Anda di halaman 1dari 87

TUGAS

ASKEB KOMUNITAS

OLEH :

KARIN

11.14076.18.017

AKADEMI KEBIDANAN BETANG ASI RAYA

PALANGKA RAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


1. Definisi tentang kebidanan komunitas
2. Sasaran kebidanan komunitas
3. Tujuan kebidanan komunitas
4. Lingkup bidan komunitas
5. Jaringan kerja
6. Tugas utama bidan di komunitas
7. Tugas tambahan bidan di komunitas
8. Bidan praktek mandiri
9. Asuhan antenatal kebidanan komunitas
10. Asuhan intranatal kebidanan komunitas
11. Asuhan postpartum di kebidanan komunitas
12. Asuhan bayi baru lahir dan neonates di kebidanan komunitas
13. Pelayamnan bayi dan balita di kebidanan komunitas
14. Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetric dan neonates
15. Pelayanan kontrasepsi
16. System rujukan
17. Sasaran PWS
18. Data dasar PWS
19. Perencanaan kegiatan
20. Pelaksaan kegiatan
21. Pemantauan hasil kegiatan
1. Definisi tentang kebidanan komunitas
Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada
masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus
pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB),
kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna.
Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan
mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik
tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di
masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani
keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan
komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.

  Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana


seorang tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual
dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu
system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat
maupun sakit.

            Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat


tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu
dimana factor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar
diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu
wilayah kehidupan social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social
tertentu
Pengertia kebidana komunitas yang lain menyebutkan upaya yang
dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak
balita di dalam keluarga dan masyarakat.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan

Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada


masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus
pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB),
kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna.
Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan
mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik
tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di
masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani
keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan
komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang
tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam
sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu
system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat
maupun sakit.
Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal
di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana factor
utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social tertentu.
2. Sasaran kebidanan komunitas

Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas, yaitu :


 Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.
 Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.
 Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.
 Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.
 Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan
pembiayaan pra upaya.
 Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau.
 Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan program kesehatan
masyarakat.
 Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar
mutu masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien.
 Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat.
 Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan pengarus-utamaan
gender.
 Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana.
 Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan komitmen global.
 Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas dan
masyarakat.
 Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan pendampingan.
 Pengembangan penelitian untuk dukungan program.
 Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program
kesehatan masyarakat.
Sasaran Utama
Ibu         :    Pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.
Anak   :  Meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra
sekolah  dan sekolah.
Keluarga :  Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,
pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan
kelompok usila (gangrep).

Masyarakat : Remaja, calon ibu dan kelompok ibu.


3. tujuan kebidanan komunitas

Tujuan umum :
Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga sehingga terwujud
keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu
Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kebidanan
komunitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

Tujuan khusus:
Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas
Melakukan upaya promotif dan preventif pelayanan kesehatan
Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat
Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat untuk melaksanakan
askeb dalam rangka mengatasi masalah
Tertanganinya kelainan resiko tinggi/rawan yang perlu pembinaan dan pelayanan
kebidanan
Tertanganinya kasus kebidanan dirumah
Tertanganinya tidak lanjut kasus kebidanan dan rujukan
Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
Pelayanan KIA/KB/imunisasi
Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah
Mengidentifikasi faktor penunjang KIA/KB diwilayah

Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi

Mengidentifikasikan kerjasama LP/LS

Kunjungan rumah

Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi

Askeb pada sasaran KIA


Menolong persalinan rumah

Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai kewenangan

4. Lingkup bidan komunitas


A.    Standar Pelayanan Umum ( Terdapat 2 Standar )
Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Persyaratan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada
perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala halyang berkaitan
dengan kehamilan, termasuk penyuluhan umum, gizi, KB, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan
yang tidak baik dan mendukung kebiasaan baik

Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan


Persyaratan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang
dilakukan, yaitu registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yan yg
diberikan kpd setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan rumah
dan penyuluhan kpd masy. Disamping itu bidan hendaknya mengikutsertakan
kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masy yg berkaitan
dg ibu dan BBL. Bidan meninjau scr teratur cat tsb untukmenilai kinerja dan
penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya

B. Standar Pelayanan Ant Enatal (ada 6 standar)


Standar 3 : Identifikasi Ibu hamil
Persyaratan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota masyarakat agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur

Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal


Persyaratan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangung normal. Bidan juga
hrs mengenal resti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,hipertensi,
PMS/infeksi HIV;memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kes
serta tugas terkaitlainnya yg diberikan oleh puskesman. Bidan harus mencatat
data yang tepat pada setiapkunjungan Bila ditemukan kelainan, bidan harus
mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujukuntuk tindakan
selanjutnya

Standar 5 : Palpasi Abdomen


Persyaratan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksamamelakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bilaumur
kehamilan bertambahmemeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepalajanin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelaianan serta melakukan
rujukan tepat waktu

Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Persyaratan standar : Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


Persyaratan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya

Standar 8 : Persiapan Persalinan


Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

C.    Standar Pelayanan Kebidanan. (Ada 4 standar)


Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I.
Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman.


Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman,
dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan
tradisi setempat.

Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga.


Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar
untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin
pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

D. Standar Pelayanan Nifas.(Ada 3 standar)


Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir.
Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontanmencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan.
Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap
terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan
tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI.

Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas.


Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan
tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

E.. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal (Ada 9 standar)


Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan
dan nifas), di sini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan
obstetri-neonatal. Seperti telah dibahas sebelumnya, bidan diharapkan mampu
melakukan penanganan keadaan gawat darurat obstetric-neonatal tertentu untuk
penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh keadaan gawat
darurat obstetri-neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab
utama kematian ibu/bayi baru lahir.

Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan, Pada Tri-mester III


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan
pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Standar 17 : Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia.


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia
mengancam. Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus Lama/Macet


Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus
lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau
merujuknya.

Standar 19 : persalinan dg penggunaaan Vakum Ekstraktor


Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi
vakum,melakukannya secara benar dalammemberikan pertolongan persalinan
dengan memastikan keamnannya bagi ibu dan janin

Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta


Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan
memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penangan
perdarahan sesuai dengan kebutuhan

Standar 21 : Penangan Perdarahan Postpartum Primer


Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan
dalam 24 pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan
segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan

Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder


Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta
gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya

Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis


Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala
sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya

Standar 24 : Penanganan Asfesia Neonatorum


Pernyaan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir
dengan asfeksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan
bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan

5. Jaringan kerja

Bidan yang bekerja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang


berguna untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka
meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan
anak. Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan
pengembangan komunitas. Unsur yang penting dalam menjalin jaringan kerja di
komunitas adalah sensitivitas terhadap aspek kultural, yang berarti bahwa
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan persepsi masyarakat.
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu puskesmas/ puskesmas
pembantu, polindes, posyandu, BPS, rumah pasien, dasa wisma, PKK.
Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali
kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas
masing-masing. Selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya,
memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan
kegiatan tim dan hasilnya.
Di polindes, posyandu, BPS, dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan
tim/leader dimana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola
sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas.
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas
program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk
kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya imunisasi,
pemberian tablet Fe, vitamin A, PMT, dll.Sedangkan kerjasama lintas sektor
merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/departemen lain, misalnya Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), DLL.

Dalam pelayanan komunitas diperlukan pendekatan terhadap pemuka


atau pejabat masyarakat untuk mendapat dukungan, sehingga dapat
menentukan kebijakan nasional atau regional. Pendekatan terhadap pelaksana
dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa dengan
tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan
merumuskan kebijakan. Dan pendekatan yang lebih menekankan pada proses
dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan
sendiri sesuai kemampuan, misalnya kader dan dukun.

6. Tugas utama bidan di komunitas

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan


pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
Bidan di desa adalah bidan yang oleh pemerintah ditempatkan untuk bertugas di
daerah perdesaan. Tugas pokok bidan sebenarnya adalah memberi pelayanan
kebidanan di komunitas. Bidan di komunitas bertindak sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus mengetahui dan
menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan yang selalu berkembang
dalam melakukan kegiatan kebidanan.
Kematian ibu / bayi merupakan kegagalan kesehatan dan kegagalan sosial, oleh
karena itu pola kesehatan ibu harus relevan dengan kondisi geografis, status
keluarga dan tingkat pendidikan serta budaya mayarakat.
 Bagi Indonesia, tantangan terberat dalam mencapai sasaran Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah:
 Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah menjadi hambatan untuk
mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak.
 Kondisi geografis, terutama di wilayah – wilayah pedesaan yang sulit
dijangkau oleh akses pelayanan kesehatan sehingga mempengaruhi
kesiapan penempatan tenaga kesehatan ( dokter dan bidan ).
  Konsep dan strategi kebijakan pengelolaan kesehatan yang dilakukan
selama ini lebih di fokuskan pada program – program kesehatan,
sementara masalah determinan dan persoalan – persoalan ril lainnya
yang terjadi di masyarakat kurang mendapat prioritas.

Pola pelayanan yang tepat adalah dengan mendekatkan pelayanan


kebidanan ke masyarakat. Peran bidan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
ditemukan hanya pada bidan yang bekerja dengan pemerintah di sarana
pelayanan kesehatan masyarakat. Di Indonesia bidan tersebut adalah bidan
yang ditempatkan di Dinas Kesehatan, Puskesmas atau di desa. Khusus untuk
bidan di desa kewenangan memberikan pelayanan kesehatan masyarakat

7. Tugas tambahan bidan di komunitas

Dalam membina dan melaksanakan pelayanan kesehatan hususnya


kesehatan ibu dan anak, bidan tak lepas dari tugas-tugasnya. Dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak terdapat kegiatan pokok kesehatan ibu dan anak, yaitu:
 Peningkatan pelayanan ANC di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
sesuai
 standar dan menjangkau seluruh sasaran.
 Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
 Peningkatan deteksi dini/komplikasi kebidanan.
 Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
kontinu.
 Peningkatan pelayanan neonatus, ibu nifas sesuai standar.
Adapun tugas-tugas tambahan bidan yang terkait dengan kesehatan ibu dan
anak meliputi:
A.   Pelayanan Kesehatan Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya
Pelayana kesehatan wanita dimulai sejak bayi sampai usia lanjut. Kegiatan
pelayanannya berbentuk skrining dan deteksi dini.
Skrining :
o Bayi perempuan
 Pada bayi perempuan telah memiliki folikel primodial sebanyak
750000, yang kelak akan dikeluarkan ketika ovulasi.
 Genetalia interna dan eksterna sudah terbentuk, sehingga sudah
dapat dibedakan dengan bayi laki-laki
 Pada usia sepuluh hari pertama, masih terpengaruh oleh hormon
estrogen.
o Masa kanak-kanak
 Pada periode ini merupakan periode penting dalam tembuh
kembang anak. Perkembangan otak sangat cepat, sehingga pada
masa ini di sebut fase pertumbuhan dasar.
 Pada periode ini juga merupakan masa kritis dimana anak
memerlukan rangsangan atau stimulasi untuk mengembangkan
potensi otak kanan dan kirinya.
 Bentuk skrining terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan
dengan menggunakan DDST (Denver Developmentel Screening
Test).
 Masa pubertas
 Merupakan masa peralihan
 Ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder sampai
kemampuan bereproduksi
 Masa pubertas ini dapat dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan
kebudayaan.
 d.    Masa reproduksi
 Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita
(biasanya seorang wanita memasuki masa ini selama 33 tahun).
Pada masa ini seorang wanita telah mampu mencetak generasi
baru dengan hamil, melahirkan dan menyusui.
 Bentuk screening pada masa ini bisa diawali saat ibu melakukan
kunjungan awal antenatal care. Pada saat ini bidan melakukan
pemeriksaan terhadap ibu, dari hasil pemeriksaan dapat diperoleh
hasil yang akan menentukan kedaan ibu dan janin. Bidan dapat
melakukan skrining terhadap ibu hamil yang mempunyai risiko.
   Masa klimakterium
 Suatu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa
senium (pasca menopause).
 Ibu akan mengalami perubahan-perubahan tertentu yakni
timbulnya gangguan yang bersifat ringan sampai berat seperti
timbulnya rasa panas di wajah (hot flushes), jantung berdebar,
uterus mengecil, berkeringan dll.
 Kadangkala pada masa ini seorang wanita membutuhkan bidan
atau tenaga kesehatan untuk mengurangi keluhan-keluhan ini.

B.   Deteksi Dini


 Deteksi dini pada ibu hamil mengandung makna:
 Akan dapat menurunkan angka kematian ibu.
 Kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu
perawatan dini yang khusus agar ibu dan janin sehat.
 Bentuk-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan.

 Bayi, Balita
 Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan
menggunakan DDST.
 Pubertas
 Gangguan pada masa pubertas seringkali diakibatkan oleh pola
hidup remaja, dengan pola hidup yang sehat, akan didapatkan
tubuh yang sehat jasmani dan rohani.
 Gangguan menstruasi yang dialami pada remaja putri dapat
merupakan indikasi adanya gangguan pada organ reproduksi
wanita.
 Bidan dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada
remaja putri dalam konteks kesehatan reproduksi.
 Klimakterium, menopause, senium
o Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau
pengeroposan tulang, hipertensi dll.
o Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu progam
pemerintah yakni posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada
masa ini seorang wanita secara reproduksi sudah tidak dapat berfungsi,
namun bukan berarti terbebas dari risiko gangguan reproduksi. Salah
satunya penyakit kanker serviks atau mulut rahim biasanya terjadi pada
masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk deteksi adanya
kanker mulut rahim.

C.   Manajemen Terpadu Balita Sakit


Seorang ibu akanmembawa anaknya ke klinik jika ada suatu masalah
atau gejala khusus. Jika bidan hanya memeriksa untuk masalah atau gejala
khusus itu, maka bidan mungkin akan melewatkan tanda-tanda penyakit lain.
Anak mungkin juga menderita pneumonia, diare, malaria, campak, demam
berdarah, kurang gizi atau anemia. Penyakit ini dapat menyebabkan
kematian atau cacat pada anak apabila tidak di obati dengan tepat.
Dalam penerapan MTBS bidan diajarkan untuk memperhatikan secara
cepat semua gejala anak sakit, sehingga segera dapat ditentukan apakah
anak dalam keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk. Jika penyakitnya
tidak parah selanjutnya tenaga kesehatan bisa memberikan pengobatan
sesuai pedoman MTBS.
8. Bidan praktek mandiri

Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di


bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.Bidan yang
menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga
dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program.
Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk
menjalankan prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan, obat –
obatan. Namun pada kenyataannya BPM sekarang kurang memperhatikan dan
memenuhi kelengkapan praktek serta kebutuhan kliennya.Di samping peralatan
yang kurang lengkap tindakan dalam memberikan pelayanan kurang ramah dan
bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat berasumsi bahwa pelayanan
kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang memuaskan
Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan, yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.Supaya masyarakat pengguna jasa
layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu, perlu adanya
regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas persiapan sebelum bidan
melaksanakan pelayanan praktek seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan
praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.
Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri
1. Menjadi anggota IBI
2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan
3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara
perorangan dengan pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan
perawatan.
7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.
8. Bidan dalam menjalankan praktek harus :
a. Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
b. Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5
tempat tidur.
c. Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan
prosedur tetap (protap) yang berlaku.
d. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang
berlaku.
9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek
bidannya atau foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang
mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain,
yang memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya
11. Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan
minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus
tersedia ditempat prakteknya.
12. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan .
13. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan
meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan :
a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar
informasi dengan sesama bidan .
b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh
organisasi profesi.
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar
tetap siap dan berfungsi dengan baik.
 Selain itu harus memenuhi persyaratan bangunan yang meliputi :
1. Papan nama
a. Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan
medik dasar swasta harus mempunyai nama tertentu, yang dapat
diambil dari nama yang berjasa dibidang kesehatan, atau yang
telah meninggal atau nama lain yang sesuai dengan fungsinya.
b. Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.
c. Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.
d. Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas
mudah terbaca oleh masyarakat.
2. Tata ruang
a. Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.
b. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa,
ruang adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu,
dan kamar mandi/WC masing-masing 1 buah.
c. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan
penerangan/pencahayaan.
3. Lokasi
a. Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah
daerah setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum
lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.
b. Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga
agar sesuai fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

 Hak dan Guna Pakai


a. Mempunyai surat kepemilikan (Surat hak milik / surat hak guna
pakai)
b. Mempunyai surat hak guna (surat kontrak bangunan) minimal 2
tahun.
 Planning Pembukaan Bidan Praktek Mandiri (BPM)
Sebelum memulai suatu perencanaan, sebaiknya kita membuat
planning terlebih dahulu itu sangatlah penting bagi seorang bidan
sebelum mendirikan sebuah klinik mandiri atau yang biasa dikenal
dengan nama BPM . karena dengan adanya suatu perencanaan
yang fokus maka akan sangat membantu kita dalam merealisasikan
langkah-langkah yang nantinya akan kita jumpai sehingga BPM
yang kita dirikan nantinya dapat diterima oleh masyarakat sekitar
dan pastinya akan menguntungkan bagi semua pihak baik bagi
bidan, klien/pasien bahkan lingkungan masyarakat sekitar kita.
Apabila nanti saya sudah menjadi seorang bidan yang professional
maka sebelum saya mendirikan sebuah BPM disekitar lingkungan
masyarakat saya, maka sebaiknya saya juga harus memperhatikan
berbagai aspek-aspek yang ada disana mulai dari keadaan
lingkungan yang akan saya tempati, kondisi masyarakat yang ada
disana, dan aspek keterjangkauan dimana harapan saya klinik itu
nantinya bisa menjangkau semua keluhan yang dihadapi oleh
pasien dan bisa dengan mudah dijangkau oleh masyarakat yang
lainnya juga sehingga masyarakat tersebut dapat merasa puas
dengan pelayanan kebidanan yang akan saya berikan nantinya
kepada mereka dan bisa merasakan kenyamanan dengan fasilitas
dari klinik yang dirikan tersebut.
Dan selanjutnya Analisis yang akan di gunakan ini untuk membuat
perencanaan tersebut lebih mudah sebelum merumuskan
perencanaan itu yaitu dengan memakai analisis “SWOT” yang
terdiri dari beberapa aspek yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. S= Srtength ( kekuatan yang berasal dari internal)
a. Lingkungan sekitar saya termasuk lingkungan yang bersih.
b. BPM yang sudah ada disana lumayan jauh jaraknya dari
penduduk sekitar..
c. Lingkungan sekitar tempat tinggal saya termasuk masyarakat
yang padat penduduk.
d. Banyak masyarakat yang suka dan sering memeriksakan
kehamilannya kebidan.
Dengan melihat kondisi yang seperti ini maka planning saya untuk
mendirikan BPM sesuai dengan strength /kekuatan yaitu:
1. Saya akan mencari lokasi yang sekiranya mudah dijangkau oleh
masyarakat sekitar
2. Mengumpulkan dana yang ada
3. Mengumpulkan data dan Menganalis berbagai kekurangan atau
keluhan masyarakat terhadap BPS yang sudah ada kemudian
berusaha mencari penyebab dan solusinya sehingga berusaha
untuk melengkapi semua kekurangan tersebut

 bahan-bahan bidan praktek mandiri


1) Peralatan Tidak Steril
1. Tensimeter
2. Stetoskop biokuler
3. Stetoskop monokuler
4. Timbangan dewasa
5. Timbangan bayi
6. Pengukuran panjang bayi
7. Thermometer
8. Oksigen dalam regulator
9. Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
10. Penghisap lender
11. Lampu sorot
12. Penghitung nadi
13. Sterilisator
14. Bak instrument dengan tutup
15. Reflek Hammer
16. Alat pemeriksaan Hb (Sahli)
17. Set pemeriksaan urine (protein + reduksi)
18. Pita pengukur
19. Plastik penutup instrument steril
20. Sarung tangan karet untuk mencuci alat
21. Apron / celemek
22. Masker
23. Pengaman mata
24. Sarung kaki plastic
25. Infus set
26. Standar infuse
27. Semprit disposable
28. Tempat kotoran / sampah
29. Tempat kain kotor
30. Tempat
31. Plasenta
32. Pot
33. Piala ginjal / bengkok
34. Sikat, sabun dan tempatnya
35. Kertas lakmus
36. Semprit glyserin
37. Gunting verband
38. Spatel lidah
39. Suction
40. Gergaji implant
2) Peralatan Steril
1. Klem pean
2. Klem ½ kocher
3. Korentang
4. Gunting tali pusat
5. Gunting benang
6. Gunting episiotomy
7. Kateter karet / metal
8. Pinset anatomis
9. Pinset chirurgic
10. Speculum vagina
11. Mangkok metal kecil
12. Pengikat tali pusat
13. Pengisap lendir
14. Tampon tang dan tampon vagina
15. Pemegang Jarum
16. Jarum kulit dan otot
17. Sarung tangan
18. Benang suter + catgut
19. Doek steril
3) Bahan Habis Pakai
1. Kapas
2. Kain kasa
3. Plester
4. Handuk
5. Pembalut wanita
4) Formulir Yang Disediakan
1. Formulir Informed Consent
2. Formulir ANC
3. Partograf
4. Formulir persalinan / nifas dan KB
5. Formulir rujukan
6. Formulir surat kelahiran
7. Formulir permintaan darah
8. Formulir kematian
5) Obat-obatan
1. Roborantia
2. Vaksin
3. Syok anafilaktik
4. Adrenalin 1:1000
5. Anti histamine
6. Hidrokortison
7. Aminophilin 230 mg / 10ml
8. Dopamine
9. Sedatife
10. Antibiotik
11. Uterotonika
12. Antipiretika
13. Koagulantika
14. Anti kejang
15. Glyserin
16. Cairan infus
17. Obat luka
18. Cairan desinfektan
19. Obat penanganan asphiksia pada BBL
6) Papan Nama
7) kerjasama dengan dokter spesialiskami bekerjasama dengan
dokter spesialis dalam hal kegawat daruratan.
8) Jenis pelayanan
1. Konsultasi kehamilan
2. ANC
3. Pelatihan hypno birthing untuk ayah dan bunda
4. Persalinan Normal dan Hypno Birthing
5. KB
6. Pemasangan anting, imunisasi, memandikan bayi.
9. Asuhan antenatal di kebidanan komunitas

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan


untuk ibu selama masa kehamilannya,dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaanfisik, pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi
umum dan khusus.

Standar pelayanan Antenatal di komunitas


1)Identifikasiibuhamil
2)Pemeriksaandanpemantauanantenatal
3)Palpasiabdomen
4)Pengelolaananemiapadakehamilan
5)Pengelolaandinipadakasushipertensidala mkehamilan
6)Persiapanpersalinan

Tujuan Pelayanan antenatal


•Mempromosikandanmenjagakesehatanfisikdanmentalibudanbayidenganmembe
rikanpendidikanmengenainutrisi,kebersihandiridanproseskelahiranbayi.
•Mendeteksidanmenatalaksanakomplikasimedis,bedah,ataupunobstetriselamake
hamilan.
•Mengembangkanpersiapanpersalinansertakesiapanmenghadapikomplikasi.
•Membantumenyiapkanibuuntukmenyusuidengansukses,menjalankannifasnorma
l,danmerawatanaksecarafisik,psikologisdansosial

Tujuan Pelayanan antenatal


•Mempromosikandanmenjagakesehatanfisikdanmentalibudanbayidenganmembe
rikanpendidikanmengenainutrisi,kebersihandiridanproseskelahiranbayi.
•Mendeteksidanmenatalaksanakomplikasimedis,bedah,ataupunobstetriselamake
hamilan.
•Mengembangkanpersiapanpersalinansertakesiapanmenghadapikomplikasi.
•Membantumenyiapkanibuuntukmenyusuidengansukses,menjalankannifasnorma
l,danmerawatanaksecarafisik,psikologisdansosial

Cara pelaksanaan antenatal di komunitas


I.Awal kunjungan perlu konsultasi dengan dokter kebidanan untuk
mengidentifikasi apakah ibu ada kontraindikasi untuk bersalin di
rumah/RB/klinik.
II.Bidan merujuk kepada dokter kebidanan jika ada komplikasi yang timbul.
III.Bidan menggunakan seluruh keterampilannya bukan hanya untuk memberikan
asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu ibu bagaimana cara
beradaptasi dengan perubahan akibat kehamilan dan kesiapan menjadi orang
tua. Asuhan Kebidanan Komunitas 21
IV.Memberi dorongan kepada ibu untuk membicarakan tentang perasaannya,
kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin kerahasiaan
diri pribadinya ataupun keluarganya.
V.Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu dengan bidan
yang akan menolong.
10. Asuhan intranatal di kebidanan komunitas
Asuhan Intranatal di Komunitas Persalinan adalah proses yang alami
yang ditandai oleh terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta
melalui jalan lahir .
Manajemen asuhan intranatal di komunitas merupakan suatu pendekatan yang
berpusat kepada suatu ondividu di masyarakat yang membutuhkan kemampuan
analisis yang tinggi dan cepat terutama yang herhubungan dengan aspek sosial,
nilai-nilai, dan budaya setempat. Dengan memberikan asuhan intranatal yang
tepat dan sesuai standar, diharapkan dapat membantu menurukanangka
kematian ibu dan bayi akibat perdarahan pada saat persalinan.
Asuhan Intranatal di Komunitas Persalinan adalah proses yang alami yang
ditandai oleh terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta
melalui jalan lahir .

Tujuan dari dilaksanakannya asuhan intranatal


1) Memastikan persalinan telah dilaksanakan
2) Memastikan persiapan persalinan bersih, aman dan dalam suasana yang
menyenangkan
3) Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan Agar
tujuan tersebut dapat tercapai
11. Asuhan postpartum di kebidanan komunitas
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang
dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. • Asuhan kebidanan di komunitas adalah
pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi
juga melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas.
Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan
kesehatan lainnya.

Standar Pelayanan Minimal Asuhan Postnatal


• Alat Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan harus steril dan bersih
• Tempat Di Rumah Bidan :
1. Ruang periksa mempunyai luas minimal 2x3 meter
2. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang periksa, ruang
administrasi / kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi /
WC masing- masing 1 buah
3. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan Di Rumah Pasien :
Sesuai dengan keadaan rumah pasien, diusahakan ruangan yang digunakan
pasien bersih dan nyaman

Standar Pelayanan
1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
2. Standar 14 : Penanganan pada 2 Jam Pertama Setelah Persalinan
3. Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas

Standar 13 Perawatan Bayi Baru Lahir


• Tujuan Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan
serta mencegah hipotermi, hipoglikimia, dan infeksi
. • Pernyataan Standar Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
Prasyarat
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk mendampingi persalinan
dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.
2. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
o Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan skor Apgar.
o Menolong bayi untuk memulai terjadinya pernafasan dan melakukan
resusitasi bayi baru lahir
o Mengenal tanda – tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan yang
tepat untuk mencegah dan menangani hipotermi.
o Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.
o Mengenali tanda – tanda hipoglikemia dan melakukan penatalaksanaan
yang tepat jika hipoglikeia terjadi.
Tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan
aman bagi bayi baru lahir , seperti air bersih, sabun , handuk atau kain hangat
yang bersih ( satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi),
gunting steril/ DTT untuk memotong tali pusat, klem steril / DTT, benang
steril/DTT ( atau klem ) untuk mengikat tali pusat, sarung tangan bersih/DTT,
termometer bersih/DTT, bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di
DTT, timbangan bayi dan pita pengukur yang bersih. . Obat salep mata:
tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% . Kartu Ibu, Kartu Bayi dan buku KIA . Sistem
rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif.
Hasil yang diharapkan . Bayi baru lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat
segera menerima perawatan yang tepat . Bayi baru lahir mendapatkan
perawatan yang tepat dan dapat bernapas dengan baik 3. Penurunan angka
kejadian hipotermi
Proses Bidan harus :
1. Menggunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum menangani bayi baru lahir.
2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan harus hangat untuk
mencegah hiportermia pada bayi baru lahir).
3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi , letakkan diperut ibu, dan segera
keringkan bayi Dengan handuk bersih yang hangat setelah bayi kering, selimuti
bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat.
( Riset menunjukkkan bahwa 90% bayi baru lahir mengalami perubahan dari
kehidupan intrauteriin menjadi ekstrauterine dengan pengeringan dan stimulasi.
Penghisapan lendir rutin tidak perlu dan mungkin membahayakan ).
4. Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas/ menangis
sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak
bernafas spontan, hisap mulut dan hidung bayi secara hati – hati menggunakan
bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT.
5. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun sudah dilakukan
pengeringan, stimulasi atau penghisapan lendir dengan hati – hati, mulai lakukan
resusitasi bayi baru lahir untuk menangani asfiksia ( lihat standart 24 )
6. Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai APGAR pada
menit pertama setelah lahir
7. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusatnya di klem di dua tempat
menggunakan klem steril/DTT, lalu potong diantara kedua klem dengan gunting
tajam steril/DTT. ( ikuti langkah penataksanaan aktif persalinan kala tiga, standar
Pasang benang /klem tali pusat
8. Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan segera mulai menyusui. ( Riset menunjukkan pemberian ASI dini penting
untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga
merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi pada saat
lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti bayi dengan handuk
yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk mencegah
kehilangan panas).
9. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum
dengan menggunakan skor APGAR.
10. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahir dan
kondisi ibu stabil.
Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan termometer yang
diletakkan diketiak ( Jangan masukkan termometer ke anus bayi, hal ini
merupakan prosedur yang tidak perlu dan dapat membahayakan bayi).
11. Bila suhu bayi kurang dari 36°C atau jika tubuh atau kaki bayi teraba dingin,
maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi. Amati suhu tubuh bayi setiap
jam sampai suhunya normal dan stabil.
12. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini
dengan cepat agar bayi tidak kedinginan, ibu hendaknya menyaksikan
pemeriksaan tersebut
. 13. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak
mengalami hipotermi. 14. Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan
bayi pada timbangan yang dingin akan menyebabkan kehilangan panas. Berat
yang tercatat kemudian dapat disesuaikan dengan mengurangi jumlah berat
handuk/kain tersebut.
Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik, pastikan bahwa
kepala bayi tertutup dan berikan bayi kembali untuk dipeluk ibu. Hal ini
merupakan cara yang sangat baik untuk mencegah hipotermi. 17. Cuci tangan
lagi dengan sabun, air dan handuk yang bersih. Dalam waktu satu jam setelah
kelahiran, berikan salep/obat tetes mata pada mata bayi baru lahir, untuk
mencegah oftalia neonatorum: salep mata tetrasiklin 1%, larutan Perak Nitrat 1%
dan Eritromisin 0.5%. Biarkan obatnya tetap dimata bayi, jangan dibersihkan
salep/obat tetes mata yang berada disekitar mata. 18. Jika bayi belum diberi ASI,
bantu ibu untuk mulai menyusui. Riset menunjukan bahwa memulai pemberian
ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran adalah penting untuk
keberhasilan awal pemberian ASI. Kolustrum, ASI pertama, penting karena
mengandung zat kekebalan untuk pencegahan infeksi dan penyakit pada bayi
baru lahir. Pemberian ASI dini akan mencegah/ menangani hipoglikemia pada
bayi baru lahir.
Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan
mungkin membahayakan. 20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi
sebelum memandikannya , tunggu lebih lama jika bayi mengalami kesulitan
mempertahankan suhu tubuh bayi sebelum memandikannya, suhu tubuh bayi
baru lahir harus antara 36-37°C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi
dan pastikan ruangan hangat. Mandikan bayi dengan cepat dan segera
keringkan bayi dengan handuk besih, hangat dan kering untuk mencegah
kehilangan panas tubuh yang berlebihan. 21. Kenakan baju yang bersih dan
selimuti bayi dengan handuh/kain yang hangat dan bersih.
Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan mekonium dalam 24 jam
pertama kehidupannya, catat waktu pengeluaran urine dan mekonium. Mintalah
ibu memperhatikannya bila persalinan berlangsung dirumah. Bila dalam 24 jam
bayi tidak mengeluarkan urine dan mekonium, segera rujuk ke Puskesmas atau
rumah sakit. 23. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang
diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi.
24. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika ditemukan
kelainan dari normal.
Jaga agar bayi tetap hangat, Jika bayi tidak bernafas atau menangis spontan
setelah pengeringan dan stimulasi, bersihkan jalan nafas bayi dengan hati – hati
mengunakan penghisap DeLee atau bola karet penghisap yang sudah di DTT,
jika bayi tetap tidak dapat bernafas dengan teratur atau menangis, mulai langkah
resusitasi bayi baru lahir ( standart 24 ). Berikan ASI secepatnya, dalam waktu
satu jam pertama setelah lahir. Berikan salep/obat tetes mata pada kedua mata
bayi untuk mencegah oftalmia neonatorum dalam waktu satu jam setelah
kelahiran.
Rujuk segera bila dalam 24 jam pertama bayi tidak mengeluarkan urine dan
mekonium. Tindakan yang tidak dianjurkan dan akibat yang ditimbulkannya:
a) Menepuk bokong menyebabkan Trauma dan melukai
b) menekan rongga dada menyebabkan fraktur, pneumotoraks, gawat nafas, dan
kematian
c) Menekan paha ke perut menyebabkan bayi Ruptura hati / limpa, perdarahan
Mendilatasi sfingterani (Robek atau luka pada sfingter)
d) Kompres diingin / panas menyebabkan hipotermi, luka bakar
e) Meniupkan oksigen atau udara dingin ke muka atau tubuh bayi menyebabkan
hipotermi.
Standart 14 Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Tujuan : Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan
asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam
pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu
dan bayinya. • Pernyataan Standar Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi
terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta
melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Prasyarat 1. Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam sesudah
persalinan dari jika mungkin bayi tetap bersama ibu. 2. Bidan terlatih dan
terampil dalam memberikan perawatan untuk ibu dan bayi segera setelah
persalinan, termasuk keterampilan pertolongan pertama pada keadaan gawat
darurat. 3. Ibu didukung / dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan
memberikan kolustrum. 4. Tersedia alat perlengkapan, misalnya untuk
membersihkan tangan yaitu air bersih, sabun dan handuk bersih, handuk / kain
bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita yang bersih, pakaian kering dan
bersih untuk ibu, sarung atau kain kering dan bersih untuk alas ibu, kain / selimut
yang kering untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air raksa,
stetoskop dan termometer.
Tersedianya obat – obatan oksitosika, obat lain yang diperlukan dan tempat
penyimpangan yang memadai. 6. Adanya sarana pencatatan: partograf, Kartu
Ibu, Kartu Bayi, Buku KIA 7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan
obstetri dan keggawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif.
HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk
2. Penurunan kejadian infeksi nifas dan neonatal
3. Penurunan kematian akibat perdarahan postpartum primer
4. Pemberian ASI dimulai dalam 2 jam pertama sesudah persalinan
Proses Bidan harus :
1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada
ibu dan bayi baru lahiir. Menggunakan sarung tangan bersih pada saat
melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh.
2. Mendiskusikan semua pelayanan yang diberikan untuk ibu dan bayi dengan
ibu, suami dan keluarganya.
3. Segera setelah lahir ,nilai keadaan bayi ,letakkan diperut ibu ,dan segera
keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti
bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat. Bila bayi bernafas / menangis
tanpa kesulitan , dukung ibu untuk memeluk bayinya ( lihat standart 13 ).
Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama 2 jam pertama
setelah persalinan . Bidan berada bersama ibu dan melakukan pemeriksaan ini,
jagan pernah meninggalkan iibu sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah
persalinan dan kondisi ibu stabil. Lakukan penatalaksanaan yang tepat
persiapkan rujukan jika diperlukan. a. Melakukan penilaian dan masase fundus
uteri setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan , kemudian
setiap 30 menit selama satu jam kedua persalinan. Pada saat melakukan
masase uterus, perhatikan berapa banyyak darah yang keluar dari vagina. Jika
fundus tidak terraba keras, terus lakukan masase pada daerah fundus agar
berkontraksi . periksa jumlah perdarahan yang keluar dari vagina. Periksa
perinieum ibu apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari tempatnya
perlukaan yang ssudah dijahit setiap kali memeriksa perdarahan funddus dan
vagina.
Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 21.
Berbahaya jika terlambat bertindak. c. Periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap
15 menit selama 1 Jam pertama setelah persalian, dan setiap 30 menit selama 1
jam kedua setelah persalinan ( jika tekanan darah ibu naik, lihat standar 17 ). d.
Lakukan palpasi kandung kemih ibu 15 menit selama satu jam pertama setelah
persalinan dan kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua setelah
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan meregang mintalah ibu untuk b.a.k
jangan memasang kateter kecuali ibu tidak bisa melakukanya sendiri. ( retensi
urine dapat menyebabkan perdarahan uterus). Mintalah ibu untuk buang air kecil
dalam 2 jam pertama sesudah melahirkan.
e. Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan dan sekali lagi satu
jam setelah persalinan. Jika suhu tubuh ibu > 38°C , minta ibu untuk minum 1
liter cairan , jika suhunya tetap > 38°C segera rujuk ibu ke pusat rujukan terdekat
( Jika mungkin mual berikan IV RL dan berikan ibu 1 gr amokxilin dan ampisilin
per oral )
Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui. ( lihat standar 10 & 13). Atur posisi
bayi agar dapat melekat dan menghisap dengan benar. ( Semua ibu
membutuhkan pertolongan untuk mengatur posisi bayi, baik untuk ibu yang baru
pertama kali menyusui maupun ibu yang sudah pernah menyusui). 6.
Penggunaan gurita atau stagen harus ditunda hingga 2 jam setelah melahirkan.
Kontraksi uterus dan jumlah perdarahan harus dinilai dan jika ibu mengenakan
gurita atau stagen hal ini sulit untuk dilakukan.
Bila bayi tidak memperlihatkan tanda – tanda kehidupan setelah dilakukan
resisutasi, maka beritahu orang tua bayi apa yang terjadi. Berikan penjelasan
secara sederhana dan jujur. Biarkan mereka melihat atau memeluk bayii mereka.
Beritahulah dengan bijaksana dan penuh perhatian , biarkan orang tua
melakukan upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan adat istiadat dan
kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi mulai tenang , bantulah mereka
dan perlakukan bayi dengan baik dan penuh pengertian terhadap kesedihan
merreka. 8. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian. Ingatkan
ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan menganti kain pembalut secara
teratur, berikan penjelasan perubahan – perubahan yang terjadi paskah
persalinan.
Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama pada partograf,
kartu ibu, dan kartu bayi. 10. Sebelum meninggalkan ibu , bahaslah semua
bahaya potensial dan tanda – tandanya dengan suami dan keluarga. 11.
Pastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana dan kapan harus
meminta pertolongan. 12. Jangan meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka
dalam keadaan baik dan semua cataatan lengkap. Jika ada hal yang
mengkhawatirkan pada ibu atau janin,lakukan rujukan puskesmas atau rumah
sakit.
Ingat !!!
• Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat dan tetap berada bersama ibunya
• Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir dan tidak melewati satu jam
setelah persalinan
• Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari
infeksi • Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda vital, uterus, dan kandung
kemih secara teratur
• Jika dilakukan episiotomi maka periksa luka episiotomi secara teratur
Standart 15 Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
• Tujuan Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif
• Pernyataan Standar Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan
tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan
BBL pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Prasyarat 1. Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan
pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah
persalinan, baik dirumah, puskesmas atau rumah sakit. 2. Bidan telah dilatih dan
terampil dalam :
 Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara yang benar
 Membantu ibu untuk memberikan ASI
 Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa nifas
 Penyuluhan dan pelayanan KB/penjarangan kelahiran 3. Bidan dapat
memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama dengan juru imunisasi di
puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat
Tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat
pembuangan benda tajam yang memadai 5. Tersedianya tablet besi dan asam
folat 6. Tersedia alat/perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan, yaitu
sabun, air bersih, dan handuk bersih, sarung tangan bersih/DTT 7. Tersedia
kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, kartu KIA 8. Sistem rujukan untuk
perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir berjalan dengan
baik.
HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Komplikasi pada masa nifas segera dirujuk untuk
penanganan yang tepat 2. Mendorong pemberian ASI eksklusif 3. Mendorong
penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk
menghindari kebiasaan yang merugikan 4. Menurunkan kejadian infeksi pada ibu
dan bayi 5. Masyarakat semakin menyadari pentingnya penjarangan kelahiran 6.
Meningkatkan imunisasi pada bayi
PROSES Bidan harus : 1. Pada kunjungan rumah, menyapa ibu dan suami /
keluarga nya denagn ramah 2. Menanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya
jika ada masalah atau kekhawatiran tentang ibu dan bayinya. 3. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi. 4. Memakai sarung tangan DTT/
bersih bila melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh
Periksa tanda – tanda vital ibu ( Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah ). Periksa
payudara ibu, amati bila puting retak, dan tanda – tanda atau gejala – gejala
saluran ASI yang tersumbat atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus
( Pengecilan uterus sekitar 2 cm / hari selama 8 hari pertama ). Periksa lockea,
yang ada pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan berwarna coklat, dan
pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari
ke-8 - 10 menjadi sedikit dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan segera
rujuk. ( Lihat daftar bahaya dan tanda – tandanya di akhir standar ini ) jika
dicurigai sepsis puerpuralis gunakan ( Standar 23 ). Untuk penanganan
perdarahan pasca persalinan gunakan ( Standar 22 ). 6. Tanyakan apakah ibu
meminum tablet sesuai ketentuan ( Sampai 42 hari setelah melahirkan), dan
apakah persediaannya cukup.
Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perrdarahan berat
selama proses persalinan periksakkan Hb pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya
makan makanan yang bergizi dan berikan tablet tambah darah. 8. Berikan
penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, memakai
pembalut bersih, makanan bergizi , istirahat cukup dan cara merawat bayi. 9.
Cucilah tangan, lalu periksa bayi. Periksalah tali pusat pada setiap kali
kunjungan ( paling sedikit pada hari ke- tiga , minggu kedua, dan minggu ke-
enam ). Tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya
membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi. Misalnya : minyak atau bahan lain.
Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi
segera dirujuk.
Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu pemberian ASI, misalnya
bayi tidak mau menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa kali buang air
kecil, dan bentuk fesesnya. 11. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada ikterus
atau tidak. Ikterus pada hari ketiga postpartum adalah ikterus fisiologis yang
tidak memerlukan pengobatan. Namun, bila ikterus terjadi sesudah hari
ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk menyusu dan tampak mengantuk, maka
bayi harus segera dirujuk ke Rumah sakit. 12. Bicarakan pemebrian ASI dan bila
mungkin perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik ( Amati apakah adda
kesulitan atau masalah ).
Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI ekkslusif sedikit 4 sampai 6
bulan. Bicarakan bahaya pemberian unsur tambahan ( Susu formula, air atau
makanan lain ) sebelum bayi berumur 4 bulan 14. Bicarakan tentang KB dan
kapan senggama dapat dimulai. Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan
kehadiran suaminya. 15. Catat dengan tepat semua yang ditemukan. 16. Jika
ada hal - hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan / atau bayi ke
puskesmas / rumah sakit. 17. Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian
harus diketahui sesuai dengan standar kabupaten/propinsi/nasional.
HASIL PENELITIAN MEMBUKTIKAN 1. Memberikan makanan lain selain
kolustrum atau ASI membahayakan bayi. 2. Ibu yang baru bersalin harus
menggunakan pembalut yang bersih atau kain yang bersih yang telah dijemur.
Menjemur kain di bawah sinar matahari dapat mengurangi bahaya. 3.
Menggunakan minyak atau bahan – bahan lain untuk tali pusat bayi adalah
berbahaya
INGAT !!!!! • Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan
penyuluhan KB / penjarangan kelahiran, tetapi hal ini harus disampaikan dengan
hati– hati , ramah dan peka terhadap adat istiadat. • Ibu dan bayi dalam masa
nifas mudah terinfeksi , karena itu kebersihan diri, makanan bergizi dan istirahat
cukup sangatlah penting. • Kelainan yang memerlukan rujukan harus mendapat
perhatian dengan cepat dan tepat • Kesehatan generasi berikut dimulai dengan
perawatan yang baik bagi anak perempuan sejak bayi. • Kelemahan pada massa
nifas merupakan gejala anemia.
BAHAYA DAN TANDA - TANDANYA PADA BAYINYA 1. Kegagalan menyusu
yang terjadi secara berkala 2. Tidak buang air kecil beberapa kali sehari ( kurang
dari 6 – 8 kali sehari ) 3. Bayi kuning 4. Muntah atau diare 5. Merah , bengkak
atau keluarnya cairan dan tali pusat 6. Demam > 37,5°C
BAHAYA DAN TANDA – TANDANYA PADA IBU 1. Perdarahan berat pada
vagina 2. Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan darah 3.
Lochea yang berbau busuk 4. Nyeri pada perut atau pelvis 5. Pusing atau lemas
yang berlebihan 6. Suhu tubuh ibu > 38°C 7. Tekanan darah yang meningkat 8.
Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat b.a.k atau pada saat pergerakan
usus 9. Tanda – tanda mastitis: bagian yang kemerahan , bagian yang panas ,
gurat – gurat kemerahan pada penyebab 10. Terdapat masalah mengenal
makan dan tidur
Ingat !!! • Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat dan tetap berada bersama
ibunya • Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir dan tidak melewati
satu jam setelah persalinan • Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan
untuk melindungi bayi dari infeksi • Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda
vital, uterus, dan kandung kemih secara teratur • Jika dilakukan episiotomi maka
periksa luka episiotomi secara teratur Prinsip Kunjungan Rumah Masa Nifas
Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di rumah meliputi: 1. Asuhan
postpartum di rumah berfokus pada pengkajian, penyuluhan dan konseling 2.
Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga dilakukan dalam
suasana rileks dan kekeluargaan. 3. Perencanaan kunjungan rumah 4.
Keamanan
Jadwal Kunjungan Di Rumah • Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama
ibu dalam masa nifas • Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi
pencegahan, pendeteksian, dan penanganan masalah yang terjadi pada masa
nifas. • Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik
fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Perencanaan Kunjungan Rumah a) Merencanakan kunjungan rumah dalam
waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah b) Pastikan
keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu c)
kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga. d)
Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
Asuhan Postnatal di Rumah • Asuhan post partum di rumah difokuskan pada
pengkajian, penyuluhan dan konseling. • Dalam memberikan asuhan kebidanan
di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang
respek dan kekeluargaan.
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu: 1.
Memberikan konseling kebersihan Diri 2. Menganjurkan untuk Istirahat cukup 3.
Konseling untuk senam nifas 4. Konseling gizi ibu nifas 5. Konseling Perawatan
Payudara 6. Konseling mengenai hubungan suami-istri 7. Konseling Keluarga
Berencana (KB)

Kunjungan ke I ( Di Pelayanan Kesehatan)


a) Dilakukan pada 6-8 jam setelah ibu melahirkan
b) Cegah dan deteksi adanya perdarahan
c) Lakukan konseling untuk mencegah perdarahan
d) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi, motivasi Inisiasi Dini serta jaga bayi
dari keadaan hipotermi

Kunjungan ke II (Di Rumah)


a) Kunjungan ke dua pada ibu nifas dilakukan enam hari setelah persalinan.
b) Bertujuan untuk memastikan involusi berjalan normal, tanda-tanda infeksi dan
perdarahan.
c) Nutrisi dan istirahat adequate.
d) ASI optimal; bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif,
cara menyatukan mulut bayi dengan puting susu, merubah-rubah posisi,
mengetahui cara memeras ASI dengan tangan seperlunya, atau dengan metode-
metode untuk mencegah nyeri puting dan perawatan puting.
E)Perdarahan; bidan mengkaji warna dan jumlah perdarahan, adakah tanda-
tanda yang berlebihan, yaitu nadi cepat, suhu naik dan uterus tidak keras. Kaji
pasien apakah bisa masase uterus dan ajari pasien bagaimana caranya masase
uterus yang benar agar uterus dapet mengeras. Periksa pembalut untuk
memastikan tidak ada darah berlebihan.
f) Involusi uterus; bidan mengkaji invoolusi uterus dan beri pasien penjelasan
mengenai involusi uterus.
g) Pembahasan tentang kelahiran; kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan
tentang proses tersebut
h) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi
(keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan. i) Bidan
memberi pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi
dan rencana menghadapi keadaan darurat.

Kunjungan ke III (Di Rumah)


a) Dilakukan dua minggu setelah ibu melahirkan
b) Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
c) Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman
persalinan
d) Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan

Kunjungan ke IV (Di Rumah)


a) Kunjungan akhir pada ibu nifas, dilakukan pada minggu ke enam setelah ibu
melahirkan
b) Melakukan evaluasi normalitas puerperium
c) Identifikasi kebutuhan ibu terutama mengenai kontrasepsi
d) Ketrampilan membesarkan dan membina anak
e) Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
f) Pengetahuan tentang gizi terutama untuk anak
g) Rencana untuk pemeriksaan ulang bayi serta imunisasi
Kumpulkan Data Adapun data yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu
nifas meliputi jumlah ibu nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat,
permasalahan- permasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya
masyarakat, serta penentu kebijakan. Lakukan pendekatan (mengatur strategi)
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang masih memegang teguh
nilai-nilai atau kepercayaan, patuh kepada orang yang dianggap sebagai contoh,
maka pendekatan dengan keluarga ibu, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala
desa, dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat
diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas
Buat Perencanaan Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang
telah terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang
latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum.
Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan
kelompok post partum, tempat dan waktu, anggaran, serta peserta.
Pelaksanaan Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas
(kelompok postpartum). Kemudian buat rencana tindak lanjut.
Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan
bahwa tujuan akhir daripembentukan kelompok postpartum benar-benar
tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal.

12. Asuhan bayi baru lahir dan neonates di kebidanan komunitas


Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi yang
terjadi pada bayi sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani
maka dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang
optimal. Jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru lahir antara lain:
Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam pertama setelah kelahiran.
a.       Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi secara
umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan dan
bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.
b.      Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama.
c.       Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.
d.      Pemberian ASI awal.
Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah kelahiran
a.       Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b.      Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
c.       Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d.      Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk

Kunjungan III
Pada hari ke-8 sampai 28 hari setelah kelahiran. Tapi biasanya pada minggu
ke-2 bersamaan dengan saat melakukan kunjungan nifas yang ketiga pada ibu.
a.       Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
b.      Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c.       Bayi harus mendapatkan imunisasi

Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran. Kunjungan neonatus hanya 3 kali
kunjungan tapi saat melakukan kunjungan nifas yang ke-4 pada ibu sekaligus
melihat kondisi bayi.
a.       Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat
b.      Melihat hubungan antara ibu dan bayi.
c.       Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan
dan imunisasi

B.     Manajemen pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus


Bayi baru lahir normal ( BBLN ) adalah bayi yang baru lahir dengan usia
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan ( aterm ) yaitu 36-40
minggu. (Mitayani, 2010). Menurut Saifuddin, (2002) dalam ( Rahma blog : 2009 )
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) dalam ( Rahma blog : 2010 ) Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) dalam ( Rahma blog : 2010 ) Bayi baru lahir
normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pengkajian segera BBL
a.       Pemeriksaan awal
1)      Nilai kondisi bayi
2)      Apakah bayi menangis kuat/bernapas tanpa kesulitan ?
3)      Apakah bayi bergerak aktif/lemas ?
4)      Apakah warna merah muda,pucat/biru ?
5)      APGAR Score Merupakan alat untuk peagkajian bayi setelah lahir meliputi 5
variabel yaitu pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot, reflek .
Apgar score  ditemukan oleh virginia apgar (1950).
b.      Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian
Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian, setelah
membiarkan bayi beberapa waktu untuk pulih karena kelahiran. Bayi secara
keseluruhan. Bayi normal berbaring dengan posisi fleksi (menekuk). la mungkin
meregang atau menguap. Warnanya merah muda. la menangis. Pernapas-annya
teratur. la memberikan respon terkejut yang normal, jika tiba-tiba diberi sentakan (ia
akan melemparkan tangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih
seseorang). Ini disebut refleks Moro.
a)      Kepala
1)      Ukurlah lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak normal besarnya disebut  
hidrosefalus. Ukuran kepala yang terlalu kecil disebut mikrosefalus. Lingkar
kepala rata-rata adalah 33 cm.
2)      Rabalah fontanela anterior, seharusnya tidak menonjol (membengkak).
3)      Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah palatum.
b)      Punggung.
Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak didapatkan
tulang dan kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang
belakang bayi.
c)      Anus
Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk
meyakinkan tidak adanya anus imperforate/atresia ani. Anus imperforata atau
atresia ani merupakan kelainan kongenital pada anus dimana tidak
terdapatnya lubang anus.
d)     Anggota tubuh
Periksa kondisi semua anggota tubuh, apakah normal ataukah terdapat
kelainan.

2.      Pemeliharaan BBL


Dalam melakukan kunjungan rumah, bidan harus memperhatikan
kebutuhan higiene, memandikan bayi, memelihara tali pusat, pakaian bayi, merawat
kuku bayi, merawat mulut bayi, merawat telinga, merawat hidung, kebutuhan
makanan, dan kebutuhan tidur.
a.       Kebutuhan Higiene
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan :
1)      Kuku jari tangan ibu hendaknya selalu pendek supaya tidak ada kuman dan
kotoran yang terselip di bawah kuku dan mencegah jangan sampai melukai
badan kapur/kamper pada pakaian bayi.
b.      Memandikan Bayi
Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan kulit, merangsang peredaran
darah, memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa
akan kebersihan. Cara memandikan bayi :
1)      Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa sabun karena bahaya
sabun masuk ke mata bayi. Badan disabuni mulai dari kepala, leher, tangan,
jari, ketiak, dada, perut, sekitar pusat, kemudian punggung, kaki, dan terakhir
alat kelamin. Perhatikan lipatan, misalnya leher, ketiak, paha harus
dibersihkan dengan baik. Dengan waslap bersih, badan dibersihkan dari
sabun.
2)      Bayi dimasukan ke dalam ember mandi dan bilas sampai bersih.
3)      Bayi diangkat dari air, diletakkan diatas handuk dan dikeringkan mulai dari
kepala menurun ke bawah. Perhatikan, lipatan harus benar-benar kering dan
dilihat apakah ada kelainan kulit dan sebagainya.
c.       Memelihara Tali Pusat
Jika tali pusat masih ada, ambil sepotong kasa steril kering kemudian tali
pusat dibungkus. Perhatikan pangkal/puntung tali pusat harus terbungkus
dengan baik.
d.      Pakaian Bayi
Semua pakaian bayi yang akan dipakai harus dicuci dahulu, tidak boleh
disimpan dengan kapur barus karena dapat menyebabkan bayi kuning.
Ukuran popok yang paling baik yaitu jangan terlalu kecil supaya dapat dipakai
agak lama. Baju bayi dipilih sesuai dengan keadaan setempat
e.       Merawat Kuku Bayi 
Jika kuku bayi panjang harus digunting, tetapi jangan terlalu pendek.
Sebaiknya, gunakan pemotong kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil.
Hati-hati, jangan sampai melukai jari bayi karena kulit bayi masih sangat lunak.
f.       Merawat Mulut Bayi
Mulut bayi dengan bercak putih mungkin karena sisa dari susu (apabila bayi
tidak minum ASI). Cara menghilangkannya ialah membilasnya dengan air
putih setelah minum susu.
g.      Merawat Telinga
Telinga bagian dalam harus tetap kering. Jika keluar cairan berbau, harus
segera berobat ke dokter. Setelah memandikan, telinga dikeringkan dengan
baik dan dibersihkan dengan kapas hindari menggunakan lidi atau benda
keras.
h.      Merawat Hidung
Jika bayi pilek, lendir pada lubang hidung dapat dibersihkan dengan
memasukkan kapas yang digulung dan diputar sedikit ke dalam lubang
hidung, jangan menggunakan benda lain. Untuk membantu kesembuhan, bayi
dijemur pada pagi hari.
i.        Kebutuhan Makanan
Makanan utama dan terbaik bagi bayi yang sudah disediakan Tuhan adalah
air susu ibu (ASI). ASI tidak hanya memberi perlindungan terhadap infeksi dan
alergi, tetapi juga merangsang pertumbuhan sistem kekebalan.
j.        Kebutuhan Tidur 
Bayi harus cukup tidur dan teratur. Pada bulan pertama, bayi akan tidur terus,
ia hanya bangun jika lapar, mandi, dan jika diganti popoknya. Makin besar,
waktu tidur bayinya makin berkurang karena bayi sudah dapat bermain.
Meskipun demikian harus tetap diusahakan agar bayi tidur teratur pagi, sore,
dan malam hari.
k.      Cara menjaga kesehatan bayi
1)      Amati pertumbuhan bayi baru lahir dan neonatus secara teratur.
a)      Timbang BB bayi baru lahir dan neonatus sebulan sekali sejak usia 1 bulan
sampai 5 tahun di posyandu
b)      Tanya hasil penimbangan dan minta pada kader mencacat di KMS.
c)      Jika bayi baru lahir dan neonatus tumbuh kurang sehat minta nasehat gizi ke
petugas kesehatan
bayi.
2)      Sebelum dan sesudah memegang bayi ibu harus selalu mencuci tangan.
3)      Kamar bayi terlindungi dari angin, debu, tetapi cukup mendapat sinar matahari
dan udara segar.
4)      Untuk menghindari infeksi, pakaian bayi harus dicuci terpisah dari pakaian
anggota keluarga yang lain.
5)      Pakaian bayi harus selalu bersih dan kering dan tidak memberi
d)     Bermain dan bercakap-cakap pada BBL dan neonatus sangat penting bagi
perkembangan BBL dan neonatus
2)      Minta imunisasi sesuai jadwal di posyandu, rumah sakit atau praktek swasta.
a)      BBL dan neonatus harus di imunisasi lengkap sebelum berusia 1 tahun.
b)      Imunisasi mencegah penyakit TBC, hepatitis, polio, difteri, batuk 100 hari,
tetanus dan campak.
13. Pelayanan bayi dan balita dikebidanan komunitas
A. Pelayanan kesehatan pada bayi adalah:
1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan
mendekapkan bayi diantara kedua payudara ibunya segera setelah lahir.
Memberikan kesempatan bayi menyusui sendiri segera setelah lahir dengan
meletakkan bayi di dada atau perut dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin
to skin contact) setidaknyaselama 1-2 jam sampai bayi menyusui sendiri.
(mitaya, 2010 : 23)
Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan penyakit yang menyerang bayi,
karena kandungan antibodi yang ada pada colostrom dan ASI. Setelah bayi
lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit
bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):
1) Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
2) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan
vernix, kemudian tali pusat diikat.
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu
ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi
sendiri mencari puting susu ibu.
5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi
sebelum menyusu.
6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu jam,
bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu
sampai 1 jam
7) Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi
lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit
ibu selama 30 menit.
Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda
identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu
jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan.
1.) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan
imunisasi Hepatitis B (HB 0).
2.) Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode
setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar
bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
3.) Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
4.) Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin 1%).
5.) Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis
B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.

2. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan
ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah,
ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.

3. Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit setelah
bayi baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular
kepada ibu. Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di bungkus tutupi
dengan kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap terkena udara dan
akan lebih mudah kering.

4. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi


Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari bayi terpapar
langsung dengan suhu lingkungan

5. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:
1.) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir
2.) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3.) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat
dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang
diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM)
termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan
pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan
pada saat lahir).

B. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita


a. Defini Pelayanan Kesehatan Pada balita
Anak balita (bawah lima tahun), merupakan kelompok tersendiri yang dalam
perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih khusus.
Bila perkembangan dan pertumbuhan pada masa BALITA ini mengalami
gangguan, hal ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap
pembentukan anak yang berkualitas. Untuk mencapai hal diatas, maka tujuan
pembinaan kesejahteraan anak adalah dengan menjamin kebutuhan dasar anak
secara wajar, yang mencakup segi-segi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan dan perlindungan terhadap hak anak yang menjadi haknya [hak
anak]. Disamping itu diperlukan juga suatu lingkungan hidup yang
menguntungkan untuk proses tumbuh kembang anak. (Chairuddin P. Lubis,
2004)
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada
masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ
tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembng anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah
dengan tegnologi sederhana ditingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya
adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), ditingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS
merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak,
malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan
tersebut.
Sabagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997
dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita
dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali
setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana
pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Balita
Pelayanan kesehatan pada balita yang lain adalah:
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak
seimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai
bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang
tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,
meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga
berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng
kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
1.) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2.) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3.) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2. Pelayanan kesehatan dengan Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada
Anak
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan
yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak,
yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini
tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang
mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
3. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat
dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan
melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang
diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
1.) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11
bulan satu kali dalam satu tahun.
2.) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ).
Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami
pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva
dan selaput bening
( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-
anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari
seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari
kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
4. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup
:
1.) Penimbangan berat badan
2.) Penentuan status pertumbuhan
3.) Penyuluhan
4.) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera
ditunjuk ke Puskesmas.
5. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan
MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan
jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering
terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan
balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1.) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih).
2.) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
1.) Manajemen Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan )
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan ini, meliputi penilaian
tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan, penentuan
tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian pelayanan dan
tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan terhadap
penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada bayi muda, antara lain adanya kejang,
gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, gangguan
saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI.
2.) Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada usia 2 bulan sampai
5 tahun ini sama seperti manajemen terpadu bayi muda, yaitu penilaian tanda
dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan, penentuan tindakan
dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam MTBS usia 2 bulan sampai 5 tahun ini, dilaksanakan pengelolaan
terhadap beberapa penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Beberapa
penyakit yang lazim terjadi pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, aantara lain
adanya tanda bahaya umum ( tidak bias minum atau menetek, muntah, kejang,
letargis, atau tidak sadar ), batuk dan sukar bernafas, diare, demam, masalah
telinga, status gizi buruk ( malnutrisi dan anemia ).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai
tahun 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
3.) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
6. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
1) Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
2) Pemberian makanan bayi
3) Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
4) Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
5) Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual
dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau
perempuan
7. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan
vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan
terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus,
Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak
akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh
karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Vaksin yang di gunakan adalah :
1) BCG : Untuk mencegah penyakit tuberculosis
Imunisasi BCG (Bacicile Calmette Guerin) untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat sebab TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG. Contohnya: TBC pada selaput otak, TBC milier
pada lapang paru ,TBC tulang . Vaksin BCG merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang dilemahkan, diberikan melalui intradermal
dengan dosis 0,05 ml
Efek samping imunisasi BCG yaitu terjadinya ulkus pada daerah suntikan,reaksi
panas. .
Rekomendasi :
1. Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2 bulan
2. Jangan melakukan imunisasi pd bayi dg imunodefisiensi (HIV,gizi buruk)
3. Pada bayi yg kontak erat dg penderita TB,diberi INH profilaksis,jika kontak sdh
tenang dpt diberi BCG
2) Polio oral vaksin : Untuk mencegah penyakit polio
Imunisasi polio digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang
dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin adalah virus
yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral bersamaan dengan
suntikan vaksin DPT & hepatitis B. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak
bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral yang menempatkan diri di usus & memacu
pembentukan system baik dalam darah maupun pada epitelium usus yang
menghasilkan pertahanan terhadap virus polio liar yang datang masuk
kemudian.
3) DPT : Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertuis, dan Tetanus
Vaksin mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya,
namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Imunisasi DPT diberikan melalui system scular dengan dosis 0,5 ml & dapat
menimbulkan efek samping ringan, terajdi pembengkakan, nyeri & demam. Efek
samping berat : terjadi menangis hebat, kesakitan ± 4 jam, kesadaran menurun,
kejang & syok.
4) Hepatitis B : Untuk mencegah penyakit Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B sering menyebabkan hepatitis kronik yang dalam kurun
waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi hepatitis akut. Penularan penyakit
melalui: hubungan seksual, dari ibu kepada bayinya, melalui alat-alat
kedokteran. Imunisasi diberikan melalui system scular dengan dosis 0,5 ml dan
dapat menimbulkan efek samping yang pada umumnya ringan, hanya berupa
nyeri, bengkak, panas, mual & nyeri sendi maupun otot.
5) Campak : Untuk mencegah penyakit Campak
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk
rejan), polio, campak dan hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode
29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Pelayanan kesehatan pada bayi tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1, 2, 3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
4. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –tanda
sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA
5. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah
dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada
masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ
tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita
dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali
setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana
pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.

14. Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetric dan neonatus


Kegawatdaruratan obstetrik

Definisi :
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
Penyebab utama kematian ibu
a.  Perdarahan
Perdarahan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok.
Tanda-tanda syok diantaranya:
a.       Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun
sampai tidak sadar
b.      Berkeringat
c.       Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada
kojungtiva
d.      Bernapas cepat, frekuensi pernapasan 30 x per menit atau lebih
e.       Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih
f.       Tekanan darah rendah, sistol 90 mmHg atau lebih rendah
Penanganan awal syok perdarahan
a)  Tindakan umum
•   Periksa tanda-tanda vital
•   Bebaskan jalan napas
•   Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut
•   Miringkan kepala pasien dan badannya ke samping
•   Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat
•   Naikkanlah kaki pasien
b)  Pemberian oksigen
Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 – 8 liter per menit.
c)  Pemberian cairan intravena
Infus RL guyur
d)  Rujuk
 Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan,
keluarga, dan dampingi selama merujuk.
b. Infeksi Akut dan Sepsis
1.        Tanda dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor
artinya panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya
benjolan atau pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan
kata lain infeksi akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah
infeksi berwarna kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah
organ itu serta fungsi organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan
yang terkena infeksi mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya
infeksi di organ genetalia dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau
busuk. (Saifudin, 2006)
2.      Diagnosa
Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut :
o    Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak
o    Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak
o    Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat
hubungannya, misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi
yang dapat menyebabkan sepsis atau syok sepsis
o    Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor,
function lesa.
o     Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi :
1)    Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina
2)    Pus keluar dari servik
3)    Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak
2)    Subinvolusi rahim
3)    Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut
bagian bawah, nyeri bagian adneksa.
3.      Penanganan
a.       Tindakan umum
Pantaulah tanda-tanda vital
b.      Pemberian Oksigen
•   Pastikan bahwa jalan napas bebas.
•   Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil resiko
mengalami syok septic.
•   Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam
kecepatan 6-8 L/menit. 
c.       Pemberian Cairan Intravena
Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati-hati, tidak
sebebas seperti syok pada perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan
jumlah cairan yang banyak.
d.      Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat
tanda-tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu
diberikan. Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat
penting untuk memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain
ampisilin, sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.
e.       Pemeriksaan laboratorium
o   Pemeriksaan darah
a)     Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit,
sekaligus golongan darah dan cross-match
b)    Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia
juga menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia dan
biasanya trombositopenia.
c)    Periksa kemungkinan DIC
d)    Serum laktat dehidrogenase meningkat pada asidosis metabolic
e)    Kultur darah harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman
f)    Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan
parsial oksigen, peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis respiratorik
pada tahap awal
o  Pemeriksaan urin
a)     Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan tidak
ada
b)     Berat jenis urin meningkat lebih dari 1.020
        Ruptur uteri
1.      Diagnosis
Ruptur uteri mengancam
1) Peningkatan aktivitas kontraksi persalinan
2) Terhentinya persalinan
3) Regangan berlebihan dengan nyeri pada segmen bawah rahim
4) Pergerakan cincin Bandl’s ke atas
5)  Tegangan pada ligamentum rotundum
Ruptur uteri yang sebenarnya
1)  Kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak
2)  Berhentinya DJJ atau pergerakannya
3)  Keadan syok peritoneum
4)  Perdarahan eksternal (hanya pada 25 % kasus)
5)  Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim
yang menunjukkan hematoma karena ruptur inkomplit
2.         Penatalaksanaan
Terapi suportif
Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen,
cairan intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.
Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk
pembedahan. Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena
dan darah.
c.     Inversio uteri
1.      Diagnosis
Diagnosis ditegakkan ketika dalam catatan tenaga kesehatan terdapat
penurunan abnormal tinggi fundus atau tidak bisa melakukan palpasi pada
fundus abdominal setelah kelahiran janin atau ketika uterus terlihat di rongga
vagina atau introitus. Inversio biasanya disertai oleh perdarahan dan syok pada
ibu. 
2.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang lebih penting adalah pencegahan inversio uteri.
Ketegangan pada pelepasan tali pusat yang tergesa-gesa pada kala III tidak baik
dilakukan dan mungkin berbahaya bagi ibu. Diperlukan penanganan segera
pada uterus yaitu dengan melakukan gerakan tinju atau memasukkan beberapa
jari pada tangan yang dominan atau kompresi bimanual dapat menurunkan
perdarahan. Pemberian cairan IV dapat memperbaiki keadaan umum dan
oksitosin atau metilergonovine dapat mencegah atonia. Jika penanganan segera
tidak dilakukan, anastesi dan operasi harus dilakukan. (Walsh, 2001)
B.     Kegawatdaruratan neonatus yaitu:
1.  Asfiksia
asfiksia neonatorum merupakan gangguan kesehatan yang dialami oleh bayi
baru lahir, dimana tubuh bayi kekurangan oksigen sehingga mengakibatkan
kesulitan bernafas dan kondisinya juga tampak lemah. Keadaan asfiksia
biasanya sudah terindikasi sejak bayi di dalam rahim. Penyebabnya bisa
dikarenakan adanya kelainan pada rahim, gangguan kesehatan ibu atau proses
persalinan yang berat.
Diagnosa:
1)      Observasi DJJ:
Normal  = 120-160X per menit
a)  Takikardi = 160-180X per menit; membahayakan janin
Di atas 180 X per menit; sangat membahayakan bagi janin
b)  Bradikardi = 120 – 100 X per menit; membahayakan janin
Di bawah 100 X per menit; sangat membahayakan janin
c)  Ketidakteraturan
•   DJJ  tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi
membahayakan janin.
•   DJJ tidak teratur bersama bradikardi; sangat membahayakan janin
•   DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi
selama periode persalinan.

Gejalanya :
Seorang bayi yang menderita asfiksia dapat dikenali dari
gejalanya. Diantaranya yaitu:

 Ritme pernafasan tidak teratur

 Terkadang terdengar suara seperti dengkuran


 Pernafasan juga lambat

 Bayi terlihat lesu

 Bayi mengalami kejang

 Kulit tampak kebiruan dan pucat

 Denyut jantung lambat (Permenitnya kurang dari 100


kali). Dalam kondisi lebih parah, bahkan kehilangan denyut
jantungnya

 Kehilangan kesadaran
2. hipotermi
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 30
Hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.
Hipotermia adalah suhu rektal bayi dibawah 35 0C.
Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ºC, yang terbagi atas : hipotermi
ringan yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermi sedang yaitu antara 32-36ºC, dan
hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 ºC.

Mekanisme kehilangan panas

1. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada
permukaan tubuh bayi setelah lahir karena bayi tidak cepat dikeringkan
atau terjadi setelah bayi dimandikan
2. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja,
tempat tidur atau timbangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas tubuh melalui konduksi
3. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat
benda yang mempunyai temperatur tubuh rendah dari temperature tubuh
bayi. Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun
benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan
tubuh bayi.
4. Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling
bayi. Missal: bayi diletakkan dekat, pintu / jendela terbuka.
15.Pelayanan kontrasepsi
Pengertian KB
KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan
pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir dan
bathin. Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan
kemandulan dan penjarangan kelahiran.
Manfaat Keluarga Berencana
Manfaat Usaha Keluarga Berencana Di Pandang Dari Segi Kesehatan
Untuk ibu : dengan tujuan mengatur jumlah dan jarak kelahiran, ibu mendapat
manfaat berupa :
  Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
  peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak untuk beristirahat dan menikmati
waktu terluang serta melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.
Untuk anak-anak lain : Memberikan kesempatan kepada mereka agar
perkembangan  fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan
yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
  Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan
yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk
setiap anak.
  perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-
sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup
semata-mata.
Untuk ayah : Untuk memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kesemasan berkurang serta
lebih banyak waktu yang tertuang untuk keluarganya.

Metode KB Sederhana Tanpa Alat


1.       KB alamiah
Metode alamiah sering juga disebut dengan metode pantang berkala, yaitu
tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar
waktu terjadinya ovulasi.
  Cara kerja :
Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, pasangan
perlu memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati tanda-
tanda fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa subur
dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak menginginkan
kehamilan.
  Efektivitas :
Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode KBA dapat mencapai 65%.
  Manfaat :
         Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan
kehamilan
          Tidak ada efek samping
         Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita
         Menumbuhkan kepercayaan diri tidak tergantung kepada kontrasepsi
         Meningkatkan keterlibatan pihak pria
         Tidak tergantung dengan tenaga medis
         Ekonomis
  Indikasi :
Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk :
         Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
         Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
         Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
         Tidak keberatan jika terjadi kehamilan

Macam – macam Metode Sederhana Tanpa Alat


1.       Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Metode ini ditemukan oleh Ogino dari Jepang dan Knaus dari Austria, dimana
Ogino menyatakan bahwa ovulasi terjadi pada antara hari ke 12-16 sebelum
haid yang akan datang, sedangkan Knaus berpendapat bahwa ovulasi selalu
terjadi pada hari 15 sebelum haid yang akan datang. Untuk menggunakan
metode ini, seorang wanita hendaknya menentukan masa ovulasi dari data haid
selama 6 bulan.
  Teknik metode kalender :
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
a.       Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal
dari masa suburnya.
b.      Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir
dari masa suburnya.
2.       Metode Suhu Basal
  Cara kerja :
Hormone progesterone yang disekresi oleh korpus luteum setelah ovulasi,
bersifat termogenik atau memproduksi panas. Karena itu dapat menaikkan suhu
tubuh 0,050C sampai 0,20C dan mempertahankan pada tingkat ini sampai saat
haid berikutnya. Peningkatan suhu tubuh sebagai peningkatan termal dan ini
merupakan dasar dari metode suhu tubuh dasar ( STB)
  Petunjuk penggunaan Metode Suhu Tubuh Bassal
Pantang dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat diterapkan aturan
peningkatan termal. Untuk menerapkan aturan peningkatan termal, harus diambil
langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum
bangun dari tempat tidur dan mencatat pada lembar catatan.
b.      Identifikasi suhu tertinggi dari suhu normal, catat dengan pola khusus
selama 10 hari, dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal
akibat dari demam atau ganggguan lain.
c.       Tarik sebuah garis 0,050C di atas suhu tertinggi dari 10 suhu tersebut
diatas. Garis ini disebut garis penutup atau garis suhu
d.      Tunggu selama tiga hari dari suhu yang lenbih tinggi untuk memulai
senggama. Fase tidak subur dimulai pada malam ketiga dari 3 hari berturut-turut
dengan suhu diatas garis suhu.
e.      Bila salah satu dari ketiga suhu turun atau dibawah garis suhu selama tiga
hari perhitungan, ini pertanda bahwa ovulasi belum terjadi. Jadi klien harus
menunggu selama tiga hari berturut-turut
f.        Setelah fase tidak subur dimulai, tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh
sampai siklus haid berikutnya.
g.       Untuk memperoleh perlindungan yang lebih baik, dianjurkan penggunaan
STB dikombinasikan dengan metode lain seperti metode lendir serviks.
3.       Metode Lendir Serviks (Billings)
Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan estrogen.
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesterone ikut berperan
dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh
sel serviks, yaitu :
  Lendir tipe E (Estrogenik):
a.       Diproduksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi
b.      Sifat-sifat:
         Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah
         Spinkerbeit (elastisitas) besar
         Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis.
c.       Spermatozoa dapat menembus lendir ini
  Lendir tipe H (Gestagenik)
a.       Diproduksi pada fase awal praovulasi dan setelah ovulasi
b.      Sifat –sifat:
         Kental
         Viskositas tinggi
         Keruh
c.       Dibuat karena peninggian kadar estrogen
d.      Spermatozoa tidak dapat membus lendir ini
Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30):
a.       Fase I:  masa “kering” segera setelah menstruasi, karena kadar estrogen
yang rendah kurang merangsang sekresi
  Haid
  Hari1-5
  Lendir dapat ada atau tidak, dan tertutup oleh darah haid
  Perasaan wanita : basah dan licin (lubrikatif)
b.      Fase II
  Post haid
  Hari 6-10
  Tidak hanya lendir / hanya sedikit
  Perasaan wanita kering
c.       Fase III
  awal pra ovulasi
  hari 11- 13
  Lendir keruh, kuning atau putih dan liat
  Perasaan wanita : liat dan atau lembab
d.      Fase IV
  Segera sebelum pada saat dan sesudah ovulasi
  Hari 14-17
  Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan
  Dengan konsistensi seperti putih telur
  Hari terakhir fase ini dikenal sebagai gejala puncak
  Perasaan wanita :lubrikatif dan atau basah
e.      Fase V
  post ovulasi
  hari 18-21
  lendir sedikit, keruh dan liat
  perasaan wanita liat dan atau lembab
f.        Fase VI
  akhir post ovulasi atau segera pra haid
  hari 27-30
  lendir jernih dan seperti air
  perasaan wanita : liat dan atau lembab-basah
  Teknik Metode Lendir Serviks
Abstain dimulai dari hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan
berlanjut sampai dengan hari keempat setelah gejala puncak.
  Penyulit-penyulit lendir serviks :
a.       keadaan fisiologis : sekresi vagina karena ada rangsangan seksual.
b.      keadaan patologis : infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit, pemakaian
obat.
c.       keadaan psikologis : sters baik fisik maupun emosional
4.       Coitus Interuptus
Metode Withdrawal adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri
sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia
eksterna wanita.
  Keuntungan :
a.       tidak memerlukan alat  dan harganya murah ( ekonomis )
b.      tidak menggunakan zat-zat kimiawi
c.       selalu tersedia setiap saat
d.      tidak mempunyai efek samping
e.      Tidak mengganggu produksi ASI
  Kerugian :
a.       angka kegagalan cukup tinggi
b.      16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun
c.       factor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan adalah :
d.      adanya cairan pra ejakulasi, yang dapat keluar setiap saat, dan setiap tetes
sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa
e.      kurangnya kontrol dari pria, yang pada metode ini justru penting.
f.        kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan perkawinan.
  Kontra indikasi :
Ejakulasi premature pada pria
  Hal-hal penting yang perlu diketahui oleh akseptor:
         sebelum senggama cairan pra ejakulasi pada ujung penis harus
dibersihkan terlebih dahulu
         bila pria merasa akan berejakulasi, ia harus mengeluarkan penisnya dari
dalam vagina dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh dari orifisium vagina.
         coitus interuptus (CI) bukan metode yang baik untuk pasangan yang
menginginkan senggama berulang, karena semen yang masih dapat tertinggal di
dalam cairan bening dan ujung penis.
         CI bukan metode kontrasepsi yang baik bila suami tidak mengetahui
kapan ia akan berejakulasi

15. Sistem rujukan


Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit
yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam
satu unit). Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara
vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi
inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari
dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara
horizontal maupun vertical.
Tujuan Rujukan
Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge &
skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer
Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan khusus, antara lain :
1. Umum
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung
kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.
2. Khusus
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif
secara berhasil guna dan berdaya guna.
C. Jenis Rujukan Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan
kegiatan pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap
ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus patologis pada
kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus
masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi
yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman bahan laboratorium. Jika penderita telah sembuh dan hasil
laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika
perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan). Rujukan
informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita
yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian
Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter
pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan
pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara
regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya,
sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan
ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri
dari: rujukan medik dan rujukan kesehatan.
1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap. c. Transfer of knowledge/personel.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan
mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke
daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui
ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi
(transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit
yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan
mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan
tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).
2. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan
pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan
ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien
dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau
pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos
Unit Kesehatan Kerja). Masukkan persiapan-persiapan dan informasi
berikut ke dalam rencana rujukan :
a. Siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.
b. Tempat –tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga.
(Jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan
yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya. Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik
siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah
diperlukan.
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan
dan bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat
ibu tidak di rumah. D.Tingkatan Rujukan Tingkatan rujukan berdasarkan
pada bentuk pelayanan :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care) Pelayanan
kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi
sangat besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang diperlukan oleh
kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basib health services).
Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.
b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit
tipe C dan D dan memerlukan tersedianya tenaga spesialis
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) Pelayanan
kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Pelayanan sudah komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super
spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe A dan B. E. Langkah-Langkah
Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang
tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana
yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan
adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Kaji ulang
rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan
sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil
penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke
fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka
membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA) Hal-hal yang penting dalam
mempersiapkan rujukan untuk ibu :
1. Bidan Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk
dibawa ke fasilitas rujukan
2. Alat Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,
masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu
ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
3. Keluarga Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu
dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada
mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau
anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir
ke tempat rujukan.
4. Surat Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan
persalinan ibu pada saat rujukan.
5. Obat Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat
rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6. Kendaraan Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa
kondisi kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat rujukan dalam
waktu yang tepat.
7. Uang Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan
kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal
di fesilitas rujukan.
8. Darah Siapkan darah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
Pengiriman Penderita Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu
diupayakan kendaraan / sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.
Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
F. Jalur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan Dalam kaitan ini jalur rujukan
untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Dari Kader Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
2. Dari Posyandu Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
3. Dari Puskesmas Pembantu Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe
D/C atau rumah sakit swasta
4. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa Dapat langsung merujuk ke rumah
sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta G. Faktor-Faktor Penyebab
Rujukan
1. Riwayat bedah sesar
2. Pendarahan pervaginaan
3. Persalinan kurang bulan
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
5. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda / gejala infeksi
10. Preklamsia / hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm / lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda
16. Kehamilan ganda (gemeli)
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
H. Keuntungan Sistem Rujukan
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti
bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara
psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli I. Upaya Peningkatan
Mutu Rujukan Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu
rujukan :
1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.
2. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan
tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di
lokasi strategis
3. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan
4. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk
kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik
rujukan medik maupun rujukan kesehatan 6. Meningkatkan upaya dana
sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan kesehatan

16. Sasaran PWS


Data sasaran pws diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun
bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan,
rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang
adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita.
Data sasaran:
Jumlah seluruh ibuhamil
Jumlah seluruh ibubersalin
Jumlah ibunifas
Jumlah seluruhbayi
Jumlah seluruh anakbalita
Jumlah seluruhPUS
17. data dasar PWS
Data dasar PWS-KIA
Data yang diperlukan untuk menghitung tiap indikator yang diperoleh dari catatan
ibu hamil per desa, register kegiatan harian, register kohort ibu dan bayi,
kegiatan pemantauan ibu hamil per desa, catatan posyandu, laporan dari
bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.

18. Perencanaan Kegiatan

Pengertian Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-


persoalan sosial kesehatan dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa
datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan –
keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
tahapan yang dilalui dalam perencanaan, antara lain :
1.Identifikasi Persoalan;

2.Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang


kuantitatif;

3.Proyeksi keadaan di masa akan datang;

4.pencarian dan penilaian berbagai alternative;

5.penyusunan rencana terpilih.


20. pelaksaan kegiatan

Alur pelaksanaan

Persiapan :

1.Tim penanggung jawab menentukan wilayah sasaran


2.Pengurusan izin oleh tim penanggung jawab praktik komunitas kebidanan
Pelaksanaan Kegiatan Praktik Komunitas Kebidanan :
 Pembukaan/orientasi/perkenalan sasaran wilayah
 Pengumpulan data/pengolahan/analisis
 Misyawarah masyarakat desa
 Intervensi dengan kemitraan
 Kegiatan terprogram
 Diseminasi ke puskesmas
 Penutupan di wilayah sasaran

21.pemantauaan hasil kegiatan


Pemantauan hasil kegiatan adalah
Sistem informasi laporan minotoring dan hasil Evaluasi program kesehetan
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) upaya dibidang kesehatan pemantauan
dan Evaluasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan..
Tujuan umum :
 Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga sehingga
terwujudnya keluarga sehat sejahtra dalam
komunitas tertentu
 Meningkatkan kemndirian masyarakat dalam mengatasi maasalah kebidanan
komunitas untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal

Pemantauan Kegiatan dapat dilakukan melalui bagai berikut ini.


Tingkat Kabupaten / Kota
o Laporan Puskesmas
o Laporan Rumah sakit
o Laporan pelayanan kesehatan swasta
Tingkat Puskesmas
o Sarana pencatatan PWS KIA
o Laporan pelayanan kesehatyan swasta
o Kunjungan ke desa / kelurahan yang statusnya jelek

Anda mungkin juga menyukai