123
123
oleh :
Kelompok 2
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 10
B. Saran...................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Campak
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi
(Suriadi & Rita Yuliani, 2010)
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh infeksi virus umumnya menyerang anak yang ditandai dengan 3
stadium yaitu kataral (prodomal), erupsi, dan konvalensi. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh infeksi virus umumnya menyerang anak. Campak
memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-
masing mempunyai ciri khusus: (1) stadium masa tunas berlangsung
kira-kira 10-12 hari. (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan
batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi
(bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga
menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului
dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas. (Sumarmo, 2015)
Kesimpulannya, morbili atau campak adalah penyakit infeksi virus
yang sangat menular dengan ditandai dengan 3 stadium: Stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
2. Difteri
Difteri adalah penyakit yang diakibatkan oleh serangan
bakteri yang bersumber dari Corynebacterium Diphtheriae. Difteri
merupakan penyakit yang mengerikan dimana telah menyebabkan
ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang
belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini
menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen
4
pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai
sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini (Jurnal Pediatri,
2017).
Dalam Jurnal Pasarpolis (2017) Penyakit difteri
didefinisikan sebagai penyakit yang menyerang saluran pernafasan
terutama pada bagian laring, amandel, atau tonsil, dan
tenggorokan. Ketika saluran pernafasan terinfeksi oleh virus ini,
membran atau lapisan lengket yang berwarna abu-abu akan
berkembang di area tenggorokan sehingga menyebabkan batuk
disertai sesak nafas akut yang akan berujung kepada kematian.
Kemudian ada juga resiko langsung berupa kerusakan jantung dan
syaraf (neuro-damage). Bakteri induk Difteri ini juga menghasilkan
racun yang berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Sudoyo (2009) mendefinisikan difteri sebagai suatu
penyakit infeksi yang sangat menular yang terjadi secara lokal pada
mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil
gram positif Corynebacterium Diphtheriae, ditandai oleh
terbentuknya eksudat yang berbentuk membran pada tempat
infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh
eksotoksin yang diproduksi oleh basil. Ciri yang khusus pada
difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada
saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.
Dari beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa difteri
adalah penyakit infeksi menular berbahaya pada saluran pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae.
B. Patofisiologi
1. Campak
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai
timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan
anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair
5
dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai
hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah
dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti
bersisik. (Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat efektif, dengan
sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada
seseorang.
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi
antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal
dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik
lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai
kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan
dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran
kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud
yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung
kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel
aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis. Pada
saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah
dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali
dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak
merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke
seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut
bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah
6
awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,
kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak
secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus
campak.
C. Manifestasi Klinis
1. Campak
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium :
a. Stadium kataral (prodiomal) berlangsung 4-5 hari, gejala
menyerupai influenza yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtiva. Gejala khas (photognomonik) adalah timbulnya
bercak komplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul erantem. Bercak komplik berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum dikelilingi dieritema dan berlokalisasi gukalis
dengan molar bawah.
b. .Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan
timbulnya enantem dipalatum durum dan palatum mole. Kemudian
terjadi ruam eritomatosa yang berbentuk macula disertai
meningkatnya suhu badan, ruam mula-mula timbul dibelakang
telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal dan
muka bengkak. Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan
menghilang sesuai urutan terjadinya dapat terjadi pembesaran
kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang,
7
splenomegali, diare dan muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu
morbili yang disertai perdarahan pada kulit mulut,hidung dan
traktus dingestivus.
c. Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai
menghilang, erupsi menghilang dan meninggalakan bekas dikulit
berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patogenik.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Campak
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada
komplikasi infeksi bakteri. Dapat disertai leukopenia, limfopenia.
1) Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:
a) Ensefalopati : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah, dan analisis gas darah.
b) Enteritis : feses lengkap.
c) Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas
darah.
2) Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali
menunjukkan gambaran hyperinflation, perihilar infiltrates,
atau parenchymal patchy, fluffy densities. Konsolidasi sekunder
atau efusi dapat juga terlihat (visible).
3) Pemeriksaan Sitologis : ditemukan sel raksasa pada lapisan
mukosa hidung dan pipi.
4) Pemeriksaan Patologis
Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell
akibat fusi sel-sel. Multinucleated giant cell ini dapat
ditemukan di sputum, sekresi nasal, dan sedimen urin.
5) Pemeriksaan Serologi
a) Didapatkan IgM spesifik.
8
b) IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari
ke-28 timbulnya rash (ruam kemerahan).
c) Pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutinin
inhibition test dan complement fixation test akan dijumpai
adanya antibodi yang spesifik dalam waktu 1-3 hari setelah
timbul rash dan mencapai puncaknya 2-4 minggu
kemudian. Tes ini cukup praktis dan spesifik untuk
mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.
E. Terapi Medis
1. Campak
a. Medik
pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode
demam, pengobatan simtomatik dengan anti piretika bila suhu
badan tinggi, sedativum obat batuk dan memperbaiki keadaan
umum. Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul anti piretik antibody untuk
mencegah infeksi bakteri sekunderpada anak beresiko tinggi.
b. Keperawatan
Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan
kewaspadaan pernafasan, perhatikan tirah baring selama
prodromal, berikan aktivitas tenang.
Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik
- hindari menggigil
- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan
yang tepat
(puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5
dan ke-5)
Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia
- bersihakan kelopaka mata dengan larutan
salin
hangat untuk menghilangkan secret.
9
- jaga anak tidak menggosok mata.
- periksa mata (kornea) untuk tanda
ulserasi.
Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin
- lindungi kulit sekitar hidung dengan
lapisan
- petroleum
- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan
cairan
Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih
- gunakan mandi air hangat bila perlu
F. Pathway
1. Campak
10
11
G. Asuhan Keperawatan
1. Campak
a. PENGKAJIAN
1) Identitas diri :
2) Pemeriksaan Fisik :
a) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
b) Kepala : sakit kepala
c) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza,
rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
d) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk,
mulut terasa pahit.
e) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal,
ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada
stadium Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
f) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas,
wheezing, renchi, sputum
g) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh
kembang R/ imunisasi.
h) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
3) Keadaan Umum : Kesadaran, TTV
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran
pernapasan atas
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal,
ruam pada kulit, eritema
3) Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann
suhu tubuh.
12
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi
tidak adekuat.
5) Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan konjungtivitis
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam pasa balik
telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh.
7) Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak
terjaga.
8) Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi
mengenai penyakit.
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran
pernapasan atas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
criteria hasil
a) Tidak terdapat secret.
b) RR 12-20X per menit.
c) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi).
INTERVENSI RASIONAL
13
Beri posisi semifowler Peninggian kepala dapat
meningkatkan fungsi
pernapasan
INTERVENSI RASIONAL
14
dimandikan dengan air hangat nyaman.
INTERVENSI RASIONAL
15
4) Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake
nutrisi tidak adekuat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan asupan nutrisi adekuat dengan criteria
hasil
a) Berat badan stabil
b) Kebutuhan metabolic terpenuhi
INTERVENSI RASIONAL
16
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…
X…) jam diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dengan criteria hasil
a) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
17
Tentukan kemampuan saat ini Mengidentifikas kebutuhan
dan hambatan untuk intervensi yang dibutuhkan
berpartisipasi dalam
perawatan
INTERVENSI RASIONAL
18
perawatan
INTERVENSI RASIONAL
19
pasien menyatakan tahu dan percaya diri pasien
pemahamannya
d. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai intervensi.
e. EVALUASI
1) EVALUASI
a)Dx 1 : bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil
(1) Tidak terdapat secret.
(2) RR 12-20X per menit.
(3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi).
b) Dx 2 : nyeri terkontrol dengan criteria hasil
(1) Skala nyeri 0-3.
(2) Kemampuan istirahat meningkat.
(3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas.
c) Dx 3 : suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil
(1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC).
(2) Membrane mukosa lembab.
(3) Kulit tidak teraba panas.
20
(1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri
h) Dx 8 : pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi
(1)Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang
diderita
(2)Turut ikut serta dalam prosedur perawatan
21