Anda di halaman 1dari 60

Sistem Struktur Bangunan

Bertingkat Tinggi
(Highrise Building)
Latar Belakang
1. Arsitektur adalah ilmu pengetahuan dan seni yang
menciptakan lingkungan buatan manusia.
2. Struktur, sebagai salah satu faktor yang berperan penting
dalam proses terbentuknya bangunan arsitektur.
3. Bentuk Arsitektur yang benar, bila dikupas lebih dalam
akan memperlihatkan bentuk strukturnya
PENGERTIAN STRUKTUR
1. Struktur adalah “keteraturan” pada suatu bangunan.
Sedang bentuk adalah bentuk fisik yang dapat
digambarkan sebagai garis, bidang serta ruang baik
padat maupun yang berongga. Hubungan struktur dan
bentuk adalah bahwa bentuk struktur akan mempengaruhi
bentuk bangunan bangunan arsitektur
2. Pada dasarnya sistem struktur bangunan merupakan
susunan/gabungan dari berbagai elemen struktur secara
tiga dimensi, yang cukup rumit
3. Fungsi utama dari sistem struktur adalah memikul secara
aman dan efektif beban beban vertikal,horizontal,
pembebanan temperatur, getaran dan sebagainya yang
bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah
melalui pondasi
4. Sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton
bertulang, baja maupun komposit, selalu ada komponen
(subsistem) yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi
dan sistem untuk menahan gaya lateral (gbr.31)
SISTEM
P E N A H A N G AY A
GRAVITASI
SISTEM PENAHAN GAYA GRAVITASI
1. Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan
beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan
2. Struktur lantai merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga
pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, seperti:
a. Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai makin
berkurang dimensi kolom dan pondasinya serta makin memungkinkan
menggunakan bentang lebih besar
b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi
c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan
d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api
e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika pelaksanaan
pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang
f. Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat
lantai (scapolding)
SISTEM PENAHAN GAYA GRAVITASI
3. Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi
dari pelat dengan balok induk (ginder) atau balok anak
(beam) atau rusuk (rib atau joist) (gbr.3.2)
4. Pelat satu arah (one way slab) ditumpu oleh balok anak yang
ditempatkan sejajar satu dengan lainnya, dan perhitungan pelat
dapat dianggap sebagai balok tipis yang ditumpu oleh banyak
tumpuan
5.Plat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) ditumpu oleh
rusuk, anak balokyang jarak satu dengan lainnya sangat
berdekatan, sehingga secara viisual hampir sama dengan pelat
satu arah
6.Pelat yang keempat sisinya ditumpu oleh balok dengan
perbandingan lx /ly ≤ 2, disebut pelat dua arah, sehingga
perhitungan pelat perlu dilakukan dengan menggunakan
pendekatan dua arah; biasanya dengan menggunakan tabel
tertentu (tbl.3.11)
7.Dua jenis berikutnya adalah pelat dua arah yang tidak ditumpu
oleh balok, tetapi langsung oleh kolom, jenis pertama, pelat
lantai ditumpu langsung oleh kolom tanpa penebalan
disekeliling kolom (drop panel)dan atau kepala kolom (column
capital), beban vertikal langsung dipikul oleh kolom dari
segala arah
SISTIM PENAHAN GAYA GRAVITASI

8. Pada jenis kedua, puncak kolom terdapat penebalan


pelat lantai dan atau kepala kolom (flat slab),
sehingga dapat memikul gaya geser atau momem lentur
yang lebih besar
9. Pelat wafel adalah pelat dua arah yang ditumpu oleh
rusuk dua arah. Pelat ini memberikan kekuatan yang
cukup besar, sehingga dapat memikul beban vertikal
atau dapat digunakan untuk bentang lantai yang besar
SISTEM PENAHAN GAYA
LATERAL
SISTEM PENAHAN GAYA LATERAL
1. Hal penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas
dan kemampuannya untuk menahan gaya lateral, baik yang
disebabkan oleh angin atau gempa bumi (beban angin terkait
pada dimensi tinggi bangunan, sedang beban gempa terkait pada
masa bangunan
2. Kolom pada bangunan tinggi perlu dipekokoh dengan sistim
pengaku untuk dapat menahan gaya lateral, agar deformasi
akibat gaya horizontal tidak melampaui ketentuan yang
disyaratkan (P-D Effect)
3. Pengaku gaya lateral adalah portal penahan momen, dinding
geser atau rangka pengaku (gbr3.1)
4. Portal ini terdiri dari komponen horizontal dan vertikal
berupa balok dan kolom yang dihubungkan secara kaku (rigid
joints)
5. Dinding geser (shear wall) sebagai komponen struktur vertikal
yang relatif sangat kaku, dinding ini hanya boleh memiliki
bukaan sekitar 5%, fungsi dinding geser berubah menjadi
dinding penahan beban (bearing wall) jika menerima beban
tegak lurus.
Pembebanan Pada
Bangunan Bertingkat Banyak
(Highrise Building)
PEMBEBANAN PADA BANGUNAN
1. Beban Mati (BM)
2. Beban Hidup (BH)
3. Beban Angin (BA)
4. Beban Gempa
BEBAN MATI (BM)
1. Beban Mati adalah berat dari semua bagian bangunan
yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan,
mesin-mesin serta peralatan tetap (fixed equipment)
2. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
1983, berat sendiri bahan bangunan dan komponen
dapat dilihat pada tabel (tbl.3.1)
TABEL .3.1. Berat Sendiri Bahan bangunan dan Komponen Gedung

N0 BAHAN BANGUNAN Kg/m3


1 Baja 7850
2 Batu Alam 2600
3 Batu belah/Bulat/Gunung 1500
4 Batu Karang 700
5 Batu Pecah (Split) 1450
6 Besi Tuang 7250
7 Beton (untuk Struktur) 2200
8 Beton Bertulang 2400
9 Kayu (kls I) 1000
10 Kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1650
11 Pasangan Batu Merah 1750
12 Pasangan batu belah/bulat/gunung 2200
13 Pasangan batu cetak 2200
14 Pasangan batu karang 1450
15 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
16 Pasir (jenuh air) 1800
17 Pasir, krikil,koral (keringudara-lembab) 1850
18 Tanah Hitam (Timbe) 11400
19 Tanah,Lempung &lanau (kering-lembab) 1700
TABEL.3.1. Berat sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung

NO KOMPONEN GEDUNG Kg/m2


1 Adukan, per cm tebal :

- Dari semen 21

- Dari kapur, semen merah atau tras 17

2 Aspal, per cm tebal 14

3 Dinding pasangan bata merah

- Satu batu 450

- Setengah batu 250

4 Dinding batako bertulang

- Tebal dinding 20 cm 200

- Tebal Dinding 10 cm 120

5 Dinding batako tanpa luban

- Tebal Dinding 15 cm 300

- Tebal Dinding 10 cm 200

6 Langit-Langit

- Serat Semen, tebal maks 4 mm 11

- Kaca, tebal 3-4 mm 10


TABEL.3.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan
Komponen Gedung
NO KOMPONEN GEDUNG Kg/m2

7 Lantai Kayu dengan balok (rumah tinggal) 40

8 Penggantung Plafon (bentang maks 5 m) 7

9 Penutup Atap :

- Genteng/Kaso/Reng per m2 luas atap 50

- Sirap/Kaso/Reng per m2 luas atap 24

- Serat semen gelombang (tebal maks 5 mm) 11

- Aluminium Gelombang 5

10 Penutup lantai (Teraso, keramik dan beton) 24


TABEL 3.2 Beban Mati Menurut Jenis Struktur Bangunan
NO JENIS STRUKTUR BEBAN MATI (Kg/m2)
1 Beton Bertulang
- Portal 0,30 X 2400 = 720
- Portal & Inti/Dinding Geser 0,35 X 2400 = 840
- Tabung dalam Tabung 0,40 X 2400 = 960
- Kotak/Panil 0,20 X 2400 = 480
2 Baja
- Ketinggian  30 lantai 100
- Ketinggian  30 lantai 150
- Balok Anak 20
- Balok Induk 35
- Deck plate 15
- Kolom 30
3 Komposit
- Ketinggian  30 lantai 100 + 480 = 580
- Ketinggian  30 lantai 150 + 480 = 630
4 Elemen Arsitektural (finishing) 100
TABEL 3.3 Perkiraan Volume Baja dan Beton

NO URAIAN PERKIRAAN VOLUME


1 Pelat Lantai 1% luas penampang beton = 200 kg/m3 beton
2 Balok 3% luas penampang beton = 300 kg/m3 beton
3 Kolom 4% luas penampang beton = 400 kg/m3 beton
4 Fondasi
- Basement 0,5 m3 beton per m2 lantai basement
- Rakit 1,2 m3 beton per m2 lantai fondasi
BEBAN HIDUP (BH)
1. Beban Hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan bangunan, didalamnya
termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah (moveable
equipment) mesin-mesin serta eralatan yang tidak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan
dan dapat diganti selama masa hidup dari bangunan itu,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
lantai dan atap bangunan tersebut
2. Khusus untuk atap yang dianggap beban hidup termasuk
beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik)
butiran hujan
3. Beban Hidup tidak termasuk Beban Angin dan Beban Gempa
TABEL 3.4 Beban Hidup Pada lantai Gedung

NO URAIAN Kg/m2
1 Lantai dan Tangga rumah tinggal 200
2 Lantai dan rumah tinggal sederhana 125
3 Lantai sekolah,kantor,toko,rest,hotel,asrama & rumah sakit 250
4 Lantai ruang Olah Raga 400
5 Lantai ruang dansa 500
6 Lantai balkon ruang pertemuan, bioskop, ibadah 400
7 Panggung penonton dengan penonton berdiri 500
8 Tangga, bordes tangga dan gang bangunan umum 300
9 Tangga, bordes tangga dan gang gedung pertemuan 500
10 Lantai ruang perlengkapan gedung pertemuan 250
11 Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang mesin 400
12 Lantai gedung parkir ;
- untuk lantai bawah 800
- untuk lantai tingkat lainnya 400
13 Balkon yang menjorok bebas keluar 300
BEBAN ANGIN (BA)
1. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada
bangunan, atau bagian bangunan, yang disebabkan oleh
selisih dalam tekanan udara
2. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, dan
ditepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus
diambil minimum 40 kg/m2
3. Jika ada kemungkinan kecepatan angin mengakibatkan
tekanan tiup yang lebih besar, maka tekanan tiup harus
dihitung menurut rumus :


P= (kg/m²), dimana : v adalah kecepatan angin
16 dalam m/det

Persamaan 3.1
BEBAN GEMPA
1. Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen
yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang
menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
itu. Ketika pengaruh gempa pada struktur bangunan
ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka
yang diartikan dengan beban gempa disini adalah
gaya-gaya didalam struktur tersebut yang terjadi
oleh gerakan tanah akibat gempa itu
2. Setiap struktur bangunan menurut Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 03 – 1726 -2002), harus direncanakan untuk
menahan beban geser dasar akibat gempa (V) dalam
arah-arah yang ditentukan menurut rumus :
R U M U S
C.I.Wt
V = Persamaan 3.2

C adalah koefisien Gempa dasar


I adalah Faktor Keutamaan
R adalah Faktor Reduksi Gempa
Wt adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup

Wt = 1,05 (BM + 0,3 BH) Persamaan 3.3


Koefisien Gempa Dasar
Harus ditentukan dari gambar 3.5 dan gambar 3.4 untuk
wilayah gempa. Dengan memakai waktu getar alami (T)
struktur seperti ditentukan :

T = 0,085H¾ untuk Portal Baja Persamaan 3.4

T = 0,06H¾ untuk Portal Beton Persamaan 3.5

0,09 H
T = untuk struktur lainnya Persamaan 3.6

√B
Dimana : H adalah tinggi bangunan
B adalah panjang bangunan pada arah yang
ditinjau
T adalah waktu getar alami
FAKTOR KEUTAMAAN
1.Waktu ulang dari kerusakan struktur gedung akibat gempa
akan diperpanjang dengan pemakaian suatu Faktor
Keutamaan yang nilainya lebih besar dari 1,0
2.Faktor yang lebih besar harus diterapkan pada bangunan
rumah sakit yang menjadi pusat pelayanan utama usaha
penyelamatan setelah gempa terjadi, gedung-gedung
monumental dan bangunan-bangunan yang dapat mendatangkan
bahaya luar biasa kepada khalayak umum (seperti reaktor
nuklir)
3.Faktor Keutamaan untuk berbagai jenis bangunan dapat
dilihat pada lembar berikut.
TABEL 3.5 FAKTOR KEUTAMAAN-I
NO JENIS GEDUNG I1 I2 I3
1 Gedung Umum (hunian, niaga, dan kantor) 1,0 1,0 1,0

2 Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6

3 Gedung Penting (Rumah Sakit,Instalasi Air Bersih, Pembangkit


Tenaga Listrik, pusat Penyelematan Keadaan darurat, fasilitas 1,4 1,0 1,4
Radio dan televisi)
4 Gedung Tempat penyimpanan Bahan Berbahaya (gas, bahan bakar 1,6 1,0 1,6
minyak, asam, dan bahan beracun )
5 Cerobong , tangki dan Menara 1,5 1,0 1,5

Catatan :
I1 Adalah faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkautan dengan
penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur grdung
I2 Adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa dengan penyesuaian
umur gedung tersebut
l3 Adalah nilai yang dapat dikalikan 80% untuk bangunan gedung yang ijin
penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya standar ini
FAKTOR DAKTILITAS - R
Faktor Daktilitas maksimum ( μ
m ), faktor reduksi gempa
maksimum ( Rm ), dan faktor tahanan lebih struktur (f)
dan tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan
subsistem struktur gedung dapat dilihat pada Tabel 3.6
Beban geser dasar akibat gempa (V), selanjutnya harus
dibagikan sepanjang tinggi bangunan menjadi beban-beban
horizontal terpusat (gaya gempa tingkat, Fi), yang
mempunyai titik tangkap pada masing-masing taraf lantai
tingkat, menurut rumus 3.7
Wi,hi
Fi = .V Persamaan 3.7

Σwi,hi
hi adalah ketinggian lantai sampai taraf i diukur dari dasar
bangunan
Wi adalah massa lantai pada taraf i
Dan Momen Guling tingkat, Mi adalah :

H – hi
Mi = . ME Persamaan 3.8
H

Dimana : H adalah tinggi bangunan


M E adalah momen guling bangunan
KETENTUAN RANCANGAN
STRUKTUR
1.Stabilitas bangunan
2.Perkiraan Dimensi Struktur
S T A B I L I T A S
B A N G U N A N
A. BERAT SENDIRI BANGUNAN
Stabilitas Bangunan, khususnya terhadap beban gempa, dapat
diperoleh dari :
a. Berat Sendiri Bangunan
Penahan Momen Guling (Tumbang) Gempa diperoleh dari
berat sendiri bangunan

WG = 1,2 BM + 1,6 BH Persamaan 3.9


Dalam analisis stabilitas bangunan, dimana nilai
HE = V = C.I.K.Wt Persamaan 3.10
Maka dengan metode pendekatan, akan dihasilkan Momen
Guling Gempa :
ME = HE.hE = V.2/3 H Persamaan 3.11
Dimana ; V adalah beban geser dasar akibat gempa, yang
dapat diperoleh dari Persamaan 4.2
H adalah tinggi bangunan
Momen penahan guling diperoleh dari massa bangunan :
MG = WG . d Persamaan 3.11
Dimana : WG adalah total berat bangunan
d adalah jarak dari titik berat massa
bangunan ke titik guling
Stabilitas bangunan tercapai jika persyaratan berikut
terpenuhi :
MG
 1,5 Persamaan 3.12
ME
Jika seandainya Persamaan 3.12 tidak terpenuhi, maka dapat
dilakukan beberapa modifikasi, yaitu ddengan membuat
podium, basement dan lain-lain
B.MEMBUAT PODIUM

Penambahan Podium (gbr.3.8)akan memperbesar


jarak „d‟, sehingga nilai MG akan bertambah
besar, dan diharapkan dapat memenuhi
persyaratan Persamaan 3.12
DENGAN TIANG PANCANG

Adanya tiang pancang didasar bangunan maka


bangunan seakan-akan mempunyai „akar‟ yang
mengikat tanah disekitar tiang pancang.
Jumlah hambatan Pelekat (JHP) membuat bangunan
menjadi lebih kokoh dan stabil (gbr 3.9)
MEMBUAT BASEMEN
Adanya basemen pada bangunan tinggi menyebabkan
penambahan
nilai MG yang diperoleh dari tekanan Tanah Pasif (P),
sehingga Momen Penahan Guling menjadi :

MG = WG.d + P.e
Persamaan 3.13

P adalah resultante tekanan pasif pada basemen


e adalah titik tangkap gaya resultante terhadap
muka tanah
GABUNGAN PODIUM DAN BASEMEN

Penggabungan Podium dan Basemen


(dengan atau tanpa Tiang Pancang) pada
bangunan tinggi bukan saja akan memperbesar
nilai „d‟ tetapi juga nilai MG (gbr 3.11)
Selanjutnya, untuk bangunan dengan bentuk denah yang bukan
empat persegi panjang diperlukan penetapan jarak „d‟.
Mengingat bangunan terguling pada jarak „d‟ yang
minimum, maka nilai „d‟ perlu dicari terlebih dahulu
berdasarkan bentuk denah yang ada (gbr 3.12)
Setelah diketahui letak titik berat massa bangunan (Z),
maka dicarilah nilai „d‟ yang palin kecil terhadap poros
kemungkinan bangunan tersebut terguling. Sedangkan
untuk bangunan berbentuk denah segi empat, nilai „d‟
adalah setengah lebar bangunan yang terkecil (d = ½ B)
Akhirnya, stabilitas bangunan perlu diperiksa terhadap
simpangan horizontal antar tingkat diarah memanjang
bangunan, yang dihitung berdasarkan rumus :
PERKIRAAN DIMENSI
STRUKTUR
A. ELEMEN (SUBSISTEM) STRUKTUR HORIZONTAL
1. Pada bangunan tinggi, elemen struktur horizontal tidak
dipengaruhi oleh banyaknya lantai atau ketinggian
bangunan. Dimensi elemen struktur ini hanya dipengaruhi
oleh panjang bentang dan beban yang bekerja padanya
2. Struktur yang menggunakan bahan beton bertulang harus
mengacu pada SNI 03-1728-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,
sedang untuk struktur yang menggunakan bahan baja harus
mengacu pada SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara
Perencannaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
3. Elemen struktur horizontal lebih dominan memikul momen
lentur dan gaya geser, dibandingkan dengan gaya aksial,
oleh sebab itu struktur yang menggunakan bahan beton
perlu diperkuat dengan tulangan baja, terutama pada
daerah serat tariknya (gbr 3.14)
B. ELEMEN (SUBSISTEM) STRUKTUR VERTIKAL
Elemen struktur vertikal lebih dominan memikul gaya aksial
dan oleh karenanya dibedakan antara struktur yang
menggunakan bahan beton dengan yang menggunakan bahan baja

Perkiraan dimensi struktur yang menggunakan bahan beton


(beton bertulang) dapat digunakan dua pendekatan :

1.Seluruh gaya aksial dipikul oleh beton


Dimensi kolom atau dinding geser dihitung dengan
menggunakan rumus ;

P
 = Persamaan 3.19

F
Sehingga untuk dimensi kolom :

P kolom
A kolom = Persamaan 3.20

b
b adalah tegangan tekan ijin beton (tbl 3.13).
Selanjutnya untuk menhitung ketebalan dinding geser,
persamaan 3.20 menjadi :
Pdinding geser
tdg = Persamaan 3.21

l. b

tdg adalah tebal dinding geser


l adalah panjang dinding geser
2. Gaya aksial dipikul oleh beton dan tulangan baja
Perkiraan dimensi dilakukan dengan menggunakan rumus empiris
(new engineering formula) :
P kolom

 U = c 0,85.bk ( 1 -  ) +  . au  Persamaan 3.22


A kolom

Dimana :

U adalah tegangan batas rata-rata

bk adalah tegangan tekan hancur karakteristik (tabel 3.13)

au adalah tegangan batas tulangan baja (tabel 3.8)


 Adalah prosentase tulangan baja (r = 10% untuk kolom
komposit)

C adalah faktor reduksi untuk tekuk


c = 0,65 untuk penampang persegi empat/bujur sangkar
c= 0,70 untuk penampang lingkaran
TABEL 3.13 DAFTAR MUTU BETON (BEBAN TETAP)
Tegangan Ijin Notasi K-175 K-225 K-300 K-umum

Tekan Karakteristik S’ bk 175 225 300 -


Lentur - Tekan  b 60 75 100
0,33√’bk
Lentur – Tarik b 6,5 7 8
0,48√’bk
Tekan
 b 60 75 100
0,33√’bk

Tarik
Geser-lentur/puntir
 bs 5 5,5 6
0,33√’bk

Tanpa tulangan geser


b 5,5 6,5 7,5
0,40√’bk

Dengan tulangan geser


Geser-lentur & puntir  bm 14 16 18,5
1,08√’bk

Anda mungkin juga menyukai