Tugas UAS Agama
Tugas UAS Agama
DI INDONESIA
DISUSUN OLEH :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...iii
BAB I………………………………………………………………….……1
BAB II…………………………………………………………………...…2
BAB III………………………………………………………….…....……5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……6
iii
I. BAB I
II.
III. Definisi Polisi
IV.
Polisi adalah organisasi yang memiliki fungsi sangat luas sekali. Polisi
dan Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat negara
dengan kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan yang luas menjadi
penjaga tiranianisme, sehingga mempunyai citra simbol penguasa tirani.
Sedemikian rupa citra polisi dan kepolisian pada masa itu maka negara yang
bersangkutan dinamakan “negara polisi” dan dalam sejarah ketatanegaraan
pernah dikenal suatu negara “Politeia”. Pada masa kejayaan ekspansionisme dan
imprealisme dimana kekuasaan pemerintah meminjam tangan polisi dan
kepolisian untuk menjalankan tugas tangan besi melakukan penindasan terhadap
rakyat pribumi untuk kepentingan pemerasan tenaga manusia, keadaan ini
menimbulkan citra buruk
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering di singkat
dengan Polri dalam kaitannya dengan pemerintah adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada
masyarakat. Bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
masyarakat, serta terciptanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak azasi manusia hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata polisi
adalah : Suatu badan yang bertugas memelihara keamanan, ketentraman, dan
ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar hukum), merupakan suatu
anggota badan pemerintah (pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan
dan ketertiban)
1
Identitas polisi sebagai abdi hukum itu memang seharusnya demikian,
Polisi yang memberikan pengabdian, perlindungan, penerang masyarakat serta
berjuang mengamakan dan mempertahankan kemerdekaan dan mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur dengan semangat tri brata serta jiwa yang
besar.
V. BAB II
VI.
VII. Polisi Dalam Perspektif Islam
VIII.
Hukuman bagi pencuri adalah dipotong tangannya apabila telah memenuhi
syarat-syaratnya berdasarkan dalil Al Qur’an, hadits dan ijma. Allah berfirman:
ﷲِ َو ﱠ
ﷲُ َﻋِﺰﯾٌﺰ َﺣِﻜﻲ ﺴَﺒﺎ َﻧَﻜﺎًﻻ ِﻣَﻦ ﱠ
َ ﻄُﻌﻮا َأْﯾِﺪَﯾﮭَُﻤﺎ َﺟَﺰاًء ِﺑَﻤﺎ َﻛ
َ ﺴﺎِرَﻗﺔُ َﻓﺎْﻗ ُ ﺴﺎِر
ق َواﻟ ﱠ َواﻟ ﱠ.
َ ﺸَﺮِط ِﻣَﻦ ا
ﻷِﻣﯿِﺮ ﺐ اﻟ ﱡ َ ِﺑَﻤْﻨِﺰَﻟِﺔ،ﺳﻠﱠَﻢ
ِ ﺻﺎِﺣ َ ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋَﻠْﯿِﮫ َو
َ ي اﻟﻨﱠِﺒﱢﻲ
ِ ﺳْﻌٍﺪ َﻛﺎَن َﯾُﻜﻮُن َﺑْﯿَﻦ َﯾَﺪ َ ِإﱠن َﻗْﯿ
َ ﺲ ْﺑَﻦ
Artinya : “Sesungguhnya Qais bin Sa’ad berada di sisi Nabi SAW seperti kepala
polisi di sisi pemimpin (raja).” (HR Bukhori)
2
adalah kaki tangan penguasa, mereka dinamakan syurthoh, karena mereka
mereka memiliki ciri khusus yang dengannya mereka dapat
diidentifikasi. (Lisanul Arab 7/39)
Adapun secara Istilah makna syurthoh adalah aparat yang diandalkan
oleh khalifah atau gubernur dalam menjaga keamanan dan pemerintahan,
menangkap pelaku kriminal dan tugas-tugas administratif lainnya yang
menjamin keamanan dan ketentraman rakyat. (Tarikhul Islam As Siyasi wad
Dini wa Tsaqofi wal Ijtima’i 1/460)
Di dalam Ma’atsirul Inafah fi Ma’alimil Khilafah juga disebutkan bahwa tugas
polisi adalah membungkam orang bodoh, membuat jera orang sesat, menyelidiki
orang jahat, mengejar pelaku kriminal, mencari tempat persembunyian mereka,
menyelidiki rahasia mereka, melakukan pembuktian terhadap orang-orang yang
mereka tangkap, menerapkan hukum-hukum Allah yang sesuai dengan
pelanggaran yang mereka lakukan. (Maatsirul Inafah fi Ma’alimil Khilafah 3/23)
Polisi Syariah tidak bisa dilepaskan dari sejarah Aceh dan identitas ke-
Islamannya. Dalam profil Polisi Syariah Provinsi Aceh, disebutkan bahwa pada
awalnya, tuntutan tentang pelaksanaan Syariat Islam telah ada sejak negara
Indonesia ini terbentuk. Diawali dari masa Orde Lama, permintaan kepada
pemerintah pusat agar diberikan kewenangan untuk melaksanakan Syariat Islam
pernah dilakukan; namun tidak dipenuhi. Lahirnya DI-TII di Aceh sendiri adalah
manifestasi kekecewaan dari masyarakat Aceh terhadap penolakan tersebut.
Pada akhirnya, pada masa Orde Baru, Aceh diberikan keistimewaan dalam
bidang agama, pendidikan, dan adat istiadat.
Pada perkembangan selanjutnya, pasca perjanjian Helsinki, lahirlah
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 atau Undang-Undang Pemerintahan
Aceh (UUPA). Dalam pasal 244 ayat (1) disebutkan bahwa “Gubernur, Bupati/
Walikota dalam menegakkan ketertiban dan ketentraman umum dapat
membentuk Polisi Pamong Praja”, sedangkan dalam ayat (2) disebutkan bahwa
“Gubernur, Bupati/walikota dalam menegakkan Qanun Syariah dapat
membentuk Polisi Wilayatul Hisbah sebagai bagian dari Polisi Pamong Praja”.
3
Akhirnya, Pemerintah Aceh membuat Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun
2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul
Hisbah Provinsi Aceh. Berdasarkan ketentuan tersebut, cukup jelas bahwa
Wilayatul Hisbah merupakan bagian dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP), sebagai lembaga yang menegakkan Qanun Gubernur, Bupati/ Walikota di
wilayah Pemerintahan Aceh dalam penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat, serta pelaksanaan Syariat Islam. Adapun pengertian
dari Wilayatul Hisbah secara etimologis berasal dari bahasa arab yang terdiri
dari dua suku kata yaitu “wilayah” dan “hisbah”. Ramzi Murziqin (2010: 14-7)
menguraikannya dengan panjang lebar bahwa arti wilayah yakni lembaga yang
diberi wewenang dan tanggung jawab oleh negara, untuk melaksanakan tugas
kenegaraan tertentu sesuai dengan bidang tertentu. Dalam politik Islam, istilah
wilayah bermakna wewenang dan kekuasaan, yang dimiliki oleh institusi
pemerintahan untuk menegakkan jihad, keadilan, hudud, melakukan amar
ma’ruf nahi mungkar, serta menolong pihak yang teraniaya.
Adapun tugas Polisi Syariah atau Polisi Wilayatul Hisbah Provinsi Aceh
berdasarkan Qanun Nomor 5 Tahun 2007 Pasal 203 yakni memelihara dan
menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan
Daerah (Qanun), Peraturan Gubernur, Keputusan Gubernur, melakukan
sosialisasi, pengawasan, pembinaan, penyidikan, dan pelaksanaan hukuman
dalam lingkup peraturan perundangundangan di bidang Syariat Islam.
Qanun-qanun yang terkait dengan ranah kewenangan Polisi Syariah antara lain:
4
BAB III
5
DAFTAR PUSTAKA