Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
kompleks di rumah sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen pasien
yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring
pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan berkelanjutan,
rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan (discharge). Anestesi dan
sedasi umumnya dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan (continuum) dari
sedasi minimal sampai anestesi penuh. Karena respons pasien dapat berada pada
sepanjang kontinum, maka penggunaan anestesi dan sedasi dikelola secara
terintegrasi.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan dari disusunnya buku pedoman kamar operasi RSIA Buah Hati Ciputat ini
adalah untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kamar operasi yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

C. RUANG LINGKUP
1. Persiapan operasi
2. Tindakan operasi
3. Pasca Tindaka Operasi

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui
operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata
“Chirurgia” (dibaca; KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya
tangan; dan “ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan
prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut
pembedahan tanpa rawat inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari
(one-day surgery).
2. Jenis Pembedahan
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan
secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka
abses superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi
dan tenotomi
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit
untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu,
melibatkan risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan
asisten, seperti: bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai
cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang
diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan
amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur pada kaki
daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal
untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.
f. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan
untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan
pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-
langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.
g. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau
dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.
3. Sifat Operasi:
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan
penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam
keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari
proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.

E. LANDASAN HUKUM
Penyelenggaraan pelayanan bedah RSUD Nunukan sesuai dengan:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/MenKes/Per/II/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di
Bidang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan.
3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Departemen Kesehatan 2008
4. Peraturan Menteri Kesehatan 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009
pasal 36 ayat 2: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pendengalian ,pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 36 ayat 3: pengendalian, pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan.
Pasal 24 bahwa tenagan kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur
Operasional.
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit:
Pasal 1 ayat 1: Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pasal 43 ayat 1 dan 2: Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan
pasien, dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menerapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian
yang tidak diharapkan.
8. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009
Pasal 63 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengendalian, pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 63 ayat 3: Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmu Kedokteran dan ilmu Keperawatan.
Pasal 24: Bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur
Operasional.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Kualifikasi Staf Medis Di Unit Kamar Operasi RSUD Nunukan
Dokter Bedah Unit kamar Operasi menggunakan jasa Pelayanan dokter
paruh waktu (dokter spesialis bedah)
2. Kualifikasi Tenaga Perawat Unit Kamar Operasi RSUD Nunukan
b. Perawat unit kamar Operasi memiliki: Basic Cardiac Life Support
(BCLS).
c. Mempunyai sertifikat Pelatihan dasar instrumen.
d. Perawat Ruang Pulih Sadar memiliki sertifikat Basic Cardiac Life
Support (BCLS)

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang
kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan
efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan bedah di unit kamar operasi, maka dibutuhkan tenaga
dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai.

C. PENGATURAN DINAS
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di unit kamar operasi sehingga
semua kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan
dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu:
1. Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 14.00.
2. Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00.
3. Dinas Malam Jam 21.00 sampai dengan Jam 07.00.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Gambar 3.1 Denah Unit Kamar Operasi

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang tersedia pada pelayanan bedah terdiri dari :
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Set Dasar I 1 Set Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, dan
sectio C, apendiktomi.
2 Set Dasar II 1 Set Bisa dipakai untuk operasi laparotomy, sectio
C, apendiktomi.
3 Set Dasar III 1 Set Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, sectio
C, apendiktomi.
4 Set Dasar IV 1 Set Bisa dipakai untuk operasi laparatomi, sectio
C, apendiktomi.
5 Set Dasar V 1 Set Bisa dipakai untuk operasi laparatomi, sectio
C, Apendiktomi.
6 Set Dasar VI 1 Set Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, sectio
C, Apendiktomi.
7 Set Kecil (Ekstirpasi ) 2 Set Bisa dipakai untuk operasi kecil.
8 Set Hernia Anak 1 Set
9 Set Hernia Dewasa 1 Set
10 Set Ortopedi 1 Set
11 Set Struma 1 Set
12 Set Tonsilektomi 1 Set
13 Set Pediatri I 1 Set
14 Set Pediatri II 1 Set
15 Set Plastik I 3 Set
16 Set Trepanasi 1 Set
17 Set Onkologi 1 Set
18 Set Neurologi 1 Set
19 Set Kuretase 1 Set
20 Set Gall blass atau Ginjal 2 Set
21 Set Sectio Caesaria 4 Set
22 Reseksi Usus Anak 1 Set
23 Reseksi Usus Dewasa 2 Set
24 Set Histerektomi 2 Set
25 Set Tambahan 1 Set
26 Set Spinal 16 Set
27 Set Mangkok Operasi 15 Set
28 Set Bangkok Sikat 6 Set
29 Set Kocker 1 Set
30 Set Vena Seksi 1 Set
31 Liposuction 1 Set
32 Buka Gip 1 Set
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan bedah meliputi :


A. PERSIAPAN
INSTRUMEN
1. Persiapan operasi Exterpasi
a. Persiapan alat menggunakan Set kecil
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
e. Kauter
2. Persiapan kuretase
a. Persiapan alat menggunakan Set kuret
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
3. Persiapan operasi apendiktomi.
a. Persiapan alat menggunakan Set dasar.
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
e. Kauter
4. Persiapan operasi hernia
a. Persiapan alat menggunakan Set Hernia.
b. Kom mangkok
c. Suction
d. Set Linen
e. Kauter
5. Persiapan Operasi Sectio caesaria.
a. Persiapan alat menggunakan Set dasar dan Set SC
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
e. Kauter
6. Persiapan alat Hemoroid
a. Persiapan alat menggunakan Set Dasar.
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
e. Kauter
7. Persiapan Operasi Kista / Myoma Uteri
a. Persiapan alat menggunakan Set Dasar dan Set Histerektomi
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
e. Kauter
8. Persiapan Operasi laparotomi
a. Persiapan alat menggunakan Set dasar dan Set tambahan.
b. Kom mangkok
c. Set Linen
d. Suction
e. Kauter

B. PERSIAPAN LINEN
Linen packing sesuai dengan kebutuhan operasi.

C. TATA LAKSANA
ANGGOTA TIM ASUHAN PASIEN INTRA OPERATIF
Anggota tim asuhan pasien intra operatif dibagi dalam dua bagian yang terdiri dari:
1. Anggota steril.
Ahli bedah utama / operator
Asisten ahli bedah
Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2. Anggota tim yang tidak steril
Ahli atau pelaksana anaesthesi.
Perawat sirkulasi
Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit)

D. PRINSIP TINDAKAN
SELAMA PELAKSANAAN OPERASI
1. Persiapan psikologis pasien
2. Pengaturan posisi
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah:
a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi
b. Umur dan ukuran tubuh pasien
c. Tipe anestesi yang digunakan
d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(artritis).
3. Prinsip-prinsip di dalam pengaturan posisi pasien :
a. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman
b. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah
dan kakinya ditutup dengan duk
c. Amankan pasien di atas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik
yang biasanya dililitkan di atas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi
untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
d. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
e. Hindari tekanan pada dada atau bagian tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan
faktor predisposisi terjadinya trombus.
f. Jangan izinkan ekstremitas pasien terayun di luar meja operasi karena
hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya
kerusakan otot.
g. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
h. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti di tangan atau di
lengan.
i. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
4. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit
5. Penutupan Daerah Steril
6. Mempertahankan Surgical Asepsis
7. Menjaga suhu tubuh pasien dari kehilangan panas tubuh
8. Penutupan luka pembedahan
9. Perawatan drainase
10. Pengangkatan pasien ke Ruang Pemulihan, Unit Pelayanan Intensif

E. TATA LAKSANA
PERAWATAN PASIEN DI RUANG PULIH SADAR
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasien dengan anestesi regional
posisi kepala pasien semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital: Tekanan darah, Nadi, respirasi setiap 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakea
5. Beri O2 sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan output cairan.

F. TATA LAKSANA PENGELUARAN PASIEN DARI RUANG PULIH


SADAR
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1. Pasien harus pulih dari efek anestesi
2. Tanda-tanda vital harus stabil
3. Tidak ada drainase yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
6. Pengawasan pasca operasi selanjutnya diserahkan pada perawat unit.
BAB V
LOGISTIK, FARMASI, UMUM & LINEN

Daftar Inventaris Alat


No Nama Barang Spesifikasi Merk Jumlah
Kamar Operasi
1 Meja Operasi 2
Lampu Operasi 2
Meja Mayo 3
Meja Baju 2
Troli Kassa 2
Tromol Besar 2
Tromol Kecil 2
Box Vacum 2
Vacum 3
Bak Instrumen 1
Mesin Couter 2
Mesin Suction 3
Mesin Anastesi 2
Monitor 3
Tabung Oksigen 2
Regulator Anastesi 2
Trolli Obat 2
Tiang Insfus 2
Trolli Mesin Anastesi 2
Meja Dokter 2
Kursi Dokter 2
Dingklik 2
Box Cssd 2
Ac 4
Radio 1
Roll Kabel 2
Laringoscope Dewasa 1
Tempat Sampah Medis 3
Tempat Sampah Non Medis 3
Termometer Ruangan 3
Jam Dinding 2
Kaca Mata Google 3
Ember Baju Kotor 3
Box Infeksius 2
Alat – Alat Bedah
Set Laparatomy
Bak Instrumen 1
Hak L Dalam 1
Hak L Luar 1
Hak Lidah 1
Spatu 1
Pinset Anatomis 2
Pinset Sirurgis 2
Hak Besar / Blast Hak 1
Penster 6
Koher 3
Klem Tali Pusat 2
Klem Ateri 10
Duk Klem 5
Klem Lurus 6
Klem 90 / Klem Manis 2
Klem Kuat Biasa 6
Klem Kuat Gigi 2
Kanul Suctoin 1
Selang Suction 1
Miom Bor 1
Trocat 1
Scalpel 2
O Hak 1
Naldpuder 2
Gunting Jaringan 1
Gunting Benang 1
Kom Besar 1
Kom Kecil 1
Hak Otomatis 1
Sonde Besi 1
Penjepit Uterus 1
Kanul Suction Bulat 1
Klem Cuci 1
Bengkok 1
Set Alat Sectio Caesaria
Hak Besar / Blast Hak 1
O Hak 1
Penster 6
Koher 4
Duk Klem 3
Klem Tali Pusat 2
Naldpuder 2
Gunting Jaringan 1
Gunting Benang 1
Klem Cuci 1
Pinset Anatomis 1
Pinset Sirurgis 1
Scalpel 1
Bengkok 1
Kom Besar 1
Kom Kecil 1
Selang Suction 1
Bak Instrumen 1
Alat Bedah Minor
Scalpel No 3 1
Scalpel No 4 1
Pinset Anatomis Panjang 2
Pinset Anatomis Pendek 1
Pinset Sirurgis 1
Gunting Jaringan 1
Gunting Benang 1
Lob Hack 2
Klem Arteri Bengkok 4
Klem Arteri Lurus 2
Mikulik 2
Naldpuder 1
Langer Hack 2
Bengkok 1
Kom Besar 1
Bak Instrumen 1
Kom Kecil 1
Set Tubektomy
Scalpel No 4 1
Pinset Anatomis Panjang 1
Pinset Anatomis Pendek 1
Pinset Sirurgis 1
Gunting Jaringan 1
Gunting Benang 1
Kom Kecil 1
Klem Arteri Bengkok 4
Klem Arteri Lurus 2
Mikulik 2
Naldpuder 1
Langer Hack 2
Bengkok 1
Kom Besar 1
Bak Instrumen 1
Recovery Room
Bed Pasien 5
Lemari Obat 1
Inkubator 2
Tabung Oksigen 4
Regulator Oksigen 4
Infarm Warmer 1
Meja Bayi 1
Trolli Emergency 1
Timbangan 1
Tempat Sampah Medis 3
Tempat Sampah Non Medis 5
Termometer Ruangan 1
Televisi 2
Ac 5
White Board 2
Penggaris Bayi 1
Meteran 1
Komputer 1
Meja Komputer 1
Meja Perawat 2
Kursi Perawat 4

Loker 3
Telpon 1
Lemari Baju Ganti 1
Headbox 1
Lampu Emergency 1
Box Kassa 2
Oksigen Kecil 1
Roll Kabel 1
Stetoscop Dewasa 1
Tensimeter 1
Stetoscop Bayi 1
Tiang Infus 5
Lampu Sorot 1
Monitor 1
Jam Dinding 4
Sendal 10
Rak Sendal 2
Perlak 12
Scort 10
Sepatu Boot 3
Senter 1
Box Emergency Bayi 1
Sendal Ok 3
Tempat Tidur Dokter 2
Lemari Baju Ganti Dokter 1
Kulkas 1
Meja Makan 1
Magic Com 1
Pemanas Makanan 1
Peralatan Makan 12
Dispenser 1

Ruang Persiapan
Bengkok 1
Klem Tutup 1
Trolli 1
Tensimeter 1
Stetoscop 1
Spill Kit 1
Doopler 1
Box Infeksius 1

DAFTAR OBAT DAN ALKES


No. Nama Obat Spesifikasi Merk Jumlah
Benang Cromic 1 B Braun
Benang Cromic 2/0 B Braun
Benang Cromic 3/0 B Braun
Benang Safil 1 B Braun
Benang Safil 2 B Braun
Benang Safil 2/0 B Braun
Benang Safil Quick 2/0 B Braun
Benang Monosyn 1 B Braun
Benang Monosyn 3/0 B Braun
Benang Monosyn Quick B Braun
2/0
Benang Silkam 1 B Braun
Benang Atramat 2/0 B Braun
Benang Pectryl 1 Dolphin
Benang Pectryil 2/0 Dolphin
Benang Pectryl 3/0 Dolphin
Spinocan 27
Spinocan 25
Spuit 3 Cc Terumo
Spuit 5 Cc Terumo
Synto/ Induxin
Pospargin/ Metergin
Trolac/ Toramine
Epedrin
Dexamethasone
Opigran/ Kliran
Lasix
Marcain/ Bunascan
Stesolid
Ranitidine
Atropine
Sedacum
Transamin/ Intermic
Bisturi 22 B Braun
Bisturi 11
Spongostan Gelita Spon
Supratule Lomatulle
Adalat 10 Mg Farmalat
Cytotec Noprostol
Fetic Supp
Tramal Supp
Needle 27 Terumo
Rl
Nacl
Water For Injection 25 Ml Otsuka
Gelofusin
Chateter 16 Foley
Urine Bag Romed
Linapen
Selang O2 Dewasa
Pd Wash Care
Betadine/ Brounol
Underpad Molinea
Sarung Tangan 6 Gamex
Sarung Tangan 6 ½ Gamex
Sarung Tangan 7 Gamex
Sarung Tangan 7 ½ Gamex
Sarung Tangan 8 Gamex
Suction 8
Neo K
Umbilical
Spuit 1 Cc
Spuit 10 Cc
Bloodset Terumo
Venflon 18
Venflon 20
Ceftriaxone
Pro Iv Transparent
Hypavix
Micropore
Needle 27
Alcohol Swab
Sarung Tangan Sensi Gloves
Jely
Tetes Mata Polygran
Dextrose 5 %
Dextrose 10 %
Masker Tali Remedy
Topi Remedy
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan
agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus


diterapkan. Standar tersebut adalah :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas)
dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

D. SASARAN KESELAMATAN PASIEN PADA PELAYANAN BEDAH DI


RSUD NUNUKAN
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
4. Kepastian tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat – pasien operasi
Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum
tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di
lokasi yang akan dibedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara
tepat pada lokasi yang diharapkan. Tepat prosedur adalah melaksanakan
tindakan pembedahan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Tepat
pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang
tepat yang terjadwal operasi (perawat harus selalu melakukan identifikasi
pasien sebelum pasien dimasukkan kamar operasi).
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien
yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak
disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan
atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya
penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari


perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Bedah dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.

A. PERLINDUNGAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN


PETUGAS KESEHATAN
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

B. PETUNJUK PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK PETUGAS KESEHATAN


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran
penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit
perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu pada Pelayanan Bedah RSUD Nunukan
mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RSUD Nunukan yaitu :
A. KEJADIAN KEMATIAN DI KAMAR OPERASI
Ruang lingkup : Kejadian Kematian Di Kamar Operasi
Dimensi mutu : Keselamatan, efektivitas dan kompetensi
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan
anestesi dan kepedulian terhadap keselamatan pasien
Definisi operasional : Kematian di meja operasi adalah kematian yang terjadi
di kamar operasi pada saat operasi berlangsung, atau
selama pasien di ruang sadar pulih, yang diakibatkan
oleh tindakan anestesi maupun tindakan pembedahan
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi :
Numerator : Jumlah pasien yang meninggal di kamar operasi dalam
satu bulan
Denominator : Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
dalam satu bulan
Standar : 0,5%
B. KETERLAMBATAN WAKTU OPERASI
Ruang lingkup : Keterlambatan Waktu Operasi
Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah
Definisi operasional : Angka Kejadian Tertundanya Operasi Lebih Dari 30
menit
Kriteria inklusi : Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda
lebih dari 30 menit yang bukan disebabkan oleh karena
faktor pasien atau keluarganya
Kriteria eksklusi : Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda
lebih dari 30 menit yang disebabkan oleh faktor pasien
dan atau keluarganya
Numerator : Jumlah pasien yang operasinya tertunda 30 menit per
bulan
Denominator : Jumlah pasien operasi dalam bulan tersebut
Standar : 2 %
C. KETIDAKLENGKAPAN LAPORAN OPERASI

Ruang lingkup : Ketidaklengkapan Laporan Operasi


Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan kepedulian
terhadap keselamatan pasien
Definisi : Ketidaklengkapan penulisan laporan operasi setelah pasien
operasional keluar dari kamar operasi
Kriteria inklusi : Semua laporan tindakan operasi
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaklengkapan laporan operasi pada bulan tersebut
Denominator : Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut
Standar : 1%
D. KETIDAKLENGKAPAN LAPORAN ANESTESI
Ruang lingkup : Ketidaklengkapan Laporan Anestesi
Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarkannya efektivitas pelayanan anestesi dan
kepedulian terhadap keselamatan pasien
Definisi operasional : Ketidaklengkapan penulisan laporan anestesi setelah
pasien keluar dari kamar operasi
Kriteria inklusi : Semua laporan tindakan anestesi di kamar operasi
Kriteria eksklusi : -
: Jumlah ketidaklengkapan laporan anestesi pada bulan
Numerator
tersebut
Denominator : Jumlah pasien anestesi pada bulan tersebut
Standar : 1 %

E. INSIDEN KETIDAKTEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN RAWAT INAP


: Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat
Ruang lingkup
Rumah Sakit
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien rawat inap
Definisi operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan
penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk
sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.
Kriteria inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas (nama,
tanggal lahir, alamat, nomor RM)
- Ketidaktepatan pemilihan gelang identitas
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas
pasien (antara lain konfirmasi dengan pertanyaan
terbuka)
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien yang menggunakan gelang identitas
Standar : 0%

F. INSIDEN KOMUNIKASI YANG KURANG EFEKTIF


Ruang lingkup : Komunikasi lisan /melalui telepon yang kurang
efektif antar pemberi pelayanan tentang pelaporan
kembali hasil pemeriksaan dan kondisi pasien.
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui komunikasi
lisan yang efektif
Definisi operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi
lisan yang tidak menggunakan prosedur: Write back,
Read back dan Repeat Back (reconfirm)
Kriteria inklusi : - Kesalahan Prosedur komunikasi lisan/via
telepon: Write back, Read back dan Repeat Back
(reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan
prosedur SBAR
- Prosedur spelling /ejaan tidak digunakan untuk
obat yang bersifat LASA / NORUM
Kriteria eksklusi : Komunikasi non lisan / tertulis
Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan / via telepon
Denominator : -
Standar : 0
( SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation )

G. INSIDEN KEAMANAN OBAT YANG KURANG DIWASPADAI


Ruang lingkup : Kurangnya keamanan pengelolaan obat-obatan yang
bersifat NORUM atau LASA dan elektrolit
konsentrat
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui peningkatan
keamanan obat
Definisi operasional : Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering
menyebabkan KTD atau kejadian sentinel
Kriteria inklusi : - Penyimpanan obat NORUM atau LASA dan
elektrolit konsentrat tidak sesuai prosedur
(penyimpanan terpisah, elektrolit konsentrat
diberi stiker orange, obat NORUM atau LASA
diberi stiker hijau)
- Pemberian obat NORUM atau LASA dan
elektrolit konsentrat tidak menggunakan prosedur
6B
- Tidak ada daftar obat NORUM atau LASA dan
elektrolit konsentrat di masing-masing unit.
- Prosedur ejaan tidak digunakan untuk obat yang
bersifat LASA atau NORUM
Kriteria eksklusi : Obat-obatan yang tidak tergolong elektrolit
konsentrat dan NORUM atau LASA
Numerator : Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan obat
yang perlu diwaspadai (high alert medications)
Denominator : -
Standar : 0

H. INSIDEN KEJADIAN TIDAK TEPAT LOKASI, PROSEDUR, DAN


PASIEN OPERASI
Ruang lingkup : Kejadian tidak tepat lokasi, tidak tepat prosedur
operasi dan tidak tepat pasien pada tindakan
operasi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui prosedur
tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi.
Definisi operasional : Kesalahan lokasi, kesalahan prosedur operasi dan
kesalahan pasien pada tindakan operasi.
Kriteria inklusi : - Tidak dilakukan penandaan lokasi operasi atau
kesalahan penandaan lokasi operasi
- Tidak dilakukannya checklist keselamatan
bedah pada pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi
- Tidak dilakukan TIME OUT pada pasien operasi
sebelum dilakukan incisi
- Kesalahan pasien pada tindakan operasi
Kriteria eksklusi : Pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi
Numerator : Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan
lokasi, prosedur dan pasien operasi pada bulan
tersebut.
Denominator : Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut.
Standar : 0%

I.INSIDEN KETIDAKPATUHAN CUCI TANGAN


Ruang lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan
mencuci tangan.
Definisi operasional : Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi
ketidakpatuhan waktu atau 5 momen cuci tangan dan
ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan
Kriteria inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci
tangan
- Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah
cuci tangan
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh
petugas kesehatan
Denominator : -
Standar : 0

J.INSIDEN ANGKA KEJADIAN PASIEN JATUH


Ruang lingkup : Terjadinya pasien jatuh di lingkungan rumah sakit
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui pengurangan
risiko jatuh.
Definisi operasional : Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit oleh sebab apa
pun.
Kriteria inklusi : Tidak melakukan pengkajian Skala Morse Fall Risk
pada pasien dewasa, skala Humpthy Dumpty pada
pasien pediatrik, skala Ontario-Sidney Scoring pada
pasien geriatri yang menjalani Rawat Inap
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Angka kejadian pasien jatuh
Denominator : -
Standar : 0

K. INSIDEN KESALAHAN JENIS OPERASI


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden kesalahan jenis operasi pada pasien.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien dengan tidak
terjadinya Insiden salah jenis operasi.
Definisi operasional : Terjadinya Insiden Kesalahan jenis operasi pada saat
pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi : Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien
yang ke empat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian salah jenis operasi.
Denominator : -
Standar : 0

L. INSIDEN KESALAHAN POSISI


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden kesalahan Posisi Operasi pada
pasien.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya
Insiden salah posisi operasi.
Definisi operasional : Terjadinya Insiden Kesalahan posisi pada saat pasien
dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi : Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien
yang ke empat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian salah posisi operasi.
Denominator : -
Standar : 0

M. INSIDEN TERTINGGALNYA KAIN KASSA


Ruang lingkup : Terjadinya insiden tertinggal kain kasa pada pasien
operasi.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak
terjadinya insiden tertinggal kain kassa.
Definisi operasional : Terjadi Insiden tertinggalnya kain kassa pada luka
operasi, pada saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi : Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien
yang ke empat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian tertinggalnya kain kassa
Denominator : -
Standar : 0

N. INSIDEN TERTINGGALNYA INSTRUMEN


Ruang lingkup : Terjadinya insiden tertinggal instrumen pada pasien
operasi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan
ketidakterjadinya insiden tertinggalnya intrumen.
Definisi operasional : Terjadi Insiden tertinggalnya instumen pada luka
operasi, pada saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi : Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien
yang ke empat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out di
kamar operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian tertinggalnya Instrumen.
Denominator : -
Standar : 0
O. INSIDEN OPERASI TANPA SPESIALIS ANESTESI
Ruang lingkup : Terjadinya Insiden operasi tanpa spesialis anestesi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak
terjadinya insiden operasi tanpa spesialis anestesi.
Definisi operasional : Terjadinya insiden dilakukan tindakan pembiusan pada
pasien yang dioperasi tanpa dokter spesialis anestesi.
Kriteria inklusi : Tidakan operasi dilakukan pembiusan tanpa dokter
anestesi, hanya oleh asisten atau operator saja.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian operasi tanpa spesialis anestesi.
Denominator : -
Standar : 0

P. INSIDEN OPERASI DENGAN KEKURANGAN DARAH


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden operasi kekurangan darah
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi
terjadinya risiko insiden operasi dengan kekurangan
darah
Definisi operasional : Terjadinya Insiden kekurangan darah yang dibutuhkan
pada saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi : Kekurangan darah yang disebabkan oleh apapun pada
saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian operasi kekurangan darah.
Denominator : -
Standar : 0

Q. KONSULTASI DURANTE OPERASI


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden konsultasi durante operasi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien.
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi
terjadinya insiden konsultasi durante operasi.
Definisi operasional : Terjadinya Insiden konsultasi durante operasi kepada
dokter spesialis / sub spesialis lain untuk penanganan
pasien lebih lanjut.
Kriteria inklusi : Terjadinya konsultasi pada dokter spesialis / sub
spesialis lain pada saat durante operasi yang
disebabkan oleh apapun.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian konsultasi durante operasi.
Denominator : -
Standar : 0

R. INSIDEN PERLUASAN OPERASI


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden perluasan operasi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi
terjadinya insiden perluasan operasi.
Definisi operasional : Terjadinya Insiden perluasan luka operasi yang
disebabkan oleh kondisi penyakit yang ditemukan pada
durante operasi.
Kriteria inklusi : Terjadinya tindakan perluasan luka operasi pada saat
durante operasi yang disebabkan oleh penyakit pasien.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kejadian perluasan operasi.
Denominator : -
Standar : 0

S. INSIDEN KESALAHAN DIAGNOSIS PRA OPERASI


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden Kesalahan Dagnosis Pra Operasi
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi
terjadinya insiden kesalahan diagnosis pra operasi.
Definisi operasional : Terjadinya insiden kesalahan diagnosis pada pasien pra
operasi, yang baru diketahui oleh operator pada saat
durante tindakan operasi.
Kriteria inklusi : Terjadinya insiden kesalahan diagnosis pra operasi yang
disebabkan oleh apapun.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Insiden kesalahan diagnosis pra operasi.
Denominator : -
Standar : 0

T. KESALAHAN PERSIAPAN OPERASI


Ruang lingkup : Terjadinya Insiden Kesalahan Persiapan Operasi.
Dimensi mutu : Keselamatan Pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi
terjadinya insiden kesalahan persiapan operasi pada
pasien.
Definisi operasional : Terjadinya Insiden kesalahan persiapan operasi oleh
petugas rumah sakit terhadap program dokter kepada
pasien, sehingga dapat menunda dan membatalkan
tindakan operasi yang telah di rencanakan terhadap
pasien tersebut.
Kriteria inklusi : Terjadinya insiden kesalahan persiapan operasi yang
dapat disebabkan oleh apapun.
Kriteria eksklusi : -
Numerator : Jumlah Insiden kesalahan persiapan pemeriksaan
penunjang
Denominator : -
Standar : 0

BAB IX
PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Bedah ini maka setiap petugas Rumah Sakit
yang terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan pelayanan bedah sebaik-
baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis keselamatan dan
kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai