Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(LENSA TIPIS)

(PERCOBAAN-OP1)

Nama : Hany Sheila


NIM : 195090700111002
Fak/Jurusan : MIPA/ FISIKA
Kelompok :1
Tgl.Praktikum : 15 April 2020
Nama Asisten : Muhammad Satrio Pamungkas Suharoyo

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
(LENSA TIPIS)

Nama : Hany Sheila


NIM : 195090700111002
Fak/Jurusan : MIPA/ FISIKA
Kelompok :1
Tgl.Praktikum : 15 April 2020
Nama Asisten : Muhammad Satrio Pamungkas Suharoyo

Catatan :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan setelah praktikum diselesaikan dapat


dijelaskannya dasar-dasar system lensa, dapat dijelaskan jalannya sinar dan pembentukan
bayangan oleh lensa tipis, serta dapat ditentukannya jarak titik focus lensa tipis.

1.2 Dasar Teori

Lensa tipis merupakan lensa yang melikiki permukaan cembung, cekung maupun
datar, dengan bentuk umum kedua sisi ujung dari lensa mempunyai lengkunagn, seperti
lensa cengkung melengkungnya kedalam sedangkan cembung melengkungnya keluar.
Lensa tipis mempunyai diameter yang lebih besar dibandingkan dengan radius
kelengkungannya (Giancoli, 2015).

Gambar 1.1 macam macam lensa tipis

(Giancoli, 2015)

Sumbu lensa merupakan garis lurus yang melewati pusat dari lensaa dan membagi
dua lensa tersebut secara simetris. Pada lensa cembung Ketika cahaya di alirkan maka
cahaya yang bertemu sumbu lensa dia akan dibelokkan. Garis garis cahaya yang melewati
lensa cembung akan dibelokkan menjadi satu titik yang disebut sebagai titik focus. Lensa
ini disebut sebagai lensa konvergen, lensa ini mempunyai bagian yang lebih tipis pada
ujungnya tapi tebal pada tengahnya. Sedangkan lensa cekung yangakan terjadi ketika
dilewati cahaya dan saat cahaya tersebut bertemu sumbu lensanya cahaya tadi akan di
belokkan dengan menyebarkan cahayanya. Lesnsa ini disebut sebagai lensa divergen
dimana mempunyai bentuk yang melengkung pada bagian dalamnya dan melebar pada
bagian ujungnya (Giancoli, 2015).

(a) (b)
Gambar 1.2 (a) lensa konvergen (b) lensa divergen

(Giancoli, 2015)

Pada lensa konvergen sinar akan terbelokkan dari garis tengah (sumbu lensa)
menuju satu titik jika sebaliknya atau pada lensa divergen maka akan terjadi penyimpngan
cahaya. Ketika cahaya masuk kedalam lensa maka cahaya tersebut akan terjadi
pembentukan objek sebelum dan sesudah lensa. Jarak yang dihasilkan oleh lensa ketika
disinari oleh cahaya merupakan jarak lensa terhadap objek serta jarak bayangan terhadap
jari-jari lensa. Juga dapat dihitung sudut yang terbentuk antara cahaya yang masuk dan
yang keluar dari sumbu lensa. Kita juga dapat menentukan titik focus dari lensa tersebut.
Persamaan dari jarak titik focus ini dapat dituliskan sebagai berikut :

1 1 1
=p+ …..pers. 1.1
f i

(Halliday, Walker dan Resnick, 2011)


Dalam lensa tipis juga dikenal adanya besaran yaitu bentuk atau besar bayangan
yang dihasilkan melalui masuknya cahaya pada lensa. Penentuan nilai besaran pada lensa
tipis dapat diketahui melalui persamaan berikut:

h' q
M= = -p ….. pers. 1.2
h

(Serway dan Jewett, 2010)


BAB II
METODOLOGI
2.1 Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah bangku optic, sebuah lampu
(sumber cahaya), sebuah benda yang berupa anak panah atau penggaris bening, sebuah
layar dan dua buah lensa positif dan sebuah lensa negative.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Peralatan percobaan disiapkan

Peralalatan disusun dengan urutan lampu – benda – lensa - layar

Tinggi benda diukur (berupa anak panah)

2.2.1 lensa positif

Sebuah lensa biconvex (cembung ganda) diambil dan dipasang pada posisi
lensa

Posisi benda dipasang sejauh mungkin dan diukur jaraknya

Lensa digeser-geser sehingga didapatkan bayangan yang jelas di layar

Jarak benda ke lensa, jarak bayangan ke lensa, tinggi benda, tinggi bayangan di
ukur dan sifat bayangan dicatat

Posisi lensa sebagai kedudukan pertama dicatat (e1)

Lensa digeser lagi sampai didapatkan bayangan yang jelas kedua (posisi benda
tidak dirubah)

Jarak benda dan jarak bayangan pada lensa diukur serta tinggi bayangan dan
tinggi benda

Posisi lensa dicatat sebagai kedudukan kedua (e2)


Langkah 3-8 diulangi dengan diubahnya posisi benda terhadap layar

Langkah 1-9 diulangi untuk lensa positif ke dua (cembung datar)

2.2.2 lensa negatif

Jarak titik focus lensa negative dapat didapatkan dengan lensa biconvex dari
percobaan sebelumnya

Lensa positif dipasang dan digeser-geser sehingga didapatkan bayangan yang


jelas

Lensa negative diletakkan diantara lensa positif dan layer, jarak lensa negative
ke layer diukur

Laying digeser-geser sehingga didapatkan bayangan yang jelas, jarak layer dan
lensa negative diukur

Langkah -langkah diatas diulangi untuk pengambilan data selanjutnya

2.2.3 Lensa Gabungan

Dengan digunakannya dua buah lensa positif, susunan lensa dibuat dengan
jarak tertentu (d) diukur dan dicatar jaraknya

Kedua lensa digeser-geser secara serentak dengan jarak (d) tetap hingga
didapatkan bayangan pada layar
)
Percobaan 1-2 diulangi beberapa kali, dengan jarak (d) yang berbeda
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

3.1.1 Lensa Positif (Gauss)

no L (cm) S (cm) S' (cm) h (cm) h' (cm)


1 78.5 20.5 58 1 2.7
2 68.5 23 45.5 1 2
3 59.5 25 34.5 1 1.2

3.1.2 Lensa Positif (Bessel)

L e1 e2 h h1' h2'
no
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 78.5 20.5 50 1 2.7 0.4
2 68.5 23 46 1 2 0.9
3 59.5 25 25 1 1.2 1.1

3.1.3 Lensa Negatif

L S S' h h'
no
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 79.5 4 75.5 1 2.2
2 65.5 3.5 61 1 1.8
3 65 6 59 1 2.2

3.1.4 Lensa Gabungan

L d S1 S2 S1' S2' h h'


no
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 32.5 12 6 18 26.5 14.5 1 3
2 38.5 12 4.5 17.5 33 21 1 4
3 44.5 12 4.5 16.5 40 28 1 4.8
3.2 Perhitungan

3.2.1 Lensa Positif (Gauss)

no f (cm) ̅ 𝟐 (𝐜𝐦𝟐 )
│𝐟 − 𝐟│ M

1 15.1465 0.030024 2.7


2 15.27737 0.0925071 2
3 14.4958 0.22793382 1.2
x 14.97322 0.11682164 1.966667
1 1 1
• = s + s′
f
1
f= 1 1
+
s s′

1
f1 = 1 1 = 15.1465 cm
+
20.5 58

f2 = 15.27737 cm
f3 = 14.4958 cm
f1 +f2 +f3 15.15+15.28+14.50
f̅ = = = 14.97322 cm
3 3

• │f − f│
̅ 2
̅ 2 = │15.1465 − 14.97322│2 = 0.030024 cm2
│f1 − f│
̅ 2 = 0.0925071 cm2
│f2 − f│
̅ 2 = 0.22793382 cm2
│f3 − f│
• ∑ │f − f│
̅ 2 = 0.11682164 cm2

∑ │f−f̅│2 0.11682164
• δf = √ =√ = 0.418608 cm
n−1 3−1

δf
• kr f = × 100% = 2.79%

• f = (f̅ ± δf) = (14.97 ± 0.03) cm


h'
• M =
h

M = 2.7
M=2
M = 1.2

3.2.2 Lensa positif (Bessel)

no e (cm) f (cm) ̅ 𝟐 (𝐜𝐦𝟐 )


│𝐟 − 𝐟│ M

1 29.5 16.8535 1.4702883 0.4


2 23 15.1943 0.1994566 0.9
3 0 14.875 0.5866775 1.1
x 17.5 15.6409 2.2564224 0.8

• e = e1 -e2
e = 50-20.5 = 29.5 cm
e = 23 cm
e = 0 cm
L2 -e2
• f = 4L
78.52 -29.52
f1 = = 16.8535 cm
4(78.5)

f2 = 15.1943 cm
f3 = 14. 875 cm
f1 +f2 +f3 16.85+15.19+14.87
• f̅ = = = 15.6409 cm
3 3

• │f − f│
̅ 2
̅ 2 = │16.8535-15.6409│2 = 1.4702883 cm2
│f1 − f│
̅ 2 = 0.1994566 cm2
│f2 − f│
̅ 2 = 0.5864224 cm2
│f3 − f│
• ∑ │f − f│
̅ 2 = 2.2564224 cm2

∑ │f−f̅│2 2.2564224
• δf = √ =√ = 1.062173 cm
n−1 3−1

δf
• kr f = × 100% = 6.79%

• f = (f̅ ± δf) = (15.64 ± 1.06) cm


h'
• M = h

M = 0.4
M = 0.9
M = 1.1

3.2.3 Lensa Negatif

no f (cm) ̅ 𝟐 (𝐜𝐦𝟐 )
│𝐟 − 𝐟│ M

1 3.798742 0.14918831 2.2


2 3.310078 0.76547389 1.8
3 5.446154 1.5905313 2.2
x 4.184991 2.50519351 2.066667
1 1 1
• = s + s′
f
1
f= 1 1
+
s s′

1
f1 = 1 1 = 3.798742 cm
+
4 75.5

f2 = 3.310078cm
f3 = 5.446154 cm
f1 +f2 +f3 3.80+3.31+5.45
f̅ = = = 4.1849911 cm
3 3

• │f − f│
̅ 2
̅ 2 = │3.798742-4.1849911│2 = 0.14918831 cm2
│f1 − f│
̅ 2 = 0.76547389 cm2
│f2 − f│
̅ 2 = 1.5905313 cm2
│f3 − f│
• ∑ │f − f│
̅ 2 = 2.50519351 cm2

∑ │f−f̅│2 2.50519351
• δf = √ =√ = 1.119195 cm
n−1 3−1

δf
• kr f = × 100% = 26.74%

• f = (f̅ ± δf) = (4.18 ± 1.12) cm


h'
• M = h

M = 2.2
M = 1.8
M = 2.2

3.2.4 Lensa Gabungan

no f1 (cm) f2 (cm) fgd(cm) ̅ 𝟐 (𝐜𝐦𝟐 )


│𝐟 − 𝐟│ M

1 4.892308 8.03076923 -21.0369 120.4191303 3


2 3.96 9.54545455 -6.45652 0.114977849 4
3 4.044944 10.3820225 -2.69663 0.064587148 4.8
x 4.299084 9.31941542 -10.0634 120.5986953 3.933333
1 1 1
• =s +s
f1 1 1′
1
• f1 = 1 1
+
s1 s1′

f11 = 4.89230 cm
f12 = 3.96 cm
f13 = 4.044944 cm
1 1 1
• =s +s
f2 2 2′
1
• f2 = 1 1
+
s2 s2′

f21 = 8.03076923 cm
f22 = 9.54545455 cm
f23 = 10.3820225 cm
f (d−f2 )
• fgd = d−(f
1
1 +f2 )

fgd1 = -21.0369 cm

fgd2 = -6.45652 cm

fgd3 = -2.69663 cm
fgd +fgd +fgd3 (-21.04)+(-6.45)+(-2.70)
• ̅̅̅̅
fgd = 1 n 2 = = -10.0634 cm
3
• │f − f│
̅ 2
̅ 2 = │-21.0369-(-10.0634)│2 = 120.4191303 cm2
│f1 − f│
̅ 2 = 0.114977849 cm2
│f2 − f│
̅ 2 = 0.064587148 cm2
│f3 − f│
• ∑ │f − f│
̅ 2 = 120.5986953 cm2

∑ │f−f̅│2 120.5986953
• δf = √ =√ = 7.765265 cm
n−1 3−1
δf
• kr f = × 100% = 77.16%

• f = (f̅ ± δf) = (-10.06 ± 7.76) cm


h'
• M = h

M=3
M=4
M = 4.8

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisis Prosedur

Peralatan yang digunakan percobaan ini adalah bangku optic yang difungsikan
sebagai tempat diletakkannya rangkaian peralatan, kemudian lampu yang difungsikan
sebagai sumber cahaya, kemudian ada sebuah benda berupa anak panah yang digunakan
sebagai media untuk dibentuknya jarak focus, kekuatan lensa dan perbesarannya
kemudian ada sebuah layar yang difungsikan sebagai tempat terbentuknya bayangan,
dua buah lensa positif yaitu alat yang difungsikan sebagai media yang akan dilewati
oleh cahaya sehingga dapat terbentuknya bayangan pada layar, begitupun dengan fungsi
dari lensa negative. Kemudian ada penggaris yang difungsikan sebagai alat pengukur
jarak lensa, bayangan, tinggi benda serta tinggi bayangan.

Percobaan pada lensa tipis dilakukan pada 3 lensa yaitu lensa positif, lensa
negative dan lensa gabungan. Percobaan diawali dengan digunakannya lensa positif dan
diletakkannya benda pada jarak tertentu dari layar, lensa positif ditauh duantara layar
dan benda, lensa yang telah dipasang digeser -geser agar diperoleh bayangan dari benda
dilayar, jarak benda menuju layar, jarak lensa ke layar, tinggi benda, tinggi bayangan
diukur untuk dilakukan perhitungan, percobaan pada lensa positif dilakukan selama tiga
kali dengan jarak benda yang berbeda-beda percobaan dilakukan dengan perilaku yang
sama seperti yang pertama. Percobaan selanjutnya digunakan dengan negative,
percobaan ini diperlukan bantuan oleh lensa positif dimana percobaan diawali dengan
lensa negative ditaruh diantara lensa positf dan layar, kemudian lensa digeser-geser agar
ditemukan bayangan pada layar terlihat jelas. Kemudian diukur jarak lensa terhadap
layar dan terhadap benda serta diukur tinggi benda serta tinggi bayangn yang terbentuk.
Percobaan selanjutnya adalah percobaan menggunakan lensa gabungan, yaitu gabungan
antara lensa cembung dan lensa cekung, lensa cembung ditaruh dekat dengan benda
sedangkan lensa cekung ditempatkan dekat dengan layar. Lensa cembung dan cekung
digeser secara bersamaan dengan jarak d yang sama, kemudian diukur jarak dua lensa
dan tinggi dari benda seta bayangan.

3.3.2 Analisis Hasil

Pada hasil percobaan diatas, diketahui jika disetiap table data percobaan
mempunyai nilai yang berbeda dikarenakan perbedaan lensa yang digunakan serta
jarak benda yang ditentukan, Ketika lensa yang digunakan ada lah lensa cekung maka
lensa tersebut akan menyebarkan cahaya sedangkan pada lensa cembung akan
mengumpulkan cahaya. Dalam lensa positif atau lensa cembung dilakukan dua kali
bercobaan dengan cara yang berbeda yaitu satu dengan metode gauss satinya dengan
metode bussel, pada metode gauss titik focus yang didapatkan adalah pada sekitaran
15 cm sedangkan pada metode Bessel titik focus yang didapatkan adalah pada kisaran
15.6 cm dimana pada metode Gaus memiliki presisi yang lebih dapat dipertimbangkan
di pengukuran karena mempunyai tikat kesalahan relative yang sangat rendah
dibandingkan dengan metode Bessel. Untuk percobaan lensa negative ditemukan titim
focus pada kisaran 4 cm tapi memiliki tingkat kesalahan relative yang lumayan besar
yaitu lebih dari 26% hal ini bisa terjadi karena nilai jarak lensa terhadap benda pada
percobaan ke tiga lebih besar dibanding dengan nilai jarak lensa dengan benda pada
percobaan kedua hal ini mempengaruhi nilai focus pada percobaan ke tiga dan
akhirnya mempengaruhi nilai rata rata dan deviasi karena persebaran datanya yang
tidak presisi akhirnya mengakibatkan nilai kesalahan relatifnya besar. Sedangkan
untuk percobaan pada lensa gabungan ditemukan fokusnya memiliki nilai negative hal
ini dapat terjadi karena nilai jarak antar lensa hanyalah 12 cm dan ini lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah nilai dua titik focus antar lensa sehingga mengakibatkan
nilai focus gandanya negative, hal ini mengindikasikan jika lensa tersebut lebih
cenderung pada lensa cekung karena mempunyai nilai focus minus, tapi pada
percobaan lensa gabungan ini mempunyai nilai kesalahanrelatif yang sangat besr yaitu
pada 77% hal ini bisa diakibatkan karena nilai focus pada percobaan pertama berada
pada jarak 21 cm sangat berbeda dengan percobaan-percobaan selanjutnya yang
berada pada jarak 6 dan 2 menjadikan persebaran data yang didapatkan sangatlah jauh
dan menjadikan nilai rata-ratanya tidak presisi pembesaran nilai data ini dikarenakan
perubahan nilai S1 dengan nilai S1’ lebih dekat dibandingkan dengan data data
selanjutnya sehingga mempengaruhi nilai fokusnya dan memperbesar nilau focus
tersebut.

Lensa konvergen merupakan lensa yang mengumpulkan cahaya menjadi satu


titik focus, contoh lensa konvergen adalah lansa cembung, lensa ini disebut juga
sebagai lensa positif lensa ini mempunyai bagian lensa yang lebih pipih pada bagian
ujungnya dan menebal pada bagian pusat atau tengahnya. Sedangkan lensa dinvergen
merupakan lensa yang menyebarkan cahaya yang ditangkapnya, salah satu contoh
lensa ini adalh lensa cekung, lensa ini juga disebut sebagai lensa negative, lensa ini
mempunyai bentuk yang pipih pada bagian pusat atau tengah lensa sedangkan pada
samping atau ujungnya akan memipih.

Gambar 3.1 lensa konvergen gambar 3.2 lensa divergen


Pada lensa divergen bayangan terbentuk lebih besar karena sifat dari lensa
divergen sendiri yaitu dia cenderung akan memecah cahaya yang didapatkan untuk
disebarkan, inilah yang menjadikan bayangan yang dihasilkan oleh lensa konvergen
lebih besar dibandingkan dengan lensa konvergen yang mempunyai sifat
mengumpulkan cahaya menjadi satu titik.

Gambar 3.3 lensa positif metode gauss Gambar 3.4 lensa positif bessel

Gambar 3.5 lensa negative Gambar 3.6 lensa gabungan

Aplikasi lensa tipis adalah pada loop yang digunakan sebagai perbesar, lalu
digunakan sebagai alat pembantu penglihatan seperti kaca mata, bisa juga digunakan
dalam dunia photografi yaitu di kamera, salah satu contoh aplikasi yang berguna dari
lensa pada bidang kemipaan adalah sebagai mikroskop yang digunakan untuk
pengamatan para ilmuan-ilmuan, contoh penerapan lainnya adalah sebagai teleskop
dan kamera luar angkasa yang dapat memotret benda langit yang jauhnya ribuan thun
cahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli. Douglas C. 2015. Fisika edisi ke-7 jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Halliday. David., Walker. Jearl., Resnick. Robert. 2011. Fundamental of Physics 9th
Edition. Ohio: John Wiley.
Serway. Raymond A., Jewett. John W. 2010. Physics for Scientist and Engineers 8th
edition Vol. 2. Boston: Cengage Learning.
LAMPIRAN
TABEL DATA HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
PERCOBAAN OP-1 (LENSA TIPIS)
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3.1 Data Hasil Percobaan


a. Lensa Positif (Gauss)

No L (cm) S (cm) S' (cm) h (cm) h' (cm)


1 78.5 20.5 58 1 2.7
2 68.5 23 45.5 1 2
3 59.5 25 34.5 1 1.2

b. Lensa Positif (Bessel)


No L (cm) e1 (cm) e2 (cm) h (cm) h1' (cm) h2' (cm)
1 78.5 20.5 50 1 2.7 0.4
2 68.5 23 46 1 2 0.9
3 59.5 25 25 1 1.2 1.1

c. Lensa Negatif
No L (cm) S (cm) S' (cm) h (cm) h' (cm)
1 79.5 4 75.5 1 2.2
2 65.5 3.5 61 1 1.8
3 65 6 59 1 2.2

d. Lensa Gabungan
No L (cm) d (cm) S1 (cm) S2 (cm) S1’ (cm) S2’ (cm) h (cm) h’ (cm)
1 32.5 12 6 18 26.5 14.5 1 3
2 38.5 12 4.5 17.5 33 21 1 4
3 44.5 12 4.5 16.5 40 28 1 4.8
3.2 Perhitungan
3.2.1 Lensa Positif (Gauss)
𝟐
No f (cm) |𝒇 − 𝒇̅| (cm2) M

1
2
3
𝑥̅

3.2.2 Lensa Positif (Bessel)


𝟐
No e (cm) f (cm) |𝒇 − 𝒇̅| (cm2) M

1
2
3
𝑥̅

3.2.3 Lensa Negatif


𝟐
No f (cm) |𝒇 − 𝒇̅| (cm2) M

1
2
3
𝑥̅

3.2.4 Lensa Gabungan


𝟐
No f1 (cm) f2 (cm) f (cm) |𝒇 − 𝒇̅| (cm2) M

1
2
3
𝑥̅
2 ℎ′
√ ∑|𝑓 − 𝑓|̅ 𝑀=| |
𝛿𝑓 = ℎ
𝑛−1

𝛿𝑓
𝐾𝑟 𝑓 = × 100%
𝑓̅

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓)

Lensa Positif Lensa Positif Lensa Negatif Lensa Gabungan


(Gauss) (Bessel)
1 1 1
= +
𝑓1 𝑠1 𝑠1 ′
𝑒 = |𝑒2 − 𝑒1 |
1 1 1 1 1 1
= + ′ 2 2
1 1 1 = +
𝑓 𝑠 𝑠 𝐿 −𝑒 = + 𝑓2 𝑠2 𝑠2 ′
𝑓= 𝑓 𝑠 𝑠′
4𝐿
𝑓1 (𝑑 − 𝑓2 )
𝑓𝑔𝑑 =
𝑑 − (𝑓1 + 𝑓2 )
TUGAS PENDAHULUAN LENSA TIPIS
NAMA: HANY SHEILA
NIM 195090700111002

1. Turunkan persamaan 1 dan 2!

R2 nm
nl
Sumbu utama

R1

Lensa tipis dua bidang lengkungan

Lensa tipis terbentuk pada irisan dua bidang lengkung maka dapat dirumuskan
n n n −n
perumusanpada lengkungan pertama sm + s′l = l R m
1 2 1
−nl nm nm −nl
perumusan pada lengkungan kedua + =
s2 s′2 R2
jika nilai s2′ = s2 maka nilai kedua persamaan ini adalah
nm nl 1 1
+ ′ = (nl − nm ) +
s1 s2 R1 R 2
1 1 nl 1 1
+ ′ = ( − 1) +
s1 s2 nm R1 R 2
nl 1 1 1
dimana ( − 1) + =
nm R1 R 2 f
Maka persamaan 1 terbukti
Untuk persamaan dua

ℎ′
𝑀=

nl
h
i
r
nm h’
R
s
s’
h h′
jika nilai tan i = s sedangkan tan r = s′ maka untuk sudut terkecil nilai sin sama
dengan tan
maka
nm sin i = nl sin r
h h′
nm s = nl s′
h h′ n s′
M = h′ maka M = = nl
h m s
Maka persamaan dua terbukti
2. Untuk mencari bayangan suatu benda, digunakan 3 sinar istimewa. Gambarkan ketiga
sinar istimewa tersebut!
a) Cahaya istimewa pertama dimana sinar datang dari titi o’ yang sejajar dengan
sumbu utama dan di pantulkan melalui F

o’

o F

b) Cahaya istimewa kedua cahaya datang dari titik f dan dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama

o’

o F

c) Cahaya istimewa datang tegak lurus terhadap cermin dan terpantulkan kembali
ke tempat awalnya

o’

o F

3. Sebutkan sifat sifat bayangan pada lensa positif dan negative!


a. Lensa cekung atau yang biasa disebut sebagai lensa negative mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
• Merupakan lensa divergen
• Tebal di ujung dan tipis di tengah
• Sinar yang datang akan dibelokkan ke tepi lensa atau menjauhi lensa
• Sinar yang datang akan disebarkan
• Titik focus lensa cekung bersifat maya
b. Lensa cembung atau yang biasa dikenal sebagai lensa positif menpunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
• Merupakan lensa konvergen
• Bagian tengah lebih tebal dibanding ujungnya
• Sinar yang datang akan dikumpulkan
• titik focus bersifat maya
(Halliday, Walker dan Resnick, 2011)
(Giancoli, 2015)
(Giancoli, 2015)
(Serway dan Jewett, 2010)

Anda mungkin juga menyukai