Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Diskusi Topik 2 (Monoclonal Antibodies)

Agnes Nadia Sri Pudyaningrum Yuwana - 201776041


Soal:
1. Apa itu antibodi monoklonal? Dan perbedaannya dengan antibodi poliklonal?
2. Diskusikanlah peranan serta penerapan antibodi monoklonal dalam bidang
bioteknologi pertanian, kedokteran, dan bagaimana memproduksi antibodi
monoklonal?
Jawaban:
1. Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan yang identik karena diproduksi oleh
salah satu jenis sel imun saja dan semua klonnya merupakan sel tunggal. Antibodi
monoklonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat mengenal suatu molekul
dengan spesifik dan sebagai terapi target tanpa merusak sel disekitarnya. Perbedaannya
dengan antibodi poliklonal adalah:
a. Antibodi monoklonal diproduksi oleh klon tunggal sel B, sedangkan poliklonal
oleh banyak klon sel B.
b. Antibodi monoklonal berikatan epitop tunggal dari antigen tunggal, sedangkan
poliklonal berikatan dengan banyak epitop dari semua antigen yang digunakan
dalam imunisasi.
c. Kelas antibodi monoklonal terdiri dari semua kelas/golongan antibodi tunggal,
sedangkan kelas antibodi poliklonal terdiri dari pencampuran beberapa
kelas/golongan antibodi yang berbeda (isotipe).
d. Situs/sisi pengikatan antigen pada antibodi monoklonal semuanya mempunyai
situs yang sama, sedangkan antibodi poliklonal berbeda-beda.
e. Biaya yang diperlukan untuk antibodi monoklonal jauh lebih mahal daripada
antibodi poliklonal.
f. Antibodi yang dihasilkan oleh AbM tidak terhingga, sedangkan antibodi yang
dihasilkan AbP terbatas.
g. Antibodi monoklonal penggunaanya lebih mengonsumsi waktu dan membutuhkan
teknik skil yang lebih, sedangkan antibodi poliklonal penggunaanya mudah dan
dapat diproduksi dengan cepat.
h. Potensi terjadinya reaktivitas silang pada antibodi monoklonal lebih rendah,
dibandingkan dengan antibodi poliklonal yang jauh lebih tinggi.
2. a. Bidang Pertanian. Dalam jurnal Somowiyarjo dkk (1999) antibodi monoklonal
dapat dimanfaatkan dalam I-ELISA untuk deteksi penyebab penyakit busuk pucuk
kelapa (Phytophthora palmivora). Untuk mendapatkan AbM yang spesifik, hibridoma
dikonstruksi melalui fusi antara sel limfa mencit Balb/c yang telah diimunisasi ekstrak
miselium P. palmivora dengan sel myeloma NS2. Setelah dilakukan kloning, terdapat 10
hibridoma, 4 diantaranya dikarakterisasi dan diuji dengan I-ELISA lalu didapatkan
antibodi monoklonal dengan kode AbM-PM.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
AbM-PM.3 mempunyai subkelas IgM dan titer in vitro 10 2-103, dan sangat cocok dipakai
sebaagai reaktan untuk diagnosis patogen. Terjadinya subkelas IgM tersebut diduga
karena lambatnya kontak antara epitop pada imunogen dengan reseptor pada sel limfa
sehingga belum terdapat cukup waktu untuk terjadi reaksi antara epitop dengan sistem
keimunan dalam tubuh mencit.
b. Bidang Kedokteran. Dalam prosiding Wiharto (1996) menyebutkan bahwa antibodi
monoklonal digunakan dalam kedokteran nuklir. Antibodi monoklonal digunakan baik
pada studi in vitro untuk mendeteksi tumor maupun pada in vivo (imunosintigrafi), dan
bahkan dikembangkan untuk radioimmunoterapi. Semua teknik ini menggunakan prinsip
imunologi, antibodi tumor akan berikatan secara spesifik dengan tumor yang berfungsi
sebagai antigen. Antibodi monoklonal dibuat dengan menggabungkan sel limfosit-B
dengan sel myeloma dalam media polietilen glikol (PEG) membentuk hibridoma.
Antibodi monoklonal kemudian dapat diisolasi dari kultur jaringan atau cairan “monce
ascites” dari hibridoma yang telah diseleksi. Untuk keperluan studi in vitro, in vivo,
maupun radioimunoterapi maka AbM perlu ditandai dengan isotop radioaktif.
Penggunaan berkass neutron untuk menyinari jaringan tumor banyak mengandung boron.
Melalui reaksi B-10 (n,alpha) Li-7 dihasilkan radiasi alpha yang akan diserap oleh
jaringan tumor, dan salah satu metode yang digunakan untuk membawa boron secara
selektif pada jaringan tumor adalah dengan menggabungkan antibodi monoklonal yang
spesifik dengan antigen tumor.
c. Untuk memproduksi antibodi monoklonal:
- Tahap pertama, imunisasi mencit dan seleksi mencit donor untuk menghasilkan sel
hibridoma. Antigen + adjuvant dimasukkan ke dalam mencit, lalu titer antibodi dicapai di
serum, kemudian sel limpa (sumber sel) dikeluarkan.
- Tahap kedua, skrining mencit untuk produksi antibodi. Setelah beberapa minggu
dari imunisasi, titer serum antibodi ditentukan menggunakan teknik ELISA/Flow
Cytometery. Jika titernya rendah, maka langsung di boost (antigen murni). Jika titernya
tinggi, maka ditunggu 2 minggu baru di boost.
-Tahap ketiga, persiapan sel myeloma. Tumor abadi dari limfosit + 8-Azaguanine,
menghasilkan sel myeloma yang viabilitas tinggi dan pertumbuhan yang cepat.
- Tahap keempat, penggabungan sel myeloma dengan sel imun limpa dan seleksi sel
hibridoma. Sel myeloma dan sel limpa yang digabungkan dalam media PEG,
menghasilkan sel hibridoma dalam piringan ELISA untuk scanning hibridoma yang
layak dan diletakkan pada media selekif HAT.
- Tahap kelima, kloning sel hibridoma dengan “Membatasi Pengenceran” atau
ekspansi. Klon setiap kultur +ve. Kemudian uji setiap supernatan untuk antibodi, lalu
perluasan klon +ve. Yang terakhir kloning dengan metode kultur jaringan atau metode
asites mencit, dan akan menghasilkan antibodi monoklonal.
Referensi:
Somowiyarjo S., Daisy P. S., Mulyadi., Suryanti., Y. M. S. M., Bambang H. 1999.
Pemanfaatan Antibodi Monoklonal dalam I-ELISA Untuk Deteksi Penyebab Penyakit
Busuk Pucuk Kelapa (Phytophthora palmivora). Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia. 5(2): 120-126.
Wiharto K. 1996. Kedokteran Nuklir ddan Aplikasi Teknik Nuklir dalam Kedokteran.
[Prosiding]. Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 8-15.

Anda mungkin juga menyukai