Anda di halaman 1dari 38

1.

2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah

bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat,

dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai, dari keluarga inilah akan tercipta

tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan seseorang dimulai

dari keluarga (Padila, 2012).

Secara umum keluarga di definisikan sebagai unit sosial ekonomi terkecil dalam

masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi. Keluarga merupakan kelompok

primer yang terdiri dari dua atau lebih orang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,

hubungan darah hubungan perkawinan, dan adopsi (Bakri, 2014).

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-

masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan

nenek (Reinser, 1980 dalam Bakri, 2014).

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

a. Menurut Robert Mac Iverdan Charles Horton (Padila, 2012):

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.


4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota anggotanya

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan

anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga

b. Ciri keluarga Indonesia

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong .

2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara

musyawarah.

4. Berbentuk monogram

5. Bertanggung jawab

6. Mempunyai semangat gotong royong

2.2.3 Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola

kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang mengikutinya

agar mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat

perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai tipe keluarga

tradisional dan non tradisional atau bentuk normative atau non normative. Sussman (1947),

Macklin (1998) menjelaskan tipe-tipe keluarga sebagai berikut:

a. Keluarga tradisional
1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga yang

melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau

orang tua tiri.

2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak

yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier tunggal atau

karier keduanya.

3. Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari perceraian.

4. Bujangan dewasa sendirian.

5. Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan.

6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-anaknya

sudah berpisah.

b. Keluarga non tradisional

1. Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak.

2. Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hukum

tertentu.

3. Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4. Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang sama hidup

bersama sebagai pasangan yang menikah.

5. Keluarga komuni, keluarga yang terdiri lebih dari pasangan monogami dengan

anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas, sumber yang sama.

Gambaran tentang bentuk atau tipe keluarga tersebut menggambarkan banyaknya bentuk

struktur yang meonjol dalam keluarga. Implikasi bagi keperawatan bahwa tidak ada bentuk

keluarga yang benar atau salah, layak atau tidak layak, melainkan keluarga harus dipahami
dalam konteksnya, tipe tersebut hanya sebuah referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan

berbagai kerangka kelompok kerja primer dengan memperhatikan setiap upaya keperawatan

dilandasi pemahaman dan keunikan dari setiap keluarga (Padila 2012).

2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

1. Patrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa

sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami

atau istri (Bakri, 2014).


2.2.5 Fungsi Keluarga

Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi keluarga berperan

sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapna

masyarakat, maka selanjutnya akan di bahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut:

Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga,

yakni:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis

kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.

Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif , rasa di miliki dan

memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan

support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu di penuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah:

1. Saling mengasuh, cinta, kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung.

Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka

kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang

hangat dan mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan

menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain di luar keluarga.

2. Saling menghargai, dengan mempertahankan ilkim yang positif dimana setiap

anggota keluarga baik orang tua maupun anak di akui dan di hargai keberadaan

dan haknya.
3. Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejenak pasangan sepakat hidup baru.

Kemudian di kembangkan dan di sesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan

keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan

selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak

melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan kasih

sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proees identifikasi yang positif dimana

anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan interaksi mereka. Fungsi afektif

merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Sering

penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi

afektif keluarga yang tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial

sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini

sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan

atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua

(single parents).

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan rumah,

maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga

di bawah garis kemiskinan (gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi
untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga

menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan

asuhan keperawatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan

maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan

tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu

dan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap

anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas

kesehatan keluarga tersebut adalah:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh keluarga. Perawat

perlu melakukan pengakajian untuk mengetahui sejauh mana keluarga dapat melaksanakan

kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan terhadap

keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

2.2.6 Tugas Keluarga


Menurut Padila (2012) pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai

berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-

masing

4. Sosialisasi antar anggota keluarga

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

2.2.7 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial

tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik

yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing – masing, antara lain adalah:

1. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga

dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.


2. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak, pelindung

keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai

anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,

sosial dan spiritual (Bakri, 2014).

2.2.8 Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah sebuah proses perubahan system keluarga yang bergerak

bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan umumnya memiliki tugas dan resiko kesehatan

yang berbeda-beda. Duval (Dion & Betan, 2013 dalam Bakri, 2014), membagi keluarga dalam 8

tahap berbeda, yaitu:

1. Keluarga Baru (Berganning Family)

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga melalui perkawinan.

Pada tahap ini, pasangan baru memiliki tugas perkembangan untuk membina

hubungan intim yang memuaskan di dalam keluarga, membuat berbagai kesepakatan

untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dalam hal merencanakan anak, persiapan

menjadi orang tua dan mencari pengetahuan prenatal care.

2. Keluarga dengan Anak Pertama < 30 bulan (Child Bearing)

Ialah masa transisi pasangan suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir

sampai berusia kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu
kecemburuan pasangan akan perhatian yang lebih ditunjukan kepada anggota

keluarga baru.

3. Keluarga dengan Anak Prasekolah

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga 5 tahun. Adapun

tugas perkembangan yang mesti dilakukan ialah memenuhi kebutuhan anggota

keluarga, membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan, cermat membagi

tanggung jawab, mempertahankan hubungan keluarga, serta mampu membagi waktu

untuk diri sendiri, pasangan dan anak.

4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 tahun)

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah dasar sampai masuk

awal masa remaja. Dalam hal ini sosialisasi anak semakin melebar. Tidak hanya di

lingkungan rumah, melainkan juga di lingkungan sekolah juga di lingkungan yang

lebih luas lagi.

5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Pada perkembangan tahap remaja ini orang tua perlu memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini mengingat bahwa remaja adalah seseorang

yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya

sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan.

6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)

Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah. Artinya keluarga

sedang menghadapi persiapan anak yang mulai mandiri. Dalam hal ini, orangtua

mesti merelakan anak untuk pergi jauh dari rumahnya demi tujuan tertentu.

7. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family)


Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah satu

pasangan bersiap negative atau meninggal. Tugas perkembangan keluarganya, yaitu

menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan dengan pasangan, anak dan teman

sebaya, serta mempersiapkan masa tua.

8. Keluarga Lanjut Usia

Masa lanjut adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka tugas perkembangan

pada masa ini yaitu beradaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, kawan,

ataupun saudara. Selain itu melakukan “life review” juga penting, disamping tetap

mempertahankan kedamaian rumah, menjaga kesehatan dan mempersiapkan

kematian.

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Keluarga terdiri dari:

1. Data keluarga

2. Data anggota keluarga

3. Tahap dan riwayat perkembangan keluarga

4. Fungsi keluarga

5. Pola koping keluarga

6. Data penunjang keluarga

7. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehantan anggota keluarga

(Friedman, 2010).

A. Data Keluarga
Tabel 2.4 Contoh Format Pengisian Identitas
Nama Puskesmas No Register

Nama Perawat Tanggal


Pengkajian

1. Nama puskesmas

Di isi dengan nama pusksmas terdekat. Contohnya: puskesmas Tlogosari

2. Nama perawat

Di isi dengan nama perawat yang melakukan pengakajian atau nama perawat yang

bertanggung jawab. Contohnya: perawat Suci

3. No. Register

Contohnya: 10. 10. 99 (sesuai dengan rumah sakit / puskesmas)

4. Tanggal pegakajian

Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dilakukannya pengkajian. Contoh : 28-01-2020

Tabel 2.5 Contoh Format Kepala Keluarga


Nama Kepala Bahasa sehari-hari
Keluarga
Alamat Rumah & Yankes terdekat, Jarak
Telp
Pekerjaan Alat transportasi
Agama & Suku Status Kelas Sosial

1. Nama kepala keluarga

Di isi dengan nama kepala keluarga sesuai dengan kartu keluarga yang ditulis

dengan nama inisial dan diikuti dengan lebel status klien. Contohnya: Tn. R (Tn.

Tuan)

2. Alamat Rumah dan nomer telepon


Diisi dengan alamat rumah lengkap dengan no RT/RW dan nomer telpon klien

Contohnya: Desa Suojawa RT 01 / RW 01 Kecamatan Tlogosari

3. Pekerjaan

Diisi dengan pekerjaan, profesi, status, atau sesuai dengan pekerjaan klien.

Contohnya: dokter/perawat/wiraswasta/PNS

4. Agama & Suku

Agama : islam, kristen, hindu, uda, katolik

Suku : jawa, madura, batak, dll/WNI,WNA. Contohnya: islam, jawa/WNI

5. Bahasa Sehari-hari.

Di isi bahasa sehari hari individu di keluarga tersebut. Contoh : Madura,

Indonesia, Inggris, Jawa.

6. Alat Transportasi

Di isi dengan alat transportasi sehari-hari keluarga tersebut. Contoh: Mobil,

sepeda Motor, Sepeda.

7. Yankes terdekat, jarak

Di isi jarak tempat pelayanan kesehatan terdekat dengan keluarga tersebut.

Contoh: jarak rumah dengan puskesmas 10 meter.

8. Status kelas sosial

Di isi dengan keadaan status sosial klien

Contohnya: menengah kebawah/ menengah keatas.

Tabel 2.6 Contoh Format Data Anggota Keluarga


N Na Hub Umur J S Pendidi Pekerja Status TTV Status
o Ma dengan K uk kan an Saat Gizi (TD, Imunisasi
KK u Terakhi Ini (TB, N, Dasar
r BB, S, P)
BMI)
1. Tn. Kepala 35 L M SMP Petani TB: TD: Lengkap
A keluarg Thn ad 170 120/90
a ur Cm mmHg
a BB: N: 98
75 x/mnt
Kg S: 36,7
BMI: 0C
26 P: 23
x/menit

1. Nama

Diisi dengan nama anggota keluarga

2. Hubungan dengan kepala keluarga

Diisi dengan hubungan anggota keluatga dengan kepala keluarga

Contohnya: istri, anak, kakak, mertua, orang tua, dll

3. Umur

Diisi dengan umur setiap aggota keluarga dalam tahun

Contohnya 28 tahun

4. Jk

Di isi dengan jenis kelamin contohnya: Laki Laki (L) / Perempuan (P)

5. Suku

Contohnya: madura, jawa, batak, dan Lain-lain

6. Pendidikan terakhir

Contohnya: SD, SMP, SMA, dan lain-lain

7. Pekerjaan saat ini

Diisi sesuai dengan pekerjaan anggota keluarga saat ini. Contohnya: siswa,

mahasiswa, PNS, wiraswasta, petani, dan lain-lain.


8. Status gizi (TB, BB, BMI)

Diisi sesuai dengan TB, BB, BMI masing-masing anggota keluarga. Contoh: TB :

165 cm, BB : 56 kg

9. TTV (TD, S, N, RR)

Diisi sesuai dengan TTV masing-masing anggota keluarga. Contoh: TD : 120 / 90

mm / Hg, N :98x / menit, S: 36,8 C, RR : 19x /menit

10. Status imunisasi dasar

Diisi dengan imunisasi apa yang sudah di berikan. Contoh:

(BCG,Polio,DPT,HB,Campak)

11. Alat Bantu

Di isi dengan alat bantu apa pun dalam menunjang ke seharian setiap individu di

keluarga tersebut. Contoh : Tn.K menggunakan alat bantu pendengaran.

a. Komposisi keluarga

Komposisi ini biasanya terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK

(kepala keluarga), umur, pendidikan dan status imunisasi

dari masing-masing anggota keluarga yang dibuat dalam bentuk tabel untuk

memudahkanpengamatan.

b. Genogram

Adalah simbol-simbol yang dipakai dalam pembuatan genogram untuk

menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatan genogram yaitu :

1) Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri


2) Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan

3) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-laki atau perempuan

4) Paling sedikit disusun tiga generasi

5) Aturan symbol.

c. Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi

dengan jenis tipe keluarga tersebut.

d. Suku bangsa (Etnis)

1) Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarg, dikaji asal suku bangsa

keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait

dengan kesehatan.

2) Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis

bersifat homogen).

3) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan (apakah

kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur / budaya keluarga).

4) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau modern).

5) Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern.

6) Penggunaan jasa-jasa perawat kesehatan keluarga dan praktisi.

7) Dikaji apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktis, terlibat dalam praktik-

praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional

asli dalam bidang kesehatan.

8) Pengunaan bahasa sehari-hari di rumah.


e. Agama dan Kepercayaan

1) Apakah anggota keluarga berada dalam praktik keyakinan beragama mereka.

2) Seberapa aktif keluarga tersebut terliabat dalam kegiatan agama atau organisasi-

organisasi keagamaan lain.

3) Keluarga menganut agama apa.

4) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam

kehidupan keluargaterutama dalam hal kesehatan

f. Status sosial ekonomi keluarga

Sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yag

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh

keluarga.

g. Aktivitas rekreasi keluarga

Reaksi keluarga tidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan Tahap

kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dnegan anak tertua dari

keluarga inti dan mengkaji sejauhmana keluarga melaksanakan tugas sesuai

tahapan perkembangan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan tahap

apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalannya.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Riwayat keluarga sebelumnya

Disini diuraikan riwayat keluarga kepala keluarga sebelum membentuk keluarga

sampai saat ini.

2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini menjelaskan

mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota dan sumber pelayanan

yang digunakan keluarga.

D. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik rumah

a. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar dan lain lain).

Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.

b. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior

rumah meliputi, jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur dan

lain-lain), pengunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar

tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan prabot. Apakah penerangan

fentilasi, pemanasan. Apakah lanitai, tangga, susunan dan bangunan yang lain

dalam kondisi yang adekuat.


c. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan

untuk kebakaran.

E. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

2. Struktur kekuatan keluarga

3. Struktur peran

4. Nilai atau norma keluarga

F. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

2. Fungsi sosialisasi

3. Fungsi perawatan kesehatan

4. Fungsi reproduktif

5. Fungsi ekonomi

G. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor mengkaji sejauh

mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

3. Strategi koping yang digunakan strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi masalah

4. Strategi adaptasi disfungsional dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

H. Pemeriksaan Fisik

Diperiksa persistem sesuai keadaan klien


I. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan

skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah kriteria,

bobot, dan pembenaran. Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah

berikut ini:

1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat katagori

diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis keperawatan potensial

skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual

dengan skor 3.

2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat ditentukan

dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber daya perawatan yang

tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah ini

skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan tidak

dapat dengan skor nol.

3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan

dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yangsedang

dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan

skor 2, dan rendah dengan skor 1.

4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan

berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari criteria ini

terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak

dirasakan dengan skor nol 0.

Cara perhitungannya sebagai berikut:


1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan

yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian

dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot merupakan nilai konstanta

dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot).

2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan

keluarga.

3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang

prioritas.

Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran sebagai

justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang diberikan

berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga. Contoh skoring prioritas

masalah pada penderita diabetes Asma bronchial Risiko perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada Ibu P yang merupakan keluarga Bapak J, berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita diabetes

mellitus. Hal tersebut dapat kita lihat pada matriks di bawah ini.
Tabel 2.7 Skoring Diagnosa Keperawatan
KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN

1. Sifat Masalah 3 1
Skala : 2
Tidak/kurang sehat 1
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera

2. Kemungkinan masalah 3 2
dapat diubah 2
Skala : 1
Mudah 0
Sebagian
Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk 3 1


dicegah 2
Skala : 1
Tinggi
Cukup
Rendah

4. Menonjolnya masalah 2 1
Skala : 1
Masalah berat, harus 0
segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak
perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan

Jumlah

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan

a. Definisi

Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proes keluarga suatu program untuk

pengobatan penyakit dan sekuelanyayang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan

kesehatan tertemtu dari unit keluarga.

b. Batasan karakteristik
1) Akselerasi gejala penyakit seorang anggota keluarga

2) Kurang perhatian pada penyakit

3) Kesulita dengan regimen yang ditetapkan

4) Kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor resiko

5) Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan.

c. Populasi beresiko

1) Kesulitan ekonomi

2.3.2 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.8 Intervensi dan Kriteria Hasil


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
Pengetahuan: Manajemen Hipertensi Manajemen Diri : Hipertensi
Manajemen diri : Hipertensi 1. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
1. Menggambarkan faktor penyebab 5 hidup perilaku saat ini pada individu,
(secara konsisten menunjukkan). keluarga atau kelompok sasaran.
2. Mengenali pemicu hipertensi 5 (secara 2. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
Konsisten menunjukkan). dengan proses penyakit yang spesifik.
3. Menginisiasi tindakan untuk mencegah 3. Bimbing keluarga mengulangi penjelasan
Pemicu pribadi 5 (secara konsisten yang diberikan.
Menunjukkan). 4. Kontrak waktu dengan keluarga serta
4. Menyerahkan hipertensi pada orang jelaskan tujuan yang akan di lakukan.
Relavan 5 (secara konsisten 5. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
Menunjukkan). pada seluruh anggota keluarga
5. Menyerahkan perencanaan 5 (secara 6. Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara
konsisten berkala
Menunjukkan). 7. Lakukan penyuluhan kesehatan kepada
6. Menyesuaikan kehidupan rutin untuk anggota keluarga yang mengalami penyakit
Mengoptimalkan kesehatan 5 (secara hipertensi
Konsisten menunjukkan). 8. Kaji pola makan pasien saat ini dan
7. Melakukan modifikasi lingkungan yang sebelumnya, termasuk makanan yang
Tepat 5 (secara konsisten menunjukkan). disukai dan pola makan saat ini
9. Jelaskan pada klien mengenai tujuan
Dukungan pengambilan keputusan kepatuhan terhadap diet yang disarankan
1. Mengidentifikasi informasi yang relevan terkait dengan kesehatan secara umum
5 (tidak terganggu) 10. Instruksikan klien untuk menghindari
2. Mengidentifikasi alternative (pilihan) 5 makanan yang dipantang dan
(tidak terganggu) mengkonsumsi makanan yang
3. Mengidentifikasi kemungkinan diperbolehkan
Konsekuensi dari masing-masing pilihan 5 11. Berikan informasi sesuai kebutuhan
(tidak terganggu) mengenai perlunya modifikasi diet bagi
4. Mengidentifikasi sumber daya yang kesehatan, penurunan berat badan,
dibutuhkan untuk mendukung setiap pembatasan garam, pengurangan kolesterol,
alternative 5 (tidak terganggu) pembatasan cairan danseterusnya.
12. Bantu keluarga untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan alat yang
diperlukan untuk mendukung keputusan
mereka terhadap perawatan pasien.

Dukungan pengambilan keputusan


1. Bina hubungan baik yang saling
mempercayai
2. Tentukan apakah terdapat perbedaan
antara pandangan pasien dan pandangan
penyedia perawatan kesehatan mengenai
kondisi pasien
3. Informasikan pada pasien dan keluarga
mengenai pandangan-pandangan atau solusi
alternative dengan cara yang jelas dan
mendukung
4. Fasilitasi pengambilan keputusan
kolaboratif
5. Berikan informasi sesuai permintaan pasien
dan keluarga.

2.3.4 Implementasi

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat mengasuh

keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi

kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan dirumah. Ada 3 tahap dalam tindakan

keperawatan keluarga, yaitu :

1. Tahap 1 : persiapan

a. Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :

b. Kontrak dengan keluarga ( kapan dilaksanakan, berapa lama waktunya, materi

yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu

mendapatkan informasi).

c. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

d. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.

e. Mengindentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.


f. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara

fisik dan psikis pada saat implemantasi.

2. Tahap 2 : intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab

perawat secara professional adalah :

a. Independent

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan kompetensi

keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. lingkup

tindakan independent ini adalah :

1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.

2) Merumuskan diagnosa keperawatan.

3) Mengindentifikasi tindakan keperawatan.

4) Melaksanakan rencana pengukuran.

5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain.

6) Mengevaluasi respon klien.

7) Partisipasi dengan konsumen atau tenaga kesehatan lainnya dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tipe tindakan independent keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu :

1) Tindakan diagnostik

a) Wawancara dengan klien.

b) Observasi dan pemeriksaan fisik


c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (Hb) dan

membaca hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.

2) Tindakan terapeutik

Tindakan untuk mencegah mengurangi dan mengatasi masalah klien.

3) Tindakan edukatif

Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan

pendidikan kesehatan kepada klien.

4) Tindakan merujuk

Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

b. Interdependent

Yaitu suatu kegiatan yang memerluka suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan

lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter yang lainnya.

c. Dependent

Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan

“perawatan kateter”. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan perawatan

kateter berdasarkan kebutuhan individu dari klien.

3. Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Tabel 2.9 Format Pelaksanaan tindakan keperawatan


No. Diagnosa/ Tanggal/Pukul Tindakan Paraf
masalah
Kolaboratif
1. Nomer diagnosa /masalah kolaboratif

Tuliskan nomor diagnosa keperawatan/masalah kolaboratif sesuai dengan masalah

yang sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.

2. Tanggal/jam

Tuliskan tanggal, bulan, tahun, dan jam pelaksanaan tindakan keperawatan.

3. Tindakan

a. Tuliskan nomor urut tindakan

b. Tindakan dituliskan yang dilakukan beserta hasil/respon pasien dengan

jelasJangan lupa menuliskan nama/jenis obat, dosis, cara memberikan, dan

instruksi medis yang lain dengan jelas.

c. Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang dapat

menimbulkan persepsi yang berbeda atau masih menimbulkan pertanyaan.

Contoh: “memberikan makan lebih sering dari biasanya”. Lebih baik tuliskan

pada jam berapa saja memberikan makan dan dalam berapa porsi makanan

diberikan.

d. Untuk tindakan pendidikan kesehatan, tuliskan “melakukan penkes tentang…..,

laporan penkes terlampir

e. Bila penkes dilakukan secara singkat, tuliskan tindakan dan respon pasien

setelah penkes dengan jelas.

4. Paraf
Tuliskan paraf dan nama terang

2.3.5 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tenntang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemamuan keluarga dalam mencapai

tujuan.

Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :.

1. Evaluasi berjalan (sumatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan

dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang

dipakai adalah format SOAP :Subjektif, Objektif, Analisis, Planing.

a. Komponen SOAP/SOAPIER (Subjektif, Objektif, Analisis,

Planing,Implementasi, Evaluasi, Reassesment) Untuk memudahkan perawat

mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen

SOAPIER (Subjektif, Objektif, Analisis, Planing,Implementasi, Evaluasi,

Reassesment). Penggunaanya tergantung dari kebijakan setempat. Pengertian

SOAPIER (Subjektif, Objektif, Analisis, Planing,Implementasi,

Evaluasi,Reassesment) adalah sebagai berikut ;

1) S : Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan.


2) O : Data Objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

3) A : Analisis

Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga

dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan

status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data

subjektif dan objektif.

4) P : Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,

atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan

sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan

dan tidak memerlukan tindakan ulang pada umunya dihentikan. Tindakan

yang perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih kompeten untuk

menyelesaikan masalah klien dan membutuhkan waktu untuk mencapai

keberhasilanya. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah tindakan yang

dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah klien, tetapi perlu

ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternative pilihan yang lain

yang diduga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

Sedangkan, rencana tindakan yang baru/sebelumnya tidak dapat ditentukan


bila timbul masalah baru atau rencana tindakan yang ada sudah tidak

kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada.

5) I : Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan).

Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.

6) E : Evaluasi

Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

7) R : Reassesment

Reassessment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan

perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan (Rohmah, 2018).

2. Evaluasi akhir (formatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan

dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam

proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau

rencana yang perlu dimodifikasi.

a. Metode Evaluasi

Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah :

1) Observasi langsung

2) Wawancara

3) Memeriksa laporan

4) Latihan stimulasi
b. Mengukur pencapaian keluarga

Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :

1) Kognitif

Lingkup evaluasi kognitif adalah :

a) Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya.

b) Mengontrol gejala-gejalanya.

c) Pengobatan.

d) Diet, aktivitas, persediaan alat-alat.

e) Risiko komplikasi.

f) Gejala yang harus dilaporkan.

g) Pencegahan.

Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :

1) Interview

Dengan menggunakan cara :

a) Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa fakta yang sudah

diajarkan.

b) Menanyakan kepada keluarga untuk menyatakan informasi yang spesifik

dengan kata-kata keluarga sendiri (pendapat keluarga sendiri).

c) Mengajak keluarga pada situasi hipotesa dan tanyakan tindakan yang tepat

terhadap apa yang ditanyakan.

2) Kertas dan pensil

Perawat menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi pengetahuan

keluarga terhadap hal-hal yang telah diajarkan.


3) Afektif

Dengan cara observasi langsung, yaitu dengan cara observasi wajah, postur

tubuh, nada suara, isi pesan verbal pada waktu melakukan wawanncara.

4) Psikomotor

Dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan yang

diharapkan.

c. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi

Ada tiga kemungkinan pada tahap ini, yaitu :

1) Keluarga telah mecapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga rencana

mungkin dihentikan.

2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga perlu

penambahan waktu, reseources, intervensi sebelum tujuan berhasil.

3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga perlu :

a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.

b) Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak realistis atau

c) mungkin keluarga tidak menghendaki terhada tujuan yang disusun oleh

perawat.

d) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk

mencapai tujuan sebelumnya.

Tabel 2.10 Format Evaluasi


Masalah Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Paraf
Kep/Kolaboratif

A. Pedoman Pengisian Format Evaluasi/Catatan Perkembangan

1. Masalah Keperawatan/Masalah Kolaboratif

Tulislah masalah keperawatan/masalah kolaboratif (hanya problem saja).

2. Tanggal/Jam

Tulislah tanggal, bulan, tahun, dan jam waktu evaluasi dilakukan.

3. Catatan Perkembangan (Menggunakan SOAP)

a. Tulislah data perkembangan yang diperoleh dari catatan tindakan

keperawatan.

b. Tulislah data dalam kelompok data subjektif dan objektif (S-O).

c. Tulislah data perkembangan hanya data yang bersesuaian dengan kriteria

hasil, jadi jangan menuliskan data yang tidak perlu atau meniadakan data

yang diperlukan.

d. Tulislah masalah keperawatan/kondisi masalah keperawatan dalam analisis

(A) untuk evaluasi proses. Contoh : nyeriakut/nyeri akut berlanjut/nyeri

akut masih terjadi.

e. Tulislah dalam analisis (A) tujuan teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi

untuk evaluasi hasil.

f. Bila ditemukan masalah yang baru, tuliskan masalah dalam bentuk

diagnosis keperawatan dengan formulasi yang tepat.


g. Tulislah dalam perencanaan (P) nomor dari rencana tindakan keperawatan

untuk rencana tindakan yang dikehendaki untuk dilanjutkan/dipertahankan

atau dihentikan.

h. Tulislah rencana tindakan baru bila dikehendaki sebagaimana teknik

penulisan rencana tindakan.

i. Bila menggunakan SOAPIE/SOAPIER, tulislah pelaksanaan tindakan

dalam item I/implementasi dan respons klien dituliskan dalam item

E/evaluasi, kemudian tentukan rencana berikutnya pada item

R/reassessment.

4. Paraf

Tulislah paraf dan nama terang (Rohmah, 2018).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada keluarga yang mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Kesiapan

Meningkatkan Manajemen Kesehatan di Desa Sukojawa Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada keluarga yang

mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Manajemen

Kesehatan di Desa Sukojawa Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.

3.3 Lokasi dan Waktu

pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami

Hipertensi dengan Masalah Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan di

Desa Sukojawa Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso selama 2 minggu.


3.4 Partisipan

Partisipan dalam penyususnan studi kasus ini adalah 1 keluarga dengan

Hipertensi.

3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang di

gunakan

1. Wawancara (hasil anamnesa berita tentang identitas klien. Keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang – dahulu – dan lain-lain). Sumber data dari klien, keluarga dan

perawat lainnya.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh.

3. Studi dukumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang

revelan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/nformasi yang di peroleh

sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping intergritas penulis (karena

penulis menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan yaitu dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan dan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama

yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti.
3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutkan membandingkan dengan tiori yang ada dan

selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasa. Teknik analisis yang di gunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang di peroleh dari hasil intrepetasi

wawancara mendalamyang akan di lakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknis analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diitrepretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD ( wawancara, observasi, dan dokumen ). Hasil

di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian di salin dalam bentuk transkrip

( catatan terstruktur )

2. Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan di jadikan satu

dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif,

dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai

normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan teks naratif.

Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan
Dari data yang disajiakan, kemudian data dibahas dan di bandingkan dengan hasil-

hasil penulisan terdahulu dan secara teontis dengan perilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan ddilakukan dengan cara indikasi. Data yang dikumpulkan terkait dengan

data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasar penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed consent ( persetujuan menjadi klien )

Informed consent diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti member

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada responden, jika responden

bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan apabila responden

menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity ( tanpa nama )

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk

disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama atau inisial.

3. Confidentiality ( kerahasian )

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk dirahasiakan.

Anda mungkin juga menyukai