Ragatiyas Adri Pradana Al-Jihad
Ragatiyas Adri Pradana Al-Jihad
11171120000057
Kajian Politik Kontemporer 5/B
Al-Jihad
Jenis-jenis Jihad
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: al-Munawwir, 1984), h. 234
2
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), h. 447
3
Yusuf Al-Qaradhawi, Fikih Jihaad, (Jakarta: Maktabah Wahbah, 2011), h. 39
4
Ali bin Nafayyi, Tujuan dan Sasaran Jihad, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 23
Ali Yasir membagi Jihad menjadi 3 jenis, antara lain5:
1. Jihad Akbar
Jihad akbar merupakan jihad terbesar yakni melawan hawa nafsu, nafsu merupakan
karunia ilahi tetapi banyak manusia yang menyalahgunakan hawa nafsunya. Hawa nafsu
sendiri bisa berupa kebaikan dan keburukan tergantung manusia itu sendiri yang
mengkontrol dirinya sendiri. Al-Qur’an telah menjelaskan hawa nafsu yang tidak
dipersembahkan kepada Allah sebagai berikut:
“Apakah engkau melihat orang yang mengambil keinginan rendahnya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya dalam kesesatan dan pengetahuan, dan Ia menyegel pendengarannya dan hatinya, dan Ia
meletakkan penutup, dan pengli- hatannya? Lalu siapakah yang dapat memberi petunjuk kepadanya selain
Allah? Apakah kamu tak memperhatikan? Dan mereka berkata: tak ada apa-apa lagi se- lain hidup kami di
dunia; kami mati dan kami hidup, dan tiada yang membina- sakan kami selain waktu, dan mereka tak
mempunyai pengetahuan tentang itu; mereka hanyalah mengira.” (Al-Jatsiyah 45:23-24)
Berdasarkan ayat tersebut, apabila manusia tidak memberikan nafsunya atas nama Allah
pasti mengikuti keinginan rendahnya, keinginan rendahnya inilah yang disebut hawa nafsu.
Perwujudan dari hawa nafsu inilah yang berupa kerakusan, keegoisan, sombong, suka
bertengkar, kikir, dengki, pendendam dan lain sebagainya. Manusia yang dalam keadaan
seperti itu tujuan hidupnya hanyalah dunia saja. Maka dari itu untuk mencapai surga-Nya
manusia seharusnya bisa menahan hawa nafsunya dari keinginan rendahnya dan segala
keputusan dalam hidupnya diambil atas dasar Allah Swt.
2. Jihad Kabir
Jihad jenis ini adalah Jihad Besar, dengan kata lain melakukan penyebarluasan ajaran al-
Qur’an kepada kaum Kafir. Jihad jenis ini harus dilakukan oleh setiap umat Islam dalam
keadaan apapun, sebagaimana disebutkan dalam wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw dalam Q.S. al-Alaq, sebagai berikut:
“Bacalah dengan nama Tuhan dikau yang menciptakan, Yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhan dikau adalah Yang paling Murah hati, Yang mengajarkan (menulis kepada manusia)
dengan pena, Yang mengajarkan kepada manusia kepada manusia apa yang ia tak tahu.”
Rukun-rukun Jihad
Adapun Ali Imran memaparkan rukun-rukun Jihad sebagai berikut7:
1. Niat yang baik
Niat ikhlas karena Allah semata adalah salah satu syarat diterimanya sauatu amal. Maka
niat dalam jihad harus dimaksudkan hanya untuk meninggikan kalimat Allah saja.
2. Di bawah seorang Imam
Jihad wajib dilaksanakan di bawah kepemimpinan seorang imam (pemimpin) yang
Muslim, di bawah panji dan atas izinnya. Hal ini sebagaimana diharuskannya kaum
Muslimin untuk hidup di bawah imam (pemimpin), baik mereka dalam jumlah sedikit
ataupun banyak. Mereka tidak boleh melaksanakan jihad tanpa imam, tidak di bawah
benderanya, dan tanpa izinnya.
3. I’dad
7
Ali Imron, Ali Imron Sang Pengebom, (Jakarta: Republika, 2007), h. 182-183
I’dad adalah menyiapkan apa saja yang diperlukan dalam jihad, misalnya senjata,
perlengkapan perang, mempersiapkan pasukan, dan melatih mereka dengan mengerahkan
segala kemampuan.
4. Restu orang tua
Orang yang akan berangkat berjihad harus atas restu dan izin kedua orang tuanya atau
salah satu dari keduanya. Kecuali jika musuh menyerang salah satu daerah (desa atau kota)
kaum Muslimin atau imam menyuruh (menunjuk) seseorang untuk berangkat berjihad, makai
zin kepada orang tua menjadi gugur, karena dalam dua keadaan tersebut jihad telah menjadi
fardhu’ain.
5. Patuh kepada Imam
Sebagaimana wajibnya berjihad di bawah imam (pemimpin), maka wajib pula dalam
berjihad patuh kepadanya.