DOSEN PEMBIMBING :
Sriwulan M.,S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh :
Bagas Dwi Septianto Ak.1.17.007
Cita Nurhayati Ak.1.17.053
Dahlia Nafasari Ak.1.17.009
Dian Ayu Sasi Ak.1.17.013
Eka Nurasfia Ak.1.17.015
Nopita Widayanti Ak.1.17.074
Riska Herlina Ak.1.17.032
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan Hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang diberi judul “ASUHAN
KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN COVID-19 YANG
SUDAH MULTIPLE ORGAN DI UGD” tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat
berdasarkan tugas yang diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali
kekurangnnya, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari
pembaca sekalian yang bersifat membangun.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus
Corona secara global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian
akibat COVID-19 dibanding China. Jumlah total kasus virus Corona, menurut
WHO, kini lebih dari 136 ribu di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari
jumlah tersebut, nyaris 81 ribu kasus ada di wilayah China daratan. Italia,
yang merupakan negara Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini
tercatat memiliki lebih dari 15 ribu kasus.
2
8. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik
9. Mengetahui Pencegahan Corona Virus Disease 2019
10. Mengetahui Pengobatan Corona Virus Disease
11. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan
12. Mengetahui Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien
Covid-19 Yang Sudah Multiple Organ Di UGD
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
dalam wabah di Wuhan, Cina dilaporkan memiliki hubungan dengan pasar
makanan laut dan hewan yang besar, menunjukkan penyebaran dari hewan ke
orang. Namun, semakin banyak pasien yang dilaporkan belum memiliki
paparan ke pasar hewan, menunjukkan penyebaran orang-ke-orang sedang
terjadi.
5
2.3. PENYAKIT AKIBAT CORONA VIRUS
Beberapa jenis corona virus adalah penyebab penyakit serius. Berbagai
penyakit yang mungkin bisa disebabkan oleh coronavirus adalah sebagai
berikut:
1. MERS
Sekitar 858 orang meninggal dunia karena MERS, yang pertama kali
muncul pada 2012 di Arab Saudi dan di negara lain di Timur Tengah,
Afrika, Asia, dan Eropa. Pada April 2014, orang Amerika pertama
mendapat perawatan khusus di rumah sakit karena MERS di Indiana dan
kasus lain dilaporkan juga terjadi di Florida. Keduanya diketahui baru
kembali dari Arab Saudi. Pada Mei 2015, kejadian luar biasa MERS
terjadi di Korea, yang merupakan kejadian luar biasa terbesar di luar
Arab. Gejala MERS akibat coronavirus adalah demam, kesulitan
bernapas, dan batuk. Penyakit menyebar melalui kontak dekat dengan
orang yang telah terinfeksi. Namun, semua kasus MERS berkaitan
dengan orang yang baru kembali dari perjalanan ke Semenanjung Arab.
MERS berakibat fatal pada 30-40% pengidapnya.
2. SARS
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh SARS-CoV. Penyakit ini biasanya
mengakibatkan pneumonia yang mengancam jiwa. Virus itu awalnya
muncul di Provinsi Guangdong di Tiongkok Selatan pada November
2002, hingga akhirnya tiba di Hong Kong. SARS-CoV kemudian mulai
menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menginfeksi orang di 37
negara. Pada 2003, sebanyak 774 orang meninggal dunia karena kejadian
luar biasa SARS. Pada tahun 2015, tidak ada laporan lebih lanjut tentang
kasus SARS. Gejala penyakit SARS berkembang dalam waktu seminggu
dan diawali dengan demam. Sama seperti flu, gejala yang dirasakan
orang dengan penyakit SARS akibat coronavirus adalah batuk kering,
panas dingin, diare, sesak napas, pneumonia, infeksi paru-paru parah,
6
mungkin akan berkembang setelahnya. Pada tahap lanjut, SARS
menyebabkan kegagalan pada paru-paru, hati, atau jantung.
7
coronavirus adalah yang umumnya lebih sering terjadi pada pengidap
gangguan hati dan jantung, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah, bayi, dan orang tua.
8
“Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terkena COVID-19, sakit parah
dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka
yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah
jantung, atau diabetes, lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit
menjadi lebih serius. Sekitar 2 persen orang dengan penyakit ini telah
meninggal dunia," ucap Drysdale.
Pedoman manajemen klinis saat ini merekomendasikan pasien
untuk keluar dari rumah sakit setelah dua hasil negatif berturut -turut
setidaknya dalam 24 jam.
Saat ini, ada periode sekitar 20 hari antara timbulnya gejala dan
pemulihan penuh, tetapi Drysdale mencatat bahwa COVID-19 adalah
penyakit baru, dan para ahli membutuhkan lebih banyak data
epidemiologis untuk menentukan apakah seseorang telah kebal setelah
infeksi.
Ini juga tidak akurat untuk membandingkan COVID-19 dengan
virus influenza tahunan. Drysdale mengatakan bahwa COVID-19 adalah
virus unik dengan karakteristik unik.
Baik COVID-19 dan influenza menyebabkan penyakit pernapasan
dan menyebar dengan cara yang sama, yaitu melalui tetesan kecil cairan
dari hidung dan mulut seseorang yang sakit, tetapi ada perbedaan
penting antara keduanya.
"Pertama, COVID-19 tidak mentransmisikan seefisien influenza,
dari data yang kami miliki sejauh ini. Dengan influenza, orang yang
terinfeksi tetapi belum sakit adalah pendorong utama penularan, yang
tampaknya bukan kasus COVID-19. Bukti dari China adalah bahwa
hanya 1 persen dari kasus yang dilaporkan tidak memiliki gejala, dan
sebagian besar dari kasus tersebut melaporkan gejala dalam 2 hari,"
jelas Drysdale. Selain itu, saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah
COVID-19. Di sisi lain, para pakar saat ini telah memperingatkan
bahwa COVID-19 sudah menjadi pandemi.
9
WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai "darurat kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian internasional".
Para ahli mengatakan, perlindungan terbaik terhadap COVID -19
adalah intervensi non-farmasi, langkah-langkah pencegahan seperti
mencuci tangan secara menyeluruh, menutupi mulut saat batuk, da n
bersin dengan tisu, mendisinfeksi permukaan di sekitar rumah dan
ruang kerja, dan menghindari kontak dengan orang-orang yang
diketahui sakit.
10
3. Menyentuh permukaan benda yang terdapat virus kemudian menyentuh
wajah (hidung, mata, dan mulut) tanpa mencuci tangan.
Ada pula kemungkinan droplet virus corona penyebab SARS bertahan di
udara dan menular melalui perantara sesuai dengan tabel berikut:
Jenis permukaan Contoh Satuan per hari/jam
Logam Gagang pintu, perhiasan, 5 hari
sendok garpu.
Gelas Gelas, cermin, jendela Hingga 5 hari
Keramik Piring, tembikar gelas mug 5 hari
Kertas Koran, majalah Hingga 5 hari
Kayu Furniture, hiasan kayu 4 hari
Plastik Botol susu, bangku kereta, 2-3 hari
tombol elevator.
Stainless steel Kulkas, panci penggorengan, 2-3 hari
bak cuci piring, botol minum.
Kardus Kotak paket 1 hari
Alumunium Kaleng soda, kertas timah botol 2-8 jam
minum
Tembaga Ceret teh, alat masak, uang 4 jam
receh
11
Prevention). Untuk meningkatkan kemungkinan mendeteksi infeksi, CDC
merekomendasikan pengumpulan tiga jenis spesimen: pernapasan bawah,
pernapasan atas, dan spesimen serum untuk pengujian. Peran CDC antara
lain:
1. CDC telah mengirimkan tim multidisiplin ke Washington, Illinois,
California, dan Arizona untuk membantu departemen kesehatan dengan
manajemen klinis, pelacakan kontak, dan komunikasi.
2. CDC telah mengembangkan tes Reaksi-Polymerase Chain Reaction
(rRT-PCR) real-time yang dapat mendiagnosis COVID-19 dalam sampel
serum pernapasan dari spesimen klinis.
3. Saat ini, pengujian untuk virus ini harus dilakukan di CDC, tetapi dalam
beberapa hari dan minggu mendatang, CDC akan berbagi tes ini dengan
mitra domestik dan internasional.
4. CDC mengunggah seluruh genom virus dari kelima kasus yang
dilaporkan di Amerika Serikat ke GenBank.
5. CDC juga menumbuhkan virus dalam kultur sel, yang diperlukan untuk
penelitian lebih lanjut, termasuk untuk karakterisasi genetik tambahan.
Adapun beberapa cara untuk mendiagnosis corona virus yang dilakukan
oleh dokter untuk mencari informasi tentang virus corona yaitu:
1. Melihat riwayat kesehatan, termasuk gejala yang dirasakan
2. Melakukan pemeriksaan fisik
3. Melakukan tes darah
4. Melakukan tes laboratorium terhadap dahak, sampel dari tenggorokan,
atau spesimen pernapasan lainnya.
5. Jika mengalami gejala yang telah disebutkan, maka perlu memberi tahu
dokter soal lokasi yang baru dikunjungi atau kontak dengan hewan.
Sebagian besar infeksi MERS-CoV ditemukan berasal dari Semenanjung
Arab.
6. Sementara itu, untuk SARS-CoV umumnya berasal dari daerah
Tiongkok. Penting pula untuk memberi tahu dokter apabila baru saja dari
daerah wabah atau tempat-tempat umum yang dicurigai terinfeksi virus
12
ini.Kontak dengan hewan-hewan pembawa virus ini, seperti unta dan
ular, atau menggunakan produk berbahan unta juga penting untuk
disampaikan demi membantu diagnosis penyakit akibat coronavirus.
13
zinc memicu respons kekebalan tubuh. Selain itu, zat besi membantu
penyerapan vitamin C.
11. Seluruh dunia saat ini juga sedang menerapkan social distancing dengan
membatasi aktivitas di luar rumah serta kontak dengan orang lain. Ini
adalah cara yang efektif untuk mengurangi risiko penularan dan
meratakan kurva pandemi COVID-19.
14
7. Kenakan, gunakan, lepas, dan buang alat pelindung diri dengan benar.
8. Pantau sendiri tanda-tanda penyakit dan isolasi diri atau laporkan
penyakit kepada manajer, jika itu terjadi.
9. Anjurkan manajemen jika mereka mengalami tanda-tanda stres yang
tidak semestinya atau tantangan kesehatan mental yang memerlukan
intervensi dukungan.
10. Laporkan kepada atasan langsung segala situasi yang menurut mereka
memiliki justifikasi yang masuk akal yang dapat menimbulkan bahaya
serius bagi kehidupan atau kesehatan.
15
b. Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk, dan
sesak napas dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina
baru-baru ini harus ditempatkan di bawah isolasi segera.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk
pasien dengan COVID-19 adalah:
a. Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari
patogen akibat paparan COVID-19.
b. Pengetahuan yang kurang terkait dengan ketidaktahuan dengan
informasi penularan penyakit.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
d. Gangguan pola pernapasan terkait dengan sesak napas.
e. Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui.
3. Intervensi Keperawatan
Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang
didiagnosis dengan COVID-19:
a. Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya
dimulai dengan suhu tinggi; pantau juga laju pernapasan pasien
karena sesak napas adalah gejala umum lainnya.
b. Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan
pernapasan dapat menyebabkan hipoksia.
c. Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat
tidur pasien; buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien
untuk menutup mulut saat batuk atau bersin; menggunakan masker,
dan menyarankan mereka yang memasuki ruangan untuk memakai
masker juga; letakkan stiker pernapasan pada bagan, linen, dan
sebagainya.
d. Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-
orang untuk mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau
mencegah penularan virus.
16
e. Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi
untuk mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan
metabolisme.
f. Berikan penkes pada pasien dan keluarga. Berikan informasi
tentang penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit,
komplikasi, dan perlindungan dari virus.
4. Implementasi Keperawatan
a. Cegah penyebaran infeksi.
b. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
d. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Kurangi kecemasan.
5. Evaluasi
a. Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan dengan
PHBS dan isolasi pernafasan adekuat.
b. Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
c. Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat.
d. Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali
normal.
e. Pasien tidak terlihat cemas.
6. Dokumentasi
Pedoman dokumentasi untuk pasien dengan COVID-19 meliputi:
1) Temuan individu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi,
interaksi, sifat pertukaran sosial, spesifik perilaku individu.
2) Keyakinan budaya dan agama, dan harapan.
3) Paket perawatan.
4) Rencana pengajaran.
5) Tanggapan terhadap intervensi, pengajaran, dan tindakan yang
dilakukan.
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
18
A. Primary Survey
1. Airway (A) : Terdapat bunyi stridor RR: 34 x/menit, HR: 118
x/menit, saturasi O2 80%.
2. Breathing (B) : Klien terpasang rebreathing mask 10 L, perubahan
irama dan frekuensi nafas, pergerakan dinding dada simetris, ada
retraksi dinding dada, pH: 7, 28, pCO2: 29,4 mmHg, pO2: 76 mmHg,
saturasi O2: 80%.
3. Circulation (C) : Konjungtiva klien tampak anemi, tidak ada
sianosis, tidak ada suara bruit pada leher, nadi karotis teraba lemah,
akral hangat CRT > 2 detik
4. Disability (D) : Kesadaran klien sopor GCS 6 (E2V2M2), pupil
isokor, reflek cahaya positif kanan dan kiri, kekuatan otot dan ROM
tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran.
B. Survey Sekunder
1. Exposure (E) : Terdapat hematom di dahi
2. Fluid, faranheit (F) : Tidak ada udem pada klien, turgor kulit > 2
detik, klien terpasang infus asering 500 ml/24 jam, RL 500 ml/24
jam, terpasang DC dengan jumlah urine 2000 ml, terpasang NGT
untuk melihat cairan (tidak ada cairan pada saat pengkajian),
terpasang cup nilai 4 mmHg, kulit tampak berkeringat (diaporesis),
akral teraba hangat
3. Get vital sign (G) : TD: 80/60 mmHg, HR: 118 x/menit, saturasi O2:
80%, RR: 34 x/menit, Suhu: 41oC, EKG sinus takikardia
4. Head to toe, history (H)
a. Kepala : ada hematom di dahi
b. Mata : pupil isokor, reflek cahaya ka +/ki +, fungsi
penglihatan tidak terkaji karena klien
mengalami penurunan kesadaran
c. Hidung : terpasang NGT untuk menampung cairan
d. Mulut : mukosa bibir tampak kering,
e. Telinga : tidak ada gangguan
19
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP
g. Dada : ada retraksi dinding dada, pergerakan
dinding dada simetris
h. Abdomen : terdapat benjolan pada perut sebelah kanan,
bising usus 12 x/menit
i. Genetalia : terpasang DC (dower cateter)
j. Ekstremitas : kekuatan otot dan ROM tidak terkaji
karena klien mengalami penurunan
kesadaran
5. Inspect the posterior (I) : Tidak ada luka pada punggung/tulang
belakang
C. Data penunjang
Radiologi
20
Agama : Islam
Diagnosa Medis : COVID-19
21
ml/24 jam, terpasang DC dengan jumlah urine 2000 ml,
terpasang NGT untuk melihat cairan (tidak ada cairan pada saat
pengkajian), terpasang cup nilai 4 mmHg, kulit tampak
berkeringat (diaporesis), akral teraba hangat
c. Get vital sign : TD: 80/60 mmHg, HR: 118 x/menit, saturasi
O2: 80%, RR: 34 x/menit, Suhu: 41oC, EKG sinus takikardia
d. Head to toe, history
1) Kepala : ada hematom di dahi
2) Mata :Pupil isokor,reflek cahaya ka+/ki+, fungsi
penglihatan tidak terkaji karena klien
mengalami penurunan kesadaran.
3) Hidung : terpasang NGT untuk menampung cairan
4) Mulut : mukosa bibir tampak kering,
5) Telinga : tidak ada gangguan
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP
7) Dada : ada retraksi dinding dada, pergerakan
dinding dada simetris
8) Abdomen : terdapat benjolan pada perut sebelah kanan,
bising usus 12 x/menit
9) Genetalia : terpasang DC (dower cateter)
10) Ekstremitas : kekuatan otot dan ROM tidak terkaji
karena klien mengalami penurunan
kesadaran
e. Data penunjang
1) Radiologi : ada gambaran GGO bilateral, Penebalan
Septum, adanya Gambaran Crazy Mozaik,Pasien harus
segera dilakukan early intubasi
2) Uji diagnostik analisa darah: pCO2: 29,4 mmHg, pO2: 76
mmHg
22
f. Terapi
1) Saturasi O2 80%
2) Terpasang infus asering 500ml/24 jam
3) Ringer Laktat 500ml/24 jam.
B. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds : Virus Covid-19 Ketidak
Pasien jatuh dari kamar ↓ Efektifan
mandi dan tidak sadarkan Terkontaminasi covid- perfusi
diri 19 dari orang/benda jaringan
Do: yang positif Covid-19 perifer
Kesadaran : Sopor ↓
GCS 6 (E2,V2,M2) Masuk dan terjadi
Terdapat hematoma di infeksi saluran
dahi pernafasan bawah
Konjungtiva tampak ↓
23
aktifasi bradikinin
↓
vasodilator kapiler dan
penebalan kapiler
meningkat
↓
perpindahan eksudat
plasma ke intertisiel
↓
edema ruang kapiler
alveoli
↓
penurunan difusi
oksigen
↓
gangguan pertukaran
gas
↓
penurunan saturasi
oksigen
↓
hipoksia jaringan
ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Ds: Virus Covid-19 Gangguan
Pasien jatuh dari kamar ↓ pertukaran
mandi dan tidak sadarkan Terkontaminasi covid- gas
diri 19 dari orang/benda
Do: yang positif Covid-19
Terdapat bunyi stridor ↓
Masuk dan terjadi
24
RR: 34 x/menit, infeksi saluran
Ada retraksi dinding pernafasan bawah
dada ↓
pH: 7, 28, Parenkim paru
25
oksigen
↓
gangguan pertukaran
gas
Ds : Virus Covid-19 Hipertermia
Pasien jatuh dari kamar ↓
mandi dan tidak sadarkan Terkontaminasi covid-
diri 19 dari orang/benda
yang positif Covid-19
Do: ↓
Suhu: 41oC Masuk dan terjadi
akral teraba hangat infeksi saluran
kulit tampak berkeringat pernafasan bawah
(diaporesis) ↓
26
vasodilator kapiler dan
penebalan kapiler
meningkat
↓
aktifasi proses
fagositosis oleh netrofil
dan makrofag
↓
penumpukan
fibrin,eksudat,
ritrosit,dan leukosit
↓
pelepasan pirogen
endogen(Sitokin)
↓
interleukin1 dan
interleukin-6
↓
menembus sawar otak
pembentukan
prostagladin otak
↓
merangsang
hipotalamus
meningkatkan suhu
↓
menggigil,
meningkatkan suhu
basal
↓
hipertermia
27
C. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan saturasi oksigen.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia jaringan
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
D. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Ketidakefektifan Tekanan sistol 1. Monitor adanya 1. Mengetahui
perfusi jaringan dan diastol berada daerah tertentu keefektifan
berhubungan dalam rentang yang hanya peka fungsi saraf.
dengan yang diharapkan. terhadap 2. Mempermudah
penurunan Tidak ada tanda- panas/dingin/tajam memberikan
saturasi oksigen tanda peningkatan /tumpul intervensi
tekanan 2. Monitor adanya selanjutnya.
intrakranial. paretese 3. Mencegah
3. Batasi gerakan terjadinya
kepala, leher dan komplikasi
punggung 4. Untuk
4. Kolaborasi menahan rasa
pemberian sakit berlebih
analgesik
Gangguan Memelihara 1. Posisikan pasien 1. Memaksimalka
pertukaran gas kebersihan paru- untuk n asupan
berhubungan paru dan bebas memaksimalkan oksigen dalam
dengan hipoksia dari tanda-tanda ventilasi tubuh.
jaringan. distress 2. Lakukan fisioterapi 2. Mengetahui
pernafasan dada jika perlu fungsi otot-otot
Tanda tanda vital 3. Auskultasi suara pernafasan
dalam rentang nafas, catat adanya 3. Mengetahui
28
normal suara tambahan adanya suara
Status neurologis 4. Monitor respirasi gangguan
dalam batas dan status O2 saluran
normal 5. Catat pergerakan pernafasan
dada, amati 4. Mengetahui
kesimetrisan, adanya
penggunaan otot perubahan
tambahan, retraksi respirasi dan
otot supraclavicular status O2
dan intercostal pasien
6. Monitor pola nafas 5. Mengetahui
bradipena/takipenia adanya
7. Auskultasi bunyi kelainan pada
jantung, jumlah, otot pernafasan
irama dan denyut 6. Mengetahui
jantung pola nafas
pasien
7. Mengetahui
adanya
kelainan pada
jantung pasien
Hipertermi Suhu dalam nilai 1. Monitor suhu setiap 1. Untuk
berhubungan normal yaitu 36 – 2jam sekali mengetahui
dengan penyakit 370C 2. Monitor warna dan perubahan
Nadi dan RR suhu kulit suhu tubuh
dalam rentang 3. Monitor tekanan pasien.
normal darah, nadi dan RR 2. Mengetahui
Tidak ada 4. Monitor penurunan perfusi pada
perubahan warna kesadaran kulit pasien.
kulit dan tidak ada 5. Selimuti pasien 3. Untuk
pusing, merasa
6. Kompres pasien memantau
29
nyaman pada lipat paha dan kondisi klien
aksila atau
7. Kolaborasi mengidentifika
pemberian si masalah dan
antipiretik mengevaluasi
respon pasien
terhadap
intervensi.
4. Mengetahui
kesadaran
pasien
5. Menyesuaikan
suhu tubuh
pasien
6. Membantu
mengembalika
n suhu tubuh
pasien
7. Untuk
menurunkan
hipertermi
30
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Corona virus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan
penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Gejala ringan kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:
Batuk, Letih, Sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh dan Secara umum
merasa tidak enak badan. Gejala berat kasus infeksi virus Corona atau
COVID-19: Kesulitan bernapas, Infeksi pneumonia, Sakit di bagian perut dan
Nafsu makan turun. Ciri-ciri virus Corona atau COVID-19 dan gejalanya
kebanyakan muncul 2-10 hari setelah kontak dengan virus. Tapi pada
beberapa kasus, ciri-ciri awal Corona virus dan gejalanya baru muncul sekitar
24 hari. Untuk membedakan ciri-ciri awal Corona dan flu biasa, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu: Dalam 14 hari sempat bepergian ke negara
yang dianggap sumber virus Corona dan Sempat kontak dengan pasien yang
mengalami infeksi Corona.
4.2. Saran
Diharapkan masyarakat dapat memahami materi yang telah diberikan,
dan dapat menginterpretasikan dalam melakukan pencegahan dan upaya
penanggulangan terhadap menularan virus covid-19 ini. Pencegahannya bisa
dengan sering mencuci tangan dengan sabun, gunakan masker bila flu &
batuk, hindari kontak dengan hewan, bila flu, batuk, sesak napas segera ke
pelayanan kesehatan, konsumsi gizi seimbang (perbanyak sayur dan buah),
jangan mengkonsumsi daging yang tidak dimasak, rajin olahraga dan istirahat
yang cukup.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE
Volume 2, Nomor 1, February 2020, p. 187 – 192
PENDAHULUAN
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru
(SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal
mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai
saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus satu ini. (Data WHO, 1
Maret 2020) (PDPI, 2020).
Pada awalnya data epidemiologi
menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di
Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok (Huang, et.al., 2020). Sampel isolat dari pasien diteliti dengan
https://wellness.journalpress.id/wellness
Email: wellness.buletin@gmail.com
33
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, – 188
Yuliana
hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019
novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020,
World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome
coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-
19) (WHO, 2020). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui
antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat
kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus
“super spreader”. (Channel News Asia, 2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia
ini dapat menular dari manusia ke manusia (Relman, 2020). Sampai saat ini virus ini dengan cepat
menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
Saat ini ada sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut data WHO per tanggal 2 Maret
2020 jumlah penderita 90.308 terinfeksi Covid-19. Di Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi 2
orang. Angka kematian mencapai 3.087 atau 2.3% dengan angka kesembuhan 45.726 orang.
Terbukti pasien konfrimasi Covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana
penderita kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang tinggal di malaysia.
Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk dan sesak napas (WHO, 2020).
Berdasarkan data sampai dengan 2 Maret 2020, angka mortalitas di seluruh dunia 2,3% sedangkan
khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di provinsi Hubei 3,1%. Angka ini diprovinsi lain di
Tiongkok adalah 0,16%.8,9 Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6
orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang, et.al., 2020). Kasus
kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien
lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di liver (The Straits
Time, 2020).
Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian yang pertama kali. Tahun 2002
severe acute respiratory syndrome (SARS) disebakan oleh SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan
penyakit Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012
disebabkan oleh MERS-Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000
(1000-an kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan
MERS lebih tinggi yaitu sekitar 40%. (PDPI, 2020).
METODE
Jurnal laporan kasus diambil dari kasus yang ada di puskesmas dan referensi dari berbagai sumber
dari (Medscape, emedicine, data WHO dan lain-lain) kemudian diambil ringkasan dari sumber
tersebut yang dijadikan satu menjadi bahan bacaan.
Yuliana
asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin
tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Wang, 2020; Korsman, 2012).
Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama yang
muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan
sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat
dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang
muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat
muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
(PDPI, 2020)
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik.
Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok,
kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, – 190
Yuliana
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis
atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda
pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernapas
c. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa:
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress pernapasan
berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar. 26
Penegakkan Diagnosis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk kering
(sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak.
a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
1. Seseorang yang mengalami:
a. Demam (≥380C) atau riwayat demam
b. Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c. Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau gambaran radiologis. (pada
pasien immunocompromised presentasi kemungkinan atipikal) DAN disertai minimal
satu kondisi sebagai berikut :
Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/ negara yang terjangkit*
dalam 14 hari sebelum timbul gejala
Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) berat yang tidak diketahui penyebab / etiologi
penyakitnya, tanpa memperhatikan riwayat bepergian atau tempat tinggal.29
2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai berat dan salah satu
berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala:
a. Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19, ATAU
b. Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah teridentifikasi), ATAU
c. bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan kasus terkonfirmasi atau
probable infeksi COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.*
d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu ≥380C) atau riwayat
demam.29
b. Orang dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa pneumonia yang memiliki
riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu
atau lebih riwayat paparan diantaranya:
Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi
COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan
penyakit),
Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di
Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit
Yuliana
c. Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi inkonklusif atau tidak
dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta
coronavirus.29,30
d. Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan dapat
menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,
tampilan groundglass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)
Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube
dapat berupa aspirat endotrakeal
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan bronkus,
cairan pleura) dan darah26,27 Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi
antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah)26
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan).
Tatalaksana Umum
1. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun sedang.
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)26
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit27
4. Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress napas, hipoksemia atau syok.
Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil
dan ≥ 92-95% pada pasien hamil
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien dengan SARI harus
diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat
memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan
elektrolit
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang
diperlukan.
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana pneumonia viral
atau ARDS selain ada indikasi lain.
10. Observasi ketat
11. Pahami komorbid pasien
Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-19. Belum ada tatalaksana
antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi
Yuliana
lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan
ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang
belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite
etik atau melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI),
dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia
COVID-19 ini (PDPI, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Channel News Asia. (2020). Wuhan virus outbreak: 15 medical workers infected, 1 in critical
condition. [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available
on:https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia-outbreak-health-workers-
coronavirus-12294212
Fehr, A.R., Perlman, S. (2015). Coronavirus: An Overview of Their Replication and Pathogenesis.
Methods Mol Biol. 2015 ; 1282: 1–5
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao ,J., Zan,g Li., Fan, G., etc. (2020). Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.
Korsman, S.N.J., van Zyl, G.U., Nutt, L., Andersson, M.I, Presier, W. (2012). Viroloy. Chins:
Churchill Livingston Elsevier
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019-nCoV.
PDPI: Jakarta
Relman, E. (2020). Business insider Singapore. Cited Jan 28th 2020. Available
on:https://www.businessinsider.sg/deadly-china-wuhan-virusspreading- human-to-human-
officials-confirm-2020- 1/?r=US&IR=T.
WHO. (2020). WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov on 11
February 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals- remarks-at-the-media-
briefing-on-2019-ncov-on-11-february- 2020. (Feb 12th 2020)
Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China