Anda di halaman 1dari 8

Nama: Fandi Jumaedy

Nim :113063C116010

1. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa arab
disebut Zi’amah atau Imamah .dalam terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan
Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat
dalam usaha bersama.Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen
yang menduduki posisi strategis dalam sistem dan hirarki kerja dan tanggung jawab pada
sebuah organisasi.
A. Prinsip Kepemimpinan :
1. Pengaruh; seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang– orang yang
mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
2. Kekuasaan/power; seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena ia
memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.
3. Wewenang; wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/
kebijakan.
4. Pengikut ; seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan / power dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan mengikuti apa
yang dikatakan pemimpin
B. Fungsi Utama :
1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah yaitu
menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial yaitu segala sesuatu yang dapat
membantu kelompok berjalan lebih lancar persetujuan dengan kelompok lain,
penengahan perbedaan kelompok dan sebagainya
C. Gaya Kepemimpinan Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang besar, untuk menjalankan
kepemimpinan di organisasi yang besar diperlukan pemikiran dan tindakan yang
besar pula serta kebijakan dan keputusan yang matang, bukanlah perkara mudah
menjalankan hal tersebut.Di perlukan keterampilan dan kemampuan yang luar biasa
dan teori – teori serta metode dalam melaksanakan kepemimpinan yang baik dari
organisasi tersebut.Kebutuhan kepemimpinan saat ini jauh lebih besar daripada masa
lalu, karena organisasi saat ini sangat rumit dan menghadapi berbagai tantangan yang
sangat kuat baik dari tekanan internal maupun eksternal organisasi.Kepemimpinan
merupakan suatu sumber daya sosial utama dan sangat penting.
Gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian
yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain (Kartono,
2008:34). Gaya kepemimpinan diartikan perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku
organisasinya (Nawawi, 2003:113).
Duncan W. Jack, 1981 dalam (Ruslan:2014) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa indikator di dalam mengukur gaya kepemimpinan otokratis, demokratis dan
laissez faire. Adapun indikator tersebut adalah:
a. Gaya otokratis
Adalah gaya pemimpin yang memuaskan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan ini
pemimpin memberitahu sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk
mencapai sasaran tersebut baik saran utama maupun sasaran minornya.
Pemimpin juga berperan sebagai pengawas teerhadap semua aktivitas anggotanya
dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain,
anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Kepemimpinan
otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi
komitmennya tinggi.
b. Gaya Demokratis
Gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para
bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai
suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para
bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang
lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin harus menunjukkan
sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut,
anggota yang menentukan. Selain itu anggota juga diberi keleluasaan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok
untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang
bervariasi.
c. Gaya Kebebasan
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana para
bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi.

2. Penyelesaian Masalah
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia,
walaupun kehidupan masyarakat kelihatan sangat damai dan rukun belum tentu
masyarakat itu tidak mempunyai konflik. Konflik sering terjadi karena terdapat beraneka
ragam karakter, sifat, perilaku yang dimiliki individu yang berbeda satu sama lain.
A. Sumber Konflik :
 Faktor Komunikasi (communication factors) : disebabkan oleh kesalahan
komunikasi atau komunikasi yang kurang baik antar bawahan,antar pimpinan
ataupun antar bawahan dan pimpinan.
 Faktor Struktur tugas maupun struktur organisasi (job structure or organization
structure) : disebabkan oleh kurang baiknya susunan struktur organisasi yang
dibuat
 Faktor yang bersifat personal (personal factors) : disebabkan oleh faktor individu
yang memang sudah saling memilki konflik satu sama lainnya
 Faktor lingkungan (environmental factors) : faktor lingkungan yang kurang
mendukung organisasi tersebut
B. Tugas Pemimpin dalam Penyelesaian Konflik
Tugas seorang pemimpin yaitu mampu memecahklan masalah dengan baik,
mampu mengembangkan konflik sehingga dapat mencapai titik kritis namun jangan
sampai tiba pada titik kepatahan atau “breaking point” , adalah betul-betul
mengandung resiko dan bahaya dan merupakan tugas yang sangat berat. Seorang
Pemimpin memerlukan jiwa yang dinamis, kreatif, berani, bertanggung jawab dan
berdedikasi penuh pengabdian, yang hanya dimiliki oleh pribadi pemimpin yang
berkarakter kuat, Yaitu :
1. Konflik Individu
 Memberikan waktu kepada bawahan untuk merenung dan memikirkan jalan
keluarnya
 Apabila cara tidak berhasil, pimpinan mencarikan beberapa alternatif, saran,
masukan yang baik dan memberikan rasa percaya diri kepada bawahan
supaya yakin apa yang akan dipilih adalah solusi terbaik untuk menentukan
tujuan yang dilaksanakannya.
2. Konflik Antar Kelompok
 Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif Bila dua kelompok atau dua
individu memiliki tujuan yang berbeda karena masing-masing menganut
sistem nilai yang berbeda, maka penyelesaian masalahnya ialah:
 Duduk bersama, berunding, dan bermusyawarah
 Melihat masalah dengan kepala dingin dan mendiskusikannya
 Melelui sikap kooperati orang berusaha melepaskan perbedaanperbedaan
yang tidak prinsipil, untuk lebih banyak menemukan titik-titik persamaan
 Tidak selalu mau menang sendiri dan mengharuskan pihak lain
mengalah.Bersedialah mengalah dengan itikad baik untuk memecahkan
masalah
3. Negosiasi
Negosiasi atau yang biasa disebut sebagai proses tawar-menawar adalah hal yang
umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya terjadi pada lingkungan bisnis
dan pekerjaan, negosiasi juga kerap terjadi pada organisasi dan komunitas masyarakat
pada umumnya.
Negosiasi dilakukan biasanya karena ada satu pihak yang merasa kurang puas atau
kurang sesuai terhadap suatu hal, sehingga perlu untuk membuat kesepakatan lagi melalui
sebuah metode negosiasi. Proses negosiasi tidak hanya terjadi di lingkungan bisnis, dan
lingkungan tempat jual beli. 
A. Tujuan Utama Negosiasi
 Untuk menyelesaikan konflik atau perdebatan yang timbul akibat adanya
perbedaan pendapat dalam sebuah negosiasi,
 Untuk mendapatkan kesepakatan dan jalan keluar dari hal-hal yang
dinegosiasikan.
 Untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat timbul dari
proses negosiasi seperti perbedaan pendapat dan pertikaian karena tidak mau
mengalah mempertahankan pendapat.
 Untuk meleburkan dan menyatukan beberapa perbedaan pendapat agar diperoleh
suatu negosiasi yang berhasil.
B. Karakter Negosiasi
Proses negosiasi memiliki beberapa karakteristik penting untuk membentuk
komponen-komponen dari sebuah negosiasi. Beberapa karakteristik
dalam negosiasi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Terdiri dari minimal dua orang atau lebih.
Sebuah negosiasi tidak akan dapat berjalan jika hanya ada satu orang.
Dibutuhkan setidaknya dua orang atau lebih untuk melakukan negosiasi dua
arah.Bisa antara penjual dan pembeli, negosiasi ayah dan anak, negosiasi pemilik
perusahaan dengan investor, dan lain sebagainya.
2. Adanya hal yang dinegosiasikan dan bukan tidak mungkin dapat timbul masalah
Sebuah negosiasi tidak akan bisa disebut sebagai sebuah negosiasi apabila
tidak ada hal yang dinegosiasikan atau didiskusikan antara kedua belah pihak.
Masalah yang dapat timbul biasanya diakibatkan oleh tidak adanya kata sepakat
atau keputusan bersama atas negosiasi yang telah dilakukan.Sebuah masalah dan
konflik bisa saja muncul karena tidak ada pihak yang mau mengalah dengan
pendapat pihak lainnya.
3. Melibatkan barang atau jasa.
Proses negosiasi biasanya selalu melibatkan sebuah barang maupun jasa
yang dirundingkan atau didiskusikan kedua belah pihak. Barang atau jasa
tersebut merupakan sebuah poin penting yang menjadi alasan utama mengapa
sebuah negosiasi perlu untuk dilakukan.
4. Melibatkan orang lain.
Sebuah negosiasi kadang juga memerlukan bantuan pihak ketiga yang
disebut sebagai negosiator.Dimana negosiator ini berperan sebagai pihak ketiga
atau penengah apabila pihak pertama dan kedua yang melakukan negosiasi tidak
dapat menemukan titik temu kesepakatan.Seorang negosiator biasanya memiliki
kemampuan skill negosiasi yang baik.
5. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Negosiasi pada akhirnya akan mendapatkan sebuah keputusan bersama
antara kedua belah pihak. Walaupun pada prosesnya tidak jarang timbul konflik
dan pertentangan antara kedua belah pihak yang tidak mau mengalah dengan
pendapat masing-masing.Keputusan didapatkan setelah salah satu pihak mau
mengalah dan mau menyepakati keputusan yang diutarakan oleh pihak yang
lainnya.
6. Dalam suatu kelompok untuk pengambilan keputusan kelompok.
Negosiasi tidak hanya dapat dilakukan oleh perorangan atau antara satu
individu dengan individu yang lainnya. Negosiasi juga dapat dilakukan dalam
suatu kelompok atau organisasi.Biasanya negosiasi dalam kelompok dilakukan
untuk dalam rangka untuk mengambil sebuah keputusan kelompok.

C. Pola Perilaku Negosisasi


o Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak
menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
o Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,  menyetujui,
membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
o Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi
pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
o Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian pada
“here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi.
CONTOH KASUS
Sengketa perbatasan Indonesia-Malaysia
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau dan
terdapat pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Namun kondisi
geografis tersebut kurang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia terutama pulau-pulau
terluar dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan “hilangnya” Pulau Sipadan-Ligitan, kejadian
ini membuat hubungan Indonesia- Malaysia makin memanas. Sebenarnya skenario
“pengambilalihan” Pulau Sipadan-Ligitan telah dipersiapkan sejak lama oleh Malaysia
tinggal menunggu waktu yang tepat dan tiba-tiba pada tahun 2000 Malaysia  membawa
masalah Sipadan-Ligitan ke International Court of Justice (ICJ) yang pada  akhirnya
dimenangkan oleh Malaysia. Kejadian membuat hubungan Indonesia-Malaysia merenggang
dan slogan “ganyang Malaysia!!” kembali terdengan di Indonesia. Hubungan RI-
Malaysiapun makin tegang dan menyeret konflik yang lebih luas. Setelah  mendapatkan
Sipadan-Ligitan, Malaysia berambisi menduduki Ambalat yang diduga mengandung minyak
dan gas bumi yang nilainnya amat besar mencapai miliaran dollar Amerika.

Krisis hubungan ini dimulai sejak PETRONAS (perusahaan minyak milik Malaysia)
memberikan konsesi pengeboran minyak lepas pantai Sulawesi yaitu di blok Ambalat
kepada SHELL (perusahaan milik Inggris dan Belanda) yang mengakibatkan hubungan
Indonesia-Malaysia mengalami ketegangan yang mencemaskan. Dengan munculnya isu
Ambalat tersebut, barulah Indonesia meresponnya dengan mengirim armada-armada
angkatan lautnya untuk mengamankan blok Ambalat dan bahkan beberapa kali kapal-kapal
perang Indonesia dan Malaysia salilng berhadapan dan nyaris baku tembak. Namun kedua
pihak dapat menahan diri, jika salah satu pihak mulai menembak maka dapat terjadi perang
terbuka antara Indonesia-Malaysia.

Semua kelalaian pemerintah tersebut berakibat fatal terhadap utuhnya wilayah NKRI.
Pertahanan dan keamanan kita terlalu berfokus pada aspek darat dan mengabaikan kondisi
geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Pemerintah juga terlalu lama berkutat dalam
masalah ekonomi, politik, korupsi, lalu kurang memperhatikan kondisi pulau-pulau terluar
wilayah Indonesia yang menjadi pintu masuk bagi berbagai ancaman dari luar sehingga pada
saat muncul konflik pada saat itu pula pemerintah sadar dan bertindak untuk
mengamankannya.

Penyelesaian Sengketa

Pertama, melalui perundingan bilateral, yaitu member kesempatan kedua belah pihak
untuk menyampaikan argumentasinya tentang wilayah yang disengketakan dalam forum
bilateral.

Kedua, dengan menetapkan wilayah sengketa sebagai status quo dalam kurun waktu
tertentu. Pada tahap ini, bisa saja dilakukan eksplorasi di Blok Ambalat sebagai sarana untuk
menumbuhkan rasa saling percaya kedua belah pihak (confidence building measures).

Langkah ketiga, bisa memanfaatkan organisasi regional sebagai sarana resolusi


konflik, misalnya, melalui ASEAN dengan memanfaatkan High Council seperti termaktub
dalam Treaty of Amity and Cooperation yang pernah digagas dalam Deklarasi Bali 1976.
Sesuai dengan Pasal 33 Piagam PBB, Indonesia dan Malaysia telah melakukan penyelesaian
sengketa dengan pola negosiasi dengan melakukan perundingan yang dilakukan oleh
perwakilan Indonesia baik setingkat Kepala Negara, setingkat menteri ataupun delegasi yang
bersifat khusus. Negosiasi juga dapat dilangsungkan melalui saluran-saluran diplomatik
pada konperensi-konperensi internasional atau dalam suatu lembaga atau organisasi
internasionalKeterlibatan PBB sebagai organisasi internasional dapat menjadi pihak ketiga
dalam melakukan proses mediasi untuk perdamaian antara Indonesia dan Malaysia.

Kemudian ada langkah terakhir yang paling penting adalah bekerja bersama-sama
untuk menyelesaikan konflik ini dengan transparan dan terbuka. Semua upaya untuk
pengungkapan masalah dilakukan dengan jujur dan terbuka untuk kedua bangsa. Proses
negosiasi, kemajuan-kemajuan dan hambatan-hambatannya harus dibuat terbuka kepada
publik, sehingga publik bisa turut berpartisipasi dengan menyumbangkan opininya. Kunci
penyelesaian kasus Ambalat pada dasarnya adalah penetapan batas maritim antara kedua
negara di Laut Sulawesi. Hal ini sedang dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia melalui jalur
negosiasi. Penentuan garis batas antara kedua negara idealnya mengacu pada UNCLOS
dengan memperhatikan keberadaan konsesi sumberdaya alam (minyak, gas) yang sudah ada
di kawasan tersebut sejak tahun 1960an. Selain itu, peran Pulau Sipadan dan Ligitan yang
kini menjadi milik Malaysia juga mungkin berpengaruh terhadap posisi final garis batas
maritim.

Anda mungkin juga menyukai