Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan PMK 44/PMK.

03/2020 tanggal 27 April 2020 Tentang


Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Pengganti PMK 23/PMK.03/2020)
(Mulai Berlaku 27 April 2020)
(Diringkas oleh Arifin Halim, S.E., S.H., M.H.) Sabtu, 02/05/2020 15.19

A. PPh Pasal 21
1. Karyawan yang PPh-nya ditanggung pemerintah (DTP) untuk Masa Pajak April sd
September 2020 dengan syarat:
a. Bekerja di pemberi kerja yang Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) tercantum
dalam lampiran huruf A PMK44/PMK.03/2020 (PMK44/2020), KLU yang
tercantum dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2018 atau master file
Wajib Pajak bagi Wajib Pajak baru setelah tahun 2018, atau* bekerja di
perusahaan yang mendapat fasilitas KITE, atau bekerja di perusahaan yang
memiliki izin Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan Berikat,
atau izin PDKB;
a. Karyawan Memiliki NPWP; dan
b. Mendapat Penghasilan Bruto yang bersifat tetap dan teratur yang
disetahunkan tidak lebih dari 200 juta di Masa Pajak yang bersangkutan
(April sd September 2020. Sesuai kondisi setiap bulan). THR bukan
penghasilan teratur.
2. PPh 21 yang ditanggung oleh Pemerintah bukan penghasilan kena pajak bagi
karyawan.
3. PPh 21 yang ditanggung oleh pemerintah harus dibayar kepada karyawan,
termasuk dalam hal pemberi kerja memberikan tunjangan PPh Pasal 21 atau
menanggung PPh Pasal 21 kepada karyawan.
4. Pemberi kerja Wajib membuat Surat Setoran Pajak atau cetakan kode billing yang
dibubuhi cap atau tulisan “PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Eks PMK Nomor
44/PMK.03/2020”
5. Pemberi kerja harus menyampaikan surat pemberitahuan sesuai lampiran C PMK
44/2020 kepada KPP secara online di laman www.pajak.go.id, (catatan, SP-
20/2020 menegaskan untuk dapat memanfaatkan fasilitas untuk Masa Pajak
April 2020, pemberitahuan telah dilakukan paling lambat tanggal 20 Mei 2020).
Khusus untuk:
a. perusahaan yang mendapat fasilitas KITE harus melampirkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan yang menetapkan sebagai perusahaan yang
mendapat fasilitas KITE; atau
b. bagi perusahaan Penyelenggara Kawasan Berikat, Pengusaha Kawasan
Berikat atau PDKB harus melampirkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
mengenai izin Penyelengara Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan
Berikat, atau izin PDKB.
6. Menyampaikan laporan realisasi PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah kepada
KPP tempat pemberi kerja terdaftar sesuai Lampiran huruf E PMK 44/2020.
7. Pegawai yang menerima insentif PPh Pasal 21 DTP, SPT PPh Pribadi yang
menyatakan Lebih Bayar yang berasal dari PPh Pasal 21 DTP tidak dapat
dikembalikan.
8. Pemberi kerja yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemanfaatan
Insentif PPh Pasal 21 DTP berdasarkan PMK23/2020 tidak perlu menyampaikan
kembali pemberitahuan sesuai PMK44/2020.
9. Pemberi kerja yang telah disetujui untuk memanfaatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP
berdasarkan PMK23/2020 tetap dapat memanfaatkan insentif pajak tersebut.

1
Ringkasan PMK 44/PMK.03/2020 tanggal 27 April 2020 Tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Pengganti PMK 23/PMK.03/2020)
(Mulai Berlaku 27 April 2020)
(Diringkas oleh Arifin Halim, S.E., S.H., M.H.) Sabtu, 02/05/2020 15.19

B. PPh Final – PP 23_2018


1. Wajib Pajak UMKM
a. PPh Final UMKM sebesar 0,5% ditanggung oleh Pemerintah (DTP) untuk Masa
Pajak April sampai dengan September 2020.
b. PPh Final DTP bukan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak UMKM.
c. Wajib Pajak UMKM termasuk yang telah memiliki Surat Keterangan
sebelum PMK44/2020 berlaku, harus mengajukan permohonan Surat
Keterangan secara online di laman www.pajak.go.id (catatan, SP-
20/2020 menegaskan untuk dapat memanfaatkan fasilitas untuk Masa
Pajak April 2020, pemberitahuan telah dilakukan paling lambat tanggal
20 Mei 2020).
d. Jika Wajib Pajak UMKM menyerahkan fotokopi Surat Keterangan pada saat:
a) melakukan impor, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tidak
memungut PPh Pasal 22 impor.
b) melakukan transaksi yang merupakan objek pemotongan atau
pemungutan PPh, pemotong atau pemungut PPh tidak melakukan
pemotongan atau pemunggutan PPh atas transaksi yang merupakan
objek pemotongan atau pemungutan PPh untuk Masa Pajak April
sampai dengan September 2020.
e. Menyampaikan laporan realisasi PPh Final DTP secara online di laman
www.pajak.go.id paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dengan
formulir sesuai Lampiran huruf H PMK44/2020. Melampirkan Surat Setoran
Pajak atau cetakan kode billing yang dicap atau tulisan “PPh FINAL
DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 44/PMK.03/2020” yang
diterima dari pemotong atau pemungut atas transaksi yang merupakan
objek pemotongan atau pemungutan PPh.

2. Wajib Pajak Pemotong atau Pemungut atas Transaksi dengan UMKM


a. Saat menerima Surat Keterangan dari Wajib Pajak UMKM, harus melakukan
konfirmasi atas kebenaran Surat Keterangan tersebut.
b. Bila Surat Keterangan terkonfirmasi, Pemotong atau Pemungut PPh
melakukan pemotongan atau pemungutan sebesar 0,5%, kecuali untuk
Masa Pajak April sampai dengan September 2020 tidak dilakukan
pemotongan atau pemunggutan PPh. Atas transaksi yang tidak dilakukan
pemotongan atau pemungutan ini harus dibuat Surat Setoran Pajak atau
cetakan kode billing yang dibubuhi cap atau tulisan “PPh FINAL
DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 44/PMK.03/2020”,
kemudian diserahkan kepada Wajib Pajak UMKM untuk dilaporkan.
c. Bila Surat Keterangan tidak terkonfirmasi, Pemotong atau pemunggut
melakukan pemotongan atau pemungutan PPh sesuai ketentuan umum
PPh.

2
Ringkasan PMK 44/PMK.03/2020 tanggal 27 April 2020 Tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Pengganti PMK 23/PMK.03/2020)
(Mulai Berlaku 27 April 2020)
(Diringkas oleh Arifin Halim, S.E., S.H., M.H.) Sabtu, 02/05/2020 15.19

C. PPh Pasal 22 Impor


1. Fasilitas PPh Pasal 22 impor dibebaskan diberikan kepada:
a. Perusahaan yang memiliki KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran
huruf I PMK 44/2020 (KLU yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Tahun
Pajak 2018 atau master file Wajib Pajak bagi Wajib Pajak baru setelah
tahun 2018); atau*
b. Perusahaan yang ditetapkan sebagai perusahaan KITE; atau
c. Perusahaan yang punya izin Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa
Kawasan Berikat, atau izin PDKB.
2. Perusahaan menyampaikan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) kepada KPP
secara online di laman www.pajak.go.id sesuai dengan Lampiran huruf J PMK
44/2020. Khusus untuk:
a. Untuk perusahaan KITE harus melampirkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan yang menetapkan sebagai perusahaan yang mendapat fasilitas
KITE.
b. Untuk Perusahaan yang punya izin Penyelengara Kawasan Berikat,
Penguasa Kawasan Berikat, atau izin PDKB harus melampirkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan mengenai izin Penyelengara Kawasan Berikat,
izin Penguasa Kawasan Berikat, atau izin PDKB.
3. SKB berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan 30 September 2020.
4. Harus menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 impor kepada
KPP setiap 3 (tiga) bulan sesuai dengan Lampiran huruf M PMK 44/2020, paling
lambat:
a. Tanggal 20 Juli 2020 untuk Laporan Masa Pajak April sd Juni 2020; dan
b. Tanggal 20 Oktober 2020 untuk Laporan Masa Pajak Juli sd September 2020.

D. Angsuran PPh Pasal 25


1. Fasilitas pengurangan 30% dari Angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang
diberikan kepada:
a. Perusahaan yang memiliki KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran
huruf N PMK 44/2020 (KLU yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Tahun
Pajak 2018 atau master file Wajib Pajak bagi Wajib Pajak baru setelah
tahun 2018); atau*
b. Perusahaan yang ditetapkan sebagai perusahaan KITE; atau
c. Perusahaan yang punya izin Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa
Kawasan Berikat, atau izin PDKB.
2. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan yang dihitung berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 25 UU PPh atau Peraturan Menteri Keuangan Nomor
215/PMK03/2018.
3. Menyampaikan pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25
secara tertulis kepada KPP tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung sesuai
dengan format dalam Lampiran huruf C PMK 44/2020 (catatan, SP-20/2020
menegaskan untuk dapat memanfaatkan fasilitas untuk Masa Pajak April 2020,
pemberitahuan telah dilakukan paling lambat tanggal 15 Mei 2020).
4. Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasa 25 berlaku sejak Masa Pajak
disampaikannya pemberitahuan kepada KPP (paling cepat Masa Pajak April
2020) sampai dengan Masa Pajak September 2020.
3
Ringkasan PMK 44/PMK.03/2020 tanggal 27 April 2020 Tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Pengganti PMK 23/PMK.03/2020)
(Mulai Berlaku 27 April 2020)
(Diringkas oleh Arifin Halim, S.E., S.H., M.H.) Sabtu, 02/05/2020 15.19

5. Wajib menyampaikan Laporan Realisasi Pengurangan Besarnya Angsuran PPh Pasal


25 setiap 3 (tiga) bulan kepada KPP secara online sesuai format Lampiran huruf P
PMK 44/2020, paling lambat:
a. Tanggal 20 Juli 2020 untuk Laporan Masa Pajak April sd Juni 2020; dan
b. Tanggal 20 Oktober 2020 untuk Laporan Masa Pajak Juli sd September 2020.
6. Wajib Pajak yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemanfaatan Insentif
Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan PMK23/2020 tidak perlu
menyampaikan kembali pemberitahuan sesuai PMK44/2020.
7. Wajib Pajak yang telah disetujui untuk memanfaatkan insentif Pengurangan
besarnya angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan PMK23/2020 tetap dapat
memanfaatkan insentif pajak tersebut.

E. PPN
1. Fasilitas Pengembalian Pendahuluan kelebihan pembayaran PPN sebagai PKP yang
berisiko rendah sesuai Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diberikan kepada Wajib Pajak yang
menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi paling banyak Rp 5 (lima)
milyar, diberikan kepada:
a. PKP yang memiliki KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf I
PMK 44/2020 (KLU yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
2018 atau master file Wajib Pajak bagi Wajib Pajak baru setelah tahun
2018); atau*
b. PKP yang ditetapkan sebagai perusahaan KITE; atau
c. PKP yang punya izin Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan
Berikat, atau izin PDKB.
2. PKP tidak perlu mengajukan kepada KPP untuk ditetapkan sebagai PKP beresiko
rendah.
3. PKP KITE yang mengajukan restitusi dengan fasilitas ini harus melampirkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan yang menetapkan sebagai perusahaan yang
mendapat fasilitas KITE dalam SPT Masa PPN yang diajukan Permohonan
Pengembalian Pendahuluan.
4. PKP Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan Berikat, PDKB harus
melampirkan Surat Keputusan Menteri Keuangan mengenai izin sebagai
Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan Berikat, PDKB dalam SPT Masa
PPN yang diajukan Permohonan Pengembalian Pendahuluan.
5. Fasilitas ini berlaku untuk Masa Pajak April 2020 sampai dengan Masa Pajak
September 2020 yang disampaikan paling lambat tanggal 31 Oktober 2020.

Catatan:

* Dalam PMK 44/PMK.03/2020, kata “atau” tidak tercantum secara eksplisit di ayat
tersebut. Hal ini tentu dapat menimbulkan multitafsir apakah syaratnya komulatif atau
alternatif. Namun menurut peringkas, secara filosofis, tujuan, dan substansi PMK
44/PMK.03/2020, secara implisit bermakna “atau” di dalam ayat tersebut.

---00---
4

Anda mungkin juga menyukai