Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EVALUASI PENDIDIKAN

“Alat Ukur Non Tes”

Oleh:

Kelompok 1

Maria Rizky Amalia (A1I118001)


Marsalina (A1I118005)
Jana (A1I118009)
Rahardian Evendi (A1I116061)
Sitti Aisyah Arafah Rusada (A1I115065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah Evaluasi Pendidikan tentang ‘Alat Ukur Non Tes’.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Kendari, 17Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................iv
A. Latar belakang..............................................................................................iv

B. Rumusan Masalah.........................................................................................v

C. Tujuan...........................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................1
A. Pengertian Alat Ukur Non Tes......................................................................1

B. Contoh Alat Ukur Non Tes...........................................................................1

BAB III PENUTUP.........................................................................................................12


A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting


dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut
merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana
pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi  penilaian
hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah
awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan
biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling
banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses
pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain
yakni teknik “NON TES”.
Alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar non test terutama
digunakan untuk mngukur perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan
ranah kognitif,efektif, maupun psikomotor terutama yang berhubungan
dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik daripada apa
yang diketahui dan dipahaminya. Dengan kata lain alat pengukuran seperti itu
terutama berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dapri pada
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan
indera. Di samping itu, alat ukur seperti ini memang merupakan satu kesatuan
dengan alat ukur tes lainnya, karena tes pada umunya mengukur apa yang
diketahui, dipahami,diaplikasikan atau yang dapat dikuasai oleh peserta didik
dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Tetapi, belum ada jaminan
bahwa mereka yang memiliki kemampuan mental itu dapat didemonstrasikan
dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa alat ukur lain yang
dapat memeriksa kemampuan atau penampilan tentang apa yang telah
diketahui dan dimiliki dalam tindakan sehari-hari. Jadi alat ukur non test
merupakan bagian keseluruhan dari alat ukur hasil belajar peserta didik.

iv
Dengan tehnik non test maka penilaian atau atau evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik,
melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi),
melakukan wawancara, menyebarkan angket (quetionnaire), skala
pengukuran sikap, studi kasus dan sosiometri dan riwayat hidup.
Kuisioner dan wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai
ranah kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan
aspirasinya disamping aspek efektik dan perilaku individu. Skala dapat
digunakan untuk menilai aspek efektif seperti skala sikap dan skala minat
serta ranah kognitif seperti skala penilaian. Pengamatan biasanya dilakukan
untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan
tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang komprehensif
mengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiomettri pada umumnya
digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama hubungan
sosialnya.
Penggunaan nontest untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil
belajar peserta didik. Para guru disekolah pada umumnya lebih banyak
menggunakan tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih
praktis, yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang
diperolehsiswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa yang dimaksud dengan alat ukur non tes?
2. Seperti apakah alat-alat penilaian non test itu?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian alat ukur non tes.
2. Untuk mengetahui alat-alat penilaian non test.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Ukur Non Tes

Penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes
dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa
menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara
teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk
mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, karakteristik, sikap,
atau kepribadianterutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat
atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya.
Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat
diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat
diamati dengan Panca indera.
Selama ni teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknik tes.
Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian menggunakan
teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan
keterampilan dalam pengmabilan keputusan yang dilakukan guru pada saat
menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

B. Alat Ukur Non Tes


1. Pengamatan (observasi)
a. Pengertian Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatansecara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Pengamatan
sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi
buatan. Dengan kata lain pengamatan dapat mengukur atau menilai

1
hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada saat
belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi
siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat
peraga pada waktu mengajar. Pengamatan ini dapat dilakukan pada
waktu proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan terlebih
dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku apa yang akan
di amati, lalu dibuat pedoman agar  memudahkan dalam pengisian
observasi. Bentuk pengisian pedoman bisa secara bebas dalam
bentuk uraian, bisa pula dengan bentuk memberi tanda cek (V)
pada kolom jawaban observasi bila pedoman yang dibuat telah
tersedia jawabannya (terstruktur).
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian
bergantung pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh
sebab itu, memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai
segi-segi yang diamati itu sangat diperlukan. Observasi untuk
menilai proses pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru di kelas
pada saat siswa melakukan kegiatan belajar. Untuk itu guru tidak
perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi mencatat
secara teratur gejala dan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa.

b. Tujuan Observasi
Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk:
1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
2) Mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena,
baik yang berupa peristiwa maupun tindakan.
3) Mengukur perilaku kelas ( baik perilaku guru maupun peserta
didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor
yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial.
4) Menilai tingkah laku individu atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya.

2
c. Jenis- jenis Pengamatan atau observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3
macam:
1) Observasi partisipatif (participant observation) dan nonpartisipatif
(non-participant observation)
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang
mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observer tidak mengambil bagian dalam kegiatan
yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar
garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum
dilakukan, observer sudah mengatur struktur yang berisi kategori
atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi
nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat
stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis
misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah
membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang:
kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan
kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan
tingkah laku murid dalam menanam bunga.
3) Observasi Experimental dan observasi nonexperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan
secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk
mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat
dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan observasi
noneksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi
yang wajar. Pada observasi eksperimental, tingkah laku
diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan, maka

3
observer perlu persiapan yang benar-benar matang, sedangkan
pada observasi non eksperimental pelaksanannya lebih sederhana.

d. Kelebihan Pengamatan atau Observasi


Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain:
1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku
anak.
2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak
dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data
yang diperoleh dari tehnik lain, misalnya wawancara atau angket.
4) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya
sebentar dan tidak langsung memegang peran.

e. Kelemahan Pengamatan atau Observasi


Observasi juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1) Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag
yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati
sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui
dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia
kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira,
dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi
dirahasiakan.
2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat,
agar observer merasa senang.
3) Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca,
bahkan ada kesan yang kurang menyenagkan dari observer atau
observasi itu sendiri.

4
4) Jika yang diamati memakan waktu yang lama, maka observer
sering mengalami jenuh.
5) Kurang cermat, kurang konsentrasi, lekas bosan sehingga hasil
pengamatannya sering dipengaruhi oleh pendapatnya, bukan yang
ditunjukkan oleh objek yang diamatinya (terjadi pada pengamat).

f. Langkah-langkah menyusun observasi


Langkah-langkah menyusun observasi
1) Merumuskan tujuan observasi
2) Membuat kisi-kisi observasi
3) Menyusun pedoman observasi
4) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang
berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiannya
maupun penampilan guru dalam pembelajaran.
5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat
kelemahan-kelemahan pedoman observasi.
6) Merefisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan sedang berlangsung
8) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

g. Contoh format observasi :


Topik diskusi :..................
Kelas/semester : ................
Bidang studi : ................
Nama siswa yang diamati :.................
Hasil pengamatan
Aspek yang di amati keterangan
tinggi sedang rendah
1. Memberikan pendapat
untuk pemecahan
masalah.
2. Memberikan tanggapan
terhadap orang lain.
3. Mengerjakan tugas

5
yang diberikan.
4. Toleransi dan mau
menerima pendapat
siswa lain.
5. Motivasi siswa yang
mengerjakan tugas-
tugas.
6. Tanggung jawab
sebagai anggota
kelompok.

2. Wawancara
a. Pengertian Wawancara
Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan,
sepihak, berhadapan muka, maupun dengan arah serta tujuan yang
telah ditentukan.
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat dapat digunakan untuk
menilai hasil dan proses belajar. Ada tiga aspek yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni:
Tahap awal pelaksanaan wawancara bertujuan untuk
mengondisikan situasi wawancara. Buatlah situasi yang
mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa
takut, dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara
bebas dan benar atau jujur. Penggunaan pertanyaan, setelah kondisi
awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai
dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan
sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat
sebelumnya. Pencatatan hasil wawancara, hasil wawancara sebaiknya
dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.

6
b. Tujuan wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan
wawancara yakni :
1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan
suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau
orang tertentu.

c. Jenis-jenis wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat
evaluasi, yaitu :
1. Wawancara terpimpin, biasanya dapat dipergunakan sebagai
alat evaluasi, yaitu : wawancara berstruktur atau wawancara
sistemiatis, dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh
evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan
wawancara. Jadi, dalm hal ini responden pada aktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2. Wawancara tidak terpimpin, biasanya juga dikenal dengan
wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis atau
wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatai oleh patokan-
patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara
bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya
tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan
bebas mengemukakan jawabanny. Hanya saja pada saat
menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas
ini evaluator dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan, terutama
apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa

7
daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka
sebaiknya hasil wawancara dicatat seketika.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal :
a. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai.
Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri
dengan orang yang diwawancarai.
b. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap
hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri
agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
c. Pedoman wawancara Keberhasilan wawancara juga sangat
dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru
melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman
secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

d. Kelebihan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
1. Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan
situasi yang dihadapi pada saat itu.
2. Mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak
suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan
dan dijawab oleh sumber.
3. Pertanyaan dapat diajukan secara beruntun sehingga dapat
menjawab pertanyaan dengan baik pula
4. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh
sumber yang telah ditetapkan
5. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit
dan fundamental.
e. Kelemahan wawancara
Kelemahan wawancara, yaitu:
1. Memerlukan banyak waktu dan tenaga

8
2. Dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya
dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban masih bisa
terjadi.
3. Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari
kepandaian pewawancara.
f. Langkah-langkah penyusunan wawancara
Langkah-langkah penyusunan wawancara adalah:
1) Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara
2) Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan
diungkap dalam wawancara tersebut.
3) Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yang bentuk
terpimpin atau tidak terpimpin.
4) Buatlah bentuk pertanyaan yang sesuai analisis sebelumnya,
yakni membuat pertanyaan yanh berstruktur atau tidak.

g. Contoh pertanyaan yang bisa dilaksanakan pada saat


wawancara :

Pertanyaan-pertanyaan :
1. Apakah siswa kesulitan memahami petunjuk baik arahan dari guru atau
petunjuk dari LKS ?
2. Pada saat mengalami kesulitan, apakah siswa berusaha bertanya kepada
teman lain atau kepada guru ?
3. Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan agar siswa dapat memahami
materi pelajaran ?
4. Apakah siswa mempunyai keiginan untuk keluar dari kesulitan yang
dihadapi ?

3. Angket (questioner)
a. Pengertian Angket
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket adalah
alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis

9
untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar
belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap
metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya
dipergunakan pada ranah afektif.
Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk
sekala sikap, misalnya skala likert yang biasanya digunakan untuk
menilai aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap
proses belajar mengajar. Data yang dihimpun melalui angket
biasanya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran, antara lain: cara
belajar, fasilitas belajar yang tersedia, bimbingan guru dan orang tua,
sikap terhadap mata pelajaran tertentu, dan pandangan siswa terhadap
proses pembelajaran, serta sikap siswa terhadap gurunya.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara
langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau
dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung
apabila angket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan
tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya,
atau diberikan kepada temannya.

b. Tujuan kuesioner/ angket


Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1. Untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa
sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku,hasil
dan proses belajarnya.
2. Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang
dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya.
3. Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam
menyusun kurikulum dan program pembelajaran.
c. Jenis-Jenis Angket

10
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi
angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah
angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya.
Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung
oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh,
apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta
huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota
keluarganya.
Bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi
menjadi angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah
daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si
penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada
jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah
daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan
jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia
ketahui atau dalam bentuk pengisian jawaban singkat dan pengisian
jawaban terurai.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam,
yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket
berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model
pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas
dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket
yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas.
Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan,
alasan-alasan terbuka.

d. Kelebihan Angket
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,
kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

11
1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak
yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
3) Dengan angket pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.

e. Kelemahan Angket
Kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas,
sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit
untuk diterangkan kembali.
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab
oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa
bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat
dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang
perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.

f. Langkah-langkah menyusun angket (quistioner)


1. Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi
kuisioner sambil menjelaskan maksud dan tujuannya.
2. Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya agar tidak salah.
3. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau
bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga
mudah mengolahnya.
4. Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga
tidak membingungkan dan salah mengakibatkan
penafsiran.
5. Hubungan anatar pertanyaan yang satu dengan pertanyaan
yang lainnya harus dijaga sehingga tampak logikanya
dalam satu rangkaian yang sistematis.

12
6. Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, dan
rumusannya tidak lebih panjang dari pertanyaannya.
7. Kuisioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan
melelahkan dan membosankan responden sehingga
pengisisannya tidak objektif lagi.
8. Ada baiknya kuisioner diakhiri dengan tanda sipengisi
untuk menjamin keabsahan jawabannya.

g. Contoh Angket :

ANGKET DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR


MATA PELAJARAN MATEMATIKA
NAMA :.........
SEKOLAH :.......
KELAS/ SEMESTER :............

PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ceklis pada kolom YA jika deskripsi yang diberikan sesuai dengan kondisi anda.
Jika tidak berilah ceklis pada kolom TIDAK.

Keterangan
No DESKRIPSI
YA TIdak
1. Matematika buka mataa pelajaran yang sulit bagi
saya
2. Saya selalu bersemangat ketika belajar matematika
dikelas.
3. Saya selalu memperhatikan guru matematika yang
sedang menerangkan di depan kelas.
4. Ketika diberikan soal matematika, saya rasa saya
bisa mengerjakannya.

4. Studi kasus
a. Pengertian Studi Kasus
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu
secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah :
2000). Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala
atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius
pula, Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban,

13
sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu
guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1) Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2) Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3) Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap
lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan
penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang
komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk
melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik
tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu
mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan
berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang
digunakan adalah  depth-interview  , yaitu melakukan wawancara
secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar
belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan
kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.penelitiannya
dapat berupa manusia,peristiwa,latar dan dokumen.

b. Tujuan Studi kasus


Studi kasus dilakukan untuk memahami siswa sebagai individu
dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari
pemahaman siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa
untuk mencapai penyesuaiannya yang lebih baik. Dengan penyusunan
pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat
menghadapai permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta
keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

c. Kelebihan

14
Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui 
selengkap-lengkapnya. Atau :
1. Studi kasus dapat memberikan informasi yang sangat penting
mengenai hubungan antar konsep serta proses-proses yang
memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh
wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.
Melalui penyelidikan yang intensif peneliti dapat menemukan
karakteristik dan hubungan –hubungan yang (mungkin) tidak
diharapkan/diduga sebelumnya.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan
yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar
permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar
dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
d. kekurangan
Kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat
digeneralisasikan dengan individu lain sekalipun memiliki kasus
yang hampir sama. Atau :
1. studi kasus yang dilakukan selama ini, kurang memberikan
dasar yang kuat untuk melakukan generalisasi ilmiah.
2. Kedalaman studi yang dilakukan tanpa banyak disadari
ternyata justru mengorbankan tingkat keluwesan yang
seharusnya dilakukan.
3. Ada kecenderungan studi kasus yang kurang mampu
mengendalikan subjektifitas peneliti.

e. Langkah-langkah Studi Kasus


1. Pemilihan kasus : contoh dalam sekolah yaitu menetapkan
siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah
khusus untuk dijadikan kasus.kemudian menetapkan jenis

15
masalah yang dihadapi siswa dan perlu mendapatkan
bantuan pemecahan oleh guru.
2. Pengumpulan data :mencari bukti-bukti lain untuk lebih
menyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi oleh siswa
tersebut. Kemudian mencari sebab-sebab timbulnya
masalah dari berbagai aspek yang berkenaan dengan
kehidupan siswa tersbut.
3. Analisis data :menganalisis seba-sebab tersebut dan
menghubungkannya dengan tingkah laku siswa tersebut.
4. Perbaikan : dengan informasi yang telah lengkap tentang
faktor-faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan
sejumlah alternatif pemecahannya. Kemudian alternatif
yang telah diuji sebagai upaya pemecahan masalah
dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan,
baik oleh siswa itu sendiri maupun guru. Kemudian
Penulisan laporan.

5. Sosiometri
a. Pengertian Sosiometri
Sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data
tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain,
struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam
suatu kelompok.
Banyak ditemukan di lingkungan sekolah siswa yang
kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia
nampak murung, mangasingkan diri, mudah tersinggung bahkan
over acting. Kondisi ini perlu diketahui oleh guru dan mencari
upaya memperbaikinya, karena hal ini dapat menggangu proses
belajarnya. Salah satu caranya yaitu dengan menggunkan tehnik
sosiometri. Dengan tehnik ini dapat diketahui posisi siswa dalam
hubungan sosialnya dengan siswa lainnya. Misalnya siswa yang

16
terisolasi dari kelompoknya atau yang paling disukai oleh teman-
temannya.
Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa
dikelas untuk memilih satu atau dua orang teman yang paling
disukai ataupun yang kurang disukainya. Dengan cara tersebut
maka dapat diketahui siswa mana saja yang menghadapi kesulitan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, kemudian
diberikan bantuan.
b. Jenis-jenis sosiometri
1. Tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman
dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk
melakukan kegiatan tertentu bersama-sama dengan
teman-teman yang dipilih.
2. Tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau
ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam
kelompok pada umumnya.
c. Tujuan Sosiometri
Tes sosiometri jenis paling pertama sering digunakan di
institusi-institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan
hubungan sosial dalam kelompok. Sedangkan jenis yang kedua
jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui jaringan hubungan
sosial pada umumnya saja. Tujuan utamanya :
1. Memperbaiki hubungan insani.
2. Menentukan kelompok kerja.
3. Mengetahui bagaimana hubungan sosial atau berteman
seorang individu dengan individu lainnya.
4. Mencoba mengenali problem penyusuaian diri seorang
individu dalam kelompok tertentu.
5. Menemukan individu mana yang diterima atau ditolak
dalam kelompok sosial tertentu.

17
d. Kelebihan sosiometri
1. Mengetahui hubungan sosial antar siswa
2. Meningkatkan hubungan sosial antar siswa
3. Menempatkan siswa dalam kelompok yang sesuai
4. Menentukan siswa mana yang mempunyai masalah
penyesuian diri dengan kelompoknya.
5. Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara
siswa dengan kelompoknya.
6. Membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam
pergaulan yang sedang dialaminya.
e. Kelemahan sosiometri
1. Sangat sulit dijamin kerahasiaannya, karena siswa
cendderung saling mananyai pilihannya.
2. Siswa memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan
siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan
pekerjaan, akan tetapi atas dasar rasa simpati dan
antipati.
3. Membutuhkan waktu yang lama.
f. Langkah-langkah pelaksanaan/menyusun sosiometri.
1. Tahap persiapan
- Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki
- Memberikan informasi atau keterangan tentang
tujuan penyelenggara sosiometri.
- Mempersiapkan angket sosiometri.
2. Tahap pelaksanaan
- Membagikan dan mengisi angket sosiometri
- Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah
angket sudah diisi dengan benar
3. Tahap pengolahan
- Memeriksa hasil angket

18
- Mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa
serta menyusun tabel tabulasi.
-
g. Contoh sosiometri :
Bentuk pertama
Tanggal :..........
Nama :.........
Kriterium :...........
Yang disukai : Yang tidak disukai :
1......................................................... 1...........................................
2......................................................... 2...........................................
3......................................................... 3...........................................

Bentuk kedua
A. Siapakah diantata teman-temanmu yang kamu pilih sebagai teman
belajar ?
1........................................alasan.............................................
2.......................................alasan...............................................
3........................................alasan.............................................
B. siapakah diantara teman-temanmu yang kamu tidak sukai untuk
belajar bersama ?
1........................................alasan.............................................
2.......................................alasan...............................................
3........................................alasan.............................................

6. Otobiografi (Riwayat hidup)


Otobiografi (riwayat hidup) adalah gambaran tentang keadaan
keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik
suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek
yang dinilai. Otobiografi ini biasa berisi tenatang kapan dan dimana

19
peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak dalma
keluarga, misal anak kandung atau anak tiri beserta data-data yang
berkaitan dengan anak peserta didik lainnya. Selain itu, disamping
dokumen yang memuat data-data mengenai peserta didik , dokumen juga
memuat informasi mengenai nama, tempat tinggal dan tanggal lahir,
tingkat jenjang pendidikan, rata-rata penghasilan orang tua da informasi-
informasi mengenai orang tua peserta didik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh


gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa

20
yang tidak dapat dinilai secara kuantitatif seperti dalam teknik tes. Dengan
kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat
diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang
tidak dapat diamati oleh indera.
Alat ukur nontes antara lain:
1. Pengamatan/Observasi
2. Wawancara
3. Angket/quistioner
4. Studi Kasus
5. Sosiometri.
6. Riwayat Hidup.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak
berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita
semua.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36621910/MAKALAH_INSTRUMEN_PENILAIAN_DENG
AN_TEKNIK_NON_TES

https://www.academia.edu/5741777/Makalah_Evaluasi_Pendidikan_NON_TES

Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT.Rineka Cipta,

22

Anda mungkin juga menyukai