A. PPh Pasal 21
1. Karyawan yang PPh-nya ditanggung pemerintah (DTP) untuk Masa Pajak April sd
September 2020 dengan syarat:
a. Bekerja di pemberi kerja yang Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) tercantum
dalam lampiran huruf A PMK44/PMK.03/2020 (PMK44/2020), KLU yang
tercantum dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2018 atau master file
Wajib Pajak bagi Wajib Pajak baru setelah tahun 2018, atau* bekerja di
perusahaan yang mendapat fasilitas KITE, atau bekerja di perusahaan yang
memiliki izin Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan Berikat,
atau izin PDKB;
a. Karyawan Memiliki NPWP; dan
b. Mendapat Penghasilan Bruto yang bersifat tetap dan teratur yang
disetahunkan tidak lebih dari 200 juta di Masa Pajak yang bersangkutan
(April sd September 2020. Sesuai kondisi setiap bulan). THR bukan
penghasilan teratur.
2. PPh 21 yang ditanggung oleh Pemerintah bukan penghasilan kena pajak bagi
karyawan.
3. PPh 21 yang ditanggung oleh pemerintah harus dibayar kepada karyawan,
termasuk dalam hal pemberi kerja memberikan tunjangan PPh Pasal 21 atau
menanggung PPh Pasal 21 kepada karyawan.
4. Pemberi kerja Wajib membuat Surat Setoran Pajak atau cetakan kode billing yang
dibubuhi cap atau tulisan “PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Eks PMK Nomor
44/PMK.03/2020”
5. Pemberi kerja harus menyampaikan surat pemberitahuan sesuai lampiran C PMK
44/2020 kepada KPP secara online di laman www.pajak.go.id, (catatan, SP-
20/2020 menegaskan untuk dapat memanfaatkan fasilitas untuk Masa Pajak
April 2020, pemberitahuan telah dilakukan paling lambat tanggal 20 Mei 2020).
Khusus untuk:
a. perusahaan yang mendapat fasilitas KITE harus melampirkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan yang menetapkan sebagai perusahaan yang
mendapat fasilitas KITE; atau
b. bagi perusahaan Penyelenggara Kawasan Berikat, Pengusaha Kawasan
Berikat atau PDKB harus melampirkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
mengenai izin Penyelengara Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan
Berikat, atau izin PDKB.
6. Menyampaikan laporan realisasi PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah kepada
KPP tempat pemberi kerja terdaftar sesuai Lampiran huruf E PMK 44/2020.
7. Pegawai yang menerima insentif PPh Pasal 21 DTP, SPT PPh Pribadi yang
menyatakan Lebih Bayar yang berasal dari PPh Pasal 21 DTP tidak dapat
dikembalikan.
8. Pemberi kerja yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemanfaatan
Insentif PPh Pasal 21 DTP berdasarkan PMK23/2020 tidak perlu menyampaikan
kembali pemberitahuan sesuai PMK44/2020.
9. Pemberi kerja yang telah disetujui untuk memanfaatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP
berdasarkan PMK23/2020 tetap dapat memanfaatkan insentif pajak tersebut.
1
Ringkasan PMK 44/PMK.03/2020 tanggal 27 April 2020 Tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Pengganti PMK 23/PMK.03/2020)
(Mulai Berlaku 27 April 2020)
(Diringkas oleh Arifin Halim, S.E., S.H., M.H.) Sabtu, 02/05/2020 15.19
2
Ringkasan PMK 44/PMK.03/2020 tanggal 27 April 2020 Tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Pengganti PMK 23/PMK.03/2020)
(Mulai Berlaku 27 April 2020)
(Diringkas oleh Arifin Halim, S.E., S.H., M.H.) Sabtu, 02/05/2020 15.19
E. PPN
1. Fasilitas Pengembalian Pendahuluan kelebihan pembayaran PPN sebagai PKP yang
berisiko rendah sesuai Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diberikan kepada Wajib Pajak yang
menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi paling banyak Rp 5 (lima)
milyar, diberikan kepada:
a. PKP yang memiliki KLU sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf I
PMK 44/2020 (KLU yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
2018 atau master file Wajib Pajak bagi Wajib Pajak baru setelah tahun
2018); atau*
b. PKP yang ditetapkan sebagai perusahaan KITE; atau
c. PKP yang punya izin Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan
Berikat, atau izin PDKB.
2. PKP tidak perlu mengajukan kepada KPP untuk ditetapkan sebagai PKP beresiko
rendah.
3. PKP KITE yang mengajukan restitusi dengan fasilitas ini harus melampirkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan yang menetapkan sebagai perusahaan yang
mendapat fasilitas KITE dalam SPT Masa PPN yang diajukan Permohonan
Pengembalian Pendahuluan.
4. PKP Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan Berikat, PDKB harus
melampirkan Surat Keputusan Menteri Keuangan mengenai izin sebagai
Penyelengara Kawasan Berikat, Penguasa Kawasan Berikat, PDKB dalam SPT Masa
PPN yang diajukan Permohonan Pengembalian Pendahuluan.
5. Fasilitas ini berlaku untuk Masa Pajak April 2020 sampai dengan Masa Pajak
September 2020 yang disampaikan paling lambat tanggal 31 Oktober 2020.
Catatan:
* Dalam PMK 44/PMK.03/2020, kata “atau” tidak tercantum secara eksplisit di ayat
tersebut. Hal ini tentu dapat menimbulkan multitafsir apakah syaratnya komulatif atau
alternatif. Namun menurut peringkas, secara filosofis, tujuan, dan substansi PMK
44/PMK.03/2020, secara implisit bermakna “atau” di dalam ayat tersebut.
---00---
4