DOSEN PEMBIMBING
OLEH
tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
2.Orangtua dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI…....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi ...............................................................................................5
I. Penatalaksanaan ..................................................................................16
J. Pencegahan .........................................................................................19
ii
L. Pencegahan dan Penatalaksanaan Spesifik Infeksi Oportunistik yang
A. Pengakajian .........................................................................................40
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................76
B. Saran....................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang di dunia terinfeksi virus ini pada tahun 2014 dengan 2 juta infeksi
baru pada tahun 2014. Bali menempati urutan kelima dengan 9.637 kasus
kumulatif, yang sebagian terdata dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
sebanyak 2.965 kasus mulai tahun 2004 hingga 2014 dengan 304 kasus
1
frekuensi dan keparahan pada individu dengan HIV/AIDS. Infeksi ini
disebabkan oleh patogen yang tidak bersifat invasif pada orang sehat,
dan mortalitas pasien dengan HIV/AIDS. Sistem imun yang sangat rendah
harapan dan kualitas hidup penderita HIV. Pemberian ART di sisi lain
2
syndrome (IRIS) atau sindrom pulih imun yang berkaitan dengan beban
dengan HIV/AIDS.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penulisan
HIV/AIDS.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
infeksi HIV.
tidak bersifat invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh
menurun, seperti pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Infeksi ini dapat
ditimbulkan oleh patogen yang berasal dari luar tubuh (seperti bakteri,
jamur, virus atau protozoa), maupun oleh mikrobiota sudah ada dalam
tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh sistem imun
manifestasi penyakit.
5
B. Jenis-jenis Infeksi Oportunistik
Berikut ini adalah beberapa jenis infeksi oportunistik yang umum terjadi:
1. Candidiasis
dan vagina.
2. Pneumonia
3. Kanker serviks invasif
4. Cryptosporidiosis
diare dengan feses yang cair. Pada penderita HIV, penyakit ini bisa
6
5. Herpes simpleks
kecil dan luka yang khas di sekitar mulut dan alat kelamin. Herpes
infeksi ini juga dapat menyerang saluran napas. Orang yang daya tahan
tubuhnya lemah lebih mudah terkena herpes simpleks, dan gejala yang
6. Toksoplasmosis
7. Tuberkulosis
menyebabkan kematian.
7
C. Kondisi yang Rentan Mengalami Infeksi Oportunistik
orang yang sehat, sel-sel darah putih yang disebut limfosit akan merespons
penderita AIDS, di mana jumlah sel darah putih yang disebut sel CD4
tidak cukup untuk melawan kuman penyakit, infeksi dapat terjadi dengan
mudah. Bahkan bakteri atau jamur yang biasanya tidak berbahaya dan
infeksi.
masuk.
2. Menjalani kemoterapi
3. Diabetes
4. Malnutrisi
5. Leukemia
6. Multiple myeloma
8
D. Akibat dari Infeksi Oportunistik
1. Kekurangan gizi
2. Infeksi kambuh
4. Kemoterapi untuk Kanker
5. AIDS atau infeksi HIV
6. Kecenderungan geneticka
7. Kerusakan kulit
8. Perawatan antibiotik
9. Prosedur medikal
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
lamanya 1-2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat
AIDS (bervasiasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
9
suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis,
Akut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit
kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah di tubuh.
3 bulan.
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penderita HIV. The Joint
sebanyak 1,2 juta kematian akibat penyakit terkait AIDS sepanjang tahun
10
tuberkulosis. Angka ini telah menurun sebesar 42% dibandingkan
dari tahun 1987 hingga September 2014 mencapai 55.799, atau sekitar
36,7% dari keseluruhan kasus HIV. Case Fatality Rate AIDS di Indonesia
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar Bali pada tahun 2014
11
imun spesifik HIV dan aktivasi imun terhadap sel sekitar (bystander).
patogen dengan menjalankan berbagai fungsi, antara lain aktivasi sel pada
sistem imun bawaan (limfosit B, sel T sitotoksik dan sel nonimun), serta
(Th)1, Th2, Th17, sel T regulatori (Treg) dan Th folikuler (Thf) dengan
profil sitokin dan fungsi yang berbeda-beda. Sel Th1 terlibat dalam
fagositik makrofag dan sel mikroglial. Sel Th2 berfungsi pada respon
12
imun sel T, namun pada infeksi HIV terjadi perubahan distribusi
antibodi, maturasi serta diferensiasi sel B menjadi sel memori dan sel
hubungan yang lebih kompleks antara sistem imun pejamu dan efek dari
oleh sel T sitotoksik spesifik HIV atau melalui kadar respon imun yang
berlebihan.
apoptosis, tidak hanya pada sel yang terinfeksi HIV namun juga pada sel
sinsitia. Sinsitia terbentuk oleh fusi sel yang terinfeksi HIV dengan target
13
kolagen dan berkurangnya interleukin 7 sebagai faktor pertahanan hidup
naїve.
baru yang secara parsial dapat menggantikan CD4+ yang mati, namun
proses regenerasi ini tidak stabil dan makin berkurang seiring waktu
sel/µL darah. Jumlah ini secara bertahap akan berkurang seiring dengan
yang telah mencapai 200 sel/µL hampir seluruhnya telah terinfeksi IO dan
14
dan pasien umumnya akan mengalami kematian.
mycobacterium tuberuculosis.
(Candidiasis)
9. Kelainan neurologis
10. IMS : Herpes Simplex (infeksi yang dicirikan oleh luka pada
15
I. Penatalaksanaan
Oportunistik
mulai dari 7% pada masa pre-ART, menjadi 18% pada masa ART
awal, hingga mencapai 65% pada masa ART kombinasi yang efektif.
16
kebutuhan terhadap profilaksis antimikrobial pada pasien dengan
sebelum dan sejak inisiasi ART serta interaksi obat yang berpotensi
17
perbaikan fungsi imun yang dapat mempercepat kesembuhan IO,
terutama bila terapi yang efektif untuk IO tersebut masih terbatas atau
terapi IO, interaksi obat yang dapat terjadi serta kemungkinan terjadi
IRIS.
ART akan dapat meningkatkan hasil akhir pada pasien yang telah
HIV stadium klinis 3 dan 4 atau tanpa memandang stadium klinis jika
18
jumlah CD4 ≤ 350 sel/mm3. Inisiasi ART dilakukan tanpa melihat
stadium klinis WHO dan jumlah CD4 pada koinfeksi TB, koinfeksi
HIV meluas.
J. Pencegahan
telur mentah atau kurang matang. Hindari juga susu yang tidak
dan jauhkan kucing dari dalam ruangan agar tidak membawa kuman
5. Cobalah untuk tidak menelan atau meminum air yang berasal dari
19
6. Lakukan vaksin untuk penyakit HIV dan lainnya untuk menjaga
7. Jika Anda seorang wanita, lakukan pemeriksaan panggul dan tes pap
diresepkan.
K. Pemeriksaan Diagnostik
20
Gambar 1. Alur pemeriksaan laboratorium infeksi HIV dewasa.
21
L. Pencegahan dan Penatalaksanaan Spesifik Infeksi Oportunistik yang
1. Tuberkulosis
pada infeksi HIV dan menjadi penyebab kematian paling tinggi pada
aktivasi infeksi HIV yang laten. Sebagian besar orang yang terinfeksi
pengendalian HIV.
22
Sebagian besar infeksi TB menyerang jaringan paru, namun
klinis TB paru adalah batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih yang
dapat disertai darah, sesak nafas, badan lemas, berat badan menurun,
malaise, keringat malam dan demam meriang lebih satu bulan. Gejala
klinis TB paru pada ODHA sering kali tidak spesifik, yang sering
fibronoduler pada lobus paru atas dengan atau tanpa kavitasi (Gambar
1).
23
Gambar 1. Radiografi dada pada pasien ko-infeksi TB-HIV. Gambar
kavitasi.
penularan.
TB aktif dan tanpa riwayat terapi untuk TB aktif atau laten harus
24
diterapi sebagai infeksi TB laten. Terapi pilihan untuk TB laten
tidak dipergunakan.
digunakan.
25
infeksi HIV, namun memiliki insiden efek simpang dan terjadinya
reaksi paradoksikal IRIS yang lebih tinggi. Inisiasi ART dalam 4-8
50 sel/μL.
obat dengan dosis dan waktu yang tepat. Rejimen OAT diberikan
bulan fase inisial, dilanjutkan dengan INH 600 mg PO dan RIF 450
26
menurunkan kadar nevirapin dalam darah. Terapi antiretroviral
nevirapin.
2. Diare Kriptosporidial
pada ODHA, yaitu didapatkan pada 30-60% kasus di negara maju dan
27
diperkirakan karena parasit sangat resisten terhadap klorinasi.
nomor 33).
28
Tidak ada obat yang diketahui efektif untuk mencegah
suplementasi nutrisi.
3. Kandidiasis Mukokutaneus
dan didapatkan pada 75% populasi dari rongga mulut maupun saluran
29
Sebagian besar kasus disebabkan oleh Candida albicans dan paling
mukosa gusi atau bukal serta permukaan dorsal lidah (Gambar 3).
30
paparan Kandida bukan merupakan langkah yang akan berhasil
31
mg/hari PO atau itrakonazol 4x200 mg/hari PO yang diberikan
4. Ensefalitis Toksoplasmik
lebih dari 40%, dengan angka kematian yang sangat tinggi. Penelitian
32
Ensefalitis merupakan manifestasi utama toksoplasmosis dan paling
infeksi akut yang didapat saat dewasa. Pasien HIV dapat mengubah
33
Berdasarkan pandangan praktis, keputusan mengenai
yang tercetus pada jumlah sel T CD4+ yang lebih tinggi (<200
34
Profilaksis sekunder atau terapi pemeliharaan jangka panjang
selama CD4+ <200 sel/µL. Terapi dapat dihentikan bila pasien telah
5. Pneumonia Pneumocystis
35
jamur Pneumocystis jirovecii yang banyak ditemukan di lingkungan
5a 5b
41)
kanak awal dan PCP terjadi akibat reaktivasi fokus infeksi laten atau
36
Insiden PCP telah menurun signifikan sejak digunakannya
jumlah sel T CD4+ <200 sel/µL atau <14%. Faktor lain yang terkait
dengan jumlah sel T CD4+ <200 sel/mm3 atau <14%, serta pasien
kemoprofilaksis PCP.
37
beberapa bakteri termasuk Salmonella spp. dan Streptococcus
tergantung makanan.
pasien HIV yang bertahan hidup setelah episode PCP, kecuali bila
38
Terapi pilihan untuk PCP adalah TMP-SMX (TMP 15-20
Penderita HIV yang akan memulai ART dengan CD4+ <200 sel/µL,
Hal tersebut berguna untuk tes kepatuhan dalam minum obat dan
menghentikan TMP-SMX.
39
BAB III
(HIV/AIDS)
A. Pengkajian
1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
40
Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang
congenital.
a. Aktifitas / Istirahat
pola tidur.
b. Sirkulasi
pada cedera.
41
1) Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
d. Eliminasi
2) Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare
pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
e. Makanan / Cairan
f. Hygiene
g. Neurosensoro
tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
42
1) Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit
rentan gerak,pincang.
i. Pernafasan
adanya sputum.
j. Keamanan
malam.
k. Seksualitas
l. Interaksi Sosial
43
2) Tanda : Perubahan interaksi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi
1) Data Subjektif :
a) Kram/nyeri abdomen
2) Data Objektif :
rentang ideal.
e) Sariawan
g) Diare
a) Dispnea
b) Pusing
44
c) Penglihatan kabur
a) PCO2 meningkat/menurun
b) PO2 menurun
c) Takikardia
f) Sianosis
b) Nyeri
c) Kemerahan
45
4. Risiko Infeksi
5. Hipertermia
b) Kulit merah
c) Kejang
d) Takikardia
e) Takipnea
6. Keletihan
c) Mengeluh lelah
tanggung jawab.
46
2.) Data Objektif :
b) Tampak lesu
a) Menarik diri
c) Afek datar
d) Afek sedih
f) Tidak bergairah/lesu.
47
C. Intervensi dan Luaran Keperawatan
- Sariawan perlu
48
- Diare menurun piramida makanan)
(5) protein
ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
perlu
Definisi
49
Memfasilitasi peningkatan berat badan
Tindakan
Observasi
kurang
sehari-hari
serum
Terapeutik
sesuai indikasi)
50
peningkatan yang dicapai
Edukasi
dibutuhkan.
3. Manajemen Diare
Definisi :
dampaknya
Tindakan
Observasi:
konsistensi tinja.
Terapeutik :
51
darah lengkap dan elektrolit
perlu
Edukasi:
laktosa.
Kolaborasi:
antispasmodic/spasmotilik
feses.
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Pemantauan Respirasi
Kelebihan atau 24 jam atau 8 jam), untuk memastikan kepatenan jalan napas
52
pada membran - Bunyi napas 2.) Monitor pola napas (seperti
- Takikardia ataksik).
- Penglihatan napas
- Sianosis pemantauan
membaik (5)
53
- Warna kulit 2. Terapi oksigen
Tindakan :
a. Observasi :
diberikan cukup
jika perlu
terapi oksigen
54
akibat pemasangan oksigen
b. Terapeutik :
pemberian oksigen
perlu
ditransportasi
pasien
c. Edukasi :
d. Kolaborasi :
55
Integritas intervensi selama ... Definisi
- Suhu kulit
Edukasi
56
membaik (5) - Anjurkan menggunakan pelembap
nutrisi
ekstrem.
sabun secukupnya.
2. Perawatan Luka
Definisi
komplikasi.
Tindakan
Observasi
Terapeutik
mineral
57
- Berikan terapi TENS, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
jika perlu.
3. Manajemen Nyeri
Definisi
Tindakan
Observasi
nyeri.
58
- Identifikasi faktor yang
nyeri.
kualitas hidup
analgetik
Terapeutik
meredakan nyeri.
Edukasi
59
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
mandiri
secara tepat
Kolaborasi
perlu.
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Pencegahan infeksi
patogenik. kriteria hasil : - Minitor tanda dan gejala infeksi local dan
- Kebersihan sistemik
badan Terapeutik
60
menurun (5) - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
(5) Edukasi
putih membaik
(5)
- Kultur feses
membaik (5)
- Nafsu makan
membaik (5).
5. Hipertermia. Setelah dilakukan 1. MANAJEMEN HIPETERMIA
di atas rentang 24 jam atau 8 jam), suhu tubuh akibat disfungsi termoregulasi
61
menurun (5) pengunaan incubator)
aspirin
Edukasi
Kolaborasi
62
elektrolit intervena, jika perlu
2. REGULASI TEMPERATUR
Defenisi
normal
Tindakan
Observasi
C-37 , 50C )
jika perlu
Terapeutik
jika perlu
yang adekuat
63
- Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik
polyethylene,polyurethane )
radiant warmer
64
catheterization untuk menurunkan suhu
tubuh
kebutuhan pasien
Edukasi
BBLR
Kolaborasi
perlu
6. Keletihan. Setelah dilakukan 1. Edukasi Aktivitas/Istirahat
kepulihan Terapeutik:
65
energi - Sediakan materi dan media pengaturan
- Sianosis Definisi :
66
- Perasaan Observasi:
rendah stimulus
dan/atau aktif
menenangkan
Edukasi:
bertahap
berkurang
67
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi:
- Verbalisasi hubungan
- Perilaku hubungan
- Verbalisasi kelompok
68
perasaan - Motivasi berinteraksi di luar
kemampuan
3) EDUKASI
- Anjurkan berbagi
lain
- Anjurkan meningkatkan
69
kejujuran diri dan
- Anjurkan membuat
meningkatkan keterampilan
komunikasi
- Latih mengekspresikan
2. TERAPI AKTIVITAS
a. TINDAKAN
1.) OBSRERVASI
aktivitas
- Identifikasi kemampuan
tertentu
70
diinginkan
- Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
waktu luang
terhadap aktivitas
2.) TERAPEUTIK
ang dialami
rentang aktivitas
dan sosial
- Koordinasikan pemilihan
71
aktivitas sesuai usia
yang dipilih
sesuai
dalam menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
kebutuhan
72
- Fasilitasi aktivitasi motorik
sesuai
aktif
- Tingkatkan keterlibatan
diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
dan kartu)
73
- Libatkan keluarga dalam
- Fasilitasi mengembangkan
memantau kemajuannya
tujuan
rutinitas sehari-hari
aktivitas
3.) EDUKASI
- Anjurkan melakukan
kesehatan
74
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas
4) KOLABORASI
jika perlu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
75
Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
turunnya jumlah sel T CD4+ pada pasien yang terinfeksi HIV merupakan
76
B. Saran
mahasiswa kelak, dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/infeksi-oportunistik-menyerang-sistem-kekebalan-
tubuh-yang-lemah (Di akses pada tanggal 24 April 2020).
77
https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_oportunistik (Di akses pada tanggal 24 April
2020).
https://www.sehatq.com/artikel/beberapa-infeksi-oportunistik-dan-komplikasi-
hiv-yang-berbahaya (Di akses pada tanggal 24 April 2020).
https://www.scribd.com/doc/92251598/Askep-Infeksi-Oportunistik(Di akses pada
tanggal 24 April 2020).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/50dfe6557b9dd498968e0
2634cbaf235.pdf (Di akses pada tanggal 24 April 2020).
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/848/pdf(Di
akses pada tanggal 24 April 2020).
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Soedarto. (2009). Penyakit Menular di Indonesia (Cacing, Protozoa, Bakteri,
Virus, Jamur). Jakarta: Sagung Seto.
78