Iswan Afandi
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
Email: iswan.afandi@yahoo.co.id
Abstract
It is important for the public to know the use of good and correct language especially
for academics. As an emphasis that one of the goals of Indonesian language is as a tool to lift
the values of Indonesian culture. This study aims to describe the use of noun phrases in terms
of syntax on the background of the thesis. Type of research used in this research that is
descriptive method with qualitative technique. The results of the study were found in the text,
ie, noun phrases with numerical delimiter, noun pewatas, verb dyes, insertion pewatas,
determinant determinants, prepositional phrases, with a total use of noun phrases of 27.
Abstrak
Penting bagi masyarakat untuk mengetahui penggunaan bahasa yang baik dan benar
khususnya bagi kalangan akademisi. Sebagai penekanan bahwa salah satu tujuan bahasa
Indoensia ialah sebagai alat untuk mengangkat nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan frasa nomina dari segi sintaksisnya pada
bagian latar belakang tesis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni
metode deskriptif dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian ditemukan dalam teks yakni, frasa
nomina dengan pewatas numeralia, pewatas nomina, pewatas verba, pewatas adjektiva,
pewatas determinan, frasa preposisional, dengan total penggunaan frasa nomina sebanyak
27.
PENDAHULUAN
Pembelajaran tata bahasa Indonesia yang baik dan benar penting untuk melestarikan
kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri. Hal ini telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1992. Salah satu isi bunyi tersebut: “Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Di samping itu, dalam Tata
Baku Bahasa Indonesia bahwa selain bahasa Indonesia sebagai citra bangsa juga perlu
dilestarikan sebagai bahasa persatuan karena Indonesia memiliki beragam suku dan budaya
yang berbeda, bahasa ibu yang beragam tersebar diseluruh nusantara, seni, dan alat untuk
mengangkat nilai-nilai kebudayaan. Oleh karena itu, meskipun bangsa Indonesia memiliki
beragam kebudayaan, namun kemajemukan tersebut menjadi satu dan harmoni melalui
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam bahasa Indonesia, sering didengar penggunaan kata benda atau frasa nomina.
Frasa nomina menurut linguistik generatif transformatif termasuk dalam komponen struktur
dalam. Struktur-dalam terdiri atas komponen sintaksis dan semantik yang berada di dalam
pikiran (otak). Sedangkan struktur-luar yakni komponen fonologi yang sebagian berada pada
struktur dalam dan sebagian pada struktur luar (representasi bunyi atau fonetik). Komponen
bahasa (Chaer, 2015) terdiri dari komponen sintaksis, komponen semantik, dan komponen
fonologi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur-dalam berada dalam pikiran
yang masih bersifat abstrak, sedangkan struktur luar di mulut (konkret). Perhatikan bagan
berikut dikutip dalam Chaer.
STRUKTUR-LUAR
(Representasi bunyi kalimat)
M
U
L
U
T
O RUMUS-RUMUS TRANSFORMASI
T
A
K
STRUKTUR-DALAM
(representasi dalam otak : Abstrak)
Sumber: Chaer (2015: 35)
1 K (Kalimat)
2 FN FV
3 N Art A V
Kalimat (2)
1 K (Kalimat)
2 FN FV
3 N Art A V
Keterangan :
K = Kalimat
FN = Frasa Nomina
FV = Frasa Verbal
A = Adjektiva
Art = Artikel
Kedua kalimat di atas tampak bahwa struktur kalimat tersebut memiliki struktur-luar
yang sama. Apabila kita memahami kalimat tersebut tampak bahwa akibat ‘murid itu
diajar’adalah dua pelaku atau pihak berlainan. Kalimat (1) mengalami suatu keadaan yang
sulit adalah guru yang mengajar siswa itu. Sedangkan pada kalimat (2) yang mengalami
keadaan rasa gembira adalah murid itu, bukan guru yang mengajar. Tata bahasa yang baik dan
benar harus memberi deskripsi yang jelas secara structural mengenai kedua perbedaan kalimat
di atas. Hal itu dapat dirasakan oleh penutur asli bahasa tersebut. Dengan demikian, bahwa
kalimat tersebut memilki struktur-luar yang sama, tetapi struktur-dalam jauh berbeda.
Pada penelitian ini, pembahasan mengenai nomina ditinjau dari segi perilaku
sintaksinya difokuskan pada penggunaan frasa. Pembahasan mengacu dengan menggunakan
panduan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Terlebih dahulu dijelaskan pengertian
frasa, ciri dan batasan nomina, serta nomina dari segi perilaku sintaksisnya.
Pengertian Frasa
Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi. Misalnya,
hanya menduduki fungsi subjek saja, predikat saja, fungsi pelengkap saja, fungsi objek saja,
atau fungsi keterangan saja dan sifatnya nonpredikatif. Sejalan dengan yang dikemukakan
(Sidu, 2013) bahwa frasa memiliki ciri-ciri utama (1) berupa kelompok kata, (2) tidak
predikatif, dan (3) hanya menduduki satu fungsi atau tidak melebihi batas fungsi. Tidak
mungkin suatu konstruksi frasa menduduki fungsi subjek dan predikat sekaligus (Khairah,
2015).
Sedangkan menurut Kridalaksana (Cahyono, 1995) frasa ialah gabungan dua kata atau
lebih. Gabungan kata tersebut dapat renggang ataupun rapat. Frasa tidak mengandung unsur
predikatif. Misalnya, gunung tinggi merupakan bentuk frasa non-predikatif. Berbeda dengan
gunung itu tinggi, kata tinggi berfungsi sebagai predikat, sedang gunung itu sebagai
subjeknya. Dengan demikian, kalimat diatas mengandung dua unsur yakni, unsur S dan P.
teori baru
gagasan yang aneh
kelas berat
cara bekerja
baju bermerek
hati berbunga-bunga
angin bertipu kencang
perilaku tersebut
jaman sekarang
Nomina juga dapat berupa bentuk frasa preposisional. Nomina menduduki poros atau
inti yang didahului oleh kata depan atau preposisi. Contoh ke pasar, dari desa, untuk kekasih,
pada hari minggu. Nomina tunggal maupun dalam bentuk frasa nomina dapat menempati
posisi (1) subjek, (2) objek, (3) pelengkap, (4) keterangan. Contoh:
(1) Afandi akan mati. Persoalan lingkungan memerlukan perhatian serius. Peristiwa
kemanusiaan sejak perang tahun 1948 di Palestina perlu menjadi renungan setiap
manusia.
(2) Saat ini pemerintah membutuhkan dana APBN. Afandi sedang menyapu lantai.
Afandi menanam padi.
(3) Petani mulai bertanam jagung.
(4) Mereka akan pergi senin pagi. Di sawah tempat ayah mengais rejeki. Mereka baru
kembali dari kota.
Diperlukan keserasian sintaksis dan semantik untuk memahami fungsi nomina atau
frasa nomina dengan baik dan benar. Keserasian yang terlibat maksudnya, berupa frasa
nomina dengan predikat, serta unsur-unsur lain yang terlibat dalam kalimat tersebut. Contoh
predikat mengebom memerlukan subjek bernyawa dan berupa manusia, karena manusia yang
melakukan tindakan mengebom bukan hewan.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif pada tesis yang telah
dikaji. Tesis yang dianalisis berjudul “Keefektifan metode Kuantum dengan Teknik Clustering
(pengelompokkan) pada pembelajaran keterampilan menulis Puisi pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang” ditulis oleh mahasiswa pascasarjana
Universitas Negeri Makassar pada tahun 2015. Proses analisis dimulai dengan membaca teks,
lalu mengklasifikasi penggunaan frasa nomina. Frasa nomina tersebut lalu di susun dalam
bentuk korpus data. Setelah data dikumpulkan, lalu dianalisis dan dijelaskan sesuai dengan
teori dan panduan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
HASIL
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, telah ditemukan frasa nomina yang diwatasi
numeralia. Nomina dalam frasa sebagai pusat dan numeralia sebagai pewatas. Data sebagai
berikut.
1. Frasa nomina yang diwatasi oleh pewatas numeralia berada di depan nomina inti. Data
sebagai berikut.
Pada tataran penggunaan frasa nomina diatas merupakan bentuk frasa nomina yang
menggunakan pewatas depan. Berikut hasil yang ditemukan frasa nomina yang menggunakan
pewatas belakang.
2. Berikut data hasil temuan dalam teks akademik. Frasa nomina yang diwatasi oleh nomina.
Pewatas berada dibelakang nomina inti.
3. Berikut data hasil temuan dalam teks akademik. Frasa nomina yang diwatasi oleh
adjektiva. Pewatas berada dibelakang nomina inti.
4. Berikut data hasil temuan dalam teks akademik. Frasa nomina yang diwatasi oleh Verba.
Pewatas berada dibelakang nomina inti.
5. Berikut data hasil temuan dalam teks akademik. Frasa nomina yang diwatasi oleh
determinan. Pewatas berada dibelakang nomina inti.
6. Berikut data hasil temuan dalam teks akademik. Frasa nomina yang diwatasi oleh
preposisi. Pewatas berada di depan nomina inti.
PEMBAHASAN
Hasil analisis fungsi nomina pada bagian latar belakang ditemukan 27 nomina yang
tersebar pada setiap paragraf. Seperti pada tabel dibawah ini:
Pewatas numeralia 3
Pewatas nomina 8
Pewatas verba 10
Pewatas adjektiva 1
Pewatas determinan 1
Frasa preposisional 4
Total 27
Dari hasil temuan tersebut, kemudian dianalisis berdasarkan nomina dari segi sintaksisnya.
Frasa nomina yang diwatasi oleh numeralia ditemukan pada kalimat 1, yakni frasa
sebuah peristiwa yang menduduki posisi keterangan. Frasa tersebut merupakan frasa
nomina yang didahului oleh pewatas numeralia, yakni sebuah.
Selanjutnya, nomina inti yang diikuti oleh nomina yang berfungsi sebagai pewatas
ditemukan pada subjek kalimat 1 yakni, dunia siswa, subjek pada kalimat 2
pengajaran sastra. Pelengkap pada kalimat ke 4 kelulusan minimum.
Sementara nomina yang dikuti oleh verba yang berfungsi sebagai pewatas
ditemukan pada subjek kalimat ke 3 yakni, pengalaman berekspresi, keterampilan
berbahasa, dan keterampilan menyimak.
Ditinjau dari segi nomina inti yang diikuti oleh adjektiva sebagai pewatas
ditemukan pada subjek kalimat ke 4, yakni dampak nyata.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian disimpulkan bahwa teks akademik melingkupi penggunaan nomina
yang diwatasi oleh numeralia, nomina inti yang diikuti oleh pewatasnya, nomina yang diikuti
oleh pewatas verba, nomina yang diikuti oleh pewatas adjektiva. Berdasarkan posisi dalam
kalimat, nomina menduduki fungsi subjek, objek, pelengkap dan keterangan dalam teks
akademik. Saran yang dapat diajukan yakni, penulisan teks akademik dapat memanfaatkan
nomina dalam kalimat.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Cahyono, B.Y. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya. Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguisti: Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai
Pustaka.
Indahwati. 2015. Keefektifan metode Kuantum dengan Teknik Clustering (pengelompokkan)
pada pembelajaran keterampilan menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4
Patampanua Kabupaten Pinrang. UNM. Tesis tidak diterbitkan.
Khairah, M., Ridwan, S. 2015. Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Persfektif Fungsi.
Jakarta. Bumi Aksara.
Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Sidu, L.O. 2013. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari. Unhalu Press.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.