Anda di halaman 1dari 8

INTERAKSI ANTARA MIKROBIOTA USUS DAN SISTEM

KEKEBALAN TUBUH MANUSIA

Fitri Elizabrth Br Hasibuan1) dan Beivy Jonathan Kolondam1)


1)
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado 95115
E-mail: fitrielizabeth19@gmail.com; beivy.kolondam@unsrat.ac.id

ABSTRAK
Sejumlah besar mikrobiota yang menghuni sistem pencernaan manusia memiliki peran penting
dengan sistem kekebalan tubuh. Mikrobiota ini melaksanakan fungsi penting untuk fisiologi
inang. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobiota. Jumlah mikrobioma pada
manusia paling banyak terdapat di usus, yaitu sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri
dari 1.000 spesies berbeda. Mikrobiota adalah seluruh mikroba yang hidup di tubuh manusia yang
terdiri dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh
manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki peran
pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia. Di sini ditinjau tentang interaksi antara koloni
mikroba dan sistem kekebalan tubuh dan implikasi dari temuan ini bagi kesehatan manusia.
Kata-kata kunci: mikrobiota usus, sistem kekebalan tubuh, interaksi, bakteria.

INTERACTION BETWEEN GUT MICROBIOTA AND


THE HUMAN IMMUNE SYSTEM

ABSTRACT
Most of the gut microbiota has important role in human immune system. These microbiota
conducts important function for host physiology. The microbiota in the human body can range
around 10 to 100 billion in number which contained 1,000 different species. Microbiota are the
whole microbes living in human body such as bacteria, archaea, virus, and fungi, located on the
skin or inside the vagina, nose and mouth. Bacteria in human microbiome has important roles in
nutrition, immunity, and human development. This article discussed about interaction of microbes
and immune system along with the implication of the interaction for human health.
Keywords: Gut microbiota, immune system, interaction, bacteria

PENDAHULUAN peran pada imunitas, nutrisi, dan


perkembangan manusia. Hasil penelitian
Sistem gastrointestinal manusia
mengatakan, microbioma atau mikrobiota
adalah rumah dari sebagian besar mikroba
(kumpulan bakteri) pada setiap
seperti mikrobiota usus. Usus manusia
orang berbeda sebagai akibat dari efek diet,
memiliki sekitar 100 triliun sel-sel
gaya hidup, dan sumber bakteri di masa
mikrobiota yang terdiri dari 1.000 spesies
kecil (Prakash et al.,2011).
yang berbeda. Mikrobiota merupakan suatu
Mikrobioma berperan pada
kumpulan yang kompleks dari bakteri,
pengaturan proses biologis dan fisiologis
archae, virus, dan jamur yang pada
tubuh. Adanya disfungsi sistem imun dan
umumnya hidup di setiap bagian tubuh
kesalahan regulasi inflamasi merupakan
manusia seperi kulit, vagina, hidung dan
penyebab non-communicable disease and
mulut. Mikrobioma yang berasosiasi dengan
conditions (NCDs). Selain itu, gangguan
manusia disebut mikrobiota, namun
pada mikrobioma dapat meningkatkan risiko
penggunaan kata “mikrobioma” dan
infeksi (Dietert, 2015). Dalam saluran
“mikrobiota” sering digunakan bersamaan.
gastrointestinal juga ditemukan sejumlah
Jumlah mikrobioma pada manusia paling
besar mikroorganisme (mikroflora) yang
banyak terdapat di usus (Dietert, 2015).
dalam keadaan eubiosis (status seimbang
Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki
antar populasi bakteri di dalam saluran
36 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017

gastrointestinal) mampu menjalankan Prevotella sp. Terdapat perbedaan antara


berbagai fungsi penting yang bermuara pada spesies mikrobiota bayi yang dilahirkan
menjaga kesehatan tubuh secara dengan persalinan normal dan operasi sesar.
keseluruhan. Dalam kondisi dysbiosis Mikrobiota pada bayi yang dilahirkan secara
(kondisi ketidakseimbangan antar populasi sesar yaitu Clostridium sp., Staphylococcus
mikroflora dalam saluran gastrointestinal, sp., Propionobacteriu sp., dan
kondisi disfungsi mikroflora Corynebacterium sp. (Gritz, 2015).
gastrointestinal), mikroflora tersebut dapat Mikrobioma di saluran gastrointestinal bayi
menyebabkan munculnya berbagai gangguan yang baru lahir akan serupa dengan
kesehatan (Rolfe, 2000). Ini berarti, agar mikrobioma orang dewasa selama tahun
tetap sehat maka keseimbangan populasi pertama kehidupannya. Seiring dengan
mikroflora gastrointestinal harus terjaga. pertambahan usia akan terjadi perubahan
Sejumlah besar mikroorganisme mikrobioma karena dipengaruhi oleh ASI,
yang menghuni permukaan tubuh mamalia demam, pengenalan terhadap makanan
memiliki hubungan yang sangat berkaitan pendamping ASI, dan penggunaan antibiotik
dengan sistem kekebalan tubuh. Meskipun (Ursell et al., 2012).
banyak dari mikroba ini melaksanakan Terdapat perbedaan jenis mikroba
fungsi yang sangat penting untuk fisiologi pada bayi yang mendapatkan ASI dengan
inang, mereka tetap menimbulkan ancaman yang mendapatkan susu formula.
sebagai patogen bagi tubuh. Sistem Perkembangan pada periode perinatal
kekebalan tubuh manusia memainkan peran merupakan masa yang penting karena terjadi
penting dalam mempertahankan homeostasis modifikasi yang mempengaruhi sistem imun
dengan mikrobiota, sehingga memastikan dan penyakit yang berhubungan dengan
bahwa hubungan mutualisme dengan inang inflamasi. Perkembangan mikrobioma
dapat dipertahankan. Pada waktu yang diawali dengan transmisi secara vertikal dari
bersamaan, mikrobiota dapat membentuk mikrobiota maternal. Kolonisasi mikrobioma
sistem kekebalan manusia. Oleh karena itu, di mukosa sistem pencernaan, sistem
paradigma baru mengemukakan bahwa pernapasan, saluran urogenital, dan kulit
sistem kekebalan tubuh telah berkembang dipengaruhi oleh waktu pajanan dengan
untuk mengakomodasi kolonisasi dari mikrobiota maternal. Lingkungan di dalam
mikrobiota simbiosis yang bertambah uterus bersifat steril, sehingga tidak terjadi
kompleks namun tetap mempertahankan kolonisasi mikroba tetapi, kolonisasi
kapasitas untuk melawan patogen. mikroba dapat terjadi sebelum persalinan.
Bagaimana koloni bakteri dari usus dapat Kolonisasi mikroba terjadi karena telah
mempengaruhi perkembangan dan fungsi terpajannya janin dengan plasenta dan
dari sistem imun menjadi pusat meconium (Gritz dan Bhadhari, 2015).
pembelajaran yang menarik (Hooper et al., Di plasenta terdapat berbagai
2012). Di sini, kami membahas prinsip- mikrobiota seperti Firnicutes, Tenericutes,
prinsip yang mengatur hubungan interaksi Proteobacteria, Bacteroidetes, dan
antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan Fusobacteriaphyla. Mikrobiota tersebut
tubuh inang, baik dalam kesehatan dan sama dengan mikrobiota yang terdapat di
penyakit. mulut manusia. Pada minggu pertama awal
kehidupan, kolonisasi mikrobiota di usus
Mikrobiota di Awal Perkembangan dipenuhi oleh Actinobacteria,
Collado et al. (2006) menyatakan Proteobacteria, Bacteroidetes, dan
bahwa pencegahan NCDs dapat dilakukan Firmicutes. Mikroba yang terdapat di
dengan memperhatikan mikrobioma sejak meconium sama dengan mikroba di cairan
awal kehidupan. Sistem gastrointestinal bayi amnion karena ketika sistem saraf janin
akan memberikan lingkungan baru bagi mulai berkembang, janin dapat menelan
kolonisasi mikroba. Mikrobiota bayi yang cairan amnion. Oleh karena itu, lingkungan
dilahirkan dengan persalinan normal usus janin dapat menjadi tempat kolonisasi
memiliki kemiripan dengan mikrobiota di mikroba sehingga tidak steril (Sudarmono,
vagina ibunya pada 20 menit awal 2016).
kehidupan. Spesies mikrobiota yang
ditemukan ialah Lactobacillus sp. dan
Hasibuan dan Kolondam: Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan ……………… 37

Gambar 1. Mikrobiota usus dalam perkembangan dan penyakit. Pengaruh dari mikrobiota usus
terhadap kesehatan manusia adalah berkelanjutan dari lahir hingga dewasa. Faktor
lingkungan, faktor nutrisi, dan faktor telah dilibatkan dalam perkembangan untuk
simbiosis dari kesehatan usus dan mikrobiota (Nicholson et al., 2012).

Menariknya, setiap perubahan beberapa karbohidrat yang belum tercerna


makanan diikuti dengan perubahan pada untuk mengkonsumsi, karena beberapa jenis
mikrobiota pencernaan dan peningkatan mikrobiota usus memiliki enzim dimana sel-
ekspresi gen. Sebagai contoh, pada bayi sel manusia tidak mampu untuk
yang mulai mengenal makanan dewasa, memecahkannya khususnya polisakarida
ekspresi gen mikrobioma terkait biosintesis (Clarke et al., 2014). Bakteri mengubah
vitamin dan pencernaan polisakarida karbohidrat dengan cara berfermentasi
meningkat. Dengan demikian, interaksi menjadi asam lemak rantai pendek (SCFAs)
antara mikrobiota manusia dan lingkungan disebut fermentasi sakarolitik. Produknya
menjadi amat dinamis (Ursell et al., 2012). meliputi asam asetat, asam propionat, dan
asam butirat. Produkini dapat digunakan
Peran Mikrobiota oleh sel inang, menyediakan sumber utama
Bakteri yang hidup di dalam tubuh energi dan nutrisi bagi manusia, serta
manusia merupakan koloni bakteri yang membantu tubuh menyerap mineral
bermanfaat. Peran mikrobioma adalah penting seperti kalsium, magnesium, dan zat
membantu mencerna makanan, mengatur besi (Gibson dan Glenn, 2004). Gas
sistem imun, dan perlindungan terhadap dan asam organik (seperti asam laktat) juga
bakteri pathogen. Mikrobioma berada di diproduksi oleh fermentasi sakarolitik
kulit, sistem gastrointestinal, saluran napas, (Guarner dan Malagelada, 2003). Asam
dan saluran urogenital; saluran yang asetat digunakan oleh otot, asam propionat
berhubungan langsung dengan dunia luar membantu hati menghasilkan ATP, dan
sehingga dapat terpajan langsung oleh faktor asam butirat memberikan energi untuk sel
eksternal, seperti makanan, udara, dan obat- usus dan dapat mencegah kanker (Beaugerie
obatan. Setiap individu memiliki respons et al., 2004). Bukti lain yang menunjukkan
berbeda pada metabolisme mikrobioma bahwa bakteri meningkatkan penyerapan
(Dietert, 2015). dan penyimpanan lipid kemudian
Tanpa mikrobiota usus, tubuh memfasilitasi tubuh untuk menyerap vitamin
manusia tidak akan mampu memanfaatkan
38 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017

yang diperlukan seperti vitamin K (Sears, lysozymes, cathelicidins, fosfolipase-A2,


2005) . dan C-jenis lektin) (Goto dan Ivanov,
Mikrobiota juga mensintesis vitamin 2013). Selanjutnya, ECs mengekspresikan
(seperti biotin dan folat) dan membantu reseptor pengenalan pola (PRRS), yang
penyerapan unsur makanan (termasuk meliputi reseptor Toll-like (TLR), reseptor
magnesium, kalsium dan zat besi) (O'Hara, Nod-seperti (NLRs), dan Rig-I sseperti
2006). Archae seperti Methanobrevibacter reseptor (Lavelle et al., 2010). Sebuah jenis
smithii terlibat dalam pemindahan produk sel yang sangat penting hadir dalam lapisan
akhir fermentasi bakteri seperti hidrogen IECs adalah sel M. Sel-sel ini bekerja secara
(Sherwood et al., 2013). langsung dengan sistem kekebalan tubuh,
Disfungsi mikrobioma dapat sampling antigen dari lumen dan membawa
menimbulkan penyakit seperti penyakit mereka dengan cara searah untuk antigen sel
autoimun (diabetes, rheumatoid arthritis, presentasi lokal di bawah epitel (Goto dan
distrofi otot, multiple sclerosis, dan Ivanov, 2013). Sel enteroendokrin juga
fibromialgia). Akumulasi mikroba penyebab bertindak dalam perlindungan penghalang
penyakit akanmenyebabkan perubahan usus dengan memproduksi enteroendokrin
aktivitas gen dan metabolik. Akibat peptida glukagon-like peptide-2 (GLP-2),
perubahan tersebut adalah abnormalitas yang diatur oleh status gizi inang, seperti
sistem imun, sehingga akanmenyerang zat rantai pendek produksi asam
dan jaringan yang pada keadaan normal lemak. Karakteristik utama dalam fungsi
terdapat di dalam tubuh (Ursell et al., 2012). penghalang usus GLP-2 yang merangsang
usus proliferasi sel epitel; meningkatkan
Penghalang Usus ekspresi usus protein persimpangan
Pada dasarnya, interaksi spasial ketat; dan mengatur sistem kekebalan tubuh
antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus bawaan dengan mengontrol ekspresi peptida
dapat dibagi menjadi tiga lapisan. Lapisan antimikroba yang diproduksi oleh sel Paneth
pertama, menghadap ke lumen usus, terdiri (Cani et al., 2013).
terutama oleh lendir dan dapat dibagi Lapisan ketiga, di bawah IECs,
menjadi dua sub-lapisan: sublapisan luar, dibentuk oleh lamina propria dan
kurang padat, sangat dijajah oleh mesenterium. Unsur-unsur sistem kekebalan
mikrobiota, sedangkan lapisan mukosa tubuh gut-associated lymphoid tissue
bagian dalam terdiri dari konsentrasi tinggi (GALT) berada dalam lapisan ini. Di lamina
antimikroba bakterisida peptida (AMP) dan propria, terisolasi limfoid folikel dewasa
sekretori IgA (SIgA) khusus untuk (ILFs), yang terbentuk dari patch crypt
mikroorganisme yang menguntungkan. (prenatal) dan patch Peyer (PPs), dapat
Lapisan kedua terdiri dari lapisan tunggal ditemukan. Microbe-associated molecular
dari sel epitel usus (IECs) yang berhubungan patterns (MAMPs) yang berasal dari koloni
dengan lamina propria (LP) di permukaan bakteri dirasakan oleh PRRS di IECs atau
basolateral dan dengan lapisan mukosa pada sel dendritik (DC) yang merekrut dan
permukaan apikal. IEC yang disusun oleh mengaktifkan T dan sel B di ILFs.PP, di
beberapa jenis sel, seperti sel-sel goblet yang bawah IECs, menerima antigen melalui sel-
menghasilkan musin (membentuk sel M dan meneruskannya ke DC, yang
lendir); enterosit serap dan sel berinteraksi dengan sel T dan B. Dalam PP
enteroendokrin, baik memproduksi dan ILFs ada beberapa sel plasma yang
cholecystokinin dan ghrelin (yang mengatur biasanya memproduksi dan melepaskan IgA
nafsu makan);sel Paneth, produsen (Kamada et al., 2013).
terkemuka AMP; dan sel M, yang terlibat
dalam menangkap antigen untuk menyajikan
mereka untuk sistem kekebalan tubuh
(Collins et al., 2012; Johansson, 2014).
IECs memiliki peran yang sangat
penting dalam memisahkan organ-organ
tubuh dari lingkungan luar melalui
pembentukan persimpangan ketat dan
sekresi lendir dan AMP (seperti defensin,
Hasibuan dan Kolondam: Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan ……………… 39

Gambar 2. Penghalang usus dan perubahannya selama pathogenesis oleh GVHD (Heidegger et
al., 2014)

Interaksi Mikrobiota dan Sistem Imun 2010).Immunoglobulin ini mampu


Usus mencegah pengikatan bakteri komensal pada
Interaksi fungsional antara epitel inang dan dengan demikian terlibat
mikrobiota dan sistem kekebalan usus dalam pembentukan usus mikrobiota
dimulai dengan bakteri komensal yang (Macpherson et al., 2012).
mempromosikan lingkungan anti-inflamasi Dalam konteks dysbiosis, kehadiran
(Gambar 3). Dalam konteks simbiosis, patogen dapat mengganggu lingkungan anti-
MAMPs terus merangsang IECs untuk inflamasi diatur ini. Ketika patogen enterik
mengeluarkan regenerasi γ REGIII ke mengatasi bakteri komensal,
lumen, thymus stroma lymphopoietin ketidakseimbangan antara komensal dan
(TSLP), IL-33, IL-25, dan pertumbuhan bakteri patogen menyebabkan pembebasan
tumor factor β (TGF-β) di bawah yang signifikan dari MAMPs. Peningkatan
epitel. Mediator imunologi mendorong MAMPs ini dapat menginduksi IECs, DC
perkembangan makrofag tolerogenic dan DC diaktifkan, dan makrofag untuk
tolerogenic (Maynard et al., 2012). DC mengeluarkan sitokin inflamasi seperti IL-
tolerogenic menghasilkan TGF- β dan asam 1 β, IL-6, IL-12, dan IL-23.Sitokin ini
retinoat (RA) yang merangsang merangsang perkembangan efektor CD4 + T
perkembangan sel-sel peraturan T. Dengan helper 1 (TH1) sel dan sel TH17 (yang
demikian, melalui sel-sel Treg (yang memproduksi IL-17A, IL-17F, dan IL-22)
menggunakan mekanisme beragam yang mengakibatkan peradangan kronis
regulasi), makrofag (yang menghasilkan IL- (Maynard et al., 2012). Dalam konteks ini,
10), dan DC tolerogenik, sistem kekebalan IL-22 sitokin memiliki peran
usus mampu membangun dan memelihara penting. Molekul ini, diproduksi oleh sel
lingkungan anti-inflamasi. Selain peran TH17 dan oleh sel kekebalan bawaan
regulasi penting dari TGF- β, sitokin ini (seperti NK-sel dan sel γδ T), bertindak pada
dikaitkan dengan zat epitel yang diturunkan sel-sel epitel usus dengan menginduksi
lainnya (seperti sel B activating factor ekspresi beberapa AMP sebagai γ REGIII
(BAFF) dan proliferasi-inducing ligand dan β REGIII yang secara langsung
(Aprill)), dalam rangka mendorong mempengaruhi mikrobiota. Menariknya, sel
pengembangan IgA- memproduksi sel (sel proinflamasi diaktifkan tampaknya bekerja
plasma) (Fagarasan et al., baik dalam simbiosis dan dysbiosis; Namun,
40 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017

dalam kasus simbiosis, sel-sel proinflamasi kekebalan tubuh dan menyebabkan


yang dikendalikan dengan mekanisme homeostasis. Dalam konteks ini, Smith et
pengaturan (DC tolerogenic dan makrofag al. (2013) menunjukkan bahwa tikus yang
dan sel peraturan T) dan berkontribusi bebas bakteri memiliki penurunan yang
dengan melepaskan IL-22, yang signifikan pada konsentrasi tiga jenis yang
mempromosikan produksiγ REGIII oleh paling melimpah dari asam lemak rantai
IECs dan membantu untuk melindungi pendek (SCFA: asam asetat, asam propionat,
barrier epitel (Maynard et al., 2012). dan asam butirat) menunjukkan hubungan
Meskipun mekanisme yang antara molekul-molekul dan kekebalan
dijelaskan di atas sudah diketahui dengan masalah yang dihadapi oleh jenis
pastidengan didukung berbagai publikasi, tikus. Untuk memperjelas pertanyaan ini,
banyak aspek dari hubungan mikroba dan tikus bebas bakteri diobati dengan SCFA
sistem kekebalan tubuh yang masih harus (individual atau dalam kombinasi) selama 3
dijelaskan. Selain itu, studi terbaru telah minggu. Seperti yang diharapkan, tikus ini
menambahkan bukti lebih lanjut yang menunjukkan peningkatan frekuensi dan
menunjukkan bagaimana mikrobiota dan jumlah sel Treg kolon, yang tidak terjadi
sistem kekebalan tubuh dapat berinteraksi dengan TH1 atau TH17 sel. Perlakuan
untuk mempertahankan homeostasis. SCFA juga mampu menginduksi
peningkatan FoxP3 dan IL-10 ekspresi gen
Bukti-bukti baru tentang Mikrobiota dan IL-10 produksi, menunjukkan bahwa
Usus dan Sistem Kekebalan SCFA dapat menginduksi khusus +IL-10-
Studi terbaru lainnya telah memproduksi sel Treg FoxP3. Selain itu,
membahas interaksi antara mikrobiota usus pengobatan SCFA mampu juga untuk
dan sistem kekebalan tubuh. Interaksi ini mengurangi gejala T sel model-transfer
mungkin terkait dengan menjaga kolitis. Secara kolektif, hasil ini
keseimbangan antara mikrobiota usus dan menunjukkan bahwa SCFA memainkan
sistem sumbu kekebalan tubuh, baik lokal peran penting dalam mempertahankan
dan sistemik. homeostasis melalui sel-sel Treg.
Masahata et al. (2014) menunjukkan Perubahan fungsi penghalang
adanya hubungan antara sel-sel sekresi-IgA gastrointestinal, yang disebabkan oleh
dan komposisi mikrobiota. Dalam penelitian perubahan diet, juga dapat mengembangkan
ini, menafsirkan pentingnya hubungan usus endotoxemia (Pendyala et al., 2012). Selama
buntu dengan jaringan limfoid di IgA dalam dysbiosis, usus mikrobiota dapat
mensekresi generasi sel dari tikus yang menghasilkan tingkat tinggi endotoksin,
bebas bakteri dan tikus yang diserang bakteri dalam aliran darah menyebabkan induksi
usus buntu. Penelitian ini menemukan ringan dan berkesinambungan mediator
penurunan sel IgA yang mensekresi di usus proinflamasi, yang mengakibatkan
besar, serta penurunan tingkat IgA di feses. peradangan sistemik ringan. Bagian
Bersamaan dengan itu, terlihat penurunan inflamasi ini berkontribusi pada
yang signifikan dalam jumlah spesies bakteri perkembangan banyak penyakit manusia,
feses pada tikus yang terkena usus termasuk obesitas, diabetes tipe 2, hati dan
buntu. Namun menariknya, perbedaan- penyakit kardiovaskular, dan penyakit
perbedaan dari jumlah sel sekresi-IgA dan inflamasi usus.
koloni bakteri menghilang setelah delapan
minggu penjajahan. Normalisasi pada sel
sekresi-IgA di kolon berkorelasi dengan
peningkatan dan pembesaran jaringan
limfoid usus. Dengan demikian, hasil ini
menunjukkan bahwa sel-sel sekresi-IgA
terlibat dalam pemeliharaan homeostasis
mikroba dalam ususbesar dan berkontribusi
untuk membentuk koloni mikroba normal.
Beberapa penelitian lain mencoba
untuk mengidentifikasi metabolit dari
mikrobiota dapat mempengaruhi sistem
Hasibuan dan Kolondam: Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan ……………… 41

Gambar 3. Interaksi fungsional antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus. Keseimbangan
evolusi dipengaruhi oleh tekanan lingkungan (Maranduba et al., 2014)

DAFTAR PUSTAKA Collado, MC., Surono, IS., Meriluato, J.,


Salminen, S. 2006. Potencial probiotic
Beaugerie, Laurent, Petit, Jean-Claude. characteristic of Lactobacillus and
2004. Antibiotic-associated diarrhoea. Enterococcuc strain isolated from
Best Practice & Research Clinical traditional dadih fermented milk
Gastroenterology 18 (2): 337–52. against pathogen intestinal
Cani, P. D., Everard, A., dan Duparc, T. colonization. J Food Protection 70(3):
2013. Gut microbiota, 700-705.
enteroendocrine functions and Dietert RR, Dietert JM. 2015. Review: the
metabolism. Current Opinionin microbiome and sustainable
Pharmacology 13(6): 935–940. healthcare. Healthcare. 3: 100-129.
Clarke G, Stilling RM, Kennedy PJ, Stanton Fagarasan, S., Kawamoto, S., Kanagawa, O
C, Cryan JF and Dinan TG. 2014. dan Suzuki, K. 2010.
Minireview: Gut microbiota: the Adaptiveimmune regulation in the
neglected endocrine organ. Mol. gut: T cell-dependent and T cell-
Endocrinol. 28 (8): 1221–1238. independent IgAsynthesis. Annual
Collins, S. M., Surette, M., dan Bercik, P. Review of Immunology 28(1): 243-
2012. The interplay between the 273.
intestinal microbiota and the brain. Gibson, Glenn R. 2004. Fibre and effects on
Nature Reviews Microbiology probiotics (the prebiotic concept).
10(11):735–742. Clinical Nutrition Supplements 1(2):
25-31.
42 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017

Gritz EC, Bhandari V. 2015. The human Masahata, K., Umemoto, E., Kayama, H.
neonatal gut microbiome: a brief 2014. Generation of colonic IgA-
review. Frontiers in Pediatrics 3:1-12. secreting cells in the caecal patch.
Goto, Y. dan Ivanov, I. I. 2013. Intestinal Nature Communications 5: 3704.
epithelial cells as mediators of the Maynard, C. L., Elson, C. O., Hatton, R. D.,
commensal-host immune crosstalk. and Weaver., C. T. 2012. Reciprocal
Immunology and Cell Biology 91(3): interactions of the intestinal
204-214. microbiota. Nature 489 : 231-241.
Guarner, F dan Malagelada, J. 2003. Gut Nicholson, J.K., Holmes, Elaine., Kinross,
flora in health and disease. The James., Burcelin, Remy., Gibson,
Lancet. 361 (9356): 512–519. Glenn., Jia, Wei., Pettersson, Sven.
Heidegger, S., Van den Brink MR., Haas T., 2012. Host-Gut Microbiota Metabolic
Poeck, H. 2015. The role of pattern- Interactions. Science 336: 1262.
recognition receptors in graft-versus- O'Hara, Ann M; Shanahan, Fergus. 2006.
host disease and graft-versus- The gut flora as a forgotten organ.
leukemia after allogeneic stem cell EMBO Reports 7(7): 688–693.
transplantation. Frontiers in Pendyala, S., Walker, J. M. dan Holt, P. R.
immunology 5: 337. 2012. A high-fat diet is associated
Hooper, L.V., Littman, DR., Macpherson, with endotoxemia that originates from
A.J. 2012. Interactions between in the gut. Gastroenterology
microbiota and the immnune system. 142(5):1100–1101.
Science 336. Prakash, Satya., Rodes, Laetitia., Charley,
Johansson, M., Larsson, J. H., dan Hansson, MC., Duchesneau, CT. Gut
G. 2011. The two mucus layers of microbiota: next frontier in
colon are organized by the MUC2 understanding human health and
mucin, whereas the outer layer is a development of biotherapeutics.
legislator of host-microbial interact- Biologics: Targets and Therapy 5: 71-
tions. Proceedings of the National 86.
Academy of Sciences USA 108(1): Rolfe RD. 2000. The Role of Probiotic
4659-4665. Cultures in the Control Of
Kamada, N., Seo, S., Chen, G., dan N´u˜nez. Gastrointestinal Health. J. of Nutr.
G. 2013. Role of the gut microbiota in 130: 396-402.
immunity and inflammatory disease. Sears, Cynthia L. 2005. A dynamic
Nature Reviews Immunology 13(5): partnership: Celebrating our gut flora.
321-335. Anaerobe. 11 (5): 247-251.
Macpherson, A.J., Geuking, M.B. dan Sudarmono PP. 2016. Mikrobioma:
McCoy, K.D. 2012. Homeland Pemahaman Baru tentang Peran
Security: IgA immunity at the Mikroorganisme dalam Kehidupan
frontiers of the body. Trends in Manusia. Mikrobioma, 4(2).
Immunology 33(4): 160-166.
Ursell LK, Metcalf JL, Parfrey LW, Knight
Maranduba, C.M.D.C., Castro, S.B.R.D., R. 2012. Defining the human
Souza, G.T.D., Rossato, C., Guia, microbiome. Nutr Rev. 70: 38-44.
F.C.D., Valente, M.A.S., Rottore,
J.V.P., Maranduba, C.P., Souza,
C.M.D., Carmo, A.M.R.D., Macedo,
G.C. dan Silva, F.D.S. 2015. Intestinal
microbiota as modulators of the
immune system and neuroimmune
system: impact on the host health and
homeostasis. Hindawi Publishing
Corporation. Journal of Immunology
research 2015.

Anda mungkin juga menyukai