Anda di halaman 1dari 8

GAYA HIDUP MUSLIM

3 Cara Efektif Membuang Rasa Malas


Selasa, 31 Maret 2015 - 16:45 WIB
Malas hadir karena belum adanya kesungguhan hati untuk berkomitmen mendisiplinkan diri, baik
dalam hal waktu, tugas, maupun ibadah

Terkait

 Islam, Seksualitas dan Liberalisme


 UAS: “Jika Bapak Terpilih jadi Presiden, Jangan Undang Saya ke Istana”
 69 Tahun Mosi Integral: Mengenang Perjuangan M Natsir
 Tuduhan Intoleransi dan ‘Izzah Umat Islam!

AZAN shubuh sudah berkumandang, tetapi Herman masih enggan bangun.


Sekejap terdengar olehnya suara rintik hujan. Dan, seketika itu ia langsung
menarik selimutnya lagi dan tidur lagi. Begitulah Herman setiap paginya.
Lain halnya dengan Hendra. Meski ia tidak pernah terlambat sholat Shubuh,
ia selalu terlambat berangkat ke sekolah. Bukan karena apa-apa. Ia agak
enggan melepas gad-get-nya setiap usai sholat Shubuh. Begitulah Hendra
setiap paginya.
Sementara itu Humam, ia suka sekali mengerjakan apapun
menjelang deadline (batas akhir). Ia memang sering mengatakan bahwa
dirinya tak pernah mampu mengatur waktu, sehingga selalu saja mengerjakan
apapun yang penting setelah benar-benar dekat deadline.
Sahabat, ketiga anak muda tadi mengidap satu penyakit yang sama, meski
beda bentuknya, yakni malas. Umumnya, penyakit mental ini banyak menerpa
kalangan muda, terutama kala mereka harus melakukan apa yang sudah
mereka pahami sebagai suatu hal yang mesti disegerakan. Tetapi, bukan
berarti semua yang sudah tak muda lagi telah terbebas dari sifat malas ini.
Malas bisa menyerang siapa saja dan kapan serta dimana saja. Oleh karena
itu, ayuk kita kenali bersama-sama apa malas itu dan mengapa malas itu
hadir serta bagaimana cara mengusirnya.
Dalam satu bahasan psikologi malas itu diartikan sebagai keengganan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia
lakukan.
Wujudnya bisa bermacam-macam. Diantaranya adalah menolak tugas, tidak
disiplin, tidak tekun, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,
dan selalu mencari alasan-alasan pembenaran. Tentu saja, sikap seperti itu
merupakan perilaku negatif yang sangat merugikan, baik masa kini lebih-lebih
masa depan.
Pertanyannya, mengapa malas itu hadir? Ada banyak sebab. Meski pada
prinsipnya malas juga bagian dari sifat bawaan manusia. Tetapi, dalam hal ini
kita tetap perlu mengetahui, mengapa malas itu hadir.
Pertama, malas hadir karena hati kita lebih tertarik pada hal-hal yang
mengasyikkan atau melenakan. Seperti tidur saat Shubuh, itu kan enak dalam
pengertian malas. Kemudian main gad-get, itu kan asyik dan melenakan,
sehingga tanpa terasa seseorang tanpa sadar dan penyesalan kehilangan
waktu.
Kedua, malas hadir karena belum adanya kesungguhan hati untuk
berkomitmen mendisiplinkan diri, baik dalam hal waktu, tugas, maupun
ibadah. Kalau seseorang tidak benar-benar mengikrarkan diri dan berusaha
mati-matian untuk disiplin alias tidak malas, sampai kapanpun malas akan
mudah menyerang.
Ketiga, faktor pergaulan. Bagaimana kita mau disiplin belajar, ibadah dan
mengerjakan tugas sekolah, kalau kita bergaulnya sama orang-orang yang
malas, suka hura-hura dan sebagainya.
Mengusir Malas
Kalau begitu bagaimana cara mengusir malas? Secara teori baik dalam
tinjauan psikologis dan motivasi banyak cara. Tetapi, coba deh resep yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam.
Pertama, memahami konsep waktu. “Jika kamu berada di sore hari jangan
tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari,
gunakanlah waktu sehatmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu
untuk kematianmu.” (HR. Imam Bukhari).
Pahami benar pentingnya waktu. Kalau ada hal paling misteri di muka bumi
ini, itulah waktu. Mengapa kita tidak boleh menunda apalagi malas, karena
waktu tak ada yang bisa jamin. Dan, boleh jadi saat kita menunda suatu
pekerjaan pada suatu waktu, eh ternyata kala waktu itu tiba, datang kesibukan
lainnya. Akhirnya apa? Ya ujung-ujungnya, semua gak ada yang terlaksana.
Jatuh deh kredibilitas diri kita.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami konsep waktu ini dengan
baik. Sebab waktu tak akan pernah bisa kembali. Itulah mengapa Imam
Ghazali mengatakan yang terjauh dari hidup kita itu adalah waktu.
Kedua, milikilah mental bersegera dalam kebaikan dan ampunan-Nya.
Setelah memahami pentingnya waktu, ikutilah perintah Allah Ta’ala untuk kita
bersegera dalam kebaikan dan ampunan Allah Ta’ala. Ya, kalau dengar
adzan, berjuanglah untuk bisa sholat tepat waktu, syukur berjama’ah ke
masjid.
Ketiga, berdoalah kepada Allah Ta’ala. Trik dan tips apapun tidak akan
benar-benar menyelamatkan diri kita dari malas jika tanpa pertolongan Allah
kepada kita.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam mengajarkan kita
sebuah doa agar dilindungi dari sifat malas.
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada
keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan
dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku
berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.”
(HR Abu Dawud). Wallahu a’lam.*
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
Ya Allah Berkahi Umatku
yang Bekerja Pagi Sekali
Rabu, 4 September 2019 | 06:00 WIB
BERITA TERKAIT
(Foto: Ilustrasi)

 
ALLAH berfirman "Seseorang tidak mendapatkan sesuatu
kecuali apa yang telah diusahakannya". (QS. An-Najm :
39). Andaikata Sunnatullah tersebut tidak berlaku, betapa
akan sangat membingungkannya kehidupan ini karena
tidak ada yang bisa dijadikan pedoman lagi.
Dan kita tidak dapat menduga-duga apa yang akan kita peroleh
dengan melihat sudah seberapa serius dan keras kita dalam
mengusahakan sesuatu.

Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir, Rasulullah


bersabda, "Allah mencintai setiap mukmin yang bekerja untuk
keluarganya dan tidak menyukai mukmin pengangguran". Haram
hukumnya apabila seseorang yang mampu bekerja hanya
berdiam diri. Yusuf Qardhawi dakam fatwa-fatwanya menyatakan
bahwa setiap Muslim diharamkan malas bekerja dengan dalih
sibuk beribadah atau tawakal kepada Allah, sebab langit tidak
akan mencurahkan hujan emas dan perak. "Barang siapa pada
malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari,
maka pada malam itu ia diampuni Allah".

Nabi sudah lama mengingatkan, "Apabila kamu telah selesai salat


subuh, maka janganlah kamu tidur". Hadis ini memerintahkan kita
agar manusia dengan segera bekerja sejak pagi-pagi sekali,
supaya ia menjadi produktif. Bahkan Nabi SAW secara khusus
mendoakan orang yang bekerja sejak pagi sekali. "Ya, Allah,
berkahilah umatku yang bekerja pada pagi-pagi sekali".

Dalam kaitan ini, menaik untuk mengutip ungkapan Jimmy Carter,


"Saya bisa saja bangun jam sembilan pagi dan menjadi petani
kacang, atau bangun jam enam pagi dan menjadi presiden".
Malas adalah watak yang sangat bertentangan dengan ajaran
Islam. Karena itu Nabi pernah berdoa kepada Allah agar dilindungi
dari sifat lemah dan malas, "Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung dengan-Mu dari sifat lemah dan malas". Alquran
mengemukakan kepada Nabi SAW, "Katakanlah (Hai Muhammad,
kepada umatmu): bekerjalah !".

Bekerja keras untuk mencari rezeki yang halal akan mengundang


rahmat dan cinta Allah, Rasul, dan juga orang-orang yang
beriman. Dalam Alquran berkali-kali disebut, "Dan katakanlah,
bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaannya itu".

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa orang-orang yang


menyediakan makanan dan kebutuhan lain untuk dirinya dan
keluarganya lebih baik daripada orang yang menghabiskan
waktunya beribadah tanpa mencoba berusaha mendapat
penghasilan untuk dirinya sendiri. Islam sangat menjungjung
tinggi kerja dan produktivitas. Islam tidak menyukai
pengangguran dan kemalasan. []
Allah Cinta Mukmin yang
Bekerja untuk Keluarga
Kamis, 9 Mei 2019 | 11:00 WIB
BERITA TERKAIT

ALLAH berfirman "Seseorang tidak mendapatkan sesuatu


kecuali apa yang telah diusahakannya". (QS. An-Najm :
39). Andaikata Sunnatullah tersebut tidak berlaku, betapa
akan sangat membingungkannya kehidupan ini karena
tidak ada yang bisa dijadikan pedoman lagi.

Dan kita tidak dapat menduga-duga apa yang akan jita peroleh
dengan melihat sudah seberapa serius dan keras kita dalam
mengusahakan sesuatu.

Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir, Rasulullah


bbersabda, "Allah mencintai setiap mukmin yang bekerja untuk
keluarganya dan tidak menyukai mukmin pengangguran". Haram
hukumnya apabila seseorang yang mampu bekerja hanya
berdiam diri. Yusuf Qardhawi dakam fatwa-fatwanya menyatakan
bahwa setiap Muslim diharamkan malas bekerja dengan dalih
sibuk beribadah atau tawakal kepada Allah, sebab langit tidak
akan mencurahkan hujanemas dan perak. "barang siapa pada
malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari,
maka pada malam itu ia diampuni Allah".

Nabi sudah lama mengingatkan, "Apabila kamu telah selesai salat


subuh, maka janganlah kamu tidur". Hadis ini memerintahkan kita
agar manusia dengan segera bekerja sejak pagi-pagi sekali,
supayaia menjadi produktif. Bahkan Nabi SAW secarakhusus
mendoakan orang yang bekerja sejak pagi sekali. "Ya, Allah,
berkahilah umatku yang bekerja pada pagi-pagi sekali".

Dalam kaitan ini, menarik untuk mengutip ungkapan Jimmy


Carter, "Saya bisa saja bangun jam sembilan pagi dan menjadi
petani kacang, atau bangun jam enam pagi dan menjadi
presiden". Malas adalah watak yang sangat bertentangan dengan
ajaran Islam. Karena itu Nabi pernah berdoa kepada Allah agar
dilindungi dari sifat lemah dan malas, "Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung dengan-Mu dari sifat lemah dan malas". Alquran
mengemukakan kepada Nabi SAW, "Katakanlah (Hai Muhammad,
kepada umatmu): bekerjalah !".

Bekerja keras untuk mencari rezeki yang halal akan mengundang


rahmat dan cinta Allah, Rasul, dan juga orang-orang yang
beriman. Dalam Alquran berkali-kali disebut, "Dan katakanlah,
bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaannya itu".

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa orang-orang yang


menyediakan makanan dan kebutuhan lain untuk dirinya dan
keluarganya lebih baik daripada orang yang menghabiskan
waktunya beribadah tanpa mencoba berusaha mendapat
penghasilan untuk dirinya sendiri. Islam sangat menjungjung
tinggi kerja dan produktivitas. Islam tidak menyukai
pengangguran dan kemalasan. [

Anda mungkin juga menyukai