Anda di halaman 1dari 7

A.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu menguraikan pengertian swamedikasi
2. Peserta didik mampu memahami perbedaan pengobatan resep dan swamedikasi
3. Peserta didik mampu menganalisis pengobatan berdasarkan penyakit di Apotek
B. LANGKAH KEGIATAN
1. Guru memberi salam dan memastikan peserta didik siap memulai pembelajaran secara daring.
2. Guru mengunggah materi pembelajaran untuk satu kali pertemuan.
3. Peserta didik mengunduh materi pembelajaran yang diberkan uluh guru.
4. Peserta didik mempelajari dan mengerjakan tugas diakhir materi.
5. Guru memantau, membantu dan berdiskusi dengan peserta didik secara daring mengenai materi
pelajaran atau tugas yang diberikan.
6. Peserta didik mengirimkan tugas yang telah dikerjakan kepada guru.
7. Guru mendata dan memeriksa hasil pekerjaan peserta didik.
8. Guru memberikan gambaran tentang materi untuk pertemuan berikutnya dan menutup dengan
mengucapkan salam.

C. MATERI PEMBELAJARAN
1. SWAMEDIKASI (PENGOBATAN SENDIRI)

Pengobatan sendiri adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu untuk
mengobati penyakit atau gejala yang diakui diri individu
Pengobatan sendiri didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu
(atau anggota keluarga individu) untuk mengobati kondisi diri yang diakui atau self-didiagnosis
atau gejala.
Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan pelayanan swamedikasi,
konseling pra layanan swamedikasi dapat dilakukan kepada pasien dengan arahan 5 pertanyaan
penuntun sebagai berikut :
W (Who) : Untuk siapa obat tersebut?
W (What Symptoms) : Gejala apa yang dirasakan?
H (How Long) : Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung?
A (Action) : Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut?
M (Medicine) : Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien?
APhA (American Pharmacists Association) mengklasifikasikan swamedikasi menjadi:
 Perilaku gaya hidup sehat dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.
 Perilaku swamedikasi medis yang berhubungan dengan gejala dan pengobatan.
 Perilaku yang terkait dengan peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sehari-hari tiap individu
(Anonim, 2011).
Keuntungan swamedikasi :
1. aman bila digunakan sesuai aturan,
2. efektif untuk menghilangkan keluhan (karena 80% keluhan bersifat self limitting),
3. efisiensi biaya,
4. efisiensi waktu,
5. bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah
dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat
Kerugian swamedikasi :
• Terjadi salah obat
• Timbulnya efek samping yang merugikan
• Terjadi penutupan (masking) gejala-gejala yang dibutuhkan untuk ke dokter dalam
menentukan diagnosa.
• Penyakit kulit bertambah parah
Golongan obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi:
1. OBAT BEBAS
2. OBAT BEBAS TERBATAS
3. OBAT WAJIB APOTEK

2. SWAMEDIKASI NYERI
Obat : Paracetamol dan golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamatory)
Lihat penyertanya.Adakah kata kata pasien dg hepatoprotektor atau kadar penyakit hati yg parah
Jika ada berarti jgn berikan paracetamol
3. SWAMEDIKASI DYSPEPSIA

1. antasida tab dan suspensi (antasida isinya adalah Mg dan AL) kenapa harus Mg dan AL?
Untuk mengurangi efek samping obat makannya dikombinasi, jika hanya Mg ES
mencret/diare jika hanya AL ES konstipasi, antasida suspensi digunakan jika ada keluhan gas
atau kembung karena isinya ada + simentikon
2. H2Bloker : Ranitidin, simetidin,famotidine
3. PPI : lansoprazol, omeprolazol
4. Kheloator: Sukralfat(sifatnya adalah pelapis lambung)
5. Analog prostaglandin : Misoprostol (ini jarang digunakan karena penggunaan lainnya adalah
untuk menggugurkan kandungan)
Jika baru terasa biasa silahkan pilih antasida/h2 bloker
Jangan langsung menggunakan ppi karena jika suatu saat sakit lagi tidak akan mempan klo tidak
pake ppi lagi

2. CONTOH KASUS SWAMEDIKASI


(Pasien masuk ke dalam apotek) 
Pasien              : “Assalamu’alaikum, Mba”
Asisten Tenaga Kefarmasian : “Wa’alaikumsalam. Selamat siang, Ibu. Saya Zaira, Asisten
Tenaga Kefarmasian di apotek ini. Ada yang bisa saya
bantu?”
Pasien              : “Mba, saya mau beli obat maag dong. Akhir-akhir ini perut
saya terasa perih melilit gitu. Saya sudah minum antasida biasa
tapi kok belum reda juga sakitnya ya.. apa ada rekomendasi
obat lain?”
Asisten Tenaga Kefarmasian : “Maaf dengan Ibu siapa?”
Pasien              : “Ibu Reni.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Ibu Reni usianya berapa?”
Pasien              : “30 tahun, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Baik, sudah berapa hari sakitnya, Bu?”
Pasien              : “Sakitnya udah 3 hari, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Mungkin bisa diperjelas lagi yang Ibu rasakan seperti apa?”
Pasien              : “Iya perut saya perih dan nyeri di ulu hati gitu, Mba. Nyerinya
biasanya malam.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Baik, sebelum saya berikan rekomendasi obat, saya ingin
tanyakan beberapa hal dulu ya, Bu..”
Pasien              : “Iya Mba, silakan.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Maaf sebelumnya, apakah Ibu sedang hamil atau sedang
menyusui?”
Pasien              : “Oh engga, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Apakah Ibu memiliki riwayat alergi terhadap obat?”
Pasien              : “Engga, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Atau saat ini Ibu sedang menggunakan obat-obat yang lain?”
Pasien              : “Engga juga, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Baik, tunggu sebentar ya, Bu.. Saya ambilkan obatnya dulu.”
Pasien              : “Iya..”
Asisten Tenaga Kefarmasian : “Ini ya, Bu.. berdasarkan informasi yang Ibu berikan tadi,
karena dengan antasida belum bisa untuk mengatasi nyeri di ulu
hati Ibu, jadi saya merekomendasikan ini.. Omeprazole 20 mg
dalam bentuk kapsul. Omeprazole bisa untuk mengatasi luka
lambung yang menyebabkan Ibu merasakan nyeri di ulu hati.
Obat ini diminumnya 1x sehari 1 kapsul, 30 menit sebelum
makan pagi ya, Bu. Maksimal Ibu boleh minum obat ini hanya
1x sehari 1 kapsul. Ketika Ibu minum kapsul ini, kapsulnya
harus langsung ditelan utuh bersama air, jadi kapsulnya tidak
boleh dibuka ya, Bu.”
Pasien             : “Oh begitu.. iya Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian : “Jika setelah minum obat Ibu merasakan seperti pusing,
demam ataupun diare. Itu efek samping dari obat ini. Tapi
jangan khawatir, karena tidak semua orang mengalami efek
samping tersebut. Nah, untuk mempercepat proses
penyembuhan saya juga menyarankan Ibu untuk
menghindari makanan/minuman yang dapat memperburuk
kondisi lambung Ibu. Contohnya seperti makanan pedas,
kopi, tomat, makanan yang asam juga dihindari ya, Bu.”
Pasien              : “Iya, baik Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Apakah sudah jelas terkait informasi yang saya berikan?”
Pasien              : “Sudah, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian : “Maaf kalau Ibu berkenan, bisa diulang kembali terkait cara
penggunaannya saja?”
Pasien              : “Iya jadi obatnya diminum 1x sehari 1 kapsul, 30 menit
sebelum makan pagi kan Mba?”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Iya betul, 30 menit sebelum makan pagi ya, Bu. Kalau dalam
waktu 2 atau 3 minggu Ibu merasa tidak ada perubahan atau
semakin buruk kondisinya, saya sarankan Ibu untuk segera
konsultasi langsung dengan dokter ya, Bu.”
Pasien              : “Baik, Mba..”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Baik kalau begitu. Ini Bu obatnya. Silakan bayar dikasir ya
Bu.”
Pasien              : “Terima kasih banyak ya, Mba.”
Asisten Tenaga Kefarmasian      : “Iya Ibu sama-sama. Semoga lekas sembuh ya..
CONTOH KASUS SWAMEDIKASI

Anda mungkin juga menyukai