Soal: 1. Apa itu antibodi monoklonal? Dan perbedaannya dengan antibodi poliklonal? 2. Diskusikanlah peranan serta penerapan antibodi monoklonal dalam bidang bioteknologi pertanian, kedokteran, dan bagaimana memproduksi antibodi monoklonal? Jawaban: 1. Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan yang identik karena diproduksi oleh salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya merupakan sel tunggal. Antibodi monoklonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenal suatu molekul dengan spesifik dan sebagai terapi target tanpa merusak sel disekitarnya. Perbedaannya dengan antibodi poliklonal adalah: a. Antibodi monoklonal diproduksi oleh klon tunggal sel B, sedangkan poliklonal oleh banyak klon sel B. b. Antibodi monoklonal berikatan epitop tunggal dari antigen tunggal, sedangkan poliklonal berikatan dengan banyak epitop dari semua antigen yang digunakan dalam imunisasi. c. Kelas antibodi monoklonal terdiri dari semua kelas/golongan antibodi tunggal, sedangkan kelas antibodi poliklonal terdiri dari pencampuran beberapa kelas/golongan antibodi yang berbeda (isotipe). d. Situs/sisi pengikatan antigen pada antibodi monoklonal semuanya mempunyai situs yang sama, sedangkan antibodi poliklonal berbeda-beda. e. Biaya yang diperlukan untuk antibodi monoklonal jauh lebih mahal daripada antibodi poliklonal. f. Antibodi yang dihasilkan oleh AbM tidak terhingga, sedangkan antibodi yang dihasilkan AbP terbatas. g. Antibodi monoklonal penggunaanya lebih mengonsumsi waktu dan membutuhkan teknik skil yang lebih, sedangkan antibodi poliklonal penggunaanya mudah dan dapat diproduksi dengan cepat. h. Potensi terjadinya reaktivitas silang pada antibodi monoklonal lebih rendah, dibandingkan dengan antibodi poliklonal yang jauh lebih tinggi. 2. a. Bidang Pertanian. Dalam jurnal Somowiyarjo dkk (1999) antibodi monoklonal dapat dimanfaatkan dalam I-ELISA untuk deteksi penyebab penyakit busuk pucuk kelapa (Phytophthora palmivora). Untuk mendapatkan AbM yang spesifik, hibridoma dikonstruksi melalui fusi antara sel limfa mencit Balb/c yang telah diimunisasi ekstrak miselium P. palmivora dengan sel myeloma NS2. Setelah dilakukan kloning, terdapat 10 hibridoma, 4 diantaranya dikarakterisasi dan diuji dengan I-ELISA lalu didapatkan antibodi monoklonal dengan kode AbM-PM.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AbM-PM.3 mempunyai subkelas IgM dan titer in vitro 10 2-103, dan sangat cocok dipakai sebaagai reaktan untuk diagnosis patogen. Terjadinya subkelas IgM tersebut diduga karena lambatnya kontak antara epitop pada imunogen dengan reseptor pada sel limfa sehingga belum terdapat cukup waktu untuk terjadi reaksi antara epitop dengan sistem keimunan dalam tubuh mencit. b. Bidang Kedokteran. Dalam prosiding Wiharto (1996) menyebutkan bahwa antibodi monoklonal digunakan dalam kedokteran nuklir. Antibodi monoklonal digunakan baik pada studi in vitro untuk mendeteksi tumor maupun pada in vivo (imunosintigrafi), dan bahkan dikembangkan untuk radioimmunoterapi. Semua teknik ini menggunakan prinsip imunologi, antibodi tumor akan berikatan secara spesifik dengan tumor yang berfungsi sebagai antigen. Antibodi monoklonal dibuat dengan menggabungkan sel limfosit-B dengan sel myeloma dalam media polietilen glikol (PEG) membentuk hibridoma. Antibodi monoklonal kemudian dapat diisolasi dari kultur jaringan atau cairan “monce ascites” dari hibridoma yang telah diseleksi. Untuk keperluan studi in vitro, in vivo, maupun radioimunoterapi maka AbM perlu ditandai dengan isotop radioaktif. Penggunaan berkass neutron untuk menyinari jaringan tumor banyak mengandung boron. Melalui reaksi B-10 (n,alpha) Li-7 dihasilkan radiasi alpha yang akan diserap oleh jaringan tumor, dan salah satu metode yang digunakan untuk membawa boron secara selektif pada jaringan tumor adalah dengan menggabungkan antibodi monoklonal yang spesifik dengan antigen tumor. c. Untuk memproduksi antibodi monoklonal: - Tahap pertama, imunisasi mencit dan seleksi mencit donor untuk menghasilkan sel hibridoma. Antigen + adjuvant dimasukkan ke dalam mencit, lalu titer antibodi dicapai di serum, kemudian sel limpa (sumber sel) dikeluarkan. - Tahap kedua, skrining mencit untuk produksi antibodi. Setelah beberapa minggu dari imunisasi, titer serum antibodi ditentukan menggunakan teknik ELISA/Flow Cytometery. Jika titernya rendah, maka langsung di boost (antigen murni). Jika titernya tinggi, maka ditunggu 2 minggu baru di boost. -Tahap ketiga, persiapan sel myeloma. Tumor abadi dari limfosit + 8-Azaguanine, menghasilkan sel myeloma yang viabilitas tinggi dan pertumbuhan yang cepat. - Tahap keempat, penggabungan sel myeloma dengan sel imun limpa dan seleksi sel hibridoma. Sel myeloma dan sel limpa yang digabungkan dalam media PEG, menghasilkan sel hibridoma dalam piringan ELISA untuk scanning hibridoma yang layak dan diletakkan pada media selekif HAT. - Tahap kelima, kloning sel hibridoma dengan “Membatasi Pengenceran” atau ekspansi. Klon setiap kultur +ve. Kemudian uji setiap supernatan untuk antibodi, lalu perluasan klon +ve. Yang terakhir kloning dengan metode kultur jaringan atau metode asites mencit, dan akan menghasilkan antibodi monoklonal. Referensi: Somowiyarjo S., Daisy P. S., Mulyadi., Suryanti., Y. M. S. M., Bambang H. 1999. Pemanfaatan Antibodi Monoklonal dalam I-ELISA Untuk Deteksi Penyebab Penyakit Busuk Pucuk Kelapa (Phytophthora palmivora). Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. 5(2): 120-126. Wiharto K. 1996. Kedokteran Nuklir ddan Aplikasi Teknik Nuklir dalam Kedokteran. [Prosiding]. Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 8-15.