Anda di halaman 1dari 10

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

RESUME “PENYUSUNAN ANGGARAN PIUTANG”


KELAS BF

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD REYKHAN (185020201111005)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
MALANG
2020
A. Pengertian Piutang
Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditur (pemberi
pinjaman) kepada debitur (penerima pinjaman) yang bersedia melunasinya pada waktu
mendatang. Jadi, piutang itu ada karena (1) terdapat dua pihak, yaitu kreditur dan debitur,
(2) ada kesediaan debitur untuk melunasi kewajibannya kepada kreditur, (3) ada waktu
mulai timbul piutang sampai saat pelunasannya, (4) ada hak menagih yang dimiliki
kreditur.
B. Jenis Piutang
Piutang terdiri dari beberapa jenis yaitu piutang surat berharga (contoh:
bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek kosong, dan
cek mundur), beban bayar di muka (contoh: sewa dibayar di muka,
iklan bayar di muka, dan bunga bayar di muka), setoran jaminan
(contoh: untuk keperluan garansi (jaminan) bank dan untuk
keperluan menjalin hubungan bisnis lainnya), piutang pajak (contoh:
angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar pajak, dan lain-lain),
pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang usaha,
dan piutang lainnya.
Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung
janji tertulis dalam bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat
berharga dapat terjadi karena menjual barang secara kredit atau
pemberian pinjaman dalam bentuk uang. Piutang uang muka dapat
terjadi sebagai uang muka beli barang atau uang muka kerja (seperti:
pasang iklan atau membuat baliho).
Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul
sebagai akibat menjual barang atau jasa secara kredit dari usaha
pokok perusahaan. Piutang usaha berbeda dengan piutang dagang.
Piutang usaha meliputi piutang dagang, sedangkan piutang dagang
hanya terdapat pada perusahaan dagang yang menjual barang
dagangannya secara kredit. Piutang usaha meliputi seluruh
macam/jenis perusahaan yang menjual barang atau jasa dari usaha
pokoknya secara kredit.
C. Manfaat Anggaran Piutang
Piutang usaha sebagai investasi yang biasanya terdapat pada harta lancar
mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
1. Merupakan upaya untuk meningkatkan omzet penjualan, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan.
2. Pada jenis usaha tertentu, kredit jangka panjang dapat menciptakan
keuntungan tambahan tertentu bagi perusahaan.
3. Dapat mempererat hubungan dagang antara perusahaan dengan relasinya.
Pemberian piutang usaha dimaksudkan agar dapat memperlancar dan
memperbesar omzet barang yang dijual karena kegiatan penjualan
merupakan ujung tombak maju mundurnya perusahaan. Keberhasilan
perusahaan dimulai dari kemampuan perusahaan menjual
barang atau jasa dari usaha pokoknya

Perlu diperhatikan, kebijakan dalam pemberian piutang usaha agar


perusahaan mampu bersaing dalam menjual produknya yaitu antara
lain:
1. Mengenai batas maksimal (plafon) piutang yang diberikan untuk
berbagai tingkatan debitur. Tingkatan debitur digolongkan
berdasarkan risiko tidak memenuhi kewajibannya sesuai janji.
Misalnya, debitur yang tingkat risikonya 20% tidak diberikan
piutang, debitur yang tingkat risikonya 15% diberikan piutang
maksimal Rp1.000.000, debitur dengan tingkat resiko 10%
diberikan piutang maksimal Rp5.000.000, dan seterusnya.
2. Penentuan jangka waktu kredit, yaitu berapa lama debitur harus
melunasi utangnya. Contoh: 2/10/net30, artinya pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang
maka debitur mendapatkan potongan harga sebesar 2% dari
harga jual dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam
waktu 30 hari sesudah penyerahan.
Pemberian piutang usaha dapat memperluas pelanggan dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan bila pelanggan
tersebut lancar dalam pembayaran.
Apabila piutang yang diberikan tersebut lancar pembayarannya
dan dapat memperbesar tingkat barang yang dijual, maka piutang
yang diberikan dapat meningkatkan kemampuan laba (profitabilitas)
perusahaan. Berdasarkan manfaat pemberian piutang tersebut maka
diperlukan adanya penganggaran piutang agar piutang yang diberikan
terencana dan terarah sehingga mempermudah pengembalian
piutang.
D. Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Piutang
Ada beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya
anggaran piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit,
standar kredit, jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan
kredit, dan kebijakan penagihan piutang. Berikut ini dijelaskan
mengenai faktor yang memengaruhi anggaran piutang tersebut.
1. Volume Barang yang Dijual secara Kredit
Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada
tunai dapat semakin memperbesar anggaran dalam piutang
usaha, dan sebaliknya. Contoh: sebulan dijual barang
Rp100.000,00 dengan syarat 10% dibayar tunai dan 90%
dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha yang
tertanam 90% x Rp100.000,00 = Rp90.000,00.
Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada
tunai dapat memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh:
sebulan dijual barang Rp100.000,00 dengan syarat 90% dibayar
tunai dan 10% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang
usaha tertanam 10% x Rp100.000,00 = Rp10.000,00.
Kesimpulannya, semakin besar piutang usaha yang tertanam
semakin besar risiko dalam piutang.
2. Standar Kredit
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang
usaha yang tertanam. Semakin longgar standar kredit yang
diberikan maka semakin besar piutang yang tertanam dan
semakin besar risiko kerugian piutang. Standar kredit yang
longgar dan ekstrem misalnya tidak perlu jaminan kredit termasuk
kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan
fasilitas kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mempertimbangkan
apakah calon debitur berpengalaman atau tidak dalam bekerja.
Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakinketat standar kredit yang diberikan maka
semakin kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko
kerugian piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrem artinya
calon debitur diseleksi secara ketat.
3. Jangka Waktu Kredit
Jangka waktu kredit memengaruhi besar kecilnya piutang
usaha yang tertanam. Semakin panjang waktu kredit maka
semakin besar piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya.
Jangka waktu kredit yang panjang dapat meningkatkan volume
barang atau jasa yang dijual, di samping juga mengakibatkan
piutang usaha semakin besar. Contoh pada jangka waktu yang
panjang: barang yang dijual secara kredit sebesar Rp100.000,00
dengan syarat pembayaran 10% diangsur dua bulan, 20%
diangsur tiga bulan, 20% diangsur empat bulan, 15% diangsur
lima bulan, dan 15% diangsur enam bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp100.000,00
Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp
90.000,00
Piutang bulan kedua 70% x Rp100.000= Rp 70.000,00
Piutang bulan ketiga 50% x Rp100.000 = Rp 50.000,00
Piutang bulan keempat 30% x Rp100.000 = Rp
30.000,00
Piutang bulan kelima 15% x Rp100.000 = Rp 15.000,00
Piutang bulan keenam 0% xRp100.000 = Rp 0,00
Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek,misalnya
barang dijual secara kredit juga Rp100.000,00 dengan syarat
pembayaran 10% diangsur sebulan, 90% diangsur dua bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp100.000,00
Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000= Rp90.000,00
Piutang bulan kedua 0% x Rp100.000 = Rp0,00
Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat
piutang pada bulan kedua (sebesar Rp70.000) sampai bulan
kelima (sebesar Rp15.000), sementara dengan jangka waktu yang
pendek pada bulan kedua sampai bulan kelima tidak terdapat
piutang.
Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga memengaruhi
terhadap kemampuan laba perusahaan (berupa laba investasi),
yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan modal
sendiri.

Keterangan Tunai Kredit Kredit Kredit


3 bulan 6 bulan 12 bulan

Rp Rp Rp Rp
Jualan
1000 1000 1000 1000
Laba 15% x jualan
150 150 150 150
Kas
110 110 110 110
Piutang usaha
- 250 500 1000
Sediaan
200 200 200 200
Harga tetap bersih
500 500 500 500

810 1060 1310 1810

Utang usaha
300 300 300 300
Modal sendiri 510 760 1010 1510
Laba investasi 29,41% 19,74% 14,85% 9,93%

Tampak dari tabel bahwa dengan cara menjual tunai maka


laba investasi yang diperoleh sebesar 29,41%; dengan cara
menjual kreditselama 3 bulan maka laba investasi turun menjadi
19,74%; dengan cara menjual kredit selama 12 bulan maka laba
investasi semakin turun menjadi 9,93%. Jadi, dengan menjual
tunai berarti laba investasi menjadi lebih tinggi dibandingkan
menjual secara kredit. Menjual kredit dengan jangka waktu yang
pendek mengakibatkan laba investasi yang lebih tinggi bila
tingkat laba, jualan, kas, sediaan, utang usaha tidak berubah.
4. Pemberian Potongan
Pemberian potongan harga juga dapat memengaruhi
besarnya investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang
besar akan memperkecil piutang usaha yang tetanam. Sebaliknya,
pemberian potongan yang kecil memperbesar piutang yang
tertanam.
Contoh:
Barang yang dijual Rp100.000,-
Pembeliam tunai mendapat potongan 10% Rp10.000,-
Uang yang harus dibayar pembeli Rp90.000,-
Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak
mengakibatkan timbulnya piutang, sedangkan pembelian secara
kredit (tanpa potongan) mengakibatkan piutang usaha sebesar
Rp100.000,00.
5. Pembatasan Kredit
Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah
pembatasan kredit dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan
batas (jumlah) kredit maksimal yang akan diberikan. Pembatasan
kredit juga dapat memengaruhi besar kecilnya piutang usaha.
Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka semakin besar
piutang usaha yang tertanam dan semakin rendah batasan kredit
maka semakin kecil piutang yang tertanam.
6. Kebijakan Penagihan Piutang
Kebijakan penagihan piutang memengaruhi besar kecilnya
piutang usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan
kebijakan penagihan piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan
penagihan piutang secara aktif dapat memperkecil piutang usaha
yang tertanam, sebaliknya kebijakan penagihan piutang secara
pasif dapat memperbesar piutang usaha yang tertanam.
Kebijakan penagihan piutang usaha secara aktif memerlukan
biaya (beban) yang besar dibandingkan kebijakan penagihan
secara pasif. Biaya yang dikeluarkan dalam kebijakan penagihan
piutang secara aktif meliputi biaya perjalanan, biaya telfon, biaya
surat-menyurat, biaya administrasi piutang, dan lain-lain.
E. Penyusunan Anggaran Piutang
Penyusunan anggaran piutang usaha merupakan tanggung
jawab Divisi Kredit. Divisi Kredit dalam menyusun anggaran piutang
harus bekerja sama dengan Divisi Penjualan. Divisi penjualan
biasanya di bawah manajer pemasaran, sedangkan divisi kredit
biasanya di bawah manajer keuangan. Penyusunan anggaran piutang
ini berupa anggaran usaha.
Sebagai ilustrasi, data realisasi dan anggaran jualan PT. Waja
Kaputing selama triwulan pertama tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
Realisasi Desember Rp80.000,00
Anggaran Januari Rp85.000,00
Februari Rp90.000,00
Maret Rp95.000,00
Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit
dua bulan, dan 1% ditaksir tidak tertagih dari piutang bulan yang
bersangkutan.
Sebelum menyusun anggaran piutang perlu dilakukan
perhitungan anggaran piutang usaha bersih dan taksiran piutang
usaha tak tertagih sebagai berikut.
Perhitungan anggaran piutang usaha bersih:
Januari = 9% x Rp80.000 + 49% x Rp85.000 = Rp48.850,-
Februari = 9% x Rp85.000 + 49% x Rp90.000 = Rp51.750,-
Maret = 9% x Rp90.000 + 49% x Rp95.000 = Rp54.650,-
Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (penghapusan piutang):
Desember = 1% x Rp80. 000 = Rp800,-
Januari = 1% x Rp85. 000 = Rp850,-
Februari = 1% x Rp90. 000 = Rp900,-
Maret = 1% x Rp95. 000 = Rp950,-
Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih
ditambah cadangan penghapusan piutang usaha. Cadangan
penghapusan piutang usaha dihitung dari penghapusan piutang
usaha periode (bulan) lalu ditambah penghapusan piutang usaha
periode (bulan) ini. Cadangan penghapusan piutang usaha
perhitungannya sebagai berikut:
Januari = Rp800 (bulan Desember) + Rp850 =
Rp1.650,-
Februarui = Rp850 (bulan Januari) + Rp900 = Rp1.750,-
Maret = Rp900 (bulan Februari) + Rp950 = Rp1.850,-
Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut:
Januari = 10% x Rp80.000 + 50% x Rp85.000 = Rp50.500,-
Februari = 10% x Rp85.000 + 50% x Rp90.000 = Rp53.500,-
Maret = 10% x Rp90.000 + 50% x Rp95.000 = Rp56.500,-
Keterangan : 9% + 1% = 10%
49% + 1% = 50%
Anggaran piutang usaha dapat disusun seperti:
PT. Waja Kaputing
Anggaran Piutang Usaha
Triwulan Pertama Tahun 2010

Keterangan Januari Februari Maret


Piutang usaha Rp50.500 Rp53.500 Rp56.500
Cadangan Rp 1.650 Rp 1.750 Rp 1.850
penghapusan Rp48.850 Rp51.750 Rp54.650
Piutang usaha
bersih

Anda mungkin juga menyukai