Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ETIKA PROFESI

“Prinsip-Prinsip Etika dan Norma dalam Pelayanan Gizi”

Disusun oleh :
Kelompok 1
ADELINE SWITENIA P. PO.62.31.3.17.393
ANGGITA NOVIA PO.62.31.3.17.394
ANISSA SILVIANA N. PO.62.31.3.17.395
RUSWANDI WARDANA PO.62.31.3.17.429

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKARAYA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta kesehatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Etika Profesi yang berjudul “Prinsip-Prinsip Etika dan Norma dalam
Pelayanan Gizi” dengan baik tanpa ada halangan, yang berarti makalah ini telah kami
selesaikan dengan maksimal. Kami selaku penyusun berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Oleh sebab itu, kami selaku penyusun dengan segala kerendahan hati, menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Demikian yang dapat kami
sampaikan semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
untuk kita semua. Terima kasih.

Palangka Raya, 17 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4

B. Tujuan ............................................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dasar Etika ............................................................................................. 5

B. Pendekakatan Teori Etika.......................................................................................... 6

C. Macam Etika..............................................................................................................6

D. Pengertian Norma..................................................................................................... 9

E. Macam-Macam Norma Dalam Hidup Bermasyarakat............................................... 10

BAB III ISI DAN PEMBAHASAN

A. Gizi Sebagai Profesi...................................................................................................12

B. Kemitraan Profesi Gizi...............................................................................................12

C. Perkembangan Profesi Gizi........................................................................................ 13

D. Etika dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar.............................................................. 14

E. Norma Hukum dalam Pelayanan Gizi........................................................................ 25

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................................................................................. 27

4.2 Saran.......................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas manusia sebagai makhluk sosial sangat
berkaitan dengan masalah etika dan moral. Etika merupakan refleksi dari apa yang
disebut dengan self control. Dalam bahasa Yunani istilah etika berarti adat istiadat
dan diartikan sebagai kebiasaan yang baik (Berten. 2007). Dalam pengertian tersebut
etika mencakup unsur-unsur kepribadian yang meliputi sikap,opini atau pandangan
dan perilaku atau perbuatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) norma
adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat, dipakai
sebagai panduan, tatatanan dan kendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima.
Norma dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu.

Etika dan norma dapat digunakan sebagai acuan perilaku seseorang yang
berkaitan dengan tindakan baik dan buruk. Dalam profesi tidak hanya mengandalkan
pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan tetapi panggilan.
Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan
teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya dan juga kematangan etik.
Sebagai suatu profesi ahli gizi selayaknya memiliki etika, baik tertulis maupun tidak
tertulis karena dalam etika profesi mengandung unsur tentang pengorbanan demi
kemanusiaan, dedikasi dan pengabdian masyarakat.

B. Tujuan

Menjelaskan prinsip-prinsip etika dan norma dalam pelayanan gizi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dasar Etika

Secara etimologi kata “Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ yang berarti
‘watak/sifat atau tingkah laku manusia, kebiasaan, cara berpikir, dan sebagainya’. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika mengandung arti, yaitu : ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.

Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”, yang berasal dari bahasa Latin
mos (jamak: mores) yang berarti juga kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak
bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih digunakan dalam arti yang
sama. Jadi etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya
berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan, hanya bahasa asalnya berbeda (etika berasal
dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahas Latin).

Etika mempunyai tiga arti. Pertama, kata “etika” dapat dipakai dalam arti nilai-nilai
dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya etika suku Indian, etika agama Budha, dan
etika Protestan, tidak dimaksud “ilmu” melainkan sebagai “sistem nilai” artinya dapat
berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Kedua, “etika”
berarti juga kumpulan asas atau nilai moral, yangg dimaksud di sini adalah kode etik,
misalnya etika rumah sakit Indonesia, etika profesi gizi dan etika keperawatan. Ketiga,
“etika” mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk; yaitu etika baru menjadi ilmu
bila kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk)
yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi
bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

Para ahli merumuskan etika seperti berikut ini  :

1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

5
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan
oleh akal.

3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Menurut Leenen (dalam Indar, 2006), etika kesehatan adalah suatu pengkhususan dari
etika umum, suatu penerapan dari nilai etika terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan
kesehatan. Soerjono Soekamto (1987) menyatakan bahwa etika kesehatan jelas mencakup
penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui dan juga mencakup suatu rekomendasi
bagaimana bersikap tindak secara pantas dalam bidang kesehatan.

B. Pendekatan Teori Etika

Pendekatan yang biasa digunakan untuk mempelajari teori etika yang berhubungan
dengan tingkah laku dan moral manusia, yaitu :

1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil (menggambarkan fenomena
etika).

2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang akan diputuskan (menyediakan kaidah umum dan prinsip
tingkah laku).

C. Macam Etika

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, seperti juga berbicara tentang moral . Manusia disebut etis, ialah manusia secara
utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya.
Dibawah ini macam-macam etika secara umum:

6
1. Etika Umum
Mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar bagaimana seharusnya
manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
pula dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian
umum dan teori-teori etika.
2. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan.
Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam
kehidupannya dan kegiatan profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral.
Namun, penerapan itu dapat juga berwujud .Bagaimana manusia bersikap atau
melakukan tindakan dalam kehidupan terhadap sesama.
Etika Khusus dibagi menjadi :
a. Etika individual yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b. Etika sosial yaitu mengenai sikap dan kewajiban, serta pola perilaku manusia
sebagai anggota bermasyarakat. Etika sosial meliputi : sikap terhadap sesama, etika
keluarga, etika gender, etika profesi, etika politik, ideology.
c. Etika Lingkungan :suatu kegiatan dimana manusia bertanggung jawab dan
berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Pendekatan terhadap lingkungan
dengan melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan
yang saling menopang.
3. Etika dan Etiket
Dua istilah tersebut sering kali dicampuradukkan, padahal perbedaan keduanya
sangat hakiki. Pengertian atau istilah etika telah disampaikan panjang lebar
sebelumnya, sedangkan etiket perlu sepintas kita pelajari. Istilah ”etiket”berasal dari
bahasa Perancis ”etiquete”. Etiket merupakan sikap yang mengatur hubungan antara
kelompok manusia beradab dalam pergaulan. Lebih singkatnya etika berarti moral
dan etiket berarti sopan santun.
4. Perbedaan Etika dan Etiket
a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Contoh: jika
menyerahkan sesuatu pada atasan harus menggunakan tangan kanan. Dianggap
melanggar etiket apabila menyerahkan dengan tangan kiri. Tetapi etika tidak

7
terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma kepada
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh
dilakukan ya atau tidak. Contoh: mengambil barang milik orang lain tidak pernah
diperbolehkan. “jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Orang mencuri
dengan tangan kanan atau kiri, hal tersebut tidak menjadi relevan.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak
ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Contoh : dianggap melanggar etiket
cara makan apabila ada saksi atau orang. Etika selalu berlaku, juga kalau tidak ada
saksi mata. Contoh : larangan untuk tidak mencuri selalu berlaku ada atau tidak
ada nya orang yang hadir/saksi mata.
c. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan bisa
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh : makan dengan tangan. Etika
jauh lebih absolute. Contoh: “jangan membunuh” “jangan mencuri” merupakan
prinsip etika yang tidak dapat ditawar atau diberi dispensasi.
d. Jika berbicara tentang etiket, hanya memandang manusia dari lahiriahnya saja.
Contoh: penipu dapat dengan mudah meyakinkan orang lain karena penampilan
luar mereka yang baik. Etika menyangkut manusia dari segi dalam: batiniah.
Contoh : orang yang membunuh, jelas-jelas memiliki kepribadian yang buruk.
5. Etika dan Moral
Etika dan moral sebuah istilah umum yang sering kali didengar. Banyak yang
beranggapan bahwa etika dan moral merupakan kata yang memiliki makna serupa.
Meskipun maksud dari kedua kata tersebut mengerucut pada arah yang sama, namun
pada esensinya kedua kata ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar.
Etika dan moral merupakan istilah yang sering ditujukan untuk aktivitas atau
sikap yang berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Etika dan moral
ini bahkan menjadi landasan hukum bagi sikap dalam masyarakat tersebut. Dalam
praktiknya etika sebagai ilmu erat hubungannya dengan kehidupan manusia,
seharusnya tidaklah sekedar teori saja. Bagi siapa saja yang sudah mempelajari etika
diharapkan mampu mempertanggungjawabkan secara rasional segala keputusan
moralnya. Kehidupannya senantiasa diwarnai dengan jiwa yang diresapi oleh prinsip-
prinsip moral yang benar. Jangan sampai terjadi, misalnya : Orang yang mengetahui
apa-apa yang baik dan harus dilakukan, dalam praktik hidupnya tidak berlaku atau
bertindak sesuai pengetahuan yang dimilikinya.

8
D. Pengertian Norma

Norma berasal dari kata “norm” yang artinya pedoman atau patokan bagi
setiap orang dalam bersikap tindak baik terhadap diri orang lain ataupun terhadap
dirinya sendiri. Dalam bahasa Belanda istilah norma disebut juga “maatregel”, maat
artinya sama dengan kaidah yang berasal dari kata “aqidah”.Norma yang menjadi
pedoman untuk bersikap tindak terhadap orang lain adalah norma sopan santun,
norma hukum, dan norma tata tertib. Norma-norma ini disebut norma insubjekif.

Norma-norma yang diperlukan sebagai pedoman untuk bersikap tidak


terhadap dirinya sendiri misalnya pola hidup yang baik dan benar, baik dalam
berpikir, berkehendak dan berbuat, norma memelihara kesehatan tubuh, dan norma
tata busana. Norma yang menjadi patokan/pedoman untuk bersikap tindak terhadap
dirinya sendiri disebut norma reflektif.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan norma
antara lain:

1. Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat, dipakai


sebagai panduan, tatanan, dan kendalian tingkah laku, yang sesuai dan diterima.

2. Aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau
memperbandingkan sesuatu.

Beberapa pengertian tentang norma menurut para ahli :

1. John J. Macionis: norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat


untuk memandu perilaku anggota-anggotanya.

2. Robert Mz. Lawang: norma adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan baik
dan pantas sehingga sejumlah anggapan yang baik dan perlu dihargai sebagaimana
mestinya.

3. Hans Kelsen: norma adalah perintah yang tidak personal dan anonim.

4. Soerjono Soekanto: norma adalah suatu perangkat agar hubungan antar


masyarakat terjalin dengan baik.

9
5. Isworo Hadi Wiyono: norma menurut norma adalah peraturan atau petunjuk hidup
yang memberi ancar-ancar perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan
mana yang harus dihindari.

6. Antony Gidden: norma adalah prinsip atau aturan konkret yang seharusnya
diperhatikan oleh masyarakat.

E. Macam-Macam Norma Dalam Hidup Bermasyarakat

1. Norma Sopan Santun


Norma sopan santun adalah etiket pergaulan hidup sehari hari bersama orang
lain, misalnya cara berbicara, berpakaian, bersikap, bergaul dan sebagainya.
Ciri khas norma sopan santun :
- Penilaian baik-buruknya berhubungan erat dengan adat kebiasaan setempat.
- Keberlakuannya bersifat lokal
- Pelanggaran atas norma ini biasanya dikenal sanksi spontan berupa reaksi kurang
senang atau sikap tidak setuju dari masyarakat sekitarnya.

2. Norma Hukum
Terdiri dari 2 macam : 1. Tertulis, berupa undang undang ; 2. Tidak tertulis,
misalnya hukum adat.
Ciri khas norma hukum :
- Pelaksanaannya merupakan suatu keharusan
- Pelanggaran atas norma hukum perlu ditindak atau dikenai sanksi hukuman oleh
penguasa
- Harus berlaku dengan pasti dan bersifat adil
- Berlaku untuk orang-orang di wilayah hukum tersebut.

3. Norma Moral
Norma moral merupakan norma yang tidak tertulis dan merupakan tolak ukur
atau pedoman umum dalam menentukan baik-buruknya perilaku seseorang.
Cirikhas norma moral :
-Tidak semua pelanggaran atas norma moral dikenai sanksi
-Norma moral yang menyangkut kesejahteraan umum, pada umumnya menjadi norma
hukum.

10
- Lebih menyangkut segi batin manusia, yang dirujuk dari suara hati.

4. Norma Agama
Norma agama berhubungan erat dengan norma moral, karena norma agama
memuat norma moral. Akan tetapi norma moral lebih bersifat umum daripada norma
agama, karena norma agama hanya berlaku bagi mereka yang memeluk agama
tersebut.
Ciri khas norma agama :
- Sanksi terhadap pelanggaran norma agama diberikan oleh Tuhan Sang Pencipta
- Keberlakuannya hanya bagi mereka yang memeluk agama tersebut.

11
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN

A. Gizi Sebagai Profesi

Profesi gizi, sebagai profesi kesehatan, terdiri dari para anggotanya yang memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam :

a. Melaksanakan asuhan gizi klinik

b. Melaksanakan penyelenggaraan makanan institusi

c. Melaksanakan pelayanan gizi masyarakat

d. Melaksanakan penyuluhan gizi serta menyediakan pelatih sebagai konsultan gizi

B. Kemitraan Profesi Gizi

Kewajiban Ahli Gizi kepada teman seprofesi dan mitra kerja telah dijelaskan dalam
Kode Etik Profesi Gizi, yaitu sebagai berikut :

a. Ahli gizi dalam pekerjaannya, yaitu melakukan promosi gizi demi meningkatkan
dan memelihara status gizi optimal dari masyarakat, berkewajiban untuk senantiasa
bekerjasama, melibatkan dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di
masyarakat.
b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang
harmonis dengan organisasi atau disiplin ilmu /profesional sejenis atau bukan sejenis
yang terkait dengan upaya dalam meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan,
dan kesejahteraan rakyat.
c. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerjanya.

3 model pelayanan gizi yang dipakai atau dikembangkan di institusi pelayanan


kesehatan :

1. Ahli gizi menyiapkan makanan pasien sesuai pemahamannya tanpa ada informasi
mengenai keadaan pasien yang akurat dari dokter, perawat maupun profesi lain yang
terkait.

12
2. Pelayanan dilakukan oleh tim yang dikenal dengan Nutrition Support Team (NST),
yang terdiri dari dokter, perawat, farmasi(ahli obat-obatan) dan ahli gizi. Pada model
ini belum ada koordinasi antara masing masing profesi dalam satu pelayanan bagi
pasien namun mereka telah menerapkan pelayan terstandar yang dikerjakan dalam
satu team.

3. Aplikasi pelayanan gizi dilaksanakan dalam satu tim dengan melibatkan dokter,
perawat dan ahli gizi. Sehingga dalam memutuskan bentuk pelayanan yang akan
diberikan kepada pasien memiliki tujuan yang sama.

C. Perkembangan Profesi Gizi


Perkembangan Profesi Gizi ini tidak terlepas dari perubahan dan peningkatan
pelayanan gizi di masyarakat maupun di Rumah sakit. Pelayanan gizi yang menjadi
tuntutan masyarakat adalah pelayanan yang bermutu dan profesional sesuai dengan
standar pelayanan yang diharapkan. Dimanapun pelayanan gizi dilakukan apakah di
masyarakat atau di Rumah Sakit, masyarakat atau klien mengharapkan dan menuntut agar
menjadi pusat perhatian dimana keamanan pasien menjadi yang utama.

1. Gizi Sebagai Pelayanan Profesional


Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu, atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, kesimpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status
kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Pelayanan dikatakan profesional apabila pelayanan dilakukan dengan keterampilan
yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, analisis keahlian
dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, pendidikan yang memadai,
memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, memiliki
klien atau objek layanan tetap, dan diakui oleh masyarakat serta berhak mendapatkan
imbalan jasa yang layak.
Pelayanan gizi adalah pelayanan gizi profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Pelayanan gizi profesional diberikan oleh tenaga gizi yang memiliki kompetensi gizi yang
sudah teruji dan mendapatkan lisensi serta Surat Tanda Registrasi (STR) , pelayanan gizi
diberikan berdasarkan kode etik profesi.

13
Tujuan pelayanan gizi profesional adalah untuk memelihara dan meningkatkan status
gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi (Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu) atau masyarakat umum.
a. Pelayanan Gizi Profesional di Rumah Sakit
b. Pelayanan Gizi Profesional di Masyarakat

D. Etika dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar


Etika dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah penerapan konsep benar,
salah, baik, buruk dan tanggung jawab serta memerlukan sikap kritis, metodis dan
sistematis dalam melakukan dalam melakukan pengkajian(asesmen) gizi, diagnosisi gizi,
intervensi gizi dan monitoring dan evaluasi gizi. (Persagi dan AsDi, 2011). Dalam setiap
kegiatan PAGT sebaiknya dilakukan dengan bertanggung jawab, mengikuti kaidah ilmiah
yang benar dan memperhatikan etika. Klien/pasien menjadi pusat perhatian kita untuk
menjaga keselamatannya dan mencegah pasien/klien cidera.
Agar pasien/klien aman, maka sebelum menangani pasien, sebaiknya melakukan
prinsip keselamatan pasien yaitu mencuci tangan, identifikasi pasien, mencegah
kesalahan dalam memberi diet, dan mencegah kesalahan dalam berkomunikasi. Pasien
mempunyai hak untuk tidak terkena infeksi selama dirawat, bebas dari bahaya, bebas dari
kesalahan penanganan pemberian diet.

1. Etika dalam Melakukan Asesmen Gizi


Pengkajian gizi atau asesmen gizi merupakan suatu proses yang didalamnya
terdapat kegiatan pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data yang sistematis dalam
upaya mengidentifikasi masalah gizi serta penyebabnya. Tujuan kegiatan asesmen
gizi, adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan sesuai dalam
upaya mengidentifikasi masalah gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan
masalah gizi. Dalam melakukan pengkajian gizi perlu memperhatikan komponen
berikut:
1. Pengukuran dan pengkajian data antropometri
2. Pengukuran dan pengkajian data antropometri merupakan pengukuran fisik
individu.
3. Pemeriksaan dan pengkajian data biokimia
4. Pemeriksaan dan pengkajian data pemeriksaan klinis dan fisik
5. Riwayat makan

14
6. Riwayat personal

Tabel dibawah ini menggambarkan pada setiap jenis pengukuran, pengkajian


apa yang harus dilakukan dan etika yang sesuai dengan pengukuran yang dilakukan.
Pengukuran Pengkajian Etika dalam melakukan
pengukuran dan pengkajiannya
a. BB,TB/PB, Tinggi Bandingkan Nilai baku 1. Etika dimulai sebelum
lutut, LILA, Tebal (standar) seperti KMS, melakukan pengukuran seperti
lemak, Lingkar IMT, Tinggi Lutut,LILA, memberi salam lakukan dengan
Pinggang dan Lingkar Tebal lemak, lingkar ramah, perkenalan diri, mengenal
panggul pinggang dan lingkar klien, membangun hubungan, dan
panggul memahami tujuan pengukuran.
2. Meminta maaf/izin karena
mungkin mengganggu privasi atau
ada rasa sedikit sakit.
3. Set alat ukur sesuai prosedur,
agar pengukuran akurat misalnya
dacil harus dibuat seimbang.
4. Lakukan pengukuran sesuai
prosedur yang benar dan baca
hasil pengukuran yang benar,
misalnya menimbang balita
dengan dacin perhatikan pakaian
anak yang mungkin dapat
mempengaruhi akurasi hasil
penimbangan.
5. Bandingkan hasil ukur
menggunakan nilai baku sesuai
dengan pengukuran. Misalnya
untuk anak balita KMS laki-laki
atau perempuan, plot hasil
penimbangan. dengan benar, lalu
interpretasikan data dengan benar.
6. Kesalahan dalam tahap

15
penimbangan, pengkajian akan
berakibat pada kesalahan
intervensi yang akan merugikan
klien.

b. Pemeriksaan data Kaji hasil pemeiksaan 1. Lakukan komunikasi yang baik


biokimia: darah, urin laboratorium yang dengan tenaga kesehatan lain
dan jaringan tubuh berhubungan dengan sepeti perawat, analis
lain keadaan gizi,dengan laboratorium
meggunakan nilai baku 2. Data biokimia pasien terdapat
yang ada pada lembar hasil pada rekam medis pasien, yang
pemeriksaan biokimia tsb umumnya disimpan diruang
seperti kadar albumin, perawat, tidak semua orang boleh
asam folat serum, glukosa membuka rekam medis pasien
darah, creatinin urin dll karena bersifat rahasia.
3. Mintalah izin terlebih dahulu
untuk membaca rekam medis
pasien.
4. Baca dengan seksama dan buat
catatan pada buku saudara sendiri
hasil laboratorium termasuk
interpretasi hasilnya dan diagnosa
dokter terkait hasil laboratorium.
Catat dengan baik jangan sampai
salah.
5. Kembalikan rekam medis
pasien kepada perawat dan
lakukan diskusi bila dirasakan
perlu dengan perawat dan dokter
yang merawat pasien, agar
interpretasi kita lebih akurat.
6. Ingat dalam membaca rekam
medis pasien kita harus selalu
berfikir kritis, apakah data tsb

16
terkait dengan gizi, apakah data
tsb akurat, apakah ada kesesuaian
dengan data pemeriksaan.
c. Pemeriksaan data Pengkajian fisik dan klinis Data ini juga terdapat pada rekam
klinis dan fisik terkait gizi meliputi medis pasien, sehingga etika yang
kesehatan gizi dan mulut, perlu dilakukn sama dengan poin
penampilan fisik seperti b.
kurus,rambut
pudar (balita), dan mudah
dicabut.

d. Riwayat makan Hasil analisis zat gizi dari 1. Persiapkan alat dan bahan
FFQ, Food recall 24 H asupan makan dikaji sebelum melakukan anamnesa
dengan membandingkan yang akan digunakan untuk
standar baku asupan, melakukan pengukuran riwayat
sesuai umur, jenis makan seperti “food model” ,
kelamin, keadaan Foto makanan, contoh bahan
kesehatan, akititas. makanan, formulir anamnesa
FFQ, formulir anamnesa recall 24
H
2. Sebelum melakukan
wawancara/anamnesa memberi
salam lakukan dengan ramah ,
perkenalan diri, mengenal klien,
membangun hubungan, dan
memahami tujuan wawancara /
anamnesa.
3. Minta klien/pasien mengingat
apa saja yang dimakan sehari
sebelumnya mulai dari bangun
pagi, snek, makan siang, snek
siang dan makan malam.
Tanyakan berapa banyak klien
mengkonsumsi, jenis bahan

17
makanannya, cara mengolahnya,
minuman apa saja yang
dionsumsi.
4. Gali dan bantu klien untuk
mengingat kembali, Jangan
mempengaruhi klien dengan
caramembantu klien makanan
atau bahan makanan yang
dikonsumsi. Yang terbaik adalah
klien dapat menyebutkan secara
jujur dan benar apa yang
dikonsumsi selama 24 jam. Bila
FFQ mengingat bahan
makanan/makanan yang
dikonsumsi 1 bulan yang lalu.
5. Lakukan klarifikasi ulang untuk
meyakinkan dan membantu
mengingat kembali apa saja yang
dikonsumsi klien.
6. Agar membantu mempermudah
klien gnakan food model/bahan
makanan contoh/makanan jadi
contoh agar lebih tepat
pengukuran konsumsinya.
7. Jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi diukur selanjutnya
dianalisis zat gizinya dengan
menggunakan daftar komposisi
bahan makanan atau bahan
makanan penukar. Dapat juga
menggunakan perangkat lunak
seperti “nutriclin”
e. Riwayat Personal Pengkajian data terkait gizi
meliputi riwayat obat, seperti alergi makanan, 1. Etika dalam berkomunikasi

18
sosial budaya, riwayat pantangan yang baik dengan tenaga
penyakit dan data makanan,keadaan sosial kesehatan lain
umum pasien ekonomi, pola aktifitas, 2. Mengumpulkan data riwayat
riwayat penyakit klien, personal yang umumnya tertulis
serta masalah psikologis dalam rekam medik.
yang terkait dengan gizi 3. Baca dan Catat data yang
berkaitan dengan gizi dalam buku
catatan saudara.
4. Gunakan selalu cara berfikir
kritis.
5. Bila ada data lain yang
diperlukan dapat langsung melalui
wawancara klien.
6. Ahli gizi perlu menguasai cara
bertanya yang tepat menggunakan
ketrampilan konseling
mendengarkan dan mempelajari
sehingga mendapatkan informasi
yang akurat.

2. Etika dalam Melakukan Diagnosis Gizi


Dianosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama
masalah gizi yang aktual, dan atau beresiko menyebabkan masalah
gizi.Langkah ini merupakan langkah kritis yang menjembatani pengkajian gizi
dan intervensi gizi. Diagnosis Gizi diuraikan berdasarkan komponen masalah
gizi (problem), penyebab masalah gizi (etiologi) dan tanda serta gejala adanya
masalah gizi (sign and symptom).
Etika dalam mengelompokkan diagnosis gizi harus menggunakan
International Diettetic & Nutrition Terminilogy (IDNT). Untuk menuliskan
diagnosis gizi dengan cara mengkaitan Problem dan etiologi yangdihubungkan
dengan kata “berkaitan dengan” sedangkan Etiologi dengan sign-
symtomdihubungkan dengan kata “ ditandai dengan” .

3. Etika dalam Melakukan Intervensi Gizi

19
Setelah menetapkan prioritas diagnosis izi , kemudian dilakukan
intervensi gizi yang terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu menetapkan rencana
diet dan komitmen untuk melaksanakan rencana diet, diharapkan klien dapat
melakukan proses perubahan perilaku.
Tabel dibawah ini menjelaskan bagaimana etika kita dalam
merencanakan, membuat tujuan dan melakukan intervensi gizi.

Langkah dalam Intervensi Gizi Etika dalam melakukan


a. Memilih rencana diet • Kegiatan ini dimulai dari merencanakan
diet, menetapkan tujuan dan preskripsi diet.
• Merencanakan kebutuhan energi dan zat
gizi, dan menu sesuai kebutuhan
• Menyampaikan perubahan pola makan
dan alternatif rencana diet serta membantu
klien untuk menentukan rencana diet yang
dipilih berikut faktor pendukung dan
penghambatnya
• Tingkatkan kepercayaan diri klien, dan
beri pujian.
• Sebelum selesai komunikasi dengan klien
jangan lupa memastikan bahwa klien sudah
mengerti apa yang harus dilakukannya (tes
pemahaman).
• Buat perjanjian dengan klien untuk
pertemuan berikutnya.

b. Tujuan diet  Untuk tujuan diet berdasarkan


problem (P) dan penyebab/etiologi
(E) pada diagnosis gizi.
 Bila E tidak bisa diintervensi gizi,
maka intervensi gizi berdasarkan
Tanda(sign) dan gejala (symtom)
yang ada.
 Tujuan harus realistik, dapat diukur

20
dan dapat dicapai dalam waktu yang
ditentukan.

c. Preskripsi diet  Merupakan arahan bagi klien untuk


merubah perilaku makan.
 Jenis diet, bentuk makanan,makanan
yang boleh dan tidak boleh
dimakan, jumlah yang dikonsumsi
dan kandungan zat gizi sesuai
dengan kebutuhan.

d. Menghitung kebutuhan gizi dan zat  Merupakan perhitungan jumlah


gizi energi yang dibutuhkan seseorang
untuk berbagai kegiatan sekama 24
jam agar tercapai keadaan kesehatan
yang optimal

e. Menyusun menu Merupakan perencanaan hidangan yang


sesuai dengan preskripsi diet, dengan tidak
mengabaikan kesukaan klien dan faktor
sosioekonominya

f. Menyampaikan rencana diet atau  Merubah perilaku makan bukan hal


perubahan pola makan mudah, untuk itu perlu kerja sama
antara konselor dan klien yang baik.
 Agar tercipta hubungan yang baik
antara klien dan konselor adalah
dengan menjelaskan hasil
pengkajian antropometri, biokimia
dan klinis yang terkait dengan
masalah kesehatan serta gizi klien.
 Kebiasaan makan, asupan energi
dan zat gizi
 Alternatif perubahan pola makan

21
 Membantu klien untuk menentukan
rencana diet dan faktor pendukung
serta penghambatnya

g. Memperoleh komitmen  Konseling tidak akan berhasil tanpa


komitmen klien
 Berikan pemahaman anjuran diet
yang telah disepakati bersama dan
dukungan serta tingkatkan
kepercayaan diri klien
 Cek pemahaman klien, jangan
menggurui, jangan menyalahkan.

4. Etika dalam Melakukan Monitoring dan Evaluasi


Pada langkah terakhir ini, dilakukan penilaian kembali terhadap kemajuan
klien dan konelor. Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui respon klien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Etika yang perlu diperhatikan
pada tahap monitoring dan evaluasi merupakan langkah dan tindakan
professional sorang tenaga gizi.
Dimulai dengan memonitor perkembangan klien setelah dilakukan
intervensi gizi, mengukur dan mengevaluasi hasil, sampai pada dokumentasi
hasil monitoring dan pencatatan pelaporan yang rapih dan sistematik.
Dokumen ini juga akan menggambarkan profesionalisme kita.
Langkah dalam monitoring dan evaluasi Etika dalam melakukan

22
a. Monitoring perkembangan • Mengecek pemahaman dan ketaatan diet
klien
• Mengecek apakah intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana diet
• Menentukan status klien berubah/tetap
• Mengidentifikasi hasil lain yang positif
maupun negatif
• Mengumpulkan informasi bila tidak ada
perkembangan klien
b. Mengukur hasil • Ukur kembali komponen tanda dan gejala
dari diagnosis gizi.
c. Evaluasi hasil • Evaluasi adalah membandingkan hasil data
terbaru dengan data sebelumnya
• Evaluasi proses untuk melihat tingkat
partisipasi klien, kesesuaian isi materi, waktu
danketercapaian tujuan
• Evaluasi dampak melihat keberhasilan
konselor dalam memberikan konseling
Contoh: klien melakukan kunjungan ulang,
ketepatan asupan, terjadi perubahan BB,
perubahan nilai biokimia dan perubahan
perilaku positif.
Gali informasi klien entang masalah,
hambatan, tentukan alternatif pemecahan
masalahnya
d. Dokumentasi monitoring dan evaluasi • Lakukan dokumentasi pada setiap
tahap perlakuan
• Dokumentasi harus relevan,
tepat, terjadwal dan akurat
• Dalam kunjungan ulang, konselor
harus mencermati perkembangan status gizi,
data laboratorium, perubahan penyakit,
perubahan kebiasaan makan dan perubahan
asupan energi serta zat gizi

23
e. Pencatatan dan pelaporan • Merupakan kegiatan pengumpulan
dan pengolahan data untuk
menghasilkan bahan bagi penilaian
kegiatan konseling
• Pencatatan dilakukan pada setiap
langkah kegiatan konseling.

E. Norma Hukum dalam Pelayanan Gizi


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.374 tentang
Profesi Gizi, dinyatakan :
Pesyaratan ahli gizi sebagai pekerja profesional adalah :
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki etika Ahli Gizi.
9. Memiliki standar praktek.
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahanan pengembangan kompetensi

24
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Profesi gizi merupakan salah satu profesi kesehatan, terdiri dari para anggotanya yang
memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam :Melaksanakan
asuhan gizi klinik, melaksanakan penyelenggaraan makanan institusi, melaksanakan
pelayanan gizi masyarakat dan melaksanakan penyuluhan gizi serta menyediakan pelatih
sebagai konsultan gizi. Dalam melakukanProses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), ahli
gizi harus memiliki etika yang baik untuk menerapkan konsep benar, salah, baik, buruk
dan tanggung jawab serta diperlukan sikap kritis, metodis dan sistematis dalam
melakukan pengkajian(asesmen) gizi, diagnosisi gizi, intervensi gizi dan monitoring dan
evaluasi gizi.Pelayanan gizi adalah pelayanan gizi profesional yang merupakan bagian

25
integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada masyarakat dalam kurun waktu
tertentu.
Pelayanan gizi profesional diberikan oleh tenaga gizi yang memiliki kompetensi gizi
yang sudah teruji dan mendapatkan lisensi serta Surat Tanda Registrasi (STR) , pelayanan
gizi diberikan berdasarkan kode etik profesi. Standar Profesi gizi dinyatakan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374/Menkes/SK/III/2007.

B. Saran
Sebagai ahli gizi diharapkan memiliki memiliki etika, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Pelayanan gizi dikatakan profesional apabila pelayanan dilakukan dengan
keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam,
analisis keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, pendidikan yang
memadai, memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
memiliki klien atau objek layanan tetap, dan diakui oleh masyarakat serta berhak
mendapatkan imbalan jasa yang layak.

DAFTAR PUSTAKA

Bakri Bachyar, Annasari Mustafa. 2014. Etika Dan Profesi Gizi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Human Relation & Public Relation. Bandung : Mandar
Maju
Hedrik. 2012. Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC
Kemenkes. 2007. Standar Profesi Gizi.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2011
Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Tjaronosari Dan Edith Herianandita. 2018. Bahan Ajar Gizi Etika Profesi.

26
27

Anda mungkin juga menyukai