Anda di halaman 1dari 30

B.

Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Tanda dan Gejala Presumptif (tidak pasti) Kehamilan

Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari

pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil.

Beberapa peneliti mengemukakan beberapa gejala presumptif kehamilan yang

meliputi:Amenorea, mual dan muntah, ngidam, singkope, sering miksi, konstipasi

(Cunningham, dkk, 2006).

a.Amenorea (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukkan folikel de graaf

dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat

dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan

digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan persalinan. Tetapi,

amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary,

perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional

seperti ketakutan akan kehamilan.

b. Mual (nausea) dan Muntah (emesis)

Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang

berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari

yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis,

tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

disebut dengan hiperemesis gravidarum.


c. Ngidam (mengingini makanan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian

disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan

dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d. Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia

susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingasan. Hal ini sering

terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang

setelah 16 minggu.

Universitas Sumatera Utarae. Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal

metabolism (basal metabolism rate-BMR) pada kehamilan, yang akan

meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme

hasil konsepsi.

f. Payudara tegang

Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,

sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara.

Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran

payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama

kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.

g. Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan

sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi pada triwulan pertama akibat

desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya

keluhan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul.

Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga

panggul dan menekan kembali kandung kemih.

h. Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus (tonus otot menurun)

sehingga kesulitn untuk BAB.

Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat

pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

j. Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/gusi sering terjadi pada triwulan pertama

k. Varises atau penampakkan pembuluh darah vena

Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah

terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar

genetalian eksterna, kaki dan betis serta payudara. Penampakkan pembuluh

darah ini dapat hilang setelah persalinan.


2. Tanda dan Gejala Kemungkinan (Probability) Kehamilan

Tanda kemungkinan adalah perubahan – perubahn fisiologis yang dapat diketahui

oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil.

Tanda kemungkinan hamil menurut Hani, ddk (2010) terdiri dari:

1. Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus hal ini terjadi pada bulan ke empat

kehamilan.

2. Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.

3. Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung

hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.

4. Tanda Chadwicks

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk

juga porsio dan serviks.

5. Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum

berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut

berkembang lebih dulu.

6. Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin di


dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadit, tidak nyeri biasanya

timbul pada kehamilam delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari

pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. kontraksi ini akan terus

meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatanya sampai mendekati

persalinan.

7. Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam

cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada

pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja

tidak cukup karena dapat saja merupakan mioma uteri.

8. Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (planotest) Positif

ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (hCG)

yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama Pemeriksaan kehamilan.

Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieskresi

pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat
dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari

60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.

3. Tanda Pasti (Positive) Kehamilan

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang

dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.

Tanda pasti kehamilan menurut Hani, dkk (2010) terdiri atas hal-hal berikut ini:
1. Gerakan Janin dalam Rahim

Gerakan janin ini harus dapt diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin

baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

2. Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal

electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat

didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

3. Bagian-bagian Janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)serta bagian

kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan

lebih tua (trimester akhir). Bagin janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi

menggunakan USG.

4. Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.


C. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Selama Kehamilan

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

1). Ukuran.

Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama dibawa pengaruh esterogen

dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar,

sebesar telur bebek, pada kehamilan 12 minggu sebesar telur angsa. Pada 16 minggu

sebesar kepala bayi/tinju orang dewasa, dan semakin membesar sesuai dengan usia

kehamilan (Rukiyah, dkk, 2009 hlm. 39).

2). Berat.

Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1. 000 gram pada akhir

bulan (Sulistyawati, 2009 hlm. 60).

3). Posisi rahim dalam kehamilan.

Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi. Pada 4 bulan

kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki rongga

perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim

biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri (Sulistyawati, 2009

hlm. 61).

4). Vaskularisasi.

Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak

cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah (Sulistyawati, 2009


hlm. 61). 5). Serviks uteri

Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak , kondisi ini yang disebut dengan

tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan

muskus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi

livid, dan ini disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2009 hlm. 61).

b. Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai

terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan

progesteron.

c. Vagina dan vulva

Oleh karena pengaruh esterogen dan progesteron, terjadi hipervaskularisasi pada

vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan,

kondisi ini disebut dengan Tanda Chadwick.

2. Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau

biasa disebut sebagau curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 30-50%.

Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya

pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka

denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit

menjadi 80-90 kali/menit).

Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya


perubahan dalam aliran darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan dapat

lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima

seperlima dari seluruh darah ibu.

3. Sistem Urinaria

Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang

volumenya meningkat (samapi 30-50%), yang puncaknya pada usia kehamilan 16-24

minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang

akibat penekanan rahim yang membesar). Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal ketika

berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat

kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mencoba untuk

berbaring/tidur.

4. Sistem Gastrointestinal

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah,

sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di

dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.

Wanita hamil sering mengalami rasa panas (heartburn) dan sendawa, yang

kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan karena

relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung

mengalir kembali ke kerongkongan.

5. Sistem Metabolisme

Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukkan tulangnya dan ini
terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu, peningkatan asupan kalsium sangat

diperlukan untuk menunjang kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70%

dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena kadar glukosa

darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan berpuasa saat kehamilan

akan memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal dengan “cepat merasakan lapar”

yang memungkinkan berbahaya pada janin

Kebutuhan zat besi ibu hamil kurang lebih 1. 000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk

meningkatkan massa sel darah merah dan 300 mg untuk transpotasi ke fetus ketika

kehamilan memasuki usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang

keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3, 5 mg/hari.

6. Sistem Muskuloskletal

Esterogen dan progesteron memberikan efek relaksasi otot dan ligamentum pelvis

pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan

kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran.

Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh

meningkatnya pergerakkan pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh selalu

berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus kedepan karena tidak adanya otot

abdomen.

Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal dan . menyebabkan

lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian belakang. Selain sikap tubuh yang

lordosis, gaya berjalan juga menjadi berbeda dibandingkan ketika hamil, yang kelihatan
seperti akan jatuh dan tertatih-tatih.

7. Kulit

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut

elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum/striae lividae. Bila

terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidraamnion dan gemeli, dapat terjadi

diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan

disebut linea nigra. adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat.

8. Payudara

Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak mengalami

perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati

oleh ibu adalah sebagai berikut :

1. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.

2. Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.

3. Bayangan vena-vena lebih membiru.

4. Hiperpigmentasi pada aerola dan putting susu.

5. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.

9. Sistem Pernafasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan

pembentukkan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda

dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan

lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak
membesar. Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak

tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti).

10. Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Berat Badan

Pertambahn berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil, oleh

karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terjadi kelambatan dalam penambahan berat

badan ibu, ini dapt mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin intra-uteri (Intra-uterin Growth Retardation-IUGR).

Disarankan pada ibu primigravida untuk tidak menaikkan berat badannya lebih dari 1

kg/bulan (Sulistyawati, 2009 hlm. 68).

A. ANTENATAL CARE

1. Pengertian Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan

untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga

mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan

Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter

sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah

adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi

dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk.,

2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil


baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan

normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)

f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta

h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).

(Depkes RI, 2009)

2.1.6 Kunjungan Pelayanan Antenatal Care

Dewi dan Sunarsih (2011) menjabarkan tentang 4 kali kunjungan dalam

pelayanan Antenatal sebagai berikut:

a. Kunjungan Pertama (K1)

Kunjungan pertama (K1) adalah kunjungan dilakukan sedini mungkin

pada kehamilan trimester pertama yaitu sebelum minggu ke-14 dengan tujuan

sebagai berikut:

1. Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan


jiwa;

2. Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya;

3. Perencanaan persalinan;

4. Membangun saling percaya;

5. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi;

6. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks, dan sebagainya).

Standar pelayanan dalam kunjungan pertama meliputi pemeriksaan

keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, lingkar lengan atas,

skrining imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet Fe, pemeriksaan Hb,

pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan laboratorium lainnya atas indikasi

serta KIE Efektif (Kemenkes RI, 2014).

2.1.7. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Prematur

2.1.7.1. Faktor Sosio Demografik

2.1.7.1.1. Faktor Psiko-Sosial

a. Kecemasan dan Depresi

Gangguan kecemasan dan depresi pada ibu hamil berpengaruh terhadap

timbulnya penyakit dan komplikasi kehamilan maupun persalinan baik pada ibu

maupun bayi. Gejala depresi dapat terjadi tumpang tindih dengan gejala

kecemasan. Depresi yang tidak diobati selama kehamilan dikaitkan dengan


peningkatan risiko bunuh diri, keguguran, kelahiran prematur, pertumbuhan janin

yang buruk dan gangguan janin serta perkembangan pasca kelahiran. Gangguan

kecemasan lebih didomnasi keluhan perasaan ketakutan dan kekhawatiran,

sedangkan depresi didominasi perasaan kemurugan dan kesedihan. Ibu yang

mengalami depressive symptoms berisiko melahirkan prematur 3,3 kali

dibandingkan dengan yang tidak mengalami depressive symptoms (Hapisah,

2010).24

b. Stres

Stress merupakan suatu keadaan yang menentukan pola respon individu

karena peristiwa/rangsangan yang mengganggu keseimbangannya. Stress telah

dikenal sebagai faktor yang sangat penting yang dapat mengakibatkan terjadinya

persalinan prematur. Stresor yaitu rangsangan eksternal atau internal yang

memunculkan gangguan keseimbangan hidup individu. Stress ditampilkan antara

lain dengan meningkatnya kegelisahan, ketegangan, kecemasan, sakit kepala,

ketegangan otot, gangguan tidur, meningkatnya tekanan darah, cepat marah,

kelelahan fisik, atau perubahan nafsu makan, seperti kehilangan selera makan atau

sebaliknya, terus menerus makan dan depresi (Donna, 2011).

Stress pada ibu dapat mengakibatkan kadar katekolamin dan kortisol yang

akan mengakibatkan aktifnya placental corticotrophin releasing hormone dan

mempresipitasi persalinan melalui jalur biologis. Stress juga mengganggu fungsi

imunitas yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi atau infeksi intramnion dan
akhirnya merangsang proses persalinan. Moutquin, membuktikan bahwa stress

yang berhubungan dengan kejadian prematuritas adalah adanya kematian,

keluarga yang sakit, kekerasan dalam rumah tangga atau masalah keuangan

(Krisnadi, 2009).

c. Pekerjaan Ibu

Kejadian persalinan prematur lebih rendah pada ibu hamil yang bukan

pekerja dibandingkan dengan ibu pekerja yang hamil. Pekerjaan ibu dapat

meningkatkan kejadian persalinan prematur baik melalui kelelahan fisik atau

stress, yang timbul akibat pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang berpengaruh 25

terhadap peningkatan kejadian prematuritas adalah bekerja terlalu lama (over

work hours), pekerjaan fisik yang berat, dan pekerjaan yang menimbulkan stress

(Krisnadi, 2009).

d. Perilaku Ibu

Faktor perilaku yang diduga ada kaitannya dengan persalinan prematur

adalah merokok, dan aktivitas seksual.

1. Merokok (Paparan Rokok)

Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar, dihisap, dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, dan

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana

rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin

dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Depkes RI, 2011).
Perokok tidak hanya menyebabkan risiko terhadap masalah kesehatan

pada dirinya sendiri, orang-orang disekitar perokok juga dapat terpapar banyak

potensi bahaya. Ibu bukan perokok akan tetapi terpapar asap rokok orang lain atau

yang disebut perokok pasif juga mempunyai risiko yang serupa. Ibu hamil yang

terpapar asap rokok dapat mengalami gangguan selama kehamilan seperti abortus,

berat badan lahir rendah, preeklamsia, abruption plasenta, dan ketuban pecah dini.

Hal ini terjadi karena kandungan tar dalam asap rokok merupakan radikal bebas

yang akan merusak kmponen molekul utama dari sel tubuh dan dapat

mengganggu integritas sel, berkurangnya elastisitas membrane, termasuk selaput

ketuban sehingga rentan mengalami ruptur (Amasha, 2012; CDC, 2014; Muntoha,

2013).26

Asap rokok yang dihisap ke dalam paru-paru oleh perokok disebut asap

rokok utama (main stream smoke), sedang asap yang berasal dari ujng rokok

terbakar disebut asap rokok sampingan (side stream smoke) yang 3 kali lebih

berbahaya dari asap rokok utama yang dihisap oleh perokok. Asap rokok yang

dihirup oleh perokok pasif adalah kombinasi dari ujung pembakaran rokok dan

hembusan asap oleh perokok. Asap rokok ini mengandung lebih dari 7.000 bahan

kimia berbahaya. Tidak terdapat batas aman dalam paparan asap rokok bagi

kesehatan manusia (CDC, 2014).

Asap rokok merupakan sumber utama polusi udara dalam ruangan dan

lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang
dihembuskan oleh perokok aktif kemudian terhirup oleh perokok pasif, lima kali

lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak

mengandung tar dan nikotin. Paparan asap rokok terus menerus selama kehamilan

dapat meningkatkan risiko persalinan prematur sebesar 3,7 kali dibandingkan

wanita yang tidak terpapar asap rokok. Paparan asap rokok ini dapat terjadi di

rumah, tempat kerja maupun tempat-tempat umum lainnya (Amiruddin, 2006).

2. Aktivitas Seksual

Hubungan seksual saat hamil bukan merupakan halangan, asalkan

dilakukan dengan hati-hati. Sering dijumpai bahwa hubungan seksual dapat

menimbulkan abortus, persalinan prematur. Dengan riwayat yang buruk,

hubungan seksual setelah kehamilan 30 minggu berbahaya karena terdapat

kemungkinan persalinan prematur. Cairan prostat mengandung banyak 27

prostaglandine sehingga dapat merangsang timbulnya His (kontraksi) yang akan

terus berlanjut menuju persalinan prematur (Manuaba, 2007).

e. Status Gizi

Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama kehamilan

merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan kesehatan yang serius pada

ibu dan bayi, yang berakibat terjadinya bayi lahir dengan berat badan rendah,

kelahiran prematur, serta kematian neonatal. Berat badan sebelum hamil,

penambahan berat badan hamil, Lila (lingkar lengan atas) dan indeks massa tubuh

(IMT) merupakan indikator yang dipakai untuk menentukan status gizi ibu
(Sulistyowati, 2009).

a. Indeks Massa Tubuh sebelum hamil

Berat badan sebelum hamil berhubungan dengan pola makan/diet. Berat

badan sebelum hamil yang rendah berhubungan dengan kejadian persalinan

prematur. Ibu dengan Indeks Massa Tubuh yang rendah mempunyai risiko 3,7

lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dibandingkan ibu yang

mempunyai IMT normal (Tatiyanantaporn, 2011).

Indeks Masaa Tubuh sebelum hamil merupakan cerminan status gizi

sebelum hamil. Status gizi ibu hamil akan menentukan status kesehatan bayi yang

akan dilahirkan. Status gizi ibu sebelum hamil menandakan cadangan energy yang

akan digunakan untuk masa kehamilan (IOM, 2009).

b. Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas (LILA) adalah antropometri yang dapat

menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui risiko 28

Kekurangan Energi Kronis (KEK) atau gizi kurang. apabila ukuran LILA <23,5

cm maka ibu hamil tersebut termasuk kekurangan energy kronis, ini berarti ibu

sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama, bila

ini terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kembang janin makin

terhambat (Supariasa, 2009).

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi

pada ibu antara lain anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, dan terkena penyakit nfeksi. Pengaruh gizi kurang terhadap proses

persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum

waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan

operasi cenderung meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,

abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,

asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) (Weni, 2010).

c. Penambahan berat badan selama kehamilan

Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur

kehamilan (Tatiyanantaporn, 2011).Berat badan rendah sebelum hamil.\, serta

penambahan berat badan yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang

dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin (Arisman,

2009).Penambahan berat badan yang sesuai menggambarkan terpenuhinya

kebutuhan ibu dan janin yang dapat mendukung pertumbuhan janin dalam rahim. 29

Penambahan terjadinya keguguran, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah,

dan perdarahan setelah persalinan (Proverawati, 2010).

Rendahnya penambahan berat badan hamil yang diperburuk oleh

rendahnya berat badan sebelum hamil dan rendahnya IMT ditengarai

meningkatkan risiko persalinan prematur terutama bagi wanita yang tidak

kelebihan berat badan atau obes, dengan risiko relative antara 1,5-2,5. Sebaliknya
penambahan berat badan ibu yang berlebih juga berisiko mengalami perdarahan

atau merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan/preeklamsia atau

diabetes (Paath, 2005; Wahyono, 2010).

Institute of Medicine (IOM) merekomendasikan kenaikan berat badan ibu

hamil berdasarkan IMT ibu sebelum hamil. Institute of Medicine

merekomendasikan ibu dengan IMT prahamil rendah sebaiknya memiliki

kenaikan berat badan hamilnya lebih besar daripada ibu dengan IMT normal atau

tinggi. Sebaliknya ibu dengan IMT tinggi tidak perlu memiliki kenaikan berat

badan hamil yang terlalu besar.

2.1.7.1.2. Faktor Demografis

Berbagai karakterisktik sosio-demografis ibu yang berhubungan dengan

meningkatnya kejadian persalinan prematur, antara lain:

a. Umur Ibu

Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Pada

kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang,

misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering

menimpa diusia ini (Widyastuti, dkk, 2009).

b. Kondisi Sosio-ekonomi

Sosio ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga,


mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan dan kesehatan serta pemenuhan gizi.

Selain itu juga sosial ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan

mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai misalnya, kemampuan untuk

melakukan kunjungan prematal untuk memeriksakan keadaan janin, mengetahui

ada atau tidaknya komplikasi kehamilan.

c. Ras dan Etnik

Perbedaan ras dan etnik dalam status kesehatan sebagian besar

mencerminkan perbedaan sosial, status sosio-ekonomi, perilaku dan kondisi

lingkungan tempat tinggal (Hogan, 2004). 31

2.1.7.2. Faktor Maternal

2.1.7.2.1. Inkompetensi Serviks

Inkompetensi serviks ditandai oleh embukaan serviks tanpa nyeri pada

trimester kedua atau mungkin awal trimester ketiga, disertai prolaps dan

penggelembungan membrane ke dalam vagina, diikuti oleh rupture membrane dan

ekspulsi janin imatur. Persalinan prematur dapat juga berlangsung karena janin

dengan cairan ketubannya terlalu berat untuk disangga oleh rahim dengan serviks

inkompeten, ketuban dapat segera pecah atau didahului kontraksi rahim (Krisnadi,

2009)

2.1.7.2.2. Ketuban Pecah Dini Prematur

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.


Apabila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebutketuban

pecah dini pada kehamilan prematur. Pecahnya selaput ketuban berhubungan

dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra

selular amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan

desidua bereaksi terhadap stimulti seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban

dengan memproduksi mediator sperti prostaglandin, sitokinin, dan protein

hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzym”.(Prawirohardjo,

2010).

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini dapat berupa infeksi

maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali

pusat, deformitas janin, serta meningkatnya insiden seksio sesarea. 32

2.1.7.2.3. Riwayat Reproduksi

a. Paritas

Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai

batas viabilitas dan telah dilahirkan (hidup atau mati), tanpa mengingat jumlah

anaknya (Oxom, 2010).Paritas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Nulipara yaitu seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan kehamilan

sampai dengan batas viabilitas (20 minggu) (Arias, 2008).

2. Primipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali dengan janin

yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati

pada waktu lahir (Oxom, 2010).


3. Multipara, yaitu seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan

yang erakhir pada saat janin telah mencapai viabilitas (Oxom, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati pada tahun 2012

menyatakan bahwa paritas dengan kejadian partus prematur mempunyai

hubungan yang bermakna dimana pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 ada

kecenderungan mempunyai risiko sebesar 0,56 kali lebih besar untuk melahirkan

bayi prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3

(Rahmawati, 2013).

b. Riwayat Persalinan Prematur

Riwayat persalinan prematur merupakan faktor yang sangat erat dengan

persalinan prematur berikutnya. Risiko persalinan prematur meningkat 3 kali lipat

disbanding dengan wanita yang bayi pertamanya mencapai aterm. Persentase

kemungkinan persalinan prematur berulang pada ibu hamil yang pernah 33

mengalami 1 kali persalinan prematur sebesar 15%, sedangkan pada ibu yang

pernah mengalami persalinan prematur 2 kali mempunyai risiko 32% untuk

mengalami persalinan prematur (Cunningham, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Gaza Palestine pada tahun 2002

wanita yang mempunyai riwayat persalinan prematur memiliki risiko 5,58 kali

untuk mengalami persalinan prematur kembali (Hamad, 2007).

c. Riwayat Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.


Apabila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebutketuban

pecah dini pada kehamilan prematur. Pecahnya selaput ketuban berhubungan

dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra

selular amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan

desidua bereaksi terhadap stimulti seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban

dengan memproduksi mediator sperti prostaglandin, sitokinin, dan protein

hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzym”.(Prawirohardjo,

2010).

Risiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD saat kehamilan

< 37 minggu (PPROM, Peterm Prematur Rupture of Membrane) adalah 34-44%,

sedangkan risiko untuk mengalami PPROM kembali sekitar 16-32% (Krisnadi,

2009).

d. Riwayat Abortus

Ibu dengan riwayat abortus berisiko mengalami kejadian persalinan

prematur 5,29 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. 34

Abortus dapat berdampak perdarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan

neurologis/syaraf dikemudian hari. Perdarahan dapat mengakibatkan infeksi alat

reproduksi dan penipisan dinding uterus karena kuretasi yang dilakukan secara

tidak steril (Malka, 2013)

e. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 2 tahun merupakan
jarak kehamilan yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan (Syafrudin, 2009). Jarak

kehamilan yang terlalu dekat mengakibatkan rahim ibu belum pulih sempurna

sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin serta anemia (Sinsin,

2008).

2.1.7.2.4. Kehamilan Multiple/Kehamilan Kembar

Wanita dengan kehamilan prematur secara substansial mengalami

peningkatan risiko persalinan prematur dan hipertensi kehamilan (Leveno,

2009).Rata-rata kehamilan kembar dua hanya mencapai usia kehamilan 35

minggu, sekitar 60% mengalami persalinan prematur pada usia kehamilan 32

minggu sampai < 37 minggu dan 12% terjadi persalinan sebelum usia kehamilan

32 minggu. Pada kehamilan triplet (kembar 3) rata-rata kehamilannya hanya akan

mencapai 29,9 minggu, quadruplet (kembar empat) hanya mencapai 29,9 minggu,

dan quintuplet (kembar 5) 100% akan lahir prematur dalam usia kehamilan < 29

minggu apabila tidak dilakukan intervensi yang baik (Krisnadi, 2009).

2.1.7.2.5. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan yang

diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan selama kehamilannya, dengan 35

jumlah standar kunjungan selama kehamilan minimal empat kali. Pemeriksaan

kehamilan dilakukan sejak dini akan memungkinkan diketahuinya kelainan

masalah kesehatan yang dihadapi ibu selama proses kehamilannya, sehingga dapat

diambil langkah yang dapat menyelamatkan janin dan ibunya (Depkes RI, 2002).
Menurut syaifudin (2001), mengklasifikasikan ibu hamil dalam status

risiko ringan, sedang dan berat tidak bisa dijadikan patokan lagi, karena semua ibu

hamil beresiko tinggi, walaupun dalam kehamilan berjalannormal, namun dalam

persalinan bisa terjadi komplikasi tanpa diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu,

setiap ibu hamil harus memeriksa diri secara teratur dan mendapat pelayanan

kebidanan yang optimal didukung oleh sikap bidan yang baik. Sikap bidan yang

baik selama memberikan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu hamil merupakan

strategi nyata dalam upaya meningkatkan motivasi ibu hamil akan pentingnya

pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Dalam penerapannya pelayanan antenatal care terdiri atas (Depkes RI,

2009):

a. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

b. mengukur tekanan darah

c. mengukur tinggi fundus uteri

d. mengukur status gizi (ukur lingkar lengan atas)

e. menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

f. skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunsasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 36

h. Test laboratoriun (rutin dan khusus)

i. Tatalaksana khusus
j. Temu wicara (konseling), termasuk program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Telah ditetapkan bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah sedikitnya 4

kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan dianjurkan

adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2

kali pada trimester ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan

untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,

pencegahan, dan penanganan komplikasi (Depkes RI, 2009).

2.1.7.2.5. Penyakit Medis dan Keadaan Kehamilan

Berbagai penyakit ibu, kondisi dan pengobatan medis akan mempengaruhi

keadaan kehamilan dan dapat berhubungan atau meningkatkan kejadian

persalinan prematur. Penyakit sistemik terutama yang melibatkan system

peredarah darah, oksigenasi atau nutrisi ibu dapat menyebabkan gangguan

sirkulasi plasenta yang dapat mengurangi nutrisi dan oksigen bagi janin (Krisnadi,

2009).

a. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin darah

dibawah 11 g/dl. Di Indonesia anemia umumnya disebabkan kekurangan zat besi,

sehingga lebih dikenal dengan istilah anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi

merupakan salah satu gagguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu

hamil yang memiliki konsentrasi hemoglobin rendah akan berbahaya bagi dirinya 37
dan bayi yang dikandungnya. Hemoglobin merupakan zat yang berfungsi

mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk janin yang dikandung

ibu (Sinsin, 2008; Depkes RI, 2002).

b. Hipertensi kronik dan hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi didiagnosis jika tekanan darah mencapai 140/90

mmHg.Hipertensi kronik merupakan hipertensi pada umur kehamilan < 20 miggu

atau > 6 minggu setelah melahirkan (Benson, 2008).

Preeklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam

kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita hamil dan

wanita dalam masa nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut eklamsi. Preeklamsia

memperlihatkan gejala hipertensi, edema, dan proteinuria. Kadang hanya

hipertensi dengan proteinuri (protein lebih dari 0,3 g/l dalam urine 24 jam atau

lebih dari 1 g/l pada pemeriksaan urine sewaktu) atau hipertensi dengan edema.

Gejala eklamsi sama dengan preeklamsi ditambah dengan kejang dan/atau koma

(Sastrawinata, 2004).

2.1.7.3. Infeksi

Infeksi biasa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit (Prawirohardjo,

2010). Beberapa infeksi yang berhubungan dengan kejadian persalinan prematur

adalah:

2.1.7.3.1. Vaginosis Bacterial

Diagnosis vaginosis bacterial ditegakkan atas adanya perubahan yang


signifikan pada keseimbagan ekosistem vagina akibat pertumbuhan berlebihan

polimikroba yang menyebabkan penurunan jumlah lactocilli spp pengahsil 38

peroksidase (H2O2). Vaginosis bakterial menimbulkan gejala lokal di organ

genitalia (peningkatan jumlah sekret vagina yang berbau amis)) dan infeksi

traktus reproduksi bagian atas. Kondisi ini berhubungan dengan persalinan

prematur pada ibu berisiko tinggi (Norwitz, 2008).

Anda mungkin juga menyukai