Anda di halaman 1dari 9

ASEAN dan Keamana Kawasan: Peran ASEAN Maritime Forum

(AMF) dalam Menjaga Keamanan Jalur Perdagangan Selat


Malaka

Disusun Oleh:
Anggina Putri
Nidia Naliopa
Namira Chairunnisa
Rian Pratama
Wira Hadi Kusuma

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya
1. Latar Belakang
Hilangnya batas-batas negara dalam suatu kawasan regional, membawa
dampak pada cara pandang suatu negara terhadap pergerakan negara lain. Cara
pandang yang kemudian bukan hanya tentang hal yang positif, seringkali menjadi
suatu ancaman bagi negara lain yang merasa pesatnya perkembangan negara
tetangga sebagai sebuah hal yang defensif. ASEAN (The Association of SouthEast
Asia Nation) merupakan organisasi kawasan atau regional yang bertujuan untuk
membawa kesejahteraan dan rasa aman bagi seluruh negara-negara anggotanya
dalam bentuk kerjasama. Kerjasama yang sudah sedang ingin diwujudkan adalah
kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, budaya dan lain-lain. Di mana dalam
setiap proses kerjasama yang telah dibentuk akan banyak sekali hal-hal yang
bersifat dinamis yang kemudian akan berpengaruh pada tingkat efektivitas sebuah
organisasi.
Bahwa efektifitas sebuah organisasi dilihat dari tiga hal, yaitu tingkat
kerumitan masalah (problem malignancy), bagaimana ASEAN menghadapi
berbagai isu yang timbul dan berkembang, apabila kerumitan dari dinamika
masalah itu dapat dikelola dengan baik maka organisasi akan dinilai sebagai sesuatu
yang efektif. Kedua adalah level kolaborasi, dimana ASEAN harus mampu untuk
menentukan posisi kolaborasinya dalam kerangka kerja yang terkelola. Ketiga
adalah problem solving, dimana dalam tahapan ini ASEAN akan dinilai
kompetensinya dengan keterkaitannya terhadap poin 2 dan 3, dan bagaimana
ASEAN menjalankan fungsi otoritasnya terhadap anggota-anggotanya, serta
kinerja dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Berkaitan dengan hal-hal
tersebut, maka muncullah berbagai variabel yang menciptakan suatu situasi dan
kondisi yang harus dihadapi oleh ASEAN, berkaitan dengan segala dinamika isu
yang berkembang di kawasan Asia Tenggara, salah satunya adalah isu mengenai
keamanan maritim atau kelautan (Udayana, 2004).
Kemanan maritime merupakan salah satu isu yang banyak menjadi fokus
negara-negara di dunia dan harus menjadi perhatian juga bagi masyarakat ASEAN.
Hal ini mengingat letak geografis di negara-negara Asia itu sendiri yang dikelilingi
oleh dua samudera dan yang banyak menjadi perhatian selama ini adalah salah
satunya yaitu perairan Selat Malaka. Selat Malaka dikenal sebagai jalur pelayaran

1
dan perdagangan yang banyak dilewati oleh kapal-kapal dari negara lain atau kapal
asing yang membawa barang tambang, gas ataupun minyak mentah. Masalahnya
adalah, kawasan Asia Tenggara masih dibatasi oleh wilayah perairan tersebut
sehingga batas-batas negaranya pun masih overlapping dengan negara lainnya. Hal
tersebutlah ynag kemudian menjadi ancaman bagi negara-negara di Asia Tenggara
mengingat kawasan laut merupakan jalur utama untuk dapat melakukan tindak
kriminal terbesar di dunia.
Selat Malaka secara geografis merupakan wilayah yang sebagian besar
terbentang antara Indonesia, Malaysia, Singapura dan membentang sepanjang 500
mil laut yang berada diantara semenanjung Malaya dan Pulau Sumatra. Wilayah
Selat Malaka memanjang antara Laut Andaman di barat laut dan Selat Singapura di
tenggara sejauh kurang lebih 520 mil laut dengan lebar bervariasi antara 11-200 mil
laut. Lebar jalur masuk di sebelah utara sekitar 220 mil laut yang berujung di
sebelah selatan dimana merupakan wilayah tersempit yaitu sekitar 8 mil laut,
sedangkan Selat Singapura terapit antara Indonesia dan Singapura, terbentang
menurut arah barat-timur sejauh 30 mil laut dengan lebar kurang lebih sekitar 10
mil laut. Daerah yang tersempit dari jalur ini disebut Philips Chanel yang berada di
Selat Singapura, yaitu hanya mempunyai lebar 1,5 mil laut. Selat Malaka memiliki
nilai strategis dari segi ekonomi, selat ini merupakan salah satu jalur pelayaran
terpenting di dunia, dimana sama pentingnya dengan Terusan Suez dan Terusan
Panama. Selat Melaka merupakan jalur pelayaran yang membentuk terusan antara
Lautan Hindi dan Lautan Pasifik, serta menghubungkan Negara-negara yang
menjadi tiga besar dalam jumlah penduduk terbanyak di dunia, yaitu India,
Indonesia dan China. Selain memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi, 2 Selat
Malaka juga termasuk selat terpanjang di dunia yang digunakan untuk navigasi
internasional. Hampir 30% perdagangan dunia dan 80% impor minyak ke Jepang,
Korea Selatan dan Taiwan transit melalui Selat Malaka, yang mewakili sekitar 11
Mb/d pada tahun 2003. Sebagai jalur utama antara Samudera Pasifik dan Hindia,
sehingga Selat Malaka menyebabkan kemacetan yang tak terhindarkan, dengan
Selat Sunda (Indonesia) menjadi alternatif terdekat (Kurniasari, 2018).
Dengan letak Selat Malaka yang sangat strategis inilah yang kemudian
membuat selat ini sangat rawan oleh berbagai ancaman dan kejahatan maritime

2
yang tidak hanya berfokus pada hal-hal yang menyangkut militer suatu negara
namun juga hal-hal keamanan lain seperti keamanan lingkungan, HAM, perluasan
daerah perdagangan dan investasi, pemberantasan kejahatan transnasional,
perdagangan barang-barang terlarang dan masih banyak lagi. Oleh karena itu,
diperlukan suatu strategi untuk dapat menjaga kestabilan kawasan di Selat Malaka
tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, ASEAN sebagai organisasi kawasan di Asia
Tenggara telah membentuk ASEAN Maritime Forum (AMF) yang diharapkan lebih
meningkatkan perhatian terhadap keamanan kelautan di wilayah Asia Tenggara
khususnya jalur-jalur perdagangan dunia seperti Selat Malaka.

2. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dalam paper ini
akan dibahasa bagaimanakah peran AMF dalam mengkontrol keamanan di wilayah
Selat Malaka dan perannya dalam mengatasi berbagai macam kejahatan
internasional seperti perompakan yang terjadi di sana.

3. Pembahasan
Apa itu ASEAN Maritime Forum (AMF)?
ASEAN Maritime Forum (AMF) dibentuk pada tahun 2010 sebagai dialog
ynag diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pemajuan kerja sama
maritime di ASEAN. AMF bertujuan untuk mendorong kerjasama maritim;
mengembangkan pemahaman bersama mengenai isu maritim kawasan dan global;
serta sebagai bagian dari upaya Confidence Building Measures (CBM) and
Preventive Diplomacy (PD). Pada perkembangannya, AMF lebih difokuskan untuk
dua tujuan utama, yakni untuk membahas isu-isu strategis terkait maritim dan
sinergi berbagai kerja sama maritim oleh badan sektoral ASEAN. AMF diharapkan
tidak hanya membahas isu keamanan maritim saja (security centric), tetapi juga
membahas dimensi lain dari isu maritim (Amrullah, 2017).
Pembahasan isu-isu maritim di AMF dilakukan dalam bentuk penyampaian
pandangan (exchange of views) dan disukusi. Kerja sama di AMF diharapkan dapat
melengkapi kerjasama maritim yang sudah ada di masing-masing badan sektoral
dan ARF. Sebagai forum dialog, AMF tidak mengeluarkan suatu keputusan atau

3
kesepakatan yang mengikat. AMF dapat mengeluarkan rekomendasi dan saran
kebijakan terkait maritim yang dapat diimplementasikan oleh badan sektoral dan
ARF. Hingga saat ini, AMF telah dilaksanakn enam kali. Sebagai pemrakarsa
utama terbentuknya forum tersebut, Indonesia telah menjadi tuan rumah
penyelenggaraan pertemuan inaugurasi AMF pada tahun 2010 di Surabaya dan
AMF ke-6 pada Oktober 2015 di Manado. Meskipun dalam Concept Paper AMF
disebutkan bahwa agenda pembahasan ditentukan oleh Negara Ketua ASEAN,
namun pada prakteknya, agenda AMF diusulkan oleh negara tuan rumah dengan
meminta masukan dari negara-negara anggota lainnya. Selayaknya sebuah forum
dialog, AMF beberapa kali juga dipakai untuk testing the water isu-isu yang
menjadi perhatian bersama di kawasan, baik untuk mengetahui posisi negara-
negara anggota ASEAN atau untuk membentuk suatu wacana (Amrullah, 2017).

Masalah Keamanan Maritim di Selat Malaka


Selat Malaka merupakan alur laut yang membentang sepanjang 800 KM
yang dilayari rata-rata 200 kapal dari berbagai tipe perharinya. Selain itu, 72 persen
tangker minyak juga melewati selat ini dalam pelayaran dari Samudera Hindia ke
Samudera Pasifik. Dalam hal ini, pengelolaan lingkungan laut bukan saja berarti
melindungi perairan dan pencemaran laut, seperti tumpahan minyak, namun juga
meliputi koordinasi dengan pihak militer agar perairan ini aman dari kemungkinan
gangguan keamanan). Dari aspek gangguan keamanan laut ynag terjadi di Selat
Malaka ini, Indonesia sendiri mengalami kerugian keuangan yang sangat besar.
Dari catatan yang dikeluarkan International Maritime Bureau (IMB), perompakan
ynag terjadi di kawasan Selat Malaka cenderung mengalami peningkatan yang
sangat drastis sejak tahun 1999. Pada tahun 1999 saja, jumlah perompakan ynag
terjadi di Selat Malaka dalam wilayah laut Indonesia adalah 113 dari 285 kasus dari
jumlah kasus yang dilaporkan. Sementara pada tahun 2000, terjadi peningkatan
kasus perompakan menjadi 119 kasus. Risiko ini tentunya mengancam sekitar 90%
perdagangan laut di dunia, sehingga dapat dikatakan bahwa perompakan laut
merupakan ancaman terhadap perdagangan global (Perwita, 2004).

4
Lokasi 2011 2012 2013 2014 2016 2017
Selat 2 1 1 5
Malaka
Indonesia 30 51 68 72 68 33
Malaysia 14 8 5 15 11 5
Myanmar 1
Philipina 2 3 2 5 8 5
Singapura 7 766 5 8 9 1
Thailand 2 1
Vietnam 6 4 6 2 19 6
Total 60 74 87 105 121 50
Tabel 1.1 Data Perompakan Asia Tenggara 2011-2016

Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam Memberantas Perompakan di


Perairan Selat Malaka
Peran yang dilakukan oleh AMF dalam menjaga keamanan maritim
dikawasan Asia Tenggara dalam kasus Perompakan di Perairan Selat Malaka pada
khususnya yaitu sebagai forum yang memfasilitasi dalam memberikan
perkembangan terkini dan pencegahanpencegahan yang tepat dalam menangani
perompakan di Selat Malaka, baik dalam bentuk Workshop, Sharing Informasi,
maupun rapat koordinasi dalam pertemuan ASEAN Maritime Forum. Perlunya
berkolaborasi dan berkoordinasi dengan sectoral bodies terhadap keamanan
maritim yang dapat melahirkan rekomendasi strategis. Hal ini menjadi bukti
keseriusan negara-negara ASEAN dalam forum ASEAN untuk memberantas
Perompakan di Perairan Selat Malaka. Forum ini memang bukanlah berperan secara
teknis dilapangan atau menghasilkan perjanjian yang dalam forum, namun hasil
dari laporan dalam forum dijadikan sebagai bahan kajian untuk melakukan
tindakantindakan penangkalan maupun mitigasi di lapangan oleh sektoral terkait.
AMF juga melakukan perluasan yang disebut Expanded ASEAN Maritime Forum
(EAMF) yang mengikutsertakan negaranegara dikawasan Asia Timur dan negara-
negara negara mitra ASEAN dengan tetap menjaga sentralitas ASEAN. Dalam
pertemuan EAMF mengikutsertakan organisasiorganisasi Internasional seperti

5
IMO, IMB, dan ILO maupun ReeCCAP untuk berdiskusi bersama mengenai
perkembangan kasus keamanan di Perairan Selat Malaka. Dengan adanya
Pembentukan AMF dan EAMF sebagai perluasan dan bagian daripada AMF yang
merupakan komitmen politik bersama bagi seluruh negara anggota ASEAN. Maka
aspek peran dalam teori organisasi internasional dapat menjelaskan peran AMF
dalam keamanan maritim di Asia Tenggara di perairan khususnya masalah
Perompakan di Selat Malaka (Gaol, 2017).

4. Kesimpulan
Hilangnya batas-batas negara dalam suatu kawasan regional, membawa
dampak pada cara pandang suatu negara terhadap pergerakan negara lain. Cara
pandang yang kemudian bukan hanya tentang hal yang positif, seringkali menjadi
suatu ancaman bagi negara lain yang merasa pesatnya perkembangan negara
tetangga sebagai sebuah hal yang defensif. Kemanan maritime merupakan salah
satu isu yang banyak menjadi fokus negara-negara di dunia dan harus menjadi
perhatian juga bagi masyarakat ASEAN. Hal ini mengingat letak geografis di
negara-negara Asia itu sendiri yang dikelilingi oleh dua samudera dan yang banyak
menjadi perhatian selama ini adalah salah satunya yaitu perairan Selat Malaka.
Selat Malaka merupakan alur laut yang membentang sepanjang 800 KM
yang dilayari rata-rata 200 kapal dari berbagai tipe perharinya. Selain itu, 72 persen
tangker minyak juga melewati selat ini dalam pelayaran dari Samudera Hindia ke
Samudera Pasifik. Dalam hal ini, pengelolaan lingkungan laut bukan saja berarti
melindungi perairan dan pencemaran laut, seperti tumpahan minyak, namun juga
meliputi koordinasi dengan pihak militer agar perairan ini aman dari kemungkinan
gangguan keamanan). Peran yang dilakukan oleh AMF dalam menjaga keamanan
maritim dikawasan Asia Tenggara dalam kasus Perompakan di Perairan Selat
Malaka pada khususnya yaitu sebagai forum yang memfasilitasi dalam memberikan
perkembangan terkini dan pencegahanpencegahan yang tepat dalam menangani
perompakan di Selat Malaka, baik dalam bentuk Workshop, Sharing Informasi,
maupun rapat koordinasi dalam pertemuan ASEAN Maritime Forum. Dengan
adanya Pembentukan AMF dan EAMF sebagai perluasan dan bagian daripada
AMF yang merupakan komitmen politik bersama bagi seluruh negara anggota

6
ASEAN. Maka aspek peran dalam teori organisasi internasional dapat menjelaskan
peran AMF dalam keamanan maritim di Asia Tenggara di perairan khususnya
masalah Perompakan di Selat Malaka.

7
Daftar Pustaka

Amrullah, D. Y. (2017, April 17). ASEAN Maritime Forum dan SInergi


Penguatan Kerjasama Maritim di ASEAN . Retrieved from kumparan.com
: https://kumparan.com/dara-yusilawati-amrullah/asean-maritime-forum-
dan-sinergi-penguatan-kerja-sama-maritim-di-asean
Gaol, T. L. (2017). Peran AMF Dalam Menjaga Keamanan Maritim . JOM FISIP
VOLUME 4 NO 1, 3-6 .
Kurniasari, S. (2018). Selat Malaka dalam Bingkai kerjasama Malacca Strait
Patrols Tahun 2011-2013. Repository Unissula , 1-2.
Perwita, A. A. (2004). Sekuritisasi Isu Maritim. GLOBAL Vol. 7 No. 1, 37.
Udayana, U. (2004). Persepsi Ancaman di Kawasan Asia Tenggara: Peran
ASEAN sebagai Primary Driving Force . simdos.unud.ac.id,
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4f7fb269725bac18
51b5b8b48c5c7c39.pdf.

Anda mungkin juga menyukai