2
(RRS). Selain itu, bahan tanam kelapa sawit unggul bisa juga dihasilkan dari pemuliaan
tanaman pada tingkat molekuler yang di perbanyak secara vegetatif melalui teknik
kultur jaringan (Lubis dan Widanarko, 2011). Penentuan bibit yang akan ditanam
sebaiknya juga memperhatikan kondisi topografi lahan. Hal ini ditujukan untuk
mengoptimalkan potensi produksi setiap varietas dengan mempertimbangkan beberapa
aspek teknis (Sunarko, 2014). Salah satu faktor dalam pertumbuhan kelapa sawit yang
baik dan benar terdapat pada bahan tanam apa yang di tanaman pada lahan Perkebunan.
Menurut Sulistyo (2010), penilaian kesesuaian lahan ditujukan terhadap setiap
satuan peta tanah (SPT) yang dikemukakan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi
lahan maka sifat fisik linkungan suatu wilayah dirinci kedalam suatu kualitas lahan dan
setiap kualitas lahan biasanya teridirid dari satu atau lebih karakteristik lahan. Data
karakteristik fisik lahan dideskripsi pada saat survei tanah dengan tingkat pemetaan
tanah tertentu (tinjau mendalam, semi detail, atau detail). Selanjutnya karakteristik
lahan yang diperlukan dalam penilaian lahan untuk kelapa sawit yang meliputi curah
hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk daerah dan
lereng, kandungan batuan atau bahan kasar didalam dan dipermukaan tanah, kedalaman
efektif tanah.
Kelas S1 ( Sangat Sesuai) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu
pembatas ringan (opimal), Kelas S2 (Sesuai) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu
pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat, Kelas S3 (Agak
sesuai) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pemnatas sedang dan/atau tidak
memiliki lebih dari satu pembatas berat, Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat) Unit lahan
yang memiiki dua atau lebih dari pembatas berat yang masih dapat diperbaiki, Kelas N2
(Tidak Sesuai Permanen) Unit Lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat
diperbaiki.
Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Estimasi karbon tersimpan pada tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) varietas SOCFINDO dengan kelas kesesuaian
lahan S1 di kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantar III.
METODE PENELITIAN
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada blok 55 Afdeling V kebun Rambutan PTPN III Paya
Bagas, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Penelitian ini telah dilakukan pada
bulan Mei 2019 sampai Juni 2019.
Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III terletak pada lokasi yang sangat
strategis di Provinsi Sumatra Utara, yakni terletak ± 80 km sebelah tenggara kota Medan serta
berbatasan langsung dengan Kota Tebing Tinggi dengak koordinat 99⁰4’ s/d. 99⁰20’ BT dan
3⁰20’ s/d. 3⁰26’ LU. Kebun Rambutan berada di dalam 3 wilayah Adiministrasi Pemerintah
yaitu: Kota Madya Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Batu Bara.
3
Kebun Rambutan memiliki 2 jenis komoditi perkebunan, yaitu, Kelapa Sawit dan Karet.
Total Luas Kebun Rambutan adalah 6.837,67 Ha yang terdiri atas 8 Afdeling dengan komposisi
areal Kelapa Sawit seluas 5.630,60 Ha (82,35%) dan Karet seluas 1.207,07 Ha (17,65%).
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian mempergunakan rancangan deskriptif dengan metode
Destruktif dan non destruktif dengan pengamatan langsung pada plot- plot contoh sesuai
dengan kelas lahan yang telah ditetapkan yaitu kelas lahan S1.
Tahapan Penelitian
Pendugaan Potensi Karbon Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Varietas sicfindo.
a) Biomassa Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
1.Mengukur Areal perkebunan yang akan dilakukan penelitian dengan membuat plot
ukuran 20 m x 60 m sebanyak 3 x ulangan.
2.Pancang areal yang sudah diukur dengan bambu dan tali rafia.
3.Mengukur tinggi tanaman kelapa sawit dari pelepah ke – 17 sampai pangkal akar
menggunakan meteran dan mencatat.
Menurut ICRAF (2009) d i d a l a m Hairiah, K dan S. Rahayu. 2007 untuk menduga
Biomassa Kelapa sawit. Digunakan Model allometrik yaitu : Bap = 0.0706 + 0.0976H
Keterangan : Bap = biomassa atas permukaan tanah, H = tinggi (m), Bap untuk kelapa sawit
dalam satuan ton/pohon, dan H diukur pada tinggi bebas pelepah ke 17.
b) Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah
Biomassa tumbuhan bawah diukur pada petak pengukuran (kuadran) dengan ukuran 1
m x 1 m yang terletak di dalam petak pengukuran biomassa tegakan Elaeis guineensis Jacq.
Pengambilan sampel biomassa tumbuhan bawah harus dilakukan dengan metode destructive.
Pada uji laboratorium sampel tumbuhan bawah yang diambil ditimbang berat basah daun atau
batang. Selanjutnya ambil subsampel tanaman dari masing – masing biomassa daun dan batang
sebanyak 100 gr.
Bila Biomassa sampel didapatkan sedikit (< 100 gr), maka semua sampel ditimbang
dan dijadikan sebagai subsampel. Subsampel dikeringkan dalam oven pada suhu 80 ° C selama
2 x 24 jam. Setelah pengovenan selesai, ditimbang berat keringnya. Total berat kering
tumbuhan bawah per kuadran dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hairiah dan Rahayu,
2007) : Total BK (gr) = (BK subsampel (gr) : BB subsampel (gr) x Total BB (gr),
Keterangan, BK = Berat Kering dan BB =Berat Basah
4
Pengukuran Potensi Karbon Tersimpan
Semua data biomassa dan nekromassa yang telah diperoleh
dijumlahkan per variabel pengukuran yang merupakan estimasi akhir jumlah C tersimpan.
Konsentrasi C dalam bahan organic biasanya sekitar 46%, oleh karena itu estimasi karbon
tersimpan per komponen dapat dihitung dengan mengalikan total berat massanya dengan
konsentrasi C, sebagai berikut (Hairiah dan Rahayu, 2007) : Potensi Karbon Tersimpan
(Ton/Ha) = (Biomassa permukaan Tanaman Kelapa sawit + Tumbuhan Bawah )x 0,46.
Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu faktor iklim yang banyak mendapat perhatian
dalam keberhasilan perkebunan kelapa sawit terutama hal produksi TBS. Peranan air sendiri
bagi tanaman yaitu untuk membantu proses fisiologis yang terjadi didalam tubuh tanaman
seperti fotosintesis, respirasi, transpirasi, membuka dan menutupnya stomata, sebagai zat
pelarut dan transportasi unsur hara mineral dan hasil fotosintesis keseluruh jaringan tubuh
tanaman. Perkebunan kelapa sawit sangat membutuhkan hujan karena keperluan air bagi
tanaman dadapat terpenuhi. Data rata-rata curah hujan tersaji pada tabel.
5
2014 2015 2016 2017 2018
Bulan C.H C.H C.H C.H C.H
H.H HH H.H H.H H.H H.H C.H
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Januari 10 101 6 27 8 97 11 59 12 136 9,4 84
Februari 2 11 6 86 12 268 9 110 8 73 7,4 109,6
Maret 9 59 7 47 3 15 12 125 11 118 8,4 72,8
April 8 72 11 72 9 48 10 62 9 50 9,4 60,8
Mei 14 191 10 150 7 74 12 164 12 160 11 147,8
Juni 6 21 7 57 8 117 9 82 6 43 7,2 64
Juli 5 11 8 141 11 167 8 118 6 73 7,6 102
Agustus 14 215 8 94 8 139 16 261 3 8 9,8 143,4
September 16 207 8 55 23 259 19 323 23 217 17,8 212,2
Oktober 17 242 14 111 14 149 14 136 21 293 16 186,2
November 17 320 13 229 13 86 15 133 15 122 14,6 178
Desember 14 211 7 34 12 94 15 217 10 66 11,6 124,4
Jumlah 132 1661 105 1103 128 1513 150 1790 136 1359 130,2 1485,2
Keterangan : HH (hari hujan) CH (curah hujan).
Berdasarkan tabel diatas data Hari Hujan dan Curah Hujan bervariasi dengan Rata-rata
Curah Hujan berkisar 1.485,2 mm dan Hari Hujan berkisar 130,2 hari hujan. Standar kesesuain
lahan kelapa sawit adalah 2.000-2.500 mm/thn. Terjadinya kekurangan air dapat menyebabkan
terjadinya gangguan fsiologis.
6
Berdasarkan tabel total Biomassa Atas Permukaan Tanaman Kelapa Sawit varietas
socfindo pada kelas lahan S1 antara 12,011 – 13,988 ton dengan rata-rata 13,008 toh. Sehingga
di dapatkan untuk luasan areal 1 ha total Biomassa Atas Permukaan (BAP) sebesar 108,401
ton/ha.
7
i
a
B m
n
a h p
p a
(
( n
T
( T
o
T o (
n
o n C
n / O
C
/ h 2
/
h a /
h
a ) H
a
) a
)
)
1 1
5
0 0 8
0
8 , 4
,
, 6 ,
1
4 4 0
6
0 2 8
0
1 6
Berdasarkan tabel jumlah potensi karbonon tersimpan pada tanaman kelapa sawit di
kebun Rambutan sebesar 50,160 Ton/ha. Berdasarkan penelitian Yulianto (2015), jumlah
kandungan karbon kelapa sawit pada kelompok umur 0-5 th sebesar 1.61 ton/ha, 6-10 th sebesar
31,86 ton ha, 11-15 th sebesar 65.89 ton/ha, 16-20 th sebesar 51.74 ton/ha dan >20 th sebesar
33.07 ton/ha. Peningkatan kandungan karbon tersimpan tersebut karena adanya pertumbuhan
dan perkembangan tanaman kelapa sawit tidak terlepas dari meningkatnya laju fotosintesis.
Hasil penyerapan karbon dioksida tanaman kelapa sawit Bahan Tanam Socfindo di
kebun Rambutan PTPN III menunjukkan hasil 184.086 CO 2/ha. Hutan mengabsorsi CO2 selama
peroses fotosintesis begitu juga tanaman kelapa sawit dan menyimpan sebagai materi organik
dalam biomassa tanaman. Maka perkebunan kelapa sawit bersifat tidak merusak dan
lingkungan/ramah lingkungan.
Upaya untuk mempertahankan cadangan karbon telah ada yaitu dengan konservasi
hutan dan pengamatan melalui penanaman tanaman berkayu dan tanaman cepat tumbuh, hal ini
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi laju pemanasan global (Hairiah dan
Rahayu, 2007). Hutan primer mempunyai cadangan karbon terbesar di daratan. Menurut
Watson (2000)di dalam F.Yuliasmara, Aris Wibawa dan A.Adi Prawoto (2009) , cadangan
karbon pada beberapa penggunaan sangat bervariasi yakni hutan tropis 212 ton/ha, hutan sub-
tropis 59 ton/ha, rawa 15 ton/ha dan lahan pertanian semusim 3 ton/ha.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang banyak di tentang oleh LSM di Eropa
dan Amerika karena menganggap indonesian sebagai penyebab deforestasi (penebangan hutan)
dan penggunaan hutan yang berlebih menyebabkan rusaknya lingkungan dan hutan, pada aspek
ekofisiologis ternyata membawa keuntungan karena kemampuan fiksasi CO 2, kemampuan
produksi biomassa (C) yang cukup tinggi.
8
Penelitian membuktikan bahwa tanaman kelapa sawit dapat menyerap karbon walaupun
tidak sebesar penyerapan karbon oleh hutan, yakni sebesar 50,160 ton/ha. Hal ini disebabkan
karena hutan memiliki jenis vegetasi yang lebih tinggi. Menurut Adinugroho et al. (2006) hutan
berperan dalam upaya peningkatan penyerapan CO 2 dimana dengan bantuan cahaya matahari
dan air dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO 2 dari atmosfer melalui proses
fotosintesis.
Cadangan karbon cenderung semakin besar dengan meningkatnya umur tanaman.
Kemampuan tanaman dalam menyimpan karbon tersebut akan dipengaruhi oleh jenis varietas
yang ditanam atau di gunakan dalam perkebunan, kondisi tempat tumbuh mulai dari topografi,
jenis tanah, kelas lahan, curah hujan dan teknik silvikultur atau intensitas pemeliharannya.
Tanaman untuk jenis-jenis pohon berdaur panjang seperti kemiri, agathis, shorea rasamala dan
pinus memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah relatif sama dengan tegakan yang
hidup di hutan alam.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Estimasi Karbon Tersimpan
Tanaman Kelapa Sawit Varietas Socfindo Pada Kelas lahan S1 di Kebun Rambutan
dapat disimpulkan:
1. Hasil Pengamatan biomassa tanaman kelapa sawit Varietas Socfindo umur 15thn
(2004) dengan luas areal 1 Ha adalah 108,401 Ton/ha.
2. Hasil Pengamatan Biomassa tumbuhan bawah pada areal 1Ha adalah 0,642 Ton/Ha.
3. Hasil Pengukuran potensi karbon tersimpan sebesar 50,160 Ton C/Ha dan
Penyerapan Karbon dioksida tanaman kelapa sawit varietas socfindo adalah
184,086 Ton CO2/Ha.
1. Ibu Ir. Mardiana Wahyuni, M.P selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, serta memberikan masukan bagi
Penulis dalam menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir ini.
2. Bapak Aulia Juanda Djs, S,Si.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, serta memberikan masukan bagi
Penulis dalam menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir ini.
3. Tim Tugas Akhir Firman Manurung, Havier Situmorang, Iclahasul amal rizki, Luis
Palau Tarigan dan Yunus Bonar Soaloon, serta Rekan-rekan Seperjuangan yang
telah memberikan Dukungan dan bantuan kepada Penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Arief Sudhartono, Abdul Wahid .Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah Sekitar
Danau Tambing Pada Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Warta Rimba ISSN: 2406-
8373 Volume 2, Nomor 1 Hal: 164-170 Juni 2014.
Fauzi, Y, Dkk. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Sawit Bagian Solusi dari
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.
9
Hairiah, K dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre-ICRAF, South East Asia. Bogor.
Hairiah, K., dan Rahayu, S.2011.Pengukuran Cadangan Karbon Dari Tingkat Lahan Bentang
Lahan, Edisi ke 2.
Lubis, A.U.,2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia, Edisi 2, Pusat Penelitian
Kelapa Sawit,Medan,Sumatera Utara.
Mubekti. 2013. Estimasi Jejak Karbon Industri Minyak Kelapa Sawit. Pusat Teknologi
Inventarisasi Sumberdaya Alam. Banten.
Mochammad Chanan .Pendugaan Cadangan Karbon (C) Tersimpan di Atas Permukaan Tanah
Pada Vegetasi Hutan Tanaman Jati (TectonaG Randis Linn. f )(di RPH SENGGURUH
BKPH SENGGURUH KPH MALANG PERUM PERHUTANI II JAWA TIMUR).Jurnal
Gamma , ISSN: 2086-3071 Volume 7, Nomor 2, Maret 2012 : 61 – 73.
Pamudji Wissa Harry, 2011. Potensi Serapan Karbon Pada Tegakan Akasia. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Rosa, R. 2017. Pengolahan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Dikebun Bangun Bandar, Sumatera Utara
Sulistyo, Bambang DH,2010. Budidaya Kelapa Sawit , Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Balai
Pustaka,Jakarta.
Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit.
https://books.google.co.id/books?id,Jakarta Selatan. (ID): PT Agro Media Pustaka.
Ujang Suwarna, Elias, Dudung Darusman, dan Istomo, 2012, Estimasi Simpanan Karbon Total
dalam Tanah dan Vegetasi Hutan Gambut Tropika di Indonesia, JMH
Vol.XVIII.EISSN:2089-2063.DOI:10.7226/jtfm.18.2.118.
V. Purba Jan Horas, Sipayung Tungkot, Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Dalam
Perspekti Pembangunan Berkelanjutan, (CISDEV) Universitas Prasetiya Mulya,
di Jakarta 31 Januari 2017
Wahyuni Mardiana, Aulia Juanda Djaingsastro, Marshal Arifin S, 2017. The Estimation Of
Carbon Stocks On Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq) In Smallholder And State Palntation
In Indonesia, International Journal Of Sciences Of Basic And Applied Reserch Volume
33, No 1, pp 291-299.
Yulianto. 2015 Pendugaan Cadangan Karbon tersimpan pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis
Jacq.) dan analisa kesuburan tanah di perkebunan PT Daria Dhama Pratama Ipuh
Bengkulu. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
10