ayat (2) KUHAP menyatakan “Penuntut Umum Membuat Surat
Dakwaan Yang Diberi Tanggal dan Ditandatangani Serta Berisi:
a. Nama Lengkap, Tempat Lahir, Umur atau Tanggal Lahir, Jenis
Kelamin, Kebangsaan, Tempat Tinggal, Agama dan Pekerjaan
Tersangka.
b. Uraian Secara Cermat, Jelas dan Lengkap Mengenai Tindak Pidana
Yang Didakwakan Dengan Menyebut Waktu dan Tempat Tindak
Pidana Itu Dilakukan”

Berdasarkan pasal 143 ayat (2) huruf a dan b KUHAP di atas, maka menurut M.
Yahya Harahap, S.H dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP”, syarat-syarat yang harus dipernuhi tersebut dapat dibagi
menjadi :
1. Syarat Formil, dimana Surat Dakwaan ini harus memuat dan dicantumkan
Identitas Terdakwa secara jelas dan lengkap terdiri dari Nama Lengkap,
Tempat Lahir, Umur, dan Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Kebangsaan, Tempat
Tinggal, Agama, dan Pekerjaan Tersangka, serta juga harus diberi tanggal
dan ditandatangani oleh Penuntut Umum . Apabila syarat formil tersebut tidak
terpenuhi, maka Surat Dakwaan akan menjadi kurang sempurna (imperfect)
sehingga berakibat batalnya Surat Dakwaan dan dinyatakan tidak
dapat diterima (vernietigbaar atau voedable) namun masih dibetulkan.
2. Syarat Materiil, dimana Surat Dakwaan ini juga harus memenuhi syarat
materiil yang memuat 2 (dua) unsur yang tidak boleh dilalaikan yaitu berisi
uraian cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dan harus menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan (tempus
delicti dan locus delicti). Apabila syarat materiil ini tidak terpenuhi maka
berakibat Surat Dakwaan batal demi hukum (van rechtswege nietig
atau null and void) akan tetapi sudah tidak dapat dibetulkan karena batal
demi hukum.

Diibaratkan dengan pintu masuk ke dalam sebuah ruangan atau bangunan yang
hendak kita tuju, maka Surat Dakwaan merupakan pintu gerbang awal untuk
memasuki suatu bangunan hukum dimana Penuntut Umum yang tidak cermat, tidak
jelas, tidak lengkap bahkan keliru menuntun kita memasuki pintu gerbang yang
benar, maka akibatnya sidang pengadilan akan dituntun memasuki ruangan atau
bangunan yang salah. Dengan demikian, Surat Dakwaan merupakan dasar
pemeriksaan perkara di sidang pengadilan dan harus memenuhi syarat-syarat diatas.
Pemeriksaan di persidangan tidak dapat menyimpang dari yang dirumuskan dalam
Surat dakwaan. Surat Dakwaan yang tidak cermat, jelas, dan lengkap akan
kehilangan substansi hukumnya, menjadikannya tidak sah menurut hukum, atau
setidak-tidaknya mengandung cacat hukum atau obscuur libel dan mengandung hal-
hal yang bukan hanya dapat menyesatkan Hakim yang Mulia bahkan masyarakat.
Oleh karenanya, Surat Dakwaan semacam ini haruslah dikesampingkan.
BAB III
SYARAT SURAT DAKWAAN MENURUT PARA AHLI

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Surat Dakwaan merupakan dasar yang penting bagi Hukum Acara Pidana karena
segala hal yang termuat di dalamnya akan menjadi dasar bagi Hakim yang akan
memeriksa suatu perkara. Pemeriksaan didasarkan kepada Surat Dakwaan dan
menurut Negerbrugh, pemeriksaan tidak batal jika batasan-batasan dilampaui,
namun putusan hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batas
itu. Berikut adalah beberapa pengertian Surat Dakwaan menurut Ahli:
 M. Yahya Harahap
Surat Dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana
yang didakwakan, yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan
penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi Hakim dalam
pemeriksaan dimuka umum sidang pengadilan.
 Abdul Karim Nasution
Suatu surat atau akta yang memuat suatu perumusan dari tindak pidana
yang dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat
pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi Hakim untuk
melakukan pemeriksaan yang bila ternyata cukup terbukti, Terdakwa dapat
dijatuhi hukuman.
 Mr. I. A. Negerburgh
Surat ini adalah sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana, karena
ialah yang merupakan dasarnya, dan menentukan batas-batas bagi Hakim.
Memang pemeriksaan itu tidak batal jika batas-batas itu dilampaui, tetapi
putusan Hakim hanyalah boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak
dalam batas-batas itu.
 Harun M. Husein
Surat Dakwaan adalah suatu surat yang diberi tanggal dan ditandatangani
oleh Penuntut Umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap
Terdakwa, perumusan tindak pidana yang didakwakan dengan unsur-unsur
tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang
bersangkutan disertai uraian tentang waktu dan tempat tindak pidana
dilakukan oleh Terdakwa, surat yang menjadi dasar dan batas ruang
pemeriksaan di samping Pengadilan.
BAB IV
DASAR HUKUM KEBERATAN

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Bahwa yang menjadi dasar bagi kami mengajukan Keberatan ini adalah Pasal 156
ayat (1) KUHAP yang menyatakan:

“Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan Keberatan bahwa


Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada Penutut Umum untuk menyatakan Pendapatnya, Hakim
mempertimbangkan Keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan”.

Berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP di atas, Keberatan dapat diajukan jika
menyangkut 2 (dua) hal, yaitu:
1. Keberatan Terkait Kewenangan Pengadilan (Exception of
Incompetency
atau exception van onbevoegheid)
Menurut jenis kompetensi, kewenangan mengadili dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu :
a. Kompetensi Absolut
Menyangkut kewenangan badan peradilan mana yang memeriksa,
mengadili, dan memutus suatu perkara, sebagaimana diketahui
berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, membagi 4 (empat) lingkungan peradilan,
yaitu :
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Umum;
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Agama;
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Militer;
 Kompetensi Absolut dari Peradilan Tata Usaha Negara.
b. Kompetensi Relatif
Keterangan relatif Pengadilan merupakan kewenangan lingkungan
peradilan tertentu berdasarkan yuridiksi wilayah hukumnya.

2. Keberatan Terkait Syarat Formil dan Materiil Surat Dakwaan, yang


terdiri dari :
a. Surat Dakwaan Batal atau Tidak Dapat Diterima
Pengaturan mengenai Keberatan terdapat dalam Pasal 156 ayat (1)
KUHAP yang menyebutkan hal-hal mengenai jenis-jenis dari
Keberatan yang dapat diajukan oleh Terdakwa atau Tim Penasihat
Hukumnya. Salah satu dari alasan Keberatan yang disebutkan adalah
Surat Dakwaan tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan harus
dibatalkan. Namun disayangkan, undang-undang tidak mendefinisikan
secara jelas apa yang dimaksud dengan “dakwaan tidak dapat
diterima” atau “harus dibatalkan”. Disisi lain tidak ada tolak ukur
sejauh mana suatu Surat Dakwaan tidak dapat diterima.
b. Surat Dakwaan Batal Demi Hukum
Yang dimaksud dengan Keberatan mengenai Surat Dakwaan Batal
Demi Hukum atau (Null and Void) merupakan keberatan yang
diajukan karena Surat Dakwaan yang dibuat tidak memenuhi syarat
materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP.
Secara Materiil, Surat Dakwaan dianggap telah memenuhi syarat
apabila Surat Dakwaan telah memberikan gambaran yang bulat dan
terang terkait :
 Tindak Pidana yang dilakukan;
 Siapa yang melakukan Tindak Pidana tersebut;
 Dimana Tindak Pidana dilakukan;
 Bilamana atau kapan Tindak Pidana dilakukan;
 Akibat apa yang ditimbulkan Tindak Pidana tersebut (delik
materiil);
 Apakah yang mendorong Terdakwa melakukan Tindak Pidana
tersebut (delik-delik tertentu);
 Ketentuan-ketentuan pidana yang diterapkan.

Dengan demikian dapat diformulasikan bahwa syarat materiil


merupakan syarat yang berkenan dengan materi / substansi Surat
Dakwaan yang apabila tidak terpenuhi menyebabkan dakwaan batal
demi hukum (Null and Void) atau batal mutlak (Absolut
Nietig).

Menurut M. Yahya Harahap dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan


Penerapan KUHAP” jilid ke-II pada halaman 667, disebutkan bahwa untuk
menyatakan “dakwaan tidak dapat diterima” didasarkan pada beberapa alasan
hukum lain seperti berikut:
1. Bahwa dakwaan Penuntut Umum tidak tepat baik mengenai dasar hukum
maupun sasaran dakwaannya.
2. Bahwa dakwaan tidak tepat, karena apa yang didakwakan kepada Terdakwa
telah diputuskan dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
3. Bahwa dakwaan tidak tepat, karena apa yang didakwakan kepada Terdakwa
tidak lewat waktu atau kadaluwarsa.
4. Bahwa dakwaan tidak tepat, karena apa yang didakwakan kepada Terdakwa
tidak sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan.
5. Bahwa dakwaan tidak tepat, karena apa yang didakwakan kepada Terdakwa
bukan merupakan tindak pidana melaikan merupakan suatu masalah atau
perselisihan perdata.
6. Bahwa dakwaan tidak tepat, karena apa yang didakwakan kepada Terdakwa
merupakan tindak pidana aduan sedangkan orang yang berhak mengadu
tidak menggunakan haknya.
BAB V MATERI
KEBERATAN
SURAT DAKWAAN KABUR (OBSCUUR LIBEL ) KARENA SURAT DAKWAAN
TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS, DAN TIDAK LENGKAP
Hakim Yang Mulia,
Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Kami selaku Tim Penasehat Hukum SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA ingin
menyampaikan Keberatan mengenai Surat Dakwaan yang dibuat oleh Saudara
Penuntut Umum dalam uraiannya tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap
(obscuur libel atau kabur).

Alasan keberatan kami berangkat dari pasal 143 ayat (2) huruf a dan b KUHAP yang
menyatakan:
“Penuntut Umum membuat Surat Dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda
tangani serta berisi:
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka;
b. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.

Berdasarkan ketentuan di atas, kami Tim Penasihat Hukum MARZUKI bin HARUN,
SYAIFUL dan DINA berpendapat bahwa sudah seharusnya Saudara Penuntut Umum
membuat Surat Dakwaan dengan memenuhi 2 (dua) syarat dalam pasal 143 ayat (2)
huruf a dan b KUHAP Apabila kedua syarat di atas tidak terpenuhi, maka Surat
Dakwaan dapat BATAL DEMI HUKUM sebagaimana dalam pasal 143 ayat (3)
KUHAP. Meskipun KUHAP tidak memberikan pengertian khusus mengenai cermat,
jelas, dan lengkap, akan tetapi berdasarkan beberapa literatur atau pendapat para
ahli yang telah diakui dan diikuti dalam praktik peradilan serta Yurisprudensi tetap
Mahkamah Agung dapat diperoleh pengertian sebagai berikut:
 Pengertian “Cermat”
Bahwa yang dimaksud dengan cermat adalah ketelitian dalam merumuskan
Surat Dakwaan, sehingga tidak terdapat adanya kekurangan atau kekeliruan
yang dapat mengakibatkan tidak dapat dibuktikannya dakwaan itu sendiri.
 Pengertian “Jelas”
Bahwa yang dimaksudkan dengan jelas adalah kejelasan mengenai rumusan
unsur-unsur dari delik yang didakwakan, sekaligus dipadukan dengan uraian
perbuatan material / fakta perbuatan yang dilakukan oleh Anak Razak Achsan
alias Rojak bin Sulaiman dalam Surat Dakwaan.
 Pengertian “Lengkap”
Bahwa yang dimaksud dengan lengkap adalah uraian dari Surat Dakwaan
yang mencakup semua unsur-unsur delik yang dimaksud yang dipadukan
dengan uraian mengenai keadaan, serta peristiwa dalam hubungannya
dengan perbuatan materiil yang didakwa sebagai telah dilakukan oleh
Marzuki, Syaiful, dan Dina.

Bentuk uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur
tindak pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan. Menyusun uraian secara cermat, jelas, dan lengkap tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Dirumuskan terlebih dahulu unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan,
kemudian dilanjutkan dengan uraian fakta-fakta perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana tersebut; atau
 Dirumuskan unsur-unsur tindak pidana dan fakta-fakta perbuatan secara
langsung dan bertautan satu sama lain sehingga tergambar bahwa semua
unsur tindak pidana tersebut terpenuhi oleh fakta perbuatan.

URAIAN PENGERTIAN “PERSYARATAN MATERIIL”


Persyaratan materiil adalah “tata cara melakukan” serta “fakta-fakta dan
keadaan” yang meliputi tindak pidana yang didakwakan. Bahwa menurut M. Yahya
Harahap, S.H. dalam bukunya (Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan
kembali, Edisi Kedua, Penerbit “Sinar Grafika”, Jakarta 2000, halaman 129-133),
yang merupakan syarat materiil dalam pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP hanyalah
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan atau “fakta-
fakta dan keadaan” sedangkan mengenai uraian secara cermat, jelas, dan lengkap
terhadap tindak pidana atau “cara melakukan” adalah mutlak / imperatif yang harus
ada dalam syarat materiil tersebut.

Keberatan yang kami ajukan adalah berkenaan dengan syarat formil dan materiil
Surat Dakwaan sebagaimana diharuskan dalam pasal 143 ayat (2) huruf a dan b
KUHAP, khususnya yang mengatur mengenai syarat bahwa Surat Dakwaan harus
secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan. Dalam
keberatan ini kami sudah menemukan ketidakcermatan, ketidakjelasan, dan
ketidaklengkapan Surat Dakwaan Saudara Penuntut Umum sebagai berikut :
SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS, DAN
TIDAK LENGKAP BERKENAAN DENGAN SPLITSING

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.
Bahwa sebagaimana dalam praktek hukum selama ini, kedudukan atau peran orang
yang melakukan perbuatan atau turut serta melakukan perbuatan dengan
penganjur/pembujuk secara diemetral sangat berbeda dan oleh karenanya
seseorang tidak mungkin berkedudukan atau mempunyai peran sebagai yang
melakukan perbuatan atau turut serta melakukan perbuatan dan sekaligus sebagai
penganjur/pembujuk dan Jaksa Penuntut Umum juga sama sekali tidak mengurai
peran dari Terdakwa didalam melakukan tindak pidana. Dan dalam dakwaannya
Jaksa Penuntut Umum tidak jelas memposisikan peran terdakwa dalam perbuatan
yang didakwakannya apakah sebagai pelaku atau sebagai pembantu, Ketentuan ini
sangat jelas dengan formula surat dakwaan yang mencantumkan ketentuan Pasal 55
KUHP namun tidak diketahui siapa yang menjadi pelaku perbuatan/terdakwa, siapa
yang turut serta/membantu melakukan tindak pidana dan siapa yang menganjurkan
tindak pidana. Berdasarkan hal tersebut, maka sangatlah patut dan layak untuk
menyatakan Surat dakwaan kabur, tidak jelas, tidak cermat, juga tidak lengkap
sehingga Surat dakwaan harus di batalkan.

Praktik buruk dalam proses peradilan khususnya penuntutan di pengadilan kita,


terutama dalam sebuah perkara yang mengkualifikasikan penyertaan (deelneming)
seringkali dilakukan pemisahan atau dengan istilah lain yaitu splitsing. Ketika kita
mencermatinya, bukan karena adanya perbedaan perbuatan atau peran dari masing-
masing Terdakwa, melainkan biasanya karena tidak ada saksi yang cukup untuk
membuktikan kebenaran dari dakwaan Penuntut Umum.
Hal yang pasti bahwa saksi mahkota tersebut benar-benar akan mengalami posisi
yang dilematis dikarenakan adanya tekanan psikologis, sebab sebagai saksi dia harus
menyatakan apa yang dia dengar, dia lihat, dan dia rasakan sendiri, bukan seperti
yang dikehendaki orang lain. Saksi ini akan terikat dengan sumpahnya, apabila dia
berbohong maka dia akan terkena sanksi berupa dosa di akhirat dari Tuhan Yang
Maha Esa karena telah melanggar sumpahnya dan juga bukan hanya perkara
pokok
yang akan mengancam dia tetapi juga perkara mengenai sumpah palsu yang akan
menambah hukuman pidananya.
Pasal 242 ayat (1) KUHP menyatakan :
“Barangsiapa dalam keadaan dimana Undang-undang menentukan supaya
memberi keterangan diatas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada
keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu diatas
sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh
kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun”.

Selanjutnya, Pasal 242 ayat (2) KUHP menyatakan :


“Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan
merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun” .

Berdasarkan uraian diatas, kami Tim Penasihat Hukum SYAIFUL, MARZUKI, dan
DINA sudah cukup menguraikan bahwa surat dakwaan tidak cermat yang dilakukan
oleh Saudara Penuntut Umum, terhadap perkara atas nama SYAIFUL, MARZUKI, dan
DINA adalah TIDAK JELAS. Oleh karena itu, kami memohon agar Hakim yang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara a quo untuk menyatakan Surat
Dakwaan TIDAK DAPAT DITERIMA dan BATAL DEMI HUKUM.
BAB VI
KESIMPULAN

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Perlu kami sampaikan pada bagian penutup ini, bahwa segala Keberatan kami
hanyalah tentang formalitas Surat Dakwaan. Segala uraian kami diatas dalam rangka
menguji kecermatan, kejelasan, dan kelengkapan Surat Dakwaan dan sama sekali
TIDAK membahas pokok perkara. Sehingga, mohon dengan hormat kepada
Penuntut Umum untuk tidak menghindar dari kewajiban untuk menanggapi dengan
jawaban klasik seperti “Keberatan Tim Penasihat Hukum telah memasuki
pokok perkara”. Pengamatan kami, bila Penuntut Umum kesulitan menanggapi,
maka dengan mudah dan dengan bahasa yang standar, mengatakan bahwa kami
telah memasuki pokok perkara.
Marilah sebagai sesama penegak hukum kita mengupayakan kebenaran dan
keadilan, apabila memang perkara ini menurut hukum tidak dapat dilanjutkan, maka
sudah seharusnya perkara ini dihentikan sampai disini. Janganlah memaksakan diri
untuk memenuhi target tertentu atau sekedar menyelamatkan muka dengan
mengorbankan hukum serta keadilan dan kebenaran itu sendiri.
Bahwa selanjutnya dari Keberatan kami tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Penuntut Umum telah tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap dalam menyusun
dan menguraikan Surat Dakwaannya sehingga tidak memenuhi syarat menyusun dan
menguraikan Surat Dakwaan yang berakibat tidak terpenuhi syarat materiil suatu
Surat Dakwaan. Sebagaimana diisyaratkan oleh Pasal 143 ayat (2) huruf a dan b
KUHAP. Oleh karenanya, cukup beralasan apabila Surat Dakwaan dinyatakan BATAL
DEMI HUKUM, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 143 ayat (3) KUHAP
BAB VII
PERMOHONAN DAN PENUTUP

Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang Pengadilan yang
kami Muliakan.

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Syaiful, Marzuki, dan Dina mengajukan
permohonan agar Yang Mulia Hakim pada Pengadilan Negeri Purwokerto yang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana atas nama Marzuki, Syaiful, dan
Dina, berkenan untuk memberikan Putusan Sela dengan Amar sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan Keberatan dari Tim Penasihat Hukum SYAIFUL,


MARZUKI, dan DINA untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum Obscuur Libel (Kabur)
sehingga harus dinyatakan BATAL DEMI HUKUM atau setidak-tidaknya tidak
dapat diterima sebagai dasar pemeriksaan perkara a quo;
3. Memulihkan nama baik SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA;
4. Membebankan biaya yang timbul pada perkara ini pada Negara.

ATAU

Apabila Hakim yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara a quo


berpendapat lain, maka kami mohon agar SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA diberikan
putusan yang seadil-adilnya dengan mempertimbangkan segala kondisi yang
menyertai SYAIFUL, MARZUKI, dan DINA yang bersifat meringankan dan dengan
memperhatikan segala aspek pemidanaan yang tepat bagi SYAIFUL,
MARZUKI, dan DINA, demi tegaknya hukum dan keadilan berdasarkan hukum yang
berlaku dan Ketuhanan Yang Maha Esa (Ex Aquo Et Bono).
Demikianlah keberatan ini kami sampaikan dengan sebenar-benarnya. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan dan keteguhan iman kepada Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara a quo, agar dapat memberikan putusan yang
seadil- adilnya.

7 Juli 2019
Hormat
Kami,
DELLA.SH. ADVOCATES & LEGAL CONSULTANTS TIM
PENASIHAT HUKUM

DELLA TARAGINA, S.H., M.H DIANA NOFITASARI, S.H.,M.H


NIA: 17071010504 NIA: 170710101432

Anda mungkin juga menyukai