DISUSUN OLEH
NAMA : NANANG
NIM : 1900076
KELOMPOK : 1
DOSEN PEMBIMBING:Melzi,M.Farm,Apt
ASISTEN DOSEN :
1. DHEA ANANDA
2. YULINDA ANGGRAINI
2020
UJI DAYA KERJA ANTIBIOTIKA
I. Tujuan
Mengenal salah satu metode penentuan aktivitas antiobiotika terhadap mikroba
Melihat hubungan dosis dengan diameter daerah hambatan pertumbuhan
mikroba
Mengenal suatu metode cara kerja mikroba
Memahami metode ini untuk melihat hubungan dosis dengan diameter daerah
hambatan pertumbuhan mikroba
II. Tinjauan Pustaka
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang
berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik
dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling
berkompoten adalah antimikroba (Gobel, 2008). Anti mikroba adalah senyawa
yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan
yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain
disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada
kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup
(Paturusi, 2008).
Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan
yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para
peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun
berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul,
Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin
kapsul (Djide, 2003).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan
golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu
antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode
Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh
ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Junairiah, 2005).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik
tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja
terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi
dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum
sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan
antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif dapat dihambatoleh antibiotik tersebut (Sumadio, dkk. 1994
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja
yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin
kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin
kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat
lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi
berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat
(Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala
infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan
tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik
yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki
sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel
bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia,
sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai
toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik
tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja
terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan
bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum
luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh
antibiotik tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
V. Hasil
o Hasil dosis antiobiotik Cafadroxil =100mg/500 x 670 mg = 134 mg
Untuk kosentrasi 1%
V1.C1=V2.C2
V1.100%=10 ml.1%
V1 =0,1 ml
1% 19 mm
0,5% 16,7 mm
DIAMETER
0,25% 13,3 mm
CAFADROXIL
0,125% 10,9 mm
VI. Pembahasan