Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN MASALAH TROPIC DAN INFEKSI

oleh :

Kelompok 2

1. Ni Made Putri Saraswati (P07120418010)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan pada anak
dengan masalah tropic dan infeksi campak, dipteri dan demam chicken fook
Laporan ini diselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan anak. Dalam asuhan keperawatan ini diharapkan mampu memberi
gambaran serta menjelaskan tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Masalah Tropic Dan Infeksi”.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena kurang serta terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir
kata, penulis harapkan semoga makalah.ini dapat bermanfaat.

Selasa, 05 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembidaian / Pemasangan Spalk………………………. 3


B. Tujuan Pembidaian……………………………………………….. 3
C. Indikasi Pembidaian………………………………………………. 3
D. Kontra Indikasi Pembidaian………………………………………. 4
E. Jenis Pembidaian………………………………………………….. 4
F. Prinsip Pembidaian………………………………………………… 5
G. Macam / Jenis Bahan Bidai / Spalk / Splint……………………….. 6
H. Komplikasi Pembidaian…………………………………………… 7
I. Cara Pemasangan Bidai / Spalk…………………………………… 7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 10

B. Saran...................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Campak
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi
(Suriadi & Rita Yuliani, 2010)
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh infeksi virus umumnya menyerang anak yang ditandai dengan 3
stadium yaitu kataral (prodomal), erupsi, dan konvalensi. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh infeksi virus umumnya menyerang anak. Campak
memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-
masing mempunyai ciri khusus: (1) stadium masa tunas berlangsung
kira-kira 10-12 hari. (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan
batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi
(bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga
menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului
dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas. (Sumarmo, 2015)
Kesimpulannya, morbili atau campak adalah penyakit infeksi virus
yang sangat menular dengan ditandai dengan 3 stadium: Stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
2. Difteri
Difteri adalah penyakit yang diakibatkan oleh serangan
bakteri yang bersumber dari Corynebacterium Diphtheriae. Difteri
merupakan penyakit yang mengerikan dimana telah menyebabkan
ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang
belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini
menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen

4
pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai
sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini (Jurnal Pediatri,
2017).
Dalam Jurnal Pasarpolis (2017) Penyakit difteri
didefinisikan sebagai penyakit yang menyerang saluran pernafasan
terutama pada bagian laring, amandel, atau tonsil, dan
tenggorokan. Ketika saluran pernafasan terinfeksi oleh virus ini,
membran atau lapisan lengket yang berwarna abu-abu akan
berkembang di area tenggorokan sehingga menyebabkan batuk
disertai sesak nafas akut yang akan berujung kepada kematian.
Kemudian ada juga resiko langsung berupa kerusakan jantung dan
syaraf (neuro-damage). Bakteri induk Difteri ini juga menghasilkan
racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Sudoyo (2009) mendefinisikan difteri sebagai suatu
penyakit infeksi yang sangat menular yang terjadi secara lokal pada
mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil
gram positif Corynebacterium Diphtheriae, ditandai oleh
terbentuknya eksudat yang berbentuk membran pada tempat
infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh
eksotoksin yang diproduksi oleh basil. Ciri yang khusus pada
difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada
saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.
Dari beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa difteri
adalah penyakit infeksi menular berbahaya pada saluran pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae.

B. Patofisiologi
1. Campak
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai
timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan
anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair

5
dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai
hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah
dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti
bersisik. (Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat efektif, dengan
sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada
seseorang.
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi
antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal
dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik
lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai
kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan
dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran
kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud
yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung
kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel
aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis. Pada
saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah
dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali
dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak
merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke
seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut
bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah

6
awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,
kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak
secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus
campak.

C. Manifestasi Klinis
1. Campak
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium :
a. Stadium kataral (prodiomal) berlangsung 4-5 hari, gejala
menyerupai influenza yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtiva. Gejala khas (photognomonik) adalah timbulnya
bercak komplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul erantem. Bercak komplik berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum dikelilingi dieritema dan berlokalisasi gukalis
dengan molar bawah.
b. .Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan
timbulnya enantem dipalatum durum dan palatum mole. Kemudian
terjadi ruam eritomatosa yang berbentuk macula disertai
meningkatnya suhu badan, ruam mula-mula timbul dibelakang
telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal dan
muka bengkak. Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan
menghilang sesuai urutan terjadinya dapat terjadi pembesaran
kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang,

7
splenomegali, diare dan muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu
morbili yang disertai perdarahan pada kulit mulut,hidung dan
traktus dingestivus.
c. Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai
menghilang, erupsi menghilang dan meninggalakan bekas dikulit
berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patogenik.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Campak
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada
komplikasi infeksi bakteri. Dapat disertai leukopenia, limfopenia.
1) Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:
a) Ensefalopati : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah, dan analisis gas darah.
b) Enteritis : feses lengkap.
c) Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas
darah.
2) Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali
menunjukkan gambaran hyperinflation, perihilar infiltrates,
atau parenchymal patchy, fluffy densities. Konsolidasi sekunder
atau efusi dapat juga terlihat (visible).
3) Pemeriksaan Sitologis : ditemukan sel raksasa pada lapisan
mukosa hidung dan pipi.
4) Pemeriksaan Patologis
Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell
akibat fusi sel-sel. Multinucleated giant cell ini dapat
ditemukan di sputum, sekresi nasal, dan sedimen urin.
5) Pemeriksaan Serologi
a) Didapatkan IgM spesifik.

8
b) IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari
ke-28 timbulnya rash (ruam kemerahan).
c) Pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutinin
inhibition test dan complement fixation test akan dijumpai
adanya antibodi yang spesifik dalam waktu 1-3 hari setelah
timbul rash dan mencapai puncaknya 2-4 minggu
kemudian. Tes ini cukup praktis dan spesifik untuk
mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.

E. Terapi Medis
1. Campak
a. Medik
pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode
demam, pengobatan simtomatik dengan anti piretika bila suhu
badan tinggi, sedativum obat batuk dan memperbaiki keadaan
umum. Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul anti piretik antibody untuk
mencegah infeksi bakteri sekunderpada anak beresiko tinggi.
b. Keperawatan
Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan
kewaspadaan pernafasan, perhatikan tirah baring selama
prodromal, berikan aktivitas tenang.
Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik
- hindari menggigil
- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan
yang tepat
(puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5
dan ke-5)
Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia
- bersihakan kelopaka mata dengan larutan
salin
hangat untuk menghilangkan secret.

9
- jaga anak tidak menggosok mata.
- periksa mata (kornea) untuk tanda
ulserasi.
Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin
- lindungi kulit sekitar hidung dengan
lapisan
- petroleum
- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan
cairan
Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih
- gunakan mandi air hangat bila perlu

F. Pathway
1. Campak

10
11
G. Asuhan Keperawatan
1. Campak
a. PENGKAJIAN
1) Identitas diri :
2) Pemeriksaan Fisik :
a) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
b) Kepala : sakit kepala
c) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza,
rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
d) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk,
mulut terasa pahit.
e) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal,
ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada
stadium Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
f) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas,
wheezing, renchi, sputum
g) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh
kembang R/ imunisasi.
h) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
3) Keadaan Umum : Kesadaran, TTV
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran
pernapasan atas
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal,
ruam pada kulit, eritema
3) Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann
suhu tubuh.

12
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi
tidak adekuat.
5) Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan konjungtivitis
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam pasa balik
telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh.
7) Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak
terjaga.
8) Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi
mengenai penyakit.
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran
pernapasan atas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
criteria hasil
a) Tidak terdapat secret.
b) RR 12-20X per menit.
c) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi).

INTERVENSI RASIONAL

Observasi karakteristik batuk Batuk paling efektif pada posisi


duduk tinggi atau kepala di
bawah setelah perkus dada.

Auskultasi bunyi nafas, catat Beberapa derajat spasme


adanya bunyi nafas tambahan. bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan adanya bunyi
nafas tambahan

13
Beri posisi semifowler Peninggian kepala dapat
meningkatkan fungsi
pernapasan

Ajarkan teknik nafas efektif Memberikan pasien beberapa


cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara

Delegasi dalam pemberian obat Merilekskan otot halus dan


sesuai indikasi (bronkodilator, menurunkan kongesti local,
mukolitik) menurunkan spasme jalan nafas,
dan produksi secret

2) Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa


gatal, ruam pada kulit, eritema
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…X…)
jam diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil
a) Skala nyeri 0-3.
b) Kemampuan istirahat meningkat.
c) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas.

INTERVENSI RASIONAL

Observasi tingkat cema, Petunjuk nonverbal ini


mudah tersinggung, menangis, mengindikasikan adanya nyeri
gelisah, gangguan tidur yang dialami

Kaji tipe, lokasi, dan intensitas Nyeri dirasakan,


nyeri dimanifestasikan, dan di
toleransi secara individual

Berikan tindakan nyaman Dapat meningkatkan relaksasi


seperti mengubah posisi
pasien

Anjurkan pasien jika suhu Air hangat dapat mengurangi


tubuh turun, untuk gatal dan menambah rasa
mengurangi gatal dapat

14
dimandikan dengan air hangat nyaman.

Delegasi dalam pemberian Menurunkan demam dan


obat analgesik dan antipiretik inflamasi serta menurunkan
sesuai indikasi ketegangan otot

3) Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi,


kenaikann suhu tubuh.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan suhu tubuh terkontrol dengan criteria
hasil
a) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC).
b) Membrane mukosa lembab.
c) Kulit tidak teraba panas.

INTERVENSI RASIONAL

Pantau suhu tubuh pasien Suhu 38,9oC - 41oC


menunjukan proses penyakit
infeksius.

Berikan kompres hangat Dapat membantu mengurangi


demam, penggunaan air
es/alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara
actual. Selain itu alcohol dapat
mengeringkan kulit.

Anjurkan menggunakan Pakaian tipis dapat


pakaian yang tipis meningkatkan evaporasi.

Delegasi dalam pemberian Digunakan untuk mengurangi


obat antipiretik demam dengan aksisentralnya
pada hipotalamus,

15
4) Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake
nutrisi tidak adekuat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan asupan nutrisi adekuat dengan criteria
hasil
a) Berat badan stabil
b) Kebutuhan metabolic terpenuhi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan untuk Inflamasi pada mulut


mengunyah merasakan dan tenggorokan menyebabkan
menelan. penurunan kemampuan pasien
untuk mengolah makanan.

Berikan perawatan mulut Mengurangi ketidaknyamanan,


yang terus menerus. mulut yang bersih akan
meningkatkan nafsu makan.

Timbang berat badan sesuai Indicator kebutuhan


kebutuhan. nutrisi/pemasukan nutrsi yang
adekuat.

Berikan banyak minum (sari Untuk mengkompensasi adanya


buah-buahan, sirup yang tidak peningkatan suhu tubuh dan
memakai es). merangsang nafsu makan

Anjurkan pasien untuk Rasa sakit pada mulut akan


membatasi makanan yang mengiritasi lesi mulut yang
menyebabkan mual muntah. akan menyebabkan pasien
untuk enggan makan.

Kolaborasi dengan ahli diet Menyediakan diet berdasarkan


gizi. kebutuhan individu dengan rute
yang tepat.

5) DX 5 : Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan


konjungtivitis

16
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dengan criteria hasil
a) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji ketajaman penglihatan, Kebutuhan individu dan pilihan


catat apakah satu atau kedua intervensi bervariasi. Sebab
mata terlibat. kehilangan penglihatan terjadi
lambat dan progresif.

Letakkan barang yang Memungkinkan pasien melihat


dibutuhkan pasien dekat objek lebih mudah dan
dengan jangkauannya. memudahkan panggilan
pertolongan.

Anjurkan untuk meningkatkan Cahaya yang banyak akan


pencahayaan di ruangan membantu untuk pemenuhan
kebutuhan pasien dalam
penglihatan

Delegasi dalam pemberian Gangguan penglihatan dapat


obat tetes mata berakhir 1-2 jam setelah tetesan
mata tapi secara bertahap
menurun dengan penggunaan.

6) Dx 6: Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak


terjaga.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam
tingakat kemampuan pribadi denngan criteria hasil
a) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri

INTERVENSI RASIONAL

17
Tentukan kemampuan saat ini Mengidentifikas kebutuhan
dan hambatan untuk intervensi yang dibutuhkan
berpartisipasi dalam
perawatan

Ikutsertakan pasien dalam Meningkatkan perasaan control


formulasi rencana perawatan dan meningkatkan kerja sama
pada tingkat kemampuan dan perkembangan
kemandirian

Berikan dann tingkatkan Kesederhanaan dapat mengarah


keleluasaan pribadi, termasuk pada keengganan ikut serta
selama mandi dalam perawatan

Anjurkan untuk menggunakan Dapat mempercepat proses


pakaian kemeja pelepasan pakaian tanpa harus
mengganggu ruam-ruam pada
kulit

7) Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene


tidak terjaga.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam
tingakat kemampuan pribadi denngan criteria hasil
a) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kemampuan saat ini Mengidentifikas kebutuhan


dan hambatan untuk intervensi yang dibutuhkan
berpartisipasi dalam

18
perawatan

Ikutsertakan pasien dalam Meningkatkan perasaan control


formulasi rencana perawatan dan meningkatkan kerja sama
pada tingkat kemampuan dan perkembangan
kemandirian

Berikan dann tingkatkan Kesederhanaan dapat mengarah


keleluasaan pribadi, termasuk pada keengganan ikut serta
selama mandi dalam perawatan

Anjurkan untuk menggunakan Dapat mempercepat proses


pakaian kemeja pelepasan pakaian tanpa harus
mengganggu ruam-ruam pada
kulit

8) Dx 8 : Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan


informasi mengenai penyakit.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan pasien memahami penyakitnya dengan
criteria evaluasi
a) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang
diderita
b) Turut ikut serta dalam prosedur perawatan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat Tingkat pendidikan akan


pengetahuan/pendidikan pasien mempengaruhi pengetahuan
pasien terhadap penyakitnya

Jelaskan pada orang tua tentang Memberikan pengetahuan


morbili tentang hubungan kepada orang tua tentang
pencegahan dengan vaksinasi pencegahan penyakit
campak dan peningkatan gizi anaknya.
agar tidak mudah timbul
komplikasi

Berikan reinforcement saat Meningkatkan rasa ingin

19
pasien menyatakan tahu dan percaya diri pasien
pemahamannya

d. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai intervensi.
e. EVALUASI
1) EVALUASI
a)Dx 1 : bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil
(1) Tidak terdapat secret.
(2) RR 12-20X per menit.
(3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi).
b) Dx 2 : nyeri terkontrol dengan criteria hasil
(1) Skala nyeri 0-3.
(2) Kemampuan istirahat meningkat.
(3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas.
c) Dx 3 : suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil
(1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC).
(2) Membrane mukosa lembab.
(3) Kulit tidak teraba panas.

d) Dx 4 : asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil


(1)Berat badan stabil
(2)Kebutuhan metabolic terpenuhi
e) Dx 5 : pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan
dengan criteria hasil
(1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
f) Dx 6 : integritas kulit baik dengan criteria hasil
(1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti (kalor, rubor,
dolor, tumor, fungsiolaesea)
g) Dx 7 : kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat
kemampuan pribadi denngan criteria hasil

20
(1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri
h) Dx 8 : pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi
(1)Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang
diderita
(2)Turut ikut serta dalam prosedur perawatan

21

Anda mungkin juga menyukai