Anda di halaman 1dari 95

REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

BAB I

STRUKTUR BUNGA, BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN MODIVIKASINYA

A. Perkembangan Pada Bunga, Induksi dan Meristem Perbungaan

Pertumbuhan dan Perkembangan tumbuhan merupakan proses yang penting dalam


kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses
yang berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya
meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang
mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari
interaksi genotipe dengan lingkungan. Ciri-ciri tertentu suatu tumbuhan dipengaruhi oleh
genotip dan lainnya dipengaruhi oleh lingkungan. Tingkat pengaruh masing-masing faktor
berganung dari ciri tertentu tersebut. DNA memberikan kode urutan asam amino protein dan
enzim, membangun daya genetik untuk pertumbuhan, perkembangan, dan melengkapi
morfogenesis. Interaksi antara genetik dengan lingkungan menentukan ekspresi daya genetik
tersebut 1.

Pertumbuhan merupakan resultante dari interaksi berbagai reaksi biokimia, peristiwa


biofisik dan proses fisiologis dalam tubuh tanaman bersama dengan faktor luar. Titik awalnya

1
Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo.
Jakarta. Universitas Indonesia Press.

1
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

adalah sel tunggal zigot, yang tumbuh dan berkembang menjadi organisme multisel. Sintesis
molekul yang besar dan kompleks berlangsung terus menerus dari ion dan molekul yang lebih
kecil, pembelahan sel menghasilkan sel-sel baru, yang banyak dan diantaranya tidak hanya
membesar tapi juga berubah melalui proses yang lebih kompleks. Sehingga tidak saja terjadi
perubahan bentuk, pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas fisiologi,
susunan biokimia serta struktur dalamnya. Proses ini disebut diferensiasi. Pertumbuhan serta
diferensiasi sel menjadi, jaringan, organ, dan organisme disebut perkembangan. Perkembangan
dinamakan juga morfogenesis, karena melalui perkembangan tumbuhan mengubah bentuk
dirinya dari zigot menjadi sebatang pohon 2.

Pada proses pembentukan bunga, meristem apeks yang bersifat indeterminate akan
menjadi determinate karena pembentukan bunga biasanya merupakan peristiwa terakhir dalam
aktivitas suatu meristem apeks. Pada tumbuhan satu musim (annual), akhir dari stadium
reproduktif juga berarti akhir dari seluruh siklus hidupnya. Pada tumbuhan banyak musim
(perennial), masa berbunga terjadi berulang kali tergantung dari masa hidup tumbuhan. Bunga
dapat muncul dari apeks tunas ujung atau dari apeks cabang lateral atau dari keduanya. Pada
banyak species, perubahan apeks vegetatif ke apeks perbungaan melibatkan pembentukan
perbungaan, secara histologi proses ini belum diketahui secara pasti perbedaannya dengan
pembentukan bunga karena pada pembentukan perbungaan, terjadi dua peristiwa yang berurutan
yang melibatkan perubahan morfologi dan fisiologi. Fenomena yang sering teramati saat inisiasi
stadium reproduktif adalah pemanjangan sumbu tubuh yang sangat cepat dan tiba-tiba.
Pertumbuhan seperti ini terutama dapat diamati pada tumbuhan roset, misalnya pada
rumputrumputan dan tumbuhan dengan bulbus. Axis (sumbu) yang memanjang kemudian
menghasilkan bunga atau perbungaan. Bila bunga tumbuh pada cabang aksiler, tunas aksiler
yang dibentuk dengan cepat menunjukkan bunga yang akan dibentuk 3.

Inisiasi perbungaan dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal. Banyak tumbuhan


memiliki respons khusus terhadap panjang hari (fotoperiod) dan suhu, dan memasuki stadium
reproduktif di bawah pengaruh dari kombinasi ke dua faktor ini. Berdasarkan responsnya
terhadap panjang hari, tumbuhan dapat dibagi menjadi tumbuhan hari panjang (long-day plant,
LDP), tumbuhan hari pendek (short-day plant, SDP), dan tumbuhan netral (neutral-day plant,
2
Hasnunidah, Neni. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung. Bandar Lampung
3
Irawati, Trimurti, dkk. 2016. Embriologi Tumbuhan. (Banten : Universitas Terbuka ). Hal.2.

2
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

NDP). Jam biologis tumbuhan tampaknya berperan dalam pengukuran lama panjang hari, tetapi
sebelum dapat memberikan reaksi terhadap kondisi fotoperiodik yang diperlukan tumbuhan
harus mencapai stadium ‘matang untuk berbunga’ terlebih dahulu. Banyak tumbuhan
memerlukan pendedahan suhu rendah sebelum mereka dapat mulai membentuk bunga. Biji
tumbuhan-tumbuhan tersebut bila diberi perlakuan vernalisasi saat sedang berkecambah akan
mengalami perlambatan proses perbungaan. Pada tumbuhan yang siap berbunga, pengaruh
fotoperiod, dimediasi oleh fitokrom yang akan mendorong sintesis ‘transmissible factor’ atau
stimulus pembungaan.

Dalam fase reproduksinya saat meristem apeks memasuki stadium reproduktif, meristem
apeks akan mengalami perubahan morfologis yang cukup nyata. Perubahan ini tentu saja ada
hubungannya dengan perubahan dari pembentukan organ lateral setelah pertumbuhan tidak
terbatas (indeterminate) dari meristem apeks berhenti. Meristem apeks akan tumbuh meninggi
dan melebar sebelum bakal bunga dibentuk. Hal yang sebaliknya terjadi saat perkembangan
bunga. Meristem apeks akan mengecil secara perlahan sejalan dengan munculnya bagian-bagian
bunga. Bunga merupakan unit fungsional untuk terjadinya proses reproduksi secara seksual,
yang juga memperlihatkan adanya keseimbangan untuk pemenuhan kebutuhan yang saling
bertolak belakang. Hal tersebut ditunjukkan misalnya dengan mengeluarkan banyak polen yang
berfungsi sebagai atraktan untuk mendatangkan polinator tapi di lain pihak diperlukan pula untuk
reproduksi, serta pada proses polinasi di mana polinasi sendiri dibutuhkan untuk menjamin
dibentuknya keturunan untuk keberlangsungan spesies, tapi di lain pihak diperlukan pula
peningkatan keragaman genetik melalui polinasi silang 4.

B. Struktur Dasar dan Bagian-Bagian Bunga

Bunga taua kembang adalah alat reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga. Pada
bunga terdapat organ reproduksi, yaitu benang sari dan putik. Bunga dapat menucul secara
tunggal mauppun bersama-sama dalam satu rangkaian. Bunga yang muncul secra bersamaan
disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Pada beberapa spesies, bunga majemuk
dapat dianggap awamsebagai bunga (tunggal), misalnya pada anthurium dan bunga matahari.
Satuan bunga yang menyusun bunga mejemuk di sebut floret. Secara botani bunga adalah bagian
tanaman untuk menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah
4
Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Penerbit Erlangga.. Jakarta.

3
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

pembuahan, bunga akan berkembang lebih lanjut membentuk buah. Pada tumbuhan
berbunga,buah dalah struktur yangmembawa dan melindungi biji 5.

Fungsi bunga adalah sebagai organ seksual, sebagai wadah penyatunya gamet jantan
(mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Beberapa bungan memiliki
warna yang cerah yang berfungsi sebagai pemikat hewann dalam membantu proses penyerbukan.
Beberapa bunga juga menghasilkan panas atau aroma nya yang khas, juga bertujuan untuk
memikiat hewan untuk membantu peroses penyerbukan. Bunga juga dapat dianggap sebagai
organ untuk bertahan pada kondisi kurang menguntungkan bagi pertumbuhan. Sejumlah
tumbuhan akan membetu bunga apabila mengalami kekurangan air atau suhu redah.

Struktur yang paling menarik untuk dinikmati dan nyata pada tumbuhan berbunga adalah
bunga. Struktur bunga merupakan pembeda yang lebih jelas untuk membandingkan antar
tumbuhan berpembuluh. Pada bunga terdapat alat reproduksi jantan dan betina. Bunga sebagai
struktur reproduksi, biasanya berwarna mencolok untuk menarik serangga penyerbuk yang akan
membantu membawa polen pada proses reproduksi seksual. Struktur bunga merupakan karakter
yang penting dan dapat digunakan dalam penggolongan tumbuhan berdasarkan takson, jenis,
marga, dan suku. Pada bunga dapat dijumpai 4 lingkaran bagian bunga yang biasanya tersusun
dalam lingkaran. Setiap lingkaran memiliki bagian dan fungsi masing-masing. Ahli evolusi
tumbuhan menganggap bunga sebagai sumbu batang yang termodifikasi yang dikelilingi
sejumlah daun yang termodifikasi pula. Beberapa bagian bunga dapat dengan mudah dikenali
bentuk daunnya, tetapi pada bagian bunga yang lain diperlukan usaha atau penelitian untuk dapat
mengerti asal dari organ-organ tersebut dari tetuanya yang berupa daun.

Bunga merupakan kumpulan dari bagian fertil dan steril yang tersusun dalam susunan
yang sangat rapat dan memiliki nodus yang sangat pendek. Bagian steril dari bunga adalah sepal
dan petal. Sepal dan petal menyusun periantium atau perhiasan bunga. Apabila sepal dan petal
memiliki kemiripan dalam ukuran dan bentuknya maka dinamakan tepal, dan secara kolektif
dinamakan perigonium. Bagian reproduksi (fertil) terdiri dari stamen, secara kolektif dinamakan
andresium dan pistilum, yang secara kolektif dinamakan ginesium. Bunga tumbuh pada bagian

5
Sahardi. 2000. Studi Karakteristik Anatomi dan Morfologi serta Pewarisan Sifat Toleransi terhadap Naungan pada
Padi Gogo (Oryza sativa L). Disertasi. IPB Bogor. hal:1-3

4
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dasar bunga yang dinamakan reseptakel, di ujung batang atau cabang yang berfungsi sebagai
pemegang, dinamakan pedunkulus (bunga tunggal) atau pedicelus (perbungaan) 6.

Morfologi bunga

a. Bagian Steril Bunga


Bagian steril bunga terdiri dari sepal, secara kolektif dinamakan kaliks, dan petal, secara
kolektif dinamakan korola.

1. Sepal atau kelopak bunga merupakan lingkaran terluar atau terdalam dari struktur bunga.
Pada umumnya, sepal berwarna hijau dan memiliki penampilan seperti daun meski
ukurannya lebih kecil dibanding daun. Seluruh sepal pada bunga menyusun kaliks dan
memiliki fungsi utama untuk melindungi tunas bunga yang sedang berkembang. Pada
saat bunga mekar, kaliks kerap melipat ke arah luar.
2. Petal merupakan bagian bunga yang umumnya berwarna mencolok, dapat menarik
perhatian serangga dan hewan-hewan lainnya seperti tikus, burung, dan kelelawar, yang
merupakan vektor dalam proses penyerbukan (polinasi). Petal biasanya berwarna terang.
Seluruh tumbuhan berbunga memiliki bunga, tetapi tidak semua bunga berwarna terang.

6
Irawati, Trimurti, dkk. 2016. Embriologi Tumbuhan. (Banten : Universitas Terbuka ). Hal 12.

5
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Petal pada bunga-bunga tertentu tereduksi (tidak tumbuh sempurna) atau tidak ada
sehingga tumbuhan sangat tergantung pada angin atau air untuk membantu polinasinya.
Petal terdapat di bagian dalam atau atas dari sepal dan menyusun lingkaran kedua dari
bunga. Biasanya petal berukuran lebih besar dibanding sepal dan berwarna cerah.
Kumpulan petal akan menyusun korola. Petal berfungsi memberikan perlindungan
tambahan di samping untuk menarik hewan penyerbuk melalui sinyal penglihatan seperti
warna, pola, dan bentuk bunga. Baik kaliks maupun korola keduanya tidak terlibat
langsung dalam menghasilkan gamet, tetapi mereka berperan sangat penting agar proses
reproduksi tumbuhan dapat berlangsung dengan sukses. Struktur dalam sepal dan petal
memiliki kemiripan dengan daun, terdiri dari jaringan parenkim dasar, jaringan pembuluh
dan epidermis 7.

b. Bagian Fertil Bunga

Bagian reproduktif atau fertil bunga terdiri dari struktur reproduksi jantan atau stamen
(mikrosporofil) dan struktur reproduksi betina atau karpel (megasporofil). Stamen menyusun
andresium sedang karpel atau pistil menyusun ginesium.

1. Stamen Struktur reproduksi jantan atau stamen terdiri dari antera yang menghasilkan
polen dan filamen yang mendukung antera. Polen yang dihasilkan antera kemudian akan
dibawa serangga atau hewan polinator lain ke bunga yang lain untuk membuahi sel telur.
Stamen atau alat perkembangbiakan jantan, menyusun lingkaran ketiga dari bunga, yaitu
di bagian dalam atau atas korola. Kumpulan dari stamen menyusun androecium. Pada
umumnya, stamen terdiri dari filamen yang berbentuk seperti tangkai dengan antera di
ujungnya. Antera adalah tempat di mana butir polen dibentuk, terdiri dari kantung polen
atau mikrosporangia. Setiap kantung polen disusun oleh lapisan dinding dan lokulus
tempat pembentukan mikrospora. Kebanyakan angiospermae memiliki antera yang
tetrasporangiate (empat sporangium) dengan dua lokulus pada setiap lobusnya yang juga
berjumlah dua. Beberapa angiospermae memiliki antera yang bisporangiate dengan satu
lokulus pada setiap setengah anteranya. Pada saat dewasa, sebelum antera pecah, dinding
pemisah pada lokulus rusak sehingga antera yang tetrasporangiate tampak seperti

7
Irawati, Trimurti, dkk. 2016. Embriologi Tumbuhan. (Banten : Universitas Terbuka ). Hal 13.

6
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

bilokulus dan antera yang bisporangiate tampak seperti unilokular. Filamen umumnya
memiliki struktur yang relatif sederhana dengan parenkima mengelilingi jaringan
pembuluh yang amfikibral. Epidermis yang berkutin dapat memiliki trikom, sedang pada
antera dan filamen dapat pula dijumpai stomata. Jaringan pembuluh yang terdapat di
sepanjang filamen dapat berakhir pada dasar antera atau pada konektivum yang berada di
antara dua belahan antera. Antera pada umumnya membuka secara memecah atau
membuka secara spontan. Pecahnya antera didahului dengan rusaknya dinding pemisah
di antara dua lokulus pada lobus yang sama. Kemudian jaringan terluar dari antera, yaitu
epidermis bersel tunggal juga rusak sehingga polen dilepaskan melalui celah panjang atau
stomium Dinding sub epidermis antera, yaitu endotesium, yang memiliki penebalan
sekunder berupa ‘strips thickening’ tampaknya yang menginduksi rusaknya stomium
karena adanya perbedaan derajat pengerutan saat antera mengalami kekeringan Pada
beberapa spesies, stomium merupakan pori yang dibentuk di tepi atau pada apeks lobus
antera.

2. Pistilum Pistilum atau alat perkembangbiakan betina, dapat terdiri dari satu atau lebih
daun buah (karpel), berada di bagian tengah bunga. Kumpulan dari karpel disebut sebagai
ginoecium. Bunga dapat memiliki satu atau lebih karpel. Jika bunga memiliki 2 atau lebih
karpel, karpel-karpel tersebut dapat bebas satu dari yang lain (ginesium apokarp) atau
bersatu (ginesium sinkarp). Ginesium dengan satu karpel diklasifikasikan sebagai

7
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

apokarp. Pistilum terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) Stigma yang merupakan bagian teratas
dari pistil, biasanya lengket dan merupakan tempat melekatnya polen; 2) Stilus
merupakan tabung panjang yang melekatkan stigma ke ovarium (bakal buah). 3)
Ovarium (bakal buah), merupakan bagian basal dari pistil berupa suatu ruangan dengan
satu atau lebih bakal biji (ovulum) di dalamnya 8.

Sperma dari polen akan bergerak turun melalui tabung tersebut menuju ke ovulum (bakal
biji). Selanjutnya, ovulum dan sel telur akan tersimpan dalam ovarium sampai terjadinya
fertilisasi (pembuahan). Fertilisasi hanya dapat terjadi pada tumbuhan dari spesies yang sama.
Senyawa-senyawa kimia tertentu dari telur akan mencegah pembuahan oleh sperma yang berasal
dari bunga spesies yang berbeda

Secara ringkas bagian bunga fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang sari dan
makrosporofil sebagai putik (pistillum) dengan daun buah sebagai penyusunnya. Seperti
penejelasan di bawah ini :

1) Tangkai induk atau ibu tangkai bunga (rachis, pedunculus, pedunculus communis)
merupakan  aksis perbungaan sebagai lanjutan dari batang atau cabang.
2)  Tangkai bunga (pedicellus) merupakan cabang terakhir yang mendukung bunga.
3) Dasar bunga (receptacle) merupakan ujung tangkai bunga sebagai tempat bertumpunya
bagian-bagian bunga yang lain (batang).
4) Daun pelindung (brachtea) merupakan daun terakhir yang di ketiaknya tumbuh bunga.

8
Ibid, hal 15-17

8
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

5) Daun tangkai (brachteola) merupakan daun pelindung yang letaknya di pangkal tangkai
bunga.
6) Daun kelopak (sepal) merupakan daun perhiasan bunga yang paling pangkal, umumnya
berwarna hijau dan berkelompok membentuk kelopak bunga (calyx).
7) Daun mahkota atau daun tajuk (petal) merupakan daun perhiasan bunga yang berwarna-
warni. Daun mahkota ini berkelompok membentuk mahkota bunga (corolla).
8) Benang sari (stamen) adalah daun fertil yang terdiri dari kepala sari (anthera), berisi
serbuk sari (polen), tangkai sari (filamen), dan pendukung kepala sari9.
9) Daun buah (carpell) adalah daun fertil pendukung makrospora berupa bakal biji (ovalum)
yang secara kolektif membentuk putik (pistill).

C. PERBUNGAAN

Bunga adalah batang da daun yang termodifikasi atau mengalami perubanhan. Modifikasi
ini di sebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang di rangsang oleh komposisi fitohormon
tertentu. Pembentukan bunga pada tanaman meruppakan salah satu fase pertumbuhan generatif
untuk terjadinya pembentukan biji dan buah. Tidak seua tanaman berbunga dapat menghasilkan
biji atau buah, tergantung dari sifat tanaman dan keberhasilan penyerbukan antara bunga janttan
ddan bunga betina. Setiap bunga mempunyai sifat yang berbeda—beda dan tidak semua bunga
mempunyai bagian bunga yang lengkap. Begitupula dengan tipe perbungaan, letak organ fertil,
letak bunga serta jumlah bunga10.

Bunga dapat tersusun secara berkelompok atau tunggal pada ujung sumbu batang.
Perbungaan merupakan sekelompok bunga yang tersusun pada batang, melekat pada batang
utama atau membentuk percabangan yang kompleks. Dengan kata lain, perbungaan merupakan
bagian dari pucuk termodifikasi di mana bunga terbentuk. Modifikasi pada pucuk tersebut
melibatkan adanya perubahan panjang ruas dan bentuk filotaksis yang berubah dari filotaksis
saat pertumbuhan vegetatif. Batang yang memegang perbungaan dinamakan pedunkulus,
sedangkan tangkai yang membawa satu bunga dinamakan pedicelus. Perbungaan ditunjukkan
oleh berbagai macam karakter termasuk bagaimana bunga tersusun dalam pedunkulus, urutan
pembentukan, pematangan bunga, dan bagaimana perbedaan terjadi pada kelompok bunga yang
9
http;//www.artikelsiana.com/2014/12/bagian-bagian-bunga-fungsi-fungsi-bunga.html
10
Undang, Ahmat, Dasuki. 1992. Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta : Gadjah Mada Press ).

9
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

tersusun dalam tangkai perbungaannya. Karakter-karakter ini yang akan menentukan macam
perbungaan.

Perbungaan umumnya, memiliki daun yang termodifikasi yang berbeda dengan bagian
vegetatif tumbuhan lainnya. Pada perbungaan biasanya akan ditemui satu daun pelindung bunga
yang dinamakan braktea, yang terdapat pada nodus di mana cabang perbungaan mulai terbentuk.
Braktea memiliki beberapa fungsi termasuk dapat membantu menarik polinator agar datang pada
bunga, seperti pada bougenvillea spectabilis dan mussaena frondosa. Bila dalam satu
perbungaan terdapat banyak braktea yang berkelompok dan menempel pada suatu perbungaan,
seperti pada bunga matahari (helianthus annuus) maka braktea demikian dinamakan involukrum.
Pola pertumbuhan organ tumbuhan dapat berlangsung dalam dua cara, yaitu monopodial, yang
pertumbuhannya ditandai dengan adanya satu sumbu yang dominan, serta simpodial yang
ditandai dengan terbentuknya banyak percabangan tanpa ada satu sumbu yang jelas. Pada
perbungaan, kedua pola pertumbuhan ini dinamakan pula pertumbuhan terbatas (determinate)
dan tidak terbatas (indeterminate), dan akan menunjukkan apakah bunga terminal terbentuk atau
tidak, dan dari bagian mana pembungaan mulai terbentuk dalam perbungaan tersebut.
Berdasarkan pola tersebut maka perbungaan dapat dibedakan menjadi berikut ini.

1) Perbungaan rasemosa, yang memiliki sumbu utama perbungaan yang tumbuh tak
terbatas, bersifat monopodial, bunga mekar dari bawah ke atas, atau dari tepi ke tengah.
2) Perbungaan simosa, yang memiliki sumbu utama yang tumbuh terbatas, bersifat
simpodial, bunga mekar dari atas ke bawah atau dari tengah ke tepi 11.

Bunga biasanya mempunyai dua macam alat kelamin, dan justru alat-alat itulah yang
sesungguhnya merupakan bagian-bagian bunga yang terpenting, karena dengan adanya alat-alat
tersebut dapat kemudian dihasilkan alat perkembang-biakan atau calon tumbuhan baru
Bardasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan:

1) Bunga Banci atau Berkelamin Dua (hermaphroditus), yaitu bunga yang padanya terdapat
benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini
seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, kerena biasanya pun
jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota. Misalnya pada
bunga Terung (Solanum melongena L.).
11
Irawati, Trimurti, dkk. 2016. Embriologi Tumbuhan. (Banten : Universitas Terbuka ).

10
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

2) Bunga Berkelamin Tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari
kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat
dibedakan lagi dalam bunga Jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat
benang sari tanpa putik, misalnya Bunga Jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan.
Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang ♂.

Bunga Betina (flos feminieus), yaitu bunga yang tidak mempunyai banang sari,
melainkan hanya putik saja, misalnya Bunga Jagung yang tersusun dalam tongkolnya.
Bunga betina ditunjukkan dalam lambang ♀.

11
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

3) Bunga Mandul atau Bunga Tidak Berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat benang sari


maupun putik. Misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada Bunga Matahari (Helianthus
annuus L.).

4) Penelitian mengenai jenis kelamin bunga menunjukkan bahwa satu batang tumbuhan,


misalnya sebatang tanaman Jagung, dapat memperlihatkan dua macam bunga,
yaitu bunga jantan yang tersusun sebagai bulir majemuk pada ujung tanaman
dan bunga betina yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak-ketiak
daunnya. Berdasarkan jenis kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, maka
tumbuhan dibedakan menjadi berumah Satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang
mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan).
Misalnya pada Jagung (Zea mays L.)

12
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

5) Berumah Dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, sehingga
ada individu tumbuhan yang hanya mempunyai bunga jantan saja dan ada individu
tumbuhan yang hanya mempunyai bunga betina saja. Misalnya Salak (Zalacca edulis
Reinw.).

D. Modifikasi Dari Bunga

13
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Pada umumnya bunga merupakan sebagai organ seksual,karena bunga ialah tempat
menyatunya suatu gamet jantan dan juga gamet betina pada suatu tumbuhan.
sebagai alat reproduksi dan juga untuk penyebarannya melalui bunga tersebut. selain itu bunga
juga berperan sebagai organ untuk bertahan pada kondisi yang kurang menguntungkan. Hal ini
terjadi, misalnya pada suatu tanaman yang biasa tumbuh pada lokasi kering, yang dimana
tumbuhan tesebut akan membentuk sebuah bunga ketika mangalami suatu kondisi kekurangan
air. di mana dalam tahap reproduksinya bunga juga membutuh kan serangga dalam
penyerbukannya, oleh karna itu bunga memiliki ciri yang khas untuk menarik serangga, agar
mau hinggap dan membantu suatu proses penyerbukan pada bunga, dalam ntuk meneruskan
suatu proses perkembangbiakan, karena bunga ada juga yang berproses menjadi suatu biji, yang
kemudian bisa ditanam kembali 12.

Bunga adalah daun dan batang di sekitarnya yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon
tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis
diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan
ketersediaan air. Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk,
warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Oleh karena itu,  bunga ini
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat
dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai
penghasil alat perkembangbiakan. Pada umumnya, bunga mempunyai sifat-sifat seperti berikut :
a. Mempunyai warna menarik.
b. Biasanya berbau harum.
c. Bentuknya bermacam-macam.
d. Biasanya mengandung madu.

Pada modifikasi tersebut tidak hanya bunga yang mendapat keuntungan, hewan
penyerbuk pun mendapatkan keuntungan berupa nektar atau polen. Dengan kata lain, struktur
bunga juga mengalami evolusi, baik secara filogeni maupun ontogeni (proses perkembangan),
serta dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Struktur mahkota bunga berbibir dua, yang

12
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press).

14
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

merupakan ciri khas bunga dari tumbuhan suku Lamiaceae atau Labiatae, menunjukkan adanya
adaptasi bunga untuk membantu penempelan polen pada bagian dorsal vektor polinasinya.
Struktur ini telah mengalami evolusi beberapa kali dan dapat digunakan untuk menunjukkan
adanya suatu solusi untuk fungsi yang sama pada tumbuhan-tumbuhan yang berkerabat jauh,
sedangkan untuk tumbuhan yang berkerabat dekat mungkin akan terdapat kemiripan dalam hal
struktur bunganya. Beberapa bunga telah mengalami koevolusi dan membentuk suatu hubungan
yang spesifik dengan satu spesies serangga atau sekelompok serangga13.

Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, yaitu perhiasan bunga dan alat kelamin bunga.
Jenis-Jenis bunga dibagi menjadi bunga lengkap dan bunga tak lengkap. seperti yang ada
dibawah ini.

a. Bunga Lengkap

Bunga lengkap ialah suatu bunga yang memiliki kelopak, mahkota, benang sari,dan
putik. Bunga lengkap mempunyai dua macam alat kelamin,oleh karena itu disebut dengan bunga
berkelamin ganda (hermafrodit). Akan tetapi pada bunga berkelamin ganda atau berkelamin
lengkap belum tentu merupakan sebuah bunga lengkap. Contohnya yaitu bunga sepatu,
tembakau, mawar, melati, dan terung

b. Bunga Tidak Lengkap

Bunga disebut bunga tidak lengkap jika tidak mempunyai salah satu atau beberapa bagian
bunga baik perhiasan maupun alat kelamin bunga. Bunga tidak lengkap dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu

 Perhiasan Bunga Tidak Lengkap, perhiasan bunga tidak lengkap yaitu yang tidak
mempunyai mahkota atau kelompak. Bunga yang yang tidak mempunyai perhiasan
bunga disebut dengan bunga telanjang. Contohnya bunga rambutan, bunga kelapa, dan
jepung bali
 Alat Kelamin Tidak Lengkap, alat kelamin tidak lengkap ialah sebuah bunga yang hanya
memiliki salah satu alat kelamin yang disebut dengan bunga berkelamin tunggal. bunga
berkelamin tunggal terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Contohnya bunga
mentimun dan bunga salak. Atau jika bunga tidak mempunyai alat kelamin disebut
13
Taiz L and Zeiger E. 1991. Plant Physiology. Tokyo. The Benyamin/Cumming Publishing Company Inc

15
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dengan bunga mandul (bunga tidak berkelamin),contohnya pada bunga pita dan pada
bunga matahari.

  Dilihat dari kelengkapan alat kelaminnya, bunga dibedakan menjadi 2 yaitu bunga
sempurna dan bunga tidak sempurna.

 Bunga Sempurna, bunga sempurna ialah jika memiliki dua macam alat kelamin, yaitu
benang sari dan putik. Perhiasan bunga nya berupa kelopak dan mahkota bunga tidak
selalu harum ada pada bunga sempurna. contohnya : bunga mawar, alamanda, kamboja,
matahari
 Bunga Tidak Sempurna, Bunga disebut bunga tidak sempurna apabila hanya memiliki
satu macam alat kelamin, benang sari saja atau putik saja. Ada juga dikatakan monoesis
dan diesis, monoesis ialah sebuah bunga yang mempunyai suatu alat kelamin jantan, dan
bunga yang mempunyai suatu alat kelamin betina terdapat pada satu
tumbuhan, contohnya : tumbuhan jagung dan mentimun
 sedangkan diesis ialah sebuah bunga jantan dan bunga betina terdapat pada suatu
individu tumbuhan yang berlainan, maka disebut tumbuhan berumah dua. Contohnya :
tumbuhan salak dan siwalan 14.

14
Sahardi. 2000. Studi Karakteristik Anatomi dan Morfologi serta Pewarisan Sifat Toleransi terhadap
Naungan pada Padi Gogo (Oryza sativa L). Disertasi. IPB Bogor.

16
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

BAB II

REPRODUKSI PADA ANGIOSPERMAE

Angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yang alat perkembangbiakan


generatifnya berupa bunga. Pada umumnya bunga mempunyai perhiasan yang terdiri atas
kelopak (Calyx) dan mahkota (Corolla). Alat reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang
berjumlah satu atau banyak sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistilum). putik ada
yang hanya tersusun dari satu daun buah (karpel) tetapi ada juga yang terbentuk dari karpel.
Ovarium mungkin hanya terbentuk dari satu karpel atau beberapa karpel yang bersatu. biji
terdapat di dalam ovarium. Divisio magnoliophyta terdiri atas atas dua kelas yaitu magnoliopsida
(dicotiledonae) dan liliopsida (monokotiledonae). Magnoliopsida mempunyai 64 ordo, 318
familia, dan kurang lebih 165.000 species sedangkan liliopsida mempunyai 19 ordo, 65 familia,
kurang lebih 50.000 species15.

A. Struktur Alat Reproduksi Jantan dan Betina Pada Angiospermae


a) Struktur Dinding Anther
Statemen merupakan alat perkembangbiakan jantan pada tumbuhan angiospermae, yang
tersusun atas ather dan filamen. Filamen berfungsi sebagai penyangga anther dan menyalurkan
nutrisi untuk menunjang perkembangan anther. Anther merupakapakan bagian statemen tempat
terjadinya proses pembentukan gamet jantan anther umumnya tersusun atas 4 mikrosporangium,
terbagi dalam dus thecha, yang dapat di hubungkan oleh jaringan yang disebut konektivum.
Dinding anther tersususn atas beberapa lapisan sel penyusun yang melindungi sel-sel sporogen,
yakni bakal pembentuk mikrospora. Lapisan sel terluar penyusun dinding anther adalah
epidermis, kemudia di dalamnya terdapat endotesium, lapisan yang memipih serta tapetum pada

15
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. ( Malang : UM Malang Press ).

17
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

lapian paling dalam yang berbatasan dengan ruang pembentukan polen atau kentung polen 16.
Adapun fungsi dari penyusun dinding anther adalah :

a. Epiderms, memiliki fungsi sebagai jaringan pelindung dari anther. Pada anther yang
sudaah dewasa epidermis akan sedikit memipih dan merenggang dan permukaan luar
epiidermis mungkin akan di tutupi oleh katikula. Pada daerah lekukan antara dua
mikrosporangium akan terbentuk stomium, yang akan membka untuk membantu
pemencaran polen.
b. Edotesiuum, merupakan lapisan dinding mikrosporangium yang terletak tepat di
bawah epiddermis. Pada umumnya, edotesium hanya terdiri atau satu lapisan sel yang
tersusun secara radial memanjang. Sel-sel endotesium bersifat higroskopid sehnggga
akan sangat membantu dalam pemecahan anther pada stadium dewasa.
c. Lapisan tenfah merupakan lapisan anther yang terletak di antara tapetum dan
endotesium. Lapisan tengah memiliki fungssi sebagai tempat cadangan makanan,
transsport asimilat, sekresi, dan penyuongkong mekanik.
d. Tapetum, merupakan jaringan yang sangat pentung untuk menyalurkan nutrisi pada
jaringan sporogen yyang sedang berkembang. Tapetum meerupakan lapisan terdalam
dari anther. Tapetum terbagi menjadi dua jenis, yakni tapetum amoeboid dan tapetum
sekresi. Tetapii dengan perkembangan ilmuu yang ada pada saat ini tapetum dibagi
menjadi tapetum selulaer dan tapetum perlpasmodlal.
Alat reproduksinya terdiri atas alat reproduksi jantan yaitu serbuk sari yang
nantinya akan menghasilkan gamet jantan. Sedangkan vsel telur yang merupakan gamet
betina terdapat didalam bakal biji.

b) Struktur Bakal Biji


Bakal biji (ovulumm) merupakan temppat terjadinya megasporogenesis, pembentukan
gametofit betika dan terjainya fertilisasi. Bakal biji terdiri atas nuselus yang dikelilingi oleh satu
atau dua lapis integumen. Bakal biji melekat pada plasenta dengan menggunakan suatu tangkai
yang di namakan funikulus. Pada ujung setiap bakal biji terdapat celah kecil, yang di namakan
mikropil, yang berfngsi sebagai jalan masuknya tabung polen menuju kantung embrio. Daerah

16
Fahn, A. 1990. Plan Anatomy.( New work : Pergamos Press)

18
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

tempat penggabungan inntegumen dengan funikulus dinamakan kalaza. Salah satu sel pada
nuselus, umumnya berdifirensiasi menjadi sel sporogen yang akan menurunkan sel induk
megaspora. Bakal biji dapat di bedakan menjadii beberapa bentuk 17.

B. Perkembangan Alat Reproduksi Jantan dan Betina Angiospermae


1. Reproduksi Pda Jantan

a) Mikrosporogenesis
Benang sari terdiri dari kepala sari (antera) dan tangkai Sari (filamon). Kepala sari
merupakan organ yang sangat penting karena di dalamnya terdapat mikrosporangia. Yang
merupakan tempat berkembangnya gametofit jantan. Pada umumnya suatu antera trdiri dari 2
ruang sari (teka) dan masing-masing memiliki dua ruang lokuli. Lokuli berisi mikrospora disebut
sporangium. Pada awal kepala sari muda didalam lokulomentum (yaitu dibawa epidermis)
tersusun dari jarigan prenkimatis yang homogeny. Sebelum sel-sel induyk mikrospora menjadi
mikrospora maka sel-sel ini akan mengalami pembelahan meosis. Pada pembelahan meosis I
menghasilkan dua sel, dan [ada pembelahan ini terjadi reduksi jumlah kromosom yaitu terdiri
dari 2n kromosom menjadi n kromosom untuk masing-masing sel yang dihasilkan yaiut butir
polen.

b). Mikrosporagenesis

Mikrospora merupakan awal perkembangan gametofit jantan. Selama Gametogenesis inti


serbuk sari membelah menghasilkan inti vegetative dan inti generative, yang tidak sama besar.
17
Raghavan, V. 2000. Developmental Biology Of Flowering Planta. (New York : Springer- Verlag)

19
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Sel vegetative lebih besar dari sel generative. Inti sel generative membelah secara mitosis dan
menghaslkan 2 sel sperma. Setelah pembelahan mitosis sel vegeratif melanjutkan pertumbuhan,
organel sel bertambah jumlah dan ukurannya, Vakuola makin lama menghilang. Sel generative
bentuknya speris, setelah lepas dari dinding sel.

2. Reproduksi Pada Betina


a). Megasporogenesis

Beberapa tumbuhan Angiospermae mempunyaimegasporofil (daun buah) yang


berkembang ke dalam suatu pistilium. Pistilium biasanya mengalami diferensiasi menjadi tiga
bagian, yaitu Bagian basal menggelembung disebut ovarium (bakal buah), bagian yang
memanjang disebut stilus (tangkai putik), dan bagian ujung stilus yang disebut stigma (kepala
putik). Didalam ovarium terdapat 1, 2 atau lebih bakal biji. Tiap bakal biji terdiri dari nuselus,
integument, khalasan, dan funikulus. Bakal biji yang dewasa digolongkan ke dalam 5 tipe
tergantung aksis bakal biji tersebut, berdasarkan :

 Orthotropus : Mikrofil menghadap ke atas terletak segaris dengan hilus


  Anatropus : Mikropil duahilus letaknyta sangat berdekatan
  Kampilotropus : Bakal biji berbentuk kurva
 Hemiantropus : Apabila nuselus dan integument terletak kurang lebih disudut funikulus
 Afitropus : Bakal biji berbentuk seperti sepatu kuda

b). Megagametogenesis
Organisasi kantong embrio yang dewasa terdiri atas 7 sel, yaitu sel sentral yang besar
dengan dua inti kutub, di bagian mikropil 2 sel sinergid dan satu sel telur serta di bagian khalaza
3 sel antipoda. Proses ini merupakan serangkaian pemeblahan inti sel megaspora tanpa disertai
dengan pembelahan selnya. Pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan berlangsung 3 kali
berturur-turut. Dari awalnya satu inti sel membelah secra mitosis sebanyak 3 kali hingga
menghasilkan 8 inti sel18.

18
Irawati, Trimurti, dkk. 2016. Embriologi Tumbuhan. (Banten : Universitas Terbuka ).

20
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

C. Reproduksi Pada Angiospermae

Cara reproduksi tumbuhan dengan menggunakan bagian tumbuhan disebut reproduksi


secara vegetatif. Reproduksi tumbuhan secara vegetatif disebut juga reproduksi aseksual karena
tumbuhan dapat menghasilkan individu baru tanpa me libatkan proses fertilisasi. Tumbuhan
dapat melakukan reproduksi aseksual karena tumbuhan memiliki sel-sel yang memiliki
kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel penyusun jaringan dan organ
tumbuhan yang disebut sel meristem. Keturunan yang dihasilkan dari reproduksi aseksual
memiliki sifat atau karakter yang sama dengan sifat induk.

`1. Reproduksi Secara Aseksual


a. Reproduksi Aseksual Alami

Tumbuhan yang dapat bereproduksi dengan bagian tu buhnya tanpa bantuan manusia
inilah yang disebut dengan reproduksi aseksual alami atau reproduksi vegetatif alami. Berikut ini
adalah berbagai macam cara reproduksi aseksual alami.

Jenis Reproduksi Keterangan

Rhizoma Rhizomaadalah modifikasi batang tumbuhan yang


tumbuhnya menjalar di bawah permukaan tanah dan dapat
menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas-ruasnya.
Beberapa contoh tumbuhan yang reproduksi dengan
rhizoma adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak.

Stolon Pada rumput dan beberapa tanaman lain misalnya stroberi


dan pegagan terdapat batang yang menjalar di atas tanah.
Batang tumbuhan yang menjalar di atas tanah disebut
stolon (geragih). Tunas dapat tumbuh pada buku dari
stolon. Saat tunas terpisah dari tanaman induk, tunas

21
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

sudah mampu tumbuh menjadi individu baru.

Umbi Lapis Dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan susunan


berlapis-lapis yang terdiri atas daun yang menebal, lunak
dan berdaging dan batang yang berupa bagian kecil pada
bagian bawah umbi lapis yang disebut dengan cakram.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa umbi lapis
merupakan modifikasi batang dan daun. Siung atau anak
umbi lapis jika dipisahkan dari induknya, maka akan
menghasilkan tumbuhan baru.

Umbi Batang Kentang merupakan salah satu contoh tumbuhan yang


mengalami pembengkakan pada batang di dalam tanah
dan berisi cadangan makanan. Batang yang demikian
disebut dengan umbi batang. Umbi batang selain
berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan juga
berfungsi untuk reproduksi. Tanaman ubi jalar juga dapat
berkembangbiak dengan menggunakan umbi batang.

Kuncup Adventif Daun Bagian tepi daun terdapat sel yang selalu membelah (sel
meristem). Pada bagian daun yang demikian da pat
membentuk kuncup. Kuncup merupa kan calon tunas
yang terdiri atas calon batang beserta calon daun. Kuncup
yang terdapat pada tepi daun disebut kuncup adventif
daun atau tunas liar pada tepi daun. Contoh tumbuhan
yang reproduksi dengan kuncup adventif daun adalah
cocor bebek.

22
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

b. Reproduksi Aseksual Buatan

Reproduksi aseksual dapat terjadi secara alami di alam seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Reproduksi aseksual juga dapat dilakukan dengan bantuan manusia. Berikut ini
adalah berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan manusia untuk membantu reproduksi
tanaman.

Jenis Reproduksi Keterangan

Cangkok Cangkok dapat dilakukan dengan mengelupas kulit


suatu tangkai tanaman berkayu, kemudian dibalut
dengan ta nah dan dibungkus dengan sabut kelapa
atau plastik, sehingga tumbuh akar. Apabila bagian
kulit yang terkelupas telah tumbuh akar, maka
tangkai dapat dipotong dan ditanam di tanah.
Tanaman yang dihasilkan dari cangkok memiliki sifat
seperti induk dan cepat berbuah. Namun hasil
cangkokan memiliki akar yang kurang kuat.

Merunduk Merunduk dapat dilakukan dengan membenamkan


tangkai tanaman ke tanah, sehingga bagian yang
tertanam dalam tanah tumbuh akar. Apabila sudah
tumbuh akar maka tanaman dapat dipisahkan dari
induk. Merunduk dapat dilakukan pada tanaman yang
memiliki cabang batang yang panjang dan lentur,
misalnya bunga Alamanda.

Menyambung (enten) Cara reproduksi menyambung (enten) adalah dengan


memotong suatu batang tanaman lalu disambung
dengan batang tanaman lain yang sejenis yang
berbeda sifat. Pada satu pohon tanaman hasil enten

23
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dapat menghasilkan dua atau lebih buah atau bunga


dengan sifat yang berbeda, misalnya tanaman te rong
hijau disambung dengan terong ungu, maka dalam
satu tanaman dapat menghasilkan terong hijau dan
terong ungu.

Menempel (okulasi) Cara reproduksi menempel (okulasi) dapat dilakukan


dengan menempelkan mata tunas yang ada pada kulit
tanaman pada batang tanaman lain yang sejenis.
Misalnya jenis pohon jeruk batang kuat tetapi
jeruknya kecil dan masam dan jenis pohon jeruk yang
pohonnya tidak terlalu kuat tetapi jeruknya besar dan
manis. Mata tunas pohon jeruk dengan hasil buah
besar dan manis ditempelkan pada batang pohon
jeruk yang batangnya kuat.

Setek Setek adalah cara reproduksi vegetatif dengan


memotong (memisahkan dari induk) suatu bagian
tanaman dan kemudian ditanam untuk menghasilkan
individu baru, misalnya untuk menanam ketela pohon
atau bunga mawar dapat menggunakan batangnya
atau disebut setek batang. Tanaman cocor bebek
dapat diperbanyak dengan menggunakan setek daun.
Tanaman sukun dapat diperbanyak dengan
menggunakan setek akar.

2. Reproduksi Seksual pada Tumbuhan Angiospermae

Organ tumbuhan seperti akar, batang, dan daun yang digunakan sebagai alat reproduksi
pada reproduksi aseksual tumbuhan. Pada reproduksi seksual, digunakan sel kelamin yaitu sel

24
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

sp*rma dan sel telur dan proses fertilisasi untuk menghasilkan biji. Biji dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tumbuhan baru.

1) Penyerbukan (Polinasi)

Sel kelamin jantan pada bunga terdapat pada buluh serbuk sari. Serbuk sari dihasilkan
dalam kepala sari. Sel kelamin betina terdapat pada bakal biji. Pada tumbuhan, proses fertilisasi
atau pembuahan diawali dengan peristiwa polinasi atau penyerbukan. Perantara penyerbukan
bunga yang berfungsi membantu terjadinya proses penyerbukan anatara lain sebagai berikut ;

a) Angin (Anemogami). Ciri tanaman yang dibantu penyerbukannya oleh angin diantanya
bunga yang kecil dan tangkai bunga yang mudah bergoyang bila tertiup angin serta tidak
menghasilkan nektar atau bau. Penyerbukan yang dibantu oleh angin disebut anemogami.
b) Serangga (Entomogami). Ciri bunga yang penyerbukannya dibantu seranga diantaranya
memiliki warna yang menarik dan cerah, dan menghasilkan nektar. Umumnya serbuk sari
yang dihasilkan lengket sehingga mudah melekat pada kaki serangga. Penyerbukan yang
terjadi dengan bantuan serangga disebut entomogami.
c) Burung (Ornitogami). Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh burung umumnya
memiliki ukuran bunga yang besar, berwarna merah cerah, tidak berbau, menghasilkan
nektar dalam jumlah cukup banyak, dan mahkota bunga berbentuk terompet, misalnya
bunga cangkring atau dadap (Erythrina variegata). Ukuran bunga yang besar berguna
untuk menahan berat dari burung. Contoh burung yang dapat membantu penyerbukan
adalah burung isap madu dan burung kolibri.
d) Kelelawar (Kiropterogami). Ciri-ciri bunga yang penyerbukannya dibantu oleh kelelawar
ialah menghasilkan nektar, memiliki warna yang menarik, menghasilkan bau, dan mekar
pada malam hari, misalnya yaitu tanaman kaktus.
e) Manusia (Antropogami) Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh manusia biasanya
merupakan bunga yang berumah dua, artinya dalam pohon hanya terdapat bunga jantan
atau bunga betina saja. Ada pula tanaman yang serbuk sarinya sulit untuk bertemu
dengan putik, sehingga sulit untuk melakukan penyerbukan sendiri, misalnya bunga
vanili dan anggrek19 .

19
Sahardi. 2000. Studi Karakteristik Anatomi dan Morfologi serta Pewarisan Sifat Toleransi terhadap
Naungan pada Padi Gogo (Oryza sativa L). Disertasi. IPB Bogor.

25
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Berdasarkan asal serbuk sari, penyerbukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

a) Penyerbukan sendiri (autogamy), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada putik
berasal dari bunga itu sendiri
b) Penyerbukan tatangga (geitogamy), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada putik
berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga
c) Penyerbukan silang (allogamy/xenogamy), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada
kepala putik berasal dari bunga tumbuhan lain dan tumbuhan asal polen masih tergolong
jenis yang sama.
d) Penyerbukan bastar (hybridogamy), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada kepala
putik berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenis atau setidaknya memiliki
satu sifat beda.

2) Pembuahan (Fertilisasi)

Serbuk sari memiliki inti vegetatif dan inti generatif. Setelah serbuk sari melekat pada
kepala putik (stigma) yang sesuai (berasal dari tumbuhan yang sejenis), maka serbuk sari akan
menyerap air dan berkecambah membentuk buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari tumbuh dan
bergerak menuju bakal buah melalui tangkai putik. Inti sel di dalam buluh serbuk sari akan

26
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

membelah menjadi dua. Dua inti sel generatif tersebut akan berkembang menjadi dua inti sel
sp*rma. Satu inti vegetatif di dalam serbuk sari berperan menjadi penuntun gerak tumbuh buluh
serbuk sari ke bakal biji. Satu inti sel sp*rma membuahi inti sel telur (ovum) membentuk zigot
(calon individu baru), dan satu inti sel sperma yang lain membuahi inti kandung lembaga
sekunder membentuk endosperma atau cadangan makanan. Pada proses ini terjadi dua kali
pembuahan maka disebut dengan pembuahan ganda.

3) Penyebaranan Biji

Setelah terjadi pembuahan, bakal biji akan berkembang menjadi biji. Pada Angiospermae
biji diselubungi oleh buah yang telah berkembang dari bakal buah (ovarium). Penyebaran biji
yang jauh dari induk akan meningkatkan peluang biji untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik menjadi individu baru. Terdapat banyak bahan perantara yang dapat membantu tanaman
untuk menyebarkan biji.

a) Anemokori adalah proses penyebaran biji dengan bantuan angin. Ciri tumbuhan yang
penyebarannya dengan cara ini adalah bijinya kecil, ringan, dan bersayap. Contohnya
adalah biji bunga Dandelion.
b) Hidrokori adalah proses penyebaran biji dengan bantuan air. Ciri tumbuhan yang
penyebarannya dengan cara ini adalah hidupnya di dekat daerah perairan, misalnya di
pantai ataupun tumbuhan yang hidup di air, contohnya adalah pohon kelapa dan bakau.
c) Zookori adalah proses penyebaran biji dengan bantuan hewan. Penyebaran ini dibagi
menjadi empat, yaitu : Entomokori adalah penyebaran biji dengan perantara serangga.
Contohnya adalah wijen dan tembakau. Kiropterokori adalah penyebaran biji dengan
perantara kelelawar. Contohnya adalah jambu biji dan pepaya. Ornitokori adalah
penyebaran biji dengan perantara burung. Contohnya adalah beringin dan benalu.
Mammokori adalah penyebaran biji dengan perantara mamalia. Contohnya adalah
hewan luwak yang membantu dalam proses penyebaran biji kopi.
d) Antropokori adalah proses penyebaran biji dengan bantuan manusia. Proses penyebaran
dengan cara ini dapat terjadi secara sengaja misalnya ketika menanam jagungataupun
tidak sengaja. contohnya adalah rumput.

27
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

4) Perkecambahan

Biji yang masih belum tumbuh merupakan biji yang berada pada keadaan dormansi biji.
Dormansi yaitu peristiwa dimana biji mengalami masa istirahat. Berakhirnya masa dormansi biji
adalah ketika biji mulai tumbuh menjadi tumbuhan baru yang disebut dengan tahapan
perkecambahan. Lamanya masa dormansi biji setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Masa
dormansi biji dapat diakhiri dengan memberi perlakuan yang berbeda-beda. Namun
20
perkecambahan berbagai macam biji dipengaruhi oleh faktor yang hampir sama .
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi, dan adanya zat penghambat. Sedangkan
faktor esternal maliputi suhu, air, oksigen, gas normal dan cahaya. Reproduksi seksual dihasilkan
dari peleburan inti sel kelamin jantan (sp*rma) dan sel kelamin betina (telur). Sifat keturunan
diperoleh dari gabungan sifat kedua in duk. Hal inilah yang menyebabkan sifat keturunan yang
dihasilkan da ri reproduksi seksual bervariasi.

D. Siklus Hidup Tumbuhan Angiospermae

Selama hidupnya tumbuhan melalui dua tahapan generasi, yaitu generasi gametofit dan
sporofit. Generasi gametofit adalah generasi penghasil gamet. Generasi sporofit adalah generasi
penghasil spora. Dalam siklus hidup tumbuhan, generasi haploid (n) bergiliran dengan generasi
diploid (2n), sehingga dikatakan tumbuhan mengalami pergiliran generasi atau metagenesis. Sel
telur terdapat di dalam bakal biji. Peleburan sel telur dan sp*rma mengakibatkan bakal biji
berkembang menjadi biji. Sel kelamin terbentuk dari perkembangan spora yang bersifat haploid
(n). Hasil peleburan bersi fat diploid (2n). Biji akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Tumbuhan
baru akan memiliki akar, batang, daun, dan pada suatu saat terbentuk bunga. Tumbuhan ini
bersifat diploid dan dikenal dengan generasi sporofit (penghasil spora).

20
https://www.mikirbae.com/2016/01/reproduksi-tumbuhan-angiospermae.html

28
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Pada bagian ujung benang sari terdapat kepala sari (antera). Pada antera inilah serbuk sari
dibentuk. Bila serbuk sari menempel pada kepala putik akan membentuk buluh serbuk sari dan
menghasilkan dua inti sp*rma yang haploid, dua inti sp*rma yang haploid inilah yang disebut
gamet jantan. Pada bagian pangkal putik adalah ovarium atau bakal buah. Di dalam bakal buah
terdapat bakal biji. Di dalam bakal biji inilah terdapat kantung lembaga yang tersusun atas 7 sel
dan 8 inti yang haploid, yaitu 3 sel antipoda, 2 sel sinergid, 1 sel telur, 1 sel kandung lembaga
sekunder. Masing-masing sel mempunyai satu inti haploid kecuali sel kandung lembaga
sekunder yang mempunyai 2 inti haploid. kantung lembaga inilah yang disebut gametofit betina.

29
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

BAB III

REPRODUKSI PADA GYMNOSPERMAE

A. Struktur Reproduksi pada Gymnospermae

Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang


mempunyai bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu
dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan
berbunga (Anthopyta). Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa
penyerbukan dan pembuahan. Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan
merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif). Selain itu, ada juga
pembiakan secara aseksual (vegetatif) antara lain dengan membentuk
zoospora, fragmentasi, dan membelah diri.21

Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu


tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae). Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji
terbuka. Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang
berarti telanjang dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae
dapat diartikan sebagai tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka
merupakan kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam
bakal buah (ovarium). Secara harfiah Gymnospermae berarti gym =
telanjang dan spermae = tumbuhan yang menghasilkan biji. Pada tumbuhan
berbunga (Angiospermae atau Magnoliphyta), biji atau bakal biji selalu
terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada
Gymnospermae, biji nampak (terekspos) langsung atau terletak di antara
daun-daun penyusun strobilus atau runjung.22

Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta


tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae

21
Campbell, NA. 2003. Biologi. Jilid 3: Jakarta. Erlangga.
22
Falahuddin,Irham.dkk.2014.Biologi Dasar.Palembang:ExcellentPublishing Palembang

30
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi
batu bara : Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan
Cordaitophyta. Anggota-anggotanya yang lain dapat melanjutkan
keturunannya hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang
dianggap sebagai penerus dari salah satu kelompok Gymnospermae purba
yang telah punah (paku biji)
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses evolusi
biji. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada.
Selanjutnya Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari
tumbuhan biji. Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan
bentuk antara Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini
menghasilkan spora, tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan
floem sekunder seperti pada Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah
mempunyai kambium berpembuluh yang bifasial yang mampu menghasilkan
xilem dan floem sekunder. Kambium berpembuluh merupakan ciri khas dari
tumbuhan berbiji.

Alat reproduksinya berupa strobilus terbentuk ketika tumbuhan sudah


dewasa. Strobilus merupakan kumpulan sporofil yang membentuk struktur
kerucut di ujung tunas fertile (ujung cabang).. Gymnospermae mengalami
pembuahan tunggal. Tumbuhan berbiji terbuka ini menghasilkan
heterospora, yakni berupa megaspora dan mikrospora. Mikrospora tersebut
berkembang menjadi mikrogametofit (gametofit jantan) berisi serbuk sari.
Sedangkan untuk megaspora itu berkembang menjadi megagametofit
(gametofit betina).

Strobilus jantan dan betina pada pinus tidang bergabung menjadi satu
tetapi terpisah, namun masih berada pada satu pohon yang sama. strobilus
jantan membawa banyak mikrosporofil yang tersusun spiral. Pada tiap
mikrosporofil terdapat sepasang mikrosporangia, mikrospora bersayap.
Strobilus betina membawa sejumlah sisik-sisik ovula yang tersusun spiral

31
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

seperti pada strobilus jantan, sisik ovulum tumbuh pada ketiak sisi braktea,
setiap sisik ovul membawa 2 ovul pada permukaan atasnya. Bijinya
merupakan biji yang bersayap. Strobilus betina yang sudah masak tumbuh
menjadi kornus atau runjung yang mengeras dan mengayu.

Di bakal biji (megaspora) terdapat kantong serbuk sari (pollen


chamber) dan juga struktur liang biji (mikrofil) yang menggantikan fungsi
dari bunga sebagai organ reproduksi betina.Setelah serbuk sari tersebut
dilepas maka butir serbuk sari itu akan menjadi sperma. Saat penyerbukan,
serbuk sari tersebut akan melekat pada bakal biji, yang setelah itu sperma
bergerak menuju sel telur melalui buluh serbuk sari. Dan apabila terjadi
pembuahan maka terbentuklah zigot yang berkembang menjadi embrio dan
juga biji, apabila biji jatuh di tempat yang sesuai maka biji tersebut akan
tumbuh dan juga berkembang menjadi tumbuhan baru. Penyerbukan
tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dibantu oleh adanya perantara
angin (Anemokori).23

B. Ciri-ciri pada Angiospermae

Gymnospermae memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


23
Sutarmi,siti. 1983. Botani Umum. Bandung : Angkasa

32
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

1. Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah


2. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba.
Batang dan akar berkambium sehingga dapat tumbuh membesar.
Akar dan batang tersebut selalu mengadakan pertumbuhan
menebal sekunder. Berkas pembuluh pengangkutan kolateral
terbuka. Xilem pada gymnospermae hanya terdiri atas trakeid saja
sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring.
3. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
4. Bentuk perakaran tunggang, Akar gymnospermae juga
berkambium, sehingga akan terbentuk akar-akar lateral yang
memiliki diameter besar untuk menunjang tegaknya tumbuhan
gymnospermae.
5. Daun sempit, tebal dan kaku.
6. Tulang daun tidak beraneka ragam. 24

7. Tidak memiliki bunga sejati melainkan strobilus atau kornus, Organ


reproduksi gymnospermae yaitu daun yang terspesialisasi menjadi
penghasil gamet (sporofil) membentuk strobilus atau konus.
Gymnospermae tidak memiliki bunga sejati seperti pada
angiospermae. Sel gamet jantan (mikrospora) dan sel gamet betina
(megaspora) dihasilkan melalui strobilus atau konus. Pada
gymnospermae, sporofil hanya akan menghasilkan satu jenis sel
gamet. Untuk itu, terdapat sporofil jantan dan sporofil betina baik
dalam satu pohon (monocious) atau terpisah (dioceous).
8. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan
dan sel telur terdapat dalam strobilus betina.
9. Struktur perkembangbiakannya yang khas adalah biji yang
dihasilkan bunga ataupun runjung.   Setiap biji mengandung bakal
tumbuhan , yaitu embrio yang terbentuk oleh suatu proses
reproduksi seksual. Sesudah bertunas embrio ini tumbuh menjadi
tumbuhan dewasa.
24
Tjitrosoepomo,gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM

33
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

10. Sperma atau sel kelamin jantan menuju ke sel telur atau kelamin
betina melalui tabung serbuk sari hanya terdapat pada tumbuhan
dewasa.
11. Tumbuhan berbiji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit.
Jaringan ini merupakan saluran penghantar untuk mengangkut air,
mineral, makanan, dan bahan-bahan lainnya.
12. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang
penting untuk fotodintesis yaitu suatu proses dasar pada
pembuatan makanan pada tumbuhan.

C. Habitat gymnospermae

Gymnospermae hidup di mana-mana, hampir di seluruh permukaan


bumi ini. Mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub dan dari daerah yang
cukup air hingga daerah kering.

a) Ginkgophyta, banyak ditemukan di negara Cina, khususnya di daerah


kecil di Zhejiang Cina dan di Mu Tian Shan. provinsi di Timur.
b) Cycadophyta, cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis.
Coniferophyta atau dapat disubut Pinophyta
c) Tumbuhan yang termasuk Coniferophyta hidup tersebar di berbagai
daerah, bahkan hampir di seluruh daerah di dunia. Pohon pinus dan
cemara banyak tumbuh di Eropa bagian pegunungan.
d) Gnetophyta
e) Banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis.25

D. Klasifikasi Gymnospermae

Apabila dilihat klasifikasi taksonomi, gymnospermae termasuk dalam


kingdom plantae (Tumbuhan). Kemudian dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
subdivisi yaitu tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji

25
Istamar . 2004. Biologi . Jakarta : Erlangga

34
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

tertutup (Angiospermae). Lalu gymnospermae terbagi menjadi beberapa


kelas meliputi :

a. Kelas Cycadidae

Tumbuhan cycadidae memiliki penampakan yang hampir mirip dengan


tumbuhan palem. Hanya saja mereka memiliki alat reproduksi yang
berbentuk seperti strobilus dan berbiji terbuka. Cycadidae dapat tumbuh dan
mudah ditemukan di amerika selatan, australia, jepang bagian selatan dan
china bagian barat, madagaskar dan india. Mereka dapat tumbuh dalam
pohon atau semak dengan pertumbuhan yang lambat karena menggugurkan
daunnya.

Kalau dilihat dari letak betina pada jenis cycadidae terdapat di atas
batang pohon. Tumbuhan ini memiliki jenis tumbuhan yang dioecious.
Artinya organ reproduksi antara betina dan jantan terpisah dalam satu
individu. Cycadidae memiliki karakteristik lain sepertin memiliki pembuluh
dan biasa disebut daun bersisik. Contoh tumbuhan gymnospermae yang
termasuk kelas cycadidae adalah Cycas revoluta.

b. Kelas Konifer (Coniferophyta)

35
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Tumbuhan konifer pada kelas gymnospermae merupakan tumbuhan


yang memiliki alat reproduksi yang terpisah antara jantan dan betina.
Tumbuhan ini memiliki daun berjarum sehingga sering disebut pohon jarum.
Beberapa tumbuhan konifer biasa berbentuk pohon dan ada sebagian yang
perdu. Contoh tumbuhan gymnospermae kelas konifer adalah Pinus (Pinus
sp) dan Damar (Agathis alba).

Penyerbukan tumbuhan konifer tersebut biasanya dibantu oleh angin,


dimana angin menyebabkan serbuk sari dari strobilus jantan akan jatuh serta
menempel pada bakal biji yang ada pada sisik strobilus betina. Kemudian,
sel sperma yang ada di dalam serbuk sari akan bertemu dengan sel telur
yang ada di dalam bakal biji dengan bantuan buluh serbuk. Selanjutnya,
terjadilah fertilisasi yang membentuk biji dengan sayap tipis serta biji
tersebut bisa diterbangkan oleh angin kemana saja. Kalau biji itu jatuh di
tempat yang sesuai atau tepat maka biji itu akan tumbuh menjadi
kecambah, serta akan berkembang menjadi tumbuhan baru. Tanaman
konifer memiliki perkembang biakan dengan rujung dan berumah satu. Pada
bagian rujung jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan rujung
betina. Kemudian bentuk rujung jantang memiliki sisik penghasil serbuk sari
yang kecil sedangkan pada rujung betina memiliki sisik yang lebih besar,
agak berkayu sehingga lebih banyak sisik. Tanaman konifer bisa tumbuh

36
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dalam kondisi iklim tropis pada daerah dengan ketinggian yang cukup tinggi
atau pada daerah yang dingin dan beriklim sedang.

c. Kelas Ginkodidae

Kelas ginkodidae memiliki jenis yang dioecious, pertumbuhan pohon


hingga mencapai kurang lebh 40 m, kulit batang pohon berwarna abu-abu
terang atau cokelat kelabu, buahnya berbentuk daging, menggantung.
Contoh spesies jenis kelas ginkodidae adalah Ginkgo biloba. Banyak
ditemukan di negara Cina, khususnya di daerah kecil di Zhejiang Cina dan di
Mu Tian Shan. provinsi di Timur.

d. Kelas Gnetidae

Gnetidae banyak ditemukan dalam bentuk semak atau pohon yang


ukurannya kecil, termasuk yang tidak memiliki stipule, berbunga dengan 4-

37
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

12 helai setiap ketiak cabang untuk betinanya, biji dari gnetidae menjuntai
dan dapat tumbuh di asia, afrika dan bagian utara amerika. Contoh dari
tumbuhan gymnospermae yang termasuk kelas gnetidae adalah Gnetum
africanum, Gnetum buchholzianum.

e. Cycadophyta (sikas)

Cycadophyta adalah anggota divisi yang paling lama dari anggota


lainnya. Tumbuhan tersebut banyak ditemukan di daerah tropis sampai sub-
tropis. Ciri yang paling khas dari tumbuhan ini ialah batangnya yang tidak
bercabang, dan mempunyai daun yang majemuk (di dalam satu tangkai
daun ada banyak daun atau lebih dari satu). Hampir semua anggota dari
tumbuhan tersebut berumah 2 atau alat kelamin jantan serta kelamin betina
ada di pohon yang berbeda. Pohon betina membentuk daun buah yang
menyerupai tangkai serta agak pipih, pada tepinya ada lekukan-lekukan
yang berisi bakal biji. Sementara, pada pohon jantan terdapat kantung yang
berisi serbuk sari.

Salah satu contoh tumbuhan dari divisi ini ialah Cycas rumphii (pakis
haji). Pakis haji adalah tanaman yang dijadikan tanaman hias, juga akar
tanaman tersebut bersimbiosis dengan anabaena (ganggang biru) yang

38
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

berfungsi guna mengikat nitrogen. Selain itu, tumbuhan ini adalah sumber
bahan kertas, kayu lunak, bahan bangunan, bahan plastik, pernis, terpentin,
damar, serta tinta cetak.

E. Perkembangan Alat Reproduksi Jantan dan Betina pada


Gymnospermae

Gymnospermae memiliki sistem reproduksi yang berbeda karena


dalam 2 jenis alat reproduksi terpisah. Pada strobilus jantan,
mikrosporangium akan berkembang sedangkan strobilus betina berkembang
menjadi megasporangium. Megasporangium akan membentuk sel induk
megaspora dan terus berkembang menjadi megaspora. Pada strobilus jantan
mikrosporangium membentuk sel induk mikrospora dan membentuk
mikrospora. Setelah itu strobilus betina akan berkembang membentuk sel
telur sedangkan strobilus jantan berkembang dari serbuk sari menjadi
spermatozoid.

Semua gymnospermae adalah heterospora, artinya mempunyai dua


macam spora, yaitu mikrospora dan megaspora. Mikrospora atau polen
menghasilkan gametofit jantan, sedangkan megaspora yang tunggal
menghasilkan gametofit betina, dan pada gametofit ini terbentuk arkegonia.
Kedua macam spora yang dihasilkan di dalam sporangia yang terdapat pada
sporofit yang tersusun spiral danaksis strobili.

Sporofit yang mengahsilkan mikrosporofil dengan mikrosporangia


disebut mikrosporangiat atau disebut strobilus jantan (staminet cones),
sedangkan yang menghasilkan megasporofil dengan ovulum ( bersama
sporangia) disebut megasporangiat atau strobili betina (pistilate cones).
Mikrospora dan mesaspora bersifat haploid, dan berkembang sebagai
penghasil pembelahan miosis sel induk spora. Ukuran dan letak strobili pada
tanaman bervariasi.

39
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Sebelum membentuk spermatozoid, strobilus jantan berkembang


membentuk buluh serbuk sari. Pertemua antara spermatozoid dari strobilus
jantan dengan sel telur dari strobilus betina akan menghasilkan zigot.
Kemudian zigot akan berkembang menjadi embrio. Lalu embrio berkembang
menjadi biji yang nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan gymnospermae
baru. Setelah itu tumbuhan gymnospermae bisa berkembang lagi
tergantung dari strobilus yang dihasilkan pada perkawinan sebelumnya.

Perkawinan antara strobilus jantan dan betina bisa terjadi melalui


ciri-ciri penyerbukan anemogami dengan perantara angin.
Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai
bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan
adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga
(Anthopyta). Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan
dan pembuahan. Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat
pembiakan secara seksual (generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara
aseksual (vegetatif).

Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua, yaitu tumbuhan berbiji


terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada
tumbuhan biji terbuka, biji tidak tertutup dengan daging buah atau daun
buah (karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu,
pada tumbuhan berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah atau daun
buah. Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Tumbuhan berbiji memiliki
banyak ordo ataupun famili dari tiap divisi.

Sistem reproduksi pada tumbuhan biji (Spermatophyta) melewati dua


peristiwa penting yaitu penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan adalah
peristiwa sampainya serbuk sari yang membawa sel gamet jantan pada
kepala putik yang mengandung sel gamet betina pada tumbuhan biji
tertutup (Angiospermae) dan sampainya serbuk sari di tetes penyerbukan
pada tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Sementara pembuahan

40
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

adalah peristiwa meleburnya sel gamet jantan dan sel gamet betina.
Peristiwa pembuahan terjadi setelah berlangsungnya penyerbukan. Terdapat
perbedaan antara proses reproduksi Gymnospermae dengan Angiospermae,
baik dalam penyerbukan maupun pembuahan. Perbedaan ini sangat
dipengaruhi oleh morfologi alat reproduksinya yang juga berbeda. Namun,
dalam hal ini hanya membahas tentang pembuahan tunggal pada
Gymnospermae.

Alat reproduksi generative pada tumbuhan berbiji terbuka terdapat


daun yang mendukung spora. Seperti halnya pada tumbuhan paku. Alat
reproduksi tersebut terdiri atas mikrosporofil yang tersusun dalam runjung
(strobilus) jantan dan makrosporofil yang tersusun dalam runjung (strobilus)
betina. Tumbuhan Gymnospermae belum memiliki bunga yang
sesungguhnya, yang dimaksud dengan alat reproduksi hanyalah kantong-
kantong serbuk sari yang dihubungkan dengan lingkungan luar melalui
lubang yang disebut mikrofil. Pada tumbuhan yang berdaun jarum (conifer)
seperti tumbuhan pinus, alat kelamin jantan dan betinanya dihasilkan di
dalam runjung. Tumbuhan ini disebut heterospora, artinya gamet jantan
(mikrospora) dan gamet betina (makrospora) dihasilkan dalam satu
tumbuhan namun dalam runjung yang berbeda. Mikrosporan akan tumbuh
dua mikrosporangia di dalam setiap runjung jantan sedangkan
makrosporang akan tumbuh menjadi dua makrosporangia dalam setiap
runjung betina. Runjung jantan disebut mikrosporofil karena memiliki ukuran
yang lebih kecil dibandingkan runjung betina yang ukurannya kebih besar
dan disebut makrosporofil.

Proses penyerbukan lepasnya mikrospora yang bersayap sepasang


dari runjung jantan. Apabila mikrospora berhasil menempel pada titik
penyerbukan. Peristiwa inilah yang terjadi pada penyerbukan tumbuhan
berbiji terbuka. Serbuk sari yang menempel pada titik penyerbukan akan
ditarik masuk melalui mikrofil ke dalam ruang bakal biji. Dalam ruangan ini

41
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

serbuk sari akan tumbuh menjadi buluh serbuk yang memiliki kemampuan
menembus jaringan pelindung megaspore yang disebut nuselus.

Pembuahan baru terjadi lebih kurang satu tahun setelah penyerbukan.


Selama waktu tersebut, megaspore yang terdapat dalam nuselus melakukan
meiosis dan menghasilkan empal sel haploid. Tiga sel haploid berkembang
menjadi dua arkegonium dan masing-masing mengandung ovum yang siap
dibuahi. Satu sel haploid yang lain tetap bertahan sebagai megaspora dan
selanjutnya melakukan pembelahan berkali-kali hingga membentuk
gametofit betina yang belum dewasa.

Ketika sel telur siap dibuahi, buluh serbuk sari akan bergerak ke arah
arkegonium. Pada saat bersamaan, sel generative membelah menjadi dua
yaitu pertama disebut sel dinding (diskulator ) dan yang kedua disebut
spermatogen. Sel spermatogen ini kemudian membelah lagi menjadi dua
spermatozoid yang berbentuk seperti rumah siput dan memiliki rambut getar
yang tersusun dalam suatu spiral. Ketika buluh sari sampai ke ruang
arkegonium, spermatozoid akan dilepaskan. Spermatozoid akan berenang
dengan bebas di dalam ruangan arkegonium yang penuh dengan cairan. Jika
spermatozoid bertemu dengan sel telur, terjadilah pembelahan sel telur oleh
spermatozoid. Pembuahan ini akan menghasilkan zigot sebagai calon
embrio. Pembuahan pada tumbuhan Gymnospermae disebut pembuahan
tunggal karena pembuahan hanya terjadi satu kali yaitu pembuahan antara
spermatozoid dan ovum.

F. Proses Reproduksi pada Gymnospermae

Reproduksi generatif atau seksual Tumbuhan Gymnospermae memiliki


alat reproduksi seksual (generatif) yang disebut strobilus atau runjung. Alat
reproduksi ini dilindungi oleh sisik. Strobilus ada 2 macam yaitu, strobilus
betina dan strobilus jantan. Pada strobilus jantan terdapat mikrosporangium
atau ruang-ruang spora. Di dalam sporangia sel-sel akan mengalami

42
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

pembelahan meiosis dan menghasilkan mikrospora (spora jantan).


Mikrospora akan membentuk serbuk sari.

Sedangkan pada strobilus betina tersusun dari banyak megasporofil


(daun penghasil megaspora). Setiap megasporofil mengandung
megasporangium (kotak spora). Sel dalam megasporangium akan
mengalami pembelahan meiosis dan menghasilkan megaspora (spora
betina). Inti megaspora akan mengalami mitosis membentuk sel telur. Dan
inti mikrospora akan mengalami mitosis membentuk spermatozoid.
Kemudian sel telur dan spermatozoid bertemu dan mengalami pembuahan
menjadi Zigot, tumbuh menjadi embrio. Setelah itu akan membentuk biji.

Proses reproduksi seksual memerlukan gamet jantan dan betina.


Proses perka$inan tumbuhan berbiji dia$ali oleh proses penyerbukan dan
dilanjutkan dengan proses pembuahan. Penyerbukan pada tumuhan biji
terbuka (gymnospermae) adalah menempelnya serbuk sari ke mikrofil (liang
bakal biji) dan terjadi pembuahan tunggal. Proses penyerbukan pada
gymnospermae umumnya dibantu oleh angin. contoh tumbuhan berbiji
terbuka ini antara lain " melinjo, pinus, damar, pakis haji dan cycas” .

pemmbuahan tunggal contoh proses pembuahan tunggal pada Pinus


(Gymnospermae). terjadi pada tumbuhan gymnospermae atau tumbuhan
berbiji terbuka. Serbuk sari akan sampai pada tetes penyerbukan, kemudian
dengan mengeringnya tetes penyerbukan, serbuk sari yang telah jatuh di
dalamnya akan diserap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk
sari ini sesungguhnya terdiri atas dua sel, yaitu sel generatif atau yang kecil
dan sel vegetatif yang besar, hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari
ini kemudian tumbuh membentuk  buluh serbuk sari, yang kemudian
bergerak ke ruang arkegonium. Karena pembentukan buluh serbuk sari
maka sel-sel yang terdapat di antara ruang serbuk sari dan ruang
arkegonium terdesak ke samping akan terlarut. Sementara itu di dalam
buluh ini sel generatif membelah menjadi dua dan menghasilkan sel dinding
atau sel dislokator, dan sel spermatogen atau calon spermatozoid. Sel

43
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

spermatogen kemudian membelah menjadi dua sel permatozoid.Setelah


sampai di ruang arkegonium, sel vegetatif lenyap, dan kedua sel
spermatozoid lepas ke dalam ruang arkegonium yang berisi cairan, sehingga

spermatozoid dapat berenang di dalamnya. Pada ruang arkegonium terdapat


sejumlah sel telur yang besar. Tiap sel telur bersatu dengan satu
spermatozoid, sehingga pembuahan pada gymnospermae selalu
mengasilkan zigot yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi
embrio..26

26
Lakitan,benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : R. grafindo

44
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Siklus hidup Gymnosermae

BAB IV
BRYOPHYTA

A. Deskripsi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, “bryum” yang berarti lumut dan “phyta” berarti
tumbuhan. Kelompok tumbuhan nonvascular yang tidak mempunyai pembuluh angkut yaitu
xylem dan floem. Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pioneer, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh
sehingga lumut dianggap sebagai tanaman yang hidup pertama di darat, dan juga tanaman sejati
pertama.27
27
Campbell, et all, Biologi Jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 2012), hal. 179.

45
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan yang jelas batasannya dan tidak memiliki
hubungan kekerabatan erat dengan tumbuhan lain dari kingdom plantae. Sebagian besar
bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa, sedangkan
yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya. Lumut ini terdapat di
pohon, batu, kayu, dan di tanah pada setiap bagian dunia dan hampir semua habitat kecuali di
laut. Tumbuhan ini hidup subur pada lingkungan yang lembab dan banyak sekali dijumpai,
khususnya di hutanhutan tropic dan di tanah hutan daerah iklim sedang yang lembab. Meskipun
menyukai tempat yang lembab, bryophyta merupakan tumbuhan darat, dan yang tumbuh di air
tawar hanya merupakan adaptasi sekunder terhadap kehidupan air. Sifat ini tercermin dari
kenyataan bahwa bryophyta air tetap mempertahankan sifat yang khas bagi tumbuhan darat,
antara lain sporanya mengandung kitin dan dipancarkan oleh angin.28

Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpumbuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi yaitu
gametangium dan sporangium, selalu terdiri dari banyak sel dan dilindungi oleh lapisan sel-sel
mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalamgametangium betina.
Oleh karena itu, lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat
tidak seperti ganggang yang kebanyakn aquatik. Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan
berpembuluh terutama karena lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai system pengangkut
air dan makanan. Selain itu, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid atau akar
semu. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda.29

B. Struktur Reproduksi Briophyta

Ukuran tumbuhan lumut relative kecil dan jarang ada yang mencapai 15 cm, bahkan ada
yang tingginya hanya beberapa millimeter saja. Bentuk tubuhnya pipih seperti pita dan ada pula
seperti batang dengan daun-daun kecil. Tumbuh tegak atau mendatar pada substratnya dengan
perantaraan rhizoid. Lumut memiliki dua macam alat reproduksi, yaitu anterium yang
menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang menghasilkan ovum.

28
Loveless, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2, (Jakarta : Gramedia, 1989), hal. 57
29
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogjakarta : UGM Press, 2005), hal. 69

46
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Tangkai anteridium disebut anteridiofor, sedangkan tangkai arkegonium disebut


arkegoniofor. Berdasarkan letak alat kelaminnya (gametangia), lumut dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu lumut berumah satu, bila anteridium dan arkegonium terletak pada satu individu
dan lumut berumah dua, bila anteridium dan arkegonium terletak pada individu yang berlainan.30

Gambar Struktur Tumbuhan Lumut


Struktur tumbuhan lumut :
1. Batang

Apabila dilihat melintang akan tampak susunan sebagai berikut :

a. Selapis selkulit, beberapa sel di antaranya membentuk rhizoid epidermis.


b. Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang
memanjang untuk mengangkat air dan garam, belum terdapat xylem dan floem.
c. Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan berfungsi
sebagai jaringan pengangkut.

2. Daun

30
Hasan dan Arriyanti, Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, (Cibodas : Balai
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2004), hal. 57.

47
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Tersusun atas satu lapis sel. Sel-sel daunnyakecil, sempit, panjang, dan
mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang
tetapi tidak membesar, Karena tidak ada sel sekunder yang berfungsi sebagai jaringan
penyokong.

3. Rhizoid
Rhizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna, mebentuk
seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-
garam mineral.

4. Sporofit
Sporofit terdiri atas bagian-bagian :
a. Vaginula : kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium.
b. Setae : tangkai.
c. Apofisi : ujung setae yang membesar yang merupakan peralihan dari tangkai dan
sporangium.
d. Sporangium : kotak spora.
e. Kaliptra : tudung yang berasal dari arkegonium sebelah atas

5. Gametofit
Gametofit terdiri atas :
a. Anteridum (sel kelamin jantan) yang menghasilan sperma.
b. Arkegonium (sel kelamin betina) yang menghasilkan sel telur.31

C. Habitat Briophyta

Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan terrestrial yang hidup di lingkungan yang lembab
seperti pada tanah, pohon, batu, dinding dan celah-celah antar bebatuan. Mesipun demikian,

31
Najmi Indah, Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyt, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta), (Jurusan
Biologi : FMIPA IKIP PGRI Jember, 2009), hal. 47

48
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida) dapat bertahan hidup pada musim kering.
Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali.32

Beberapa tumbuhan lumut dapat hidup di tempat sekunder seperti ditemukan hidup di
perairan (Riella, Riccia fluitans) dan beberapa yang lain hidup secara epifit (beberapa lumut dari
Jungermaniales) serta beberapa yang lain ditemukan saprofit seperti lumut Buxbania dan lumut
hati (Cryptothallus mirabilis)33

D. Siklus Hidup Briophyta

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik.


Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan sporofit yang secara
morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara
permanen melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya mendapat
makanan dari gametofit.34

Gambar Metagenesis Tumbuhan Lumut

32
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta : UGM Press, 2005), hal. 75
33
Bande Kumar, Botany Practical, (New Delhi India : Rastogi Publication, 2010), hal.167
34
Najmi Indah, Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyt, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta), (Jurusan
Biologi : FMIPA IKIP PGRI Jember, 2009), hal. 49

49
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit. Generasi gametofit
mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang
disebut arkegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan anteridium (jantan) yang
menghasilkan sperma berflagella (anterezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya
dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya.35

Gametangium jantan (anteridium) berbentuk bulat sedagkan betina (arkegonium)


berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher.
Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada
tanaman berbeda (dioceous).

Fertilisasi sel telur oleh anterezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom
(diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk
sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan
kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui
meiosis. Setelah spora masuk dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah
lengkap.36

E. Klasifikasi dan Reproduksi Briophyta

Menurut Carl Von Linne (Latin : Carolus Linneus), tumbuhan lumut dibedakan dalam tiga
kelas yaitu, kelas Hepatica (lumut hati), kelas Musci (lumut daun) dan Anthocerotae (lumut
tanduk).

1. Kelas Hepatica (Lumut Hati)

Nama umum dan saintifik filum ini (dari kata latin Hepatica, hati) mengacu pada
gametofit yang berbentuk hati dari anggota-anggotanya, seperti Marchantia. Tumbuhan ini
merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas tumbuhan berukuran relative kecil
yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu bersifat multiseluler dan tampak

35
Gradstein, Ecology of Bryophyta, (Bogor : Seameo Biotrop, 2003), hal. 95
36
Hasan dan Arriyanti, Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, (Cibodas : Balai
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2004), hal. 60.

50
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dengan mata. Beberapa lumut hati, termasuk Marchantia, Ddisebut sebagai “taloid” karena
gametofitnya yang berbentuk pipih. Gametangia Marchantia terangkat di atas gametofor
yang terlihat seperti miniature pohon.37

Lumut hati umumnya banyak ditemukan menempeldi bebatuan, tanah, atau dinding
tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan.
Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang dan daun. Hal ini menyebabkan
banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan peralihan dari tumbuhan
Thalophyta menuju Cormophyta. Lumut hati mempunyai rhizoid yang berfungsi untuk
menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga
tampak seperti lobus pada hati. Berkembangbiak secara generative dengan oogami, dan
secara vegetative dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram. Lumut hati melekat pada
substrat dengan rizoid uniseluler.

Reproduksi pada lumut hati terbagi atas dua, yaitu :


a. Reproduksi Aseksual
1) Fragmentasi

Pada saat bagian yang tua dari lembaran talus mati, bagian talus yang muda
berkembang dan kemudian terpisah-pisah membentuk beberapa individu baru.

2) Pembentukan kuncup eram

Kuncup eram (gemma) merupakan struktur berbentuk lensa berukuran kecil yang
menonjol pada permukaan talus. Beberapa gemma dibentuk dalam suatu struktur seperti
cawan yang disebut gemma cup. Bila gemma telah matang, air hujan akan membantu
mematahkan serta melepaskan cawan (gemma cup) tersebut dari talus serta menyebarkan
ke berbagai tempat. Gemma yang hanyut dan menemukan substrat yang cocok akan
berkembang membentuk gametofit melalui pembelahan mitosis.

b. Reproduksi Seksual

37
Campbell Reece, dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 2008), hal.174)

51
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Berbeda dengan perkembangbiakan aseksual yang terjadi melalui pembelahan


mitosis, perkembangbiakan seksual melibatkan peranan gamet-gamet yang dibentuk
melalui pembeahan mitosis gamet-gamet pada tumbuhan lumut dihasilkan oleh struktur
khusus. Gamet jantan dibentuk dalam anteridium, sedangkan gamet betina dihasilkan
oleh struktur menyerupai botol yang disebut arkegonium. Beberapa anteridia didukung
oleh bangunan seperti payung yang disebut anteridiofor, sedangkan kumpulan arkegonia
terdapat pada suatu pendukung yang disebut arkegoniofor. Bentuk arkegoniofor sangat
mirip dengan anteridiofor, namun pada bagian atap payung terdapat belahan-belahan
yang dalam. Marchantia termasuk tumbuhan berumah dua; talus tertentu hanya
membentuk anteridiofor, sedangkan arkegoniofor terdapat pada talus yang berbeda.

Pada saat matang, setiap arkegonium menghasilkan sebuah sel telur, sedangkan
anteridium membentuk sel sperma berflagela dalam jumlah sangat banyak. Percikan air
hujan membantu melepaskan sel sperma dari anteridium. Air hujan juga merupakan
medium yang memungkinkan sel sperma berenang menuju sel telur dalam arkegonium.
Dengan bantuan air hujan sel sperma dapat menempuh jarak sampai 0,5 m dari tempat
asalnya. Setelah sel sperma mecapai arkegonium masak serta bertemu dengan sel telur
terjadi proses fertiisasi. Zigot hasil fertilisasi selanjutnya akan berkembang membentuk
embrio multiseluler yang merupakan sporofit. Gametofit menyediakan seluruh makanan
serta air yang diperlukan dalam tahap awal perkembangan sporofit muda tersebut.

Pada tahap berikutnya sel-sel sporofit mengalami diferensiasi. Suatu struktur


menyerupai knop pintu menancapkan sporofit pada jaringan arkegoniofor. Struktur
tersebut disebut kaki. Sporofit memiliki semacam tangkai pendek tebal yang disebut seta.
Bagian utama sporofit adalah suatu kapsul yang merupakan tempat perkembangan spora.
Selapis sel pada bagian paling luar kapsul membentuk jaket pelindung yang merupakan
jaringan steril. Lapisan terluar tersebut menyelubungi sel-sel di bagian dalam ini
membelah secara mitosis hingga membentuk massa sel padat, sel-sel ini dikenal dengan
sporofit. Setiap sporofit selanjutnya mengalami pembelahan meiosis menghasilkan empat
sel haploid yang akan berkembang menjadi spora.

Pada saat sporofit masak, terjadi robekan pada dinding kapsul sehingga spora
tersebar dengan bantuan angin. Pada kondisi yang sesuai spora berkecambah membentuk

52
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

gametofit. Dalam kehidupan tumbuhan lumut generasi sporofit yang bersifat diploid akan
dilanjutkan dengan generasi gametofit yang bersifat hapoid. Hal ini biasa dikenal dengan
pergiliran keturunan.

2. Kelas Musci (Lumut Daun)

Kelompok ini memiliki daun semu yang disebut phyllid serta batang semu yang disebut
caulid. Gametofit pada lumut daun terdiri atas tiga fase menyerupai benang yang disebut
protonema, kuncup yang menempel pada protonema serta gametofit dewasa berupa tumbuhan
kecil tegak di atas tanah dengan daun yang tersusun spiral mengelilingi batang. Protonema
berkembang dari spora yang berkecambah. Spora pada lumut mula-mula bersifat dorman. Pada
kondisi tersebut spora memiliki kandungan air serta laju metabolisme yang rendah. Bila spora ini
memperoleh air serta cahaya matahari akan membengkak serta menjadi aktif. Cadangan
makanan berupa pati akan dirombak diikuti sintesis klorofil yang kemudian mengawali
prosesfotosintesis. Filament yang muncul dari spora yang membengkak kemudian berkembang
membentuk benang yang bercabang-cabang disebut protonema.

53
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Setelah beberapa minggu, sel-sel protonema tertentu mulai membelah membentuk masa
sel berukuran kecil disebut kuncup. Salah satu sel-sel kuncup ini akan berkembang menjadi
ujung batang (caulid) serta berperan dalam pengendalian arah pembelahan selanjutnya, hingga
membentuk caulid yang dikelilingi phyllid. Setiap kuncup akan berkembang membentuk
tumbuhan gametofit dewasa. Rizoid yang merupakan sel-sel tak berwarna muncul pada pangkal
kuncup serta tumbuh kea rah bawah menancapkan gametofit pada substrat tempat
tumbhnya.pembentukan kuncup ini diatur oleh sitokinin dan auksin.

Reproduksi pada Lumut daun Lumut daun dapat berkembang biak secara aseksual
maupun seksual. Perkembang-biakan aseksual terjadi melalui beberapa cara :

1). Protonema

Membentuk kuncup-kuncup baru yang menyebar ke segala arah. Dalam hal ini
protonema dapat dianalogkan dengan stolon atau rhizom yang menjalar kemudian membentuk
individu-individu baru.

 Potongan phillid yang jatuh di tempat yang sesuai dapat membentuk protonema yang
lebih lanjut akan menjadi kuncup serta berkembang menjadi tanaman baru.
 Rhizoid kadang-kadang mampu menghasilkan kuncup.
 Struktur menyerupai lensa yang disebut gemma kadang-kadang dihasilkan pada rhizoid,
pada ujung atau permukaan phillid atau pada struktur khusus seperti tangkai atau bahkan
struktur mrnyerupai cawan seperti pada lumut hati. Fungsi gemma sama seperti pada
lumut hati, bila terlepas dari tanaman induk tersebar ke tempat yang sesuai akan
berkembang membentuk gametofit.

Reproduksi seksual pada lumut daun melibatkan peranan gametofit jantan dan gametofit
betina. Gametofit dewasa membentuk gametangia pada ujung caulid. Beberapa spesies lumut
berumah dua. Tumbuhan penghasil anteridium berbeda dengan penghasil arkhegonium berwarna
hijau. Namun diantara lumut daun dijumpai pula tumbuhan berumah satu di mana anteridium
dan arkegonium dihasilkan oleh individu yang sama. Anteridia berbentuk memanjang, dengan
selubung luar yang tersusun oleh sel-sel steril mengandung kloroplas yang kemudian akan
berubah menjadi jingga kemerahan saat sperma matang. Anteridia dilindungi oleh rambut-

54
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

rambut multiseluler yang disebut paraphyses. Kelompok anteridia muncul pada bagian ujung
caulid tertentu, atau kadangkadang pada caulid yang juga mendukung.arkhegonia.

Arkegonium memiliki struktur seperti botol, pada bagian dasar yang menebal
mengandung satu telur. Arkhegonia mempunyai tangkai yang panjang. Pada saat arkhegonia
masak bagian leher membuka membentuk semacam saluran Sperma yang memiliki dua flagela
berenang menuju sel telur masak. Kehadiran sperma dirangsang oleh kandungan lemak dan
sukrosa yang dihasilkan oleh sel telur. Setelah sperma bertemu dengan sel telur terjadi fertilisasi
yang menghasilkan zigot yang bersifat diploid.

2) Sporofit

Generasi sporofit dalam siklus hidup lumut dimulai sejak terbentuknya zigot hasil
fertilisasi. Zigot ini kemudian berkembang membentuk embrio dalam arkhegonium. Tahap ini
terjadi bersamaaan dengan pembelahan selsel pada bagian dasar arkhegonium yang bertujuan
untuk menyediakan tempat bagi perkembangan sporofit muda tersebut. Sel-sel pada bagian atas
arkhegonium juga melakukan pembelahan membentuk selubung pelindung yang disebut kaliptra.

Embrio selanjutnya mengalami perkembangan membentuk sporofit dewasa yang terdiri


atas bagian kaki, seta serta kapsul. Bagian kaki merupakan jaringan yang menembus dasar
arkhegonium sehingga menghubungkan sporofit dengan batang pada jaringan gametofit. Bagian
ini berfungsi untuk menyerap air, mineral serta nutrien lain dari gametofit. Seta merupakan
tangkai berukuran kecil yang muncul dari gametofit serta mendukung sporangium yang disebut
kapsul.

Kapsul merupakan suatu sporangium yang telah mulai berkembang semenjak masih
berada dalam jaringan pelindung kaliptra. Kapsul pada sporofit masak pada umumnya berukuran
antara 1 – 3 mm dengan diameter 2 – 16 mm. Tinggi sporofit termasuk setanya sekitar 10 mm.
Lapisan sel terluar dari kapsul membentuk selubung pelindung yang tersusun oleh selsel steril,
sementara sel-sel pada bagian paling dalam memanjang membentuk jaringan steril yang disebut
kolumela. Sel-sel sporogen dibentuk diantara selubung kapsul dan kolumela. Sel-sel ini
kemudian mengalami meiosis menghasilkan spora haploid yang berjumlah sekitar 50 juta buah.
Pada saat spora masak kaliptra gugur sebagai kapsul menampakkan operkulum yang merupakan
bagian tutup dari kapsul. Pengerutan yang terjadi sebagai akibat pengeringan menyebabkan
bagian operculum membentuk ruas-ruas menyerupai gigi yang disebut peristom.

55
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Gigi peristom. sangat sensitif terhadap perubahan kelembaban lingkungan. Pada saat
kelembaban udara rendah gigi peristom. mengerut sehingga spora terlepas dan tersebar dengan
bantuan angin. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan berkecambah membentuk
protonema. Spora yang bersifat haploid merupakan awal dari fase gametofit. Dalam kehidupan
lumut terjadi pergiliran keturunan dari fase gametofit dan fase sporofit.

Siklus Hidup Lumut Daun

3. Kelas Anthocerotae (Lumut Tanduk)

Perkembangan secara generative lumut tanduk yaitu dengan membentuk anteridium dan
arkegonium. Anteridium dan arkegonium yang telah terbentk akan terkumpul disatu lekukan
bagian atas talus. Proses perkembagbiakan secara generative diawali dengan pembelahan zigot
menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel dibagian atas akan terus-menerus
membelah yang merupakan sporangium, dan diikuti oleh bagian bawah sel yang terus membelah
dan membentuk akar yang berfungsi sebagai alat penghisap, sporogonium yang telah dewasa
akan pecah yang menghasilkan deretan sel-sel mandul yang membentuk jaringan dan biasa
disebut dengan kolumula yang diselubungi arkespora. Arkespora adalah sel jaringan yang
menghasilkan spora.

Proses perkembangbiakan lumut tanduk hampir sama seperti perkembangbiakan pada


lumut hati. Pada lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Perbedaan perkembangbiakan

56
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

lumut hati dengan lumut tanduk adalah pada sporofit lumut tanduk memiliki kapsul yang
memnjang dan tumbuh menyerupai tanduk dari ganetofit. Lumut tanduk memiliki kloroplas
tnggal yang berukuran besar, besar sporofit lumut tanduk melebihi kloroplas tumbuhan lmut
lainnya.

Siklus hidup lumut tanduk

BAB V

REPRODUKSI PADA PTERYDOPHYTA

A. Struktur Reproduksi Pada Pteridophyta

Tumbuhan Paku (Pteridophyta) merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian
pokoknya yaitu akar, batang dan daun. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetatif
yang terdiri dari akar, batang, rimpang dan daun. Organ generatif paku terdiri atas spora,
sporangium, anteridium dan arkegonium. Letak sporangium tumbuhan paku pada umumnya
berada di bagian bawah daun dan membentuk gugusan berwarna cokelat atau hitam. Gugusan
sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang
sangat penting dalam klasifikasi tumbuhan paku.

Divisi pteridophyta dapat dikelompokkan menjadi empat kelas antara lain Psilophytinae
(paku purba), Lycopodiinae (paku rambat atau paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan
kelas Fillicinae (paku sejati). Paku-pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili antara lain
Marsileaceae, 10 Equicetaceae, Salviniceae, Lycopodiaceae, Selagillaceae, Schizaeaceae,
Ophiglossaceae, Cyatheaceae, Gleicheniaceae, Polypodiaceae, dan Ceratopteridaceae
menyatakan bahwa tumbuhan paku memiliki gametofit yang dinamakan protalium. Protalium ini
hanya berumur beberapa minggu. Ukuran paling besar hanya beberapa sentimeter dan bentuknya
menyerupai talus Hepaticeae. Protalium tumbuhan paku umumnya berbentuk jantung, berwarna
hijau dan melekat pada substratnya dengan rhizoid. Protalium tersebut memiliki anteridium
(biasanya pada bagian yang sempit) dan arkegonium (dekat dengan lekukan bagian yang lebar).
Pembuahan hanya dapat berlangsung jika ada air. Anteridium dan arkegonium terdapat pada sisi

57
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

bawah protalium di antara rhizoid-rhizoidnya. Pembuahan pada paku selesai jika zigot tumbuh
keturunan yang diploid yaitu sporofitnya. Tumbuhan paku sporofit berbeda dengan sporofit
lumut.

Tumbuhan paku biasanya berupa protalium lalu mati, akan tetapi jika tidak terjadi
pembuahan, protalium dapat bertahan hingga lama. Sporofit itulah yang pada pteridophyta
menjadi tumbuhan paku yang tubuhnya dapat dibedakan akar, batang dan daun. Siklus hidup
paku didominasi oleh generasi sporofit. Generasi sporofit (diploid) merupakan tumbuhan dengan
ukuran lebih besar dan kompleks dalam pergiliran keturunan. Tumbuhan paku siklus hidupnya
diawali dengan sporangium melepaskan spora. Spesies pakis kebanyakan menghasilkan tipe
spora tunggal yang berkembang menjadi gametofit fotosintetik biseksual, sporofit memiliki
sporangium bertangkai dengan peralatan serupa pegas yang melontarkan spora beberapa meter.
Spora yang terbawa angin dapat tersebar jauh dari tempat asalnya. Beberapa spesies mnghasilkan
lebih dari satu triliun spora selama hidupnya.

Reproduksi Tumbuhan Paku Homospora (Pteridophyta) Tumbuhan paku berkembang


biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi
seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi
gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit
merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan oleh
reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang
terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di
daun atau di batang. Spora haploid (n) yaitu protalium, sedangkan sporofitnya adalah generasi
diploid yaitu tumbuhan paku. Proses pergiliran keturunan tumbuhan paku adalah sebagai
berikut : Bila spora jatuh di tempat yang sesuai maka akan menghasilkan alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Masing – 11 masing alat kelamin akan
menghasilkan spermatozoid dan ovum. Bila terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoid maka
akan dihasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi embrio dan akhirnya menjadi
tanaman paku. Setelah dewasa, sporofil dari sporofit akan menghasilkan spora yang terdapat di
dalam kotak spora. Kotak spora ini akan berkumpul di dalam sorus.

Tumbuhan paku atau dikenal dengan (Pterydophyta) adalah kelompok kingdom Plantae
yang secara evolusi lebih maju dibandingkan Bryophyta (Lumut) karena sudah mempunyai

58
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

jaringan pengangkut Xilem dan Floem (Tracheophyta), selain akarnya karena sudah mempunyai
jaringan pengangkut xylem dan floem (Tracheophyta), selain akarnya sudah jelas dan
membentuk system perakaran serabut. Secara keseluruhan paku dan lumut 38 mempunyai
persamaan adanya metagenesis , yaitu adanya peristiwa pergiliran keturunan dari fase sexual ke
fase asexual ke fase sexual lagi sehingga membentuk daur/cyclus. Karakter khas pada
Pteridophyta ( tumbuhan paku) Tumbuhan paku dewasa yang dijumpai di alam merupakan fase
sporofit yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan seksual. Spora yang jatuh
ditempat lembab akan tumbuh menjadi protalium atau prothallus yang merupakan fase gametofit
yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau fase gametofitnya lebih pendek
daripada fase sporofitnya.

Daur hidup tumbuhan paku tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri
dari dua fase yaitu fase gametofit dan fase sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita liat
38
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan.

59
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit
dinamakan protalus atau protalium, protalium berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hija, mirip lumut hati, tidak berakar (tatapi memiliki rizoid sebagai penggantinya) tidak
berbetangg, tidak berdaun. Prothalium tumbuh dari spora yang jauh ditempat yang lembab. Dari
protalium tumbuh anteredium (organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan
arkegonium (organ penghasil sel telur atau ovum). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air
sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang telah terbuahi
berkembang menjadi zigot yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku.

Daun yang muda menggulung. Daunnya adayang berukuran besar (makrofil ) dan
ditemukan pada daun sporofil ( daun penghasil spora ) dan trofofil ( daun untuk fotosintesis yang
sering pula disebut daun steril. Daun sporofil dibagian permukaan bawahnya terdapat
sporogonium penghasil spora sehingga permukaan daun bagian bawahnya tidak rata, karena
sering dijumpai di alam tentu ia lebih lama hidupnya maka pada pake fase sporofit lebih
dominan/lebih lama hidupnya dibandingkan dengan fase gametofitnya yang berupa fase
gametofit. Tumbuhan paku juga bereproduksi secara vegettif dengan rizom, rizom tumbuh
menjalar kesegala arah membentuk koloni-koloni tumbuhan paku. Rizom adalah batang yang
tumbuh didalam tanah.

B. Perkembangan Alat Reproduksi Jantan Dan Betina Pada Pteridophyta

Tumbuhan paku umunya hidup di daratan pada tempat-tempat yang basah atau lembap.
Hanya beberapa jenis saja yang hidup di air. Tumbuhan ini banyak di jumpai di daerah tropis
hingga daerah beriklim sedang.Tumbuhan paku atau Pteridophyta bereproduksi secara vegetatif
(vegetatif) maupun generatif (generatif). Reproduksi secara vegetatif terjadi dengan
pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora yang terdapat di dalam
sporangium (kotak spora).

Alat reproduksi jantan pada pteridophyta dinamakan dengan anteredium dimana bentuknya
speris, tidak bertangkai seperti pada Bryophyta. Bagian luar terdiri atas selapis dinding yang
berwarna hijau, melindungi sekelompok sel induk sperma (spermatosist). Sperma berbentuk

60
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

spiral, mempunyai inti serta bulu cambuk flagella yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah
flagella pada bryophyte.

Alat reproduksi betina pada pteridophyta dinamakan dengan arkegonium dimana bentuknya
seperti botol, mempunyai leher lebih pendek dari bryophyte. Perut dilindungi oleh jaringan
gametofit. Sel saluran leher hanya dua, sel saluran perut sebanyak satu dan sel telur berukuran
besar. Pada waktu masak sel saluran leher dan sel saluran perut mengalami disintregasi ke dalam
massa yang berlendir dan merupakannn lintasan bagi sperma yang akan membuahi sel telur.

Selain melalui pembentukan spora, reproduksi secara vegetatif juga dapat dilakukan dengan
rizom. Rizom akan tumbuh menjalar dan membentuk tunas-tunas tumbuhan paku yang berkoloni
(bergerombol). Reproduksi generatif terjadi melalui fertilisasi ovum oleh spermatozoid berflagel
yang menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan tumbuh menjadi sporofit. Dalam siklus hidupnya,
tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit yang
berkromosom haploid (n) dan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n). Generasi
39
sporofit hidup lebih dominan atau memiliki masa hidup yang lebih lama dibanding generasi
gametofit.

Julia, dkk. 2015. Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (pterydophyta) Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air
39

Besar Kabupaten Landak.

61
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Metagenesis pada sikius hidup tumbuhan paku homospora adalah sebagai berikut. Spora
berkromosom haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok akan berkecambah, sel-selnya
membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi protalium (gametofit) yang haploid (n). Protalium
membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan betina (arkegonium) yang haploid (n).
Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium menghasilkan ovum (n).
Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium dan menghasilkan zigot yang
diploid (2n). Zigot (2n) mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi tumbuhan
paku (sporofit) yang diploid (2n). Tumbuhan paku tersebut tumbuh keluar dan arkegonium
induknya. Sporofit (tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau daun penghasil
spora. Sporofil (2n) memiliki sporangium (2n). Di dalam sporangium terdapat sel induk spora
berkromosom diploid (2n). Sel induk spora (2n) mengalami pembelahan meiosis dan
menghasilkan spora yang haploid (n).

C. Proses reproduksi pada Pteridophyta


Pada tumbuhan paku terjadi pergiliran generasi, antara gametofit dan generasi sporofit.
Berbeda dengan tumbuhan lumut, pada paku gametofit berukuran kecil. Gametofit merupakan
hasil perkecambahan dari spora yang bersifat haploid. Bentuk gametofit bervariasi, pada lumut
sejati menyerupai talus, tipis berbentuk seperti jantan pada Equisetum bercabang-cabang.
Gametofit pada paku sejati (a) dan Equisetum (b Gametofit pada ada yang bersifat uniseksual,
yakni menghasilkan anteridium atau arkegonium, sebaliknya ada pula yang bersifat bisexual,
artinya gametofit menghasilkan anteridium serta arkegonium. Pada paku heterospor seperti
Sellaginella gametofit bersifat uniseksual, sehingga terdapat gametofit jantan yang menghasilkan
anteridum serta gametofit betina penghasil arkegonium.

Pada paku homospor hanya dijumpai satu macam gametofit penghasil anteridium serta
arkegogium. Yang termasuk paku homospor antara lain kelompok paku sejati (Pterophyta),
Psilophyta, Equisetophyta (paku ekor kuda) dan Lycopodium. 2. Sporofit Sporofit merupakan
tumbuhan penghasil spora, yakni tumbuhan paku yang kita kenal sehari-hari. Spora dibentuk
dalam suatu struktur sporangium. Stuktur dan posisi sporangium pada tumbuhan paku
berbedabeda. Pada paku purba (Psilotum) tiga sporangium bergabung membentuk struktur yang
disebut synangium. Sinangium tersebut menempel pada tepian cabang-cabang. Pada Selaginella

62
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dan Lycophyta lainnya, sporangium tunggal terdapat pada permukaan atas daun. Daun-daun
yang mengandung sporangium merupakan daun fertil yang disebut sporofit. Sporofit
berkelompok pada ujung batang membentuk strobilus, sedangkan pada paku sejati (Pterophyta)
sporangium berkumpul dalam sorus yang terdapat pada permukaan bawah daun.

Kumpulan sorus yang disebut sori pada beberapa paku dilindungi lapisan tipis yang
disebut indosium, ada pula yang diselubungi tepian daun yang melipat atau bahkan tidak
memiliki pelindung sama sekali. Paku sejati pada umumnya bersifat homospor. Pada paku
demikian sporangium menghasilkan satu macam spora. Pada umumnya spora berkecambah
membentuk filamen pendek yang selanjutnya berkembang menjadi gametofit berbentuk jantung
berukuran antara 1 – 2 cm, struktur ini dikenal sebagai protalus. Pada permukaan bawah protalus
terdapat rizoid yang berfungsi untuk menancapkan tumbuhan ke dalam tanah. Anteridia serta
arkegonia muncul pada permukaan bawah protalus; pada umumnya anteridium berukuran lebih
kecil. Sperma dihasilkan oleh anteridium menuju sel telur dalam arkegonia dengan cara berenang
menggunakan flagelanya.

Oleh sebab itu proses fertilisasi memerlukan adanya air disekitarnya. Adanya air juga
mengakibatkan bagian leher arkegonium membuka sehingga sperma dapat melaluinya. Hasil dari
proses fertilisasi adalah zigot yang kemudian berkembang menjadi embrio. Meskipun mula-mula
terbentuk banyak zigot, pada akhirnya dalam setiap gametofit hanya ada 1 – 2 embrio yang
berkembang. Embrio selanjutnya berkembang menjadi sporofit muda yang ukurannya lebih
besar dari pada gametofit tempat tumbuhnya. Dalam keadaan demikian sporofit tidak lagi
bergantung pada gametofit, sebab daun serta akar yang dimiliki mampu mendukung proses
fotosintesis. Seiring bertambahnya umur sporofit, ukurannya menjadi semakin besar. Selain itu
pada daun-daunnya mulai dibentuk sporangium yang akan menghasilkan spora melalui
pembelahan meiosis. Siklus hidup paku sejati yaitu paku homospor Pada paku heterospor seperti
Selaginella, dibentuk dua jenis sporangium, yaitu mikrosporangium dan megasporangium yang
masing-masing terdapat pada mikrosporofil dan megasporafil yang tersusun dalam satu strobilus.
Megasporangium berisi megasporosit yang mengalami pembelahan meiosis menghasilkan
megaspor haploid. Megaspor mengalami pembelahan membentuk megagametofit, suatu
gametofit betina sewaktu masih berada di dalam dinding spora.

63
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Gametofit betina selanjutnya membentuk arkegonium yang akan menghasilkan sel telur.
Sama seperti pada megaspor, gametofit jantan juga telah berkembang sewaktu masih berada
dalam dinding spora. Anteridium yang terbentuk selanjutnya menghasilkan sperma berflagela
kemudian berenang menuju sel telur dalam arkegonium. Setelah proses fertilisasi diperoleh zigot
yang kemudian berkembang membentuk embrio di dalam jaringan arkegonium. Embrio
kemudian membentuk struktur seperti kaki, dan akar embrionik, batang serta daun. Ini adalah
awal generasi sporofit yang bersifat diploid, sporofit yang tumbuh dewasa merupakan tumbuhan
paku yang kita kenal sehari-hari. Secara singkatnya dapat seperti berikut:
1. Fase sporofit adalah ketika tumbuhan paku menghasilkan spora, sedangkan fase
gametofit adalah pada saat tumbuhan paku menghasil gamet (sel kelamin).

2. Fase gametofit tumbuhan paku bersifat haploid (n), sedangkan fase sporofit tumbuhan
paku bersifat diploid (2n).
3. Protalium akan menghasilkan anteridium (organ reproduksi jantan) yang
menghasilkan sperma, juga menghasilkan arkegonium (organ reproduksi betina) yang
menghasilkan ovum atau sel telur
4. Tumbuhan paku adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh

sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Tumbuhan paku

mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan

menekan tumbuhan yang lain. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan

bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai

tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut yaitu

xilem dan floem. Xilem adalah pembuluh pengangkut senyawa anorganik berupa air

dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Floem adalah pembuluh

pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh

tumbuhan.

64
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

D. Ciri dan karakteristik Pteridophyta

Pteridophyta sering dikenl msyarakat umum sebagai tumbuhan paku. Tumbuhan paku
umunya hidup di daratan pada tempat-tempat yang basah atau lembap. Hanya beberapa jenis saja
yang hidup di air. Tumbuhan ini banyak di jumpai di daerah tropis hingga daerah beriklim
sedang.Ciri-ciri Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk,
struktur, dan fungsi tubuh yang memiliki ukuran bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm,
misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan paku yang hidup
di darat yang tingginya mencapai 5 m, misalnya paku tiang (Sphaeropteris).

Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil di perkirakan ada yang mencapai tinggi
15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini 8 bervariasi, ada yang berbentuk lembaran,
perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa. Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi,
yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini
tumbuh bergantian dalam siklus tumbuhan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang
menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel
gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya
lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku
65
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan
paku. Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit.

Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun sejati. Namun,
ada beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun sejati. Batang tumbuhan paku ada yang
tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang
yang yang tumbuh di atas tanah ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak
bercabang. Tumbuhan paku yang tidak memiliki akar sejati memiliki akar berupa rizoid yang
terdapat pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan
ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang berdaun kecil, daunnya berupa sisik.
Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis. Klorofil tumbuhan paku yang tak
berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang. Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium
yang menghasilkan spora. 9 Pada jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun,
sporangiumnya terletak di sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya
terletak pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun
steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang berbentuk strobilus. Strobilus
adalah gabungan beberapa sporofil yang membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang.
Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus. Sorus
dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indusium.

Sebagian besar tumbuhan paku memiliki pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem.
Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis. Xilem adalah pembuluh
pengangkut senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan.
Spora yang menghasilkan sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk hati
yang disebut protalus atau protalium . Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa
milimeter dan dari sebagian besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang
disebut protalus. Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta
memiliki klorofil untuk fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung pada sporofit untuk
kebutuhan nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku tertentu tidak memiliki klorofil sehingga
tidak dapat berfotosintesis. Makanan tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara
bersimbiosis dengan jamur. Gametofit memiliki alat reproduksi seksual yaitu jantan adalah
anteridium yang menghasilkan spermatozoid berflagelum sedangkan alat reproduksi betina

66
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

adalah arkegonium yang menghasilkan ovum. Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki
dua jenis alat reproduksi pada satu individu. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut
gametofit biseksual. Gametofit yang hanya memiliki anteridium saja atau arkegonium saja
disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual dihasilkan oleh paku heterospora
(paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda).

Karakteristik Tumbuhan Paku Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya
telah jelas mempunyai kormus yaitu tubuhnya dapat dibedakan dengan jelas bagian akar, batang,
dan daun. Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan tempat
hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara
dan selatan. Persebaran tersebut mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran
tinggi maupun dataran rendah, lingkungan yang basah, lembab, rindang, kebun tanaman, hingga
pinggir jalan paku dapat dijumpai. Akar tumbuhan paku umumnya mempunyai akar adventif.
Akarnya tumbuh secara horizontal di permukaan tanah atau di bawah tanah. Paku epifit rimpang
memanjat pada cabang atau batang pohon. Akar yang keluar pertama tidak dominan melainkan
disusul oleh akar lain yang semuanya muncul dari batang. Golongan tumbuhan paku seperti
Cyathea, sejumlah akar ditemukan dekat dengan dasar caudis, berfungsi untuk kestabilan.

Rhizom paku menjalar bercabang baik pada tipe irreguler atau dikotomi. Rhizoid
tumbuhan paku sudah berkembang ke arah akar untuk kepentingan hidupnya. Rambutrambut
akar tersebut akan menyerap air dan garam mineral terlarut. Kelompok lain dari tumbuhan paku
mempunyai akar 13 yang berupa benang yang tumbuh dari batang misalnya Selaginella sp.
Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika membentuk cabang-
cabang ke samping, cabang-cabang baru tidak pernah keluar dari ketiak daun. Batang
Pteridophyta terdapat banyak daun yang dapat tumbuh terus hingga waktu lama. Batang spesies
paku kebanyakan berada di bawah tanah atau merayap. Daun merupakan bagian yang paling
menonjol dari sebatang paku. Tangkai ental (daun) disebut tangkai (stipe) untuk membedakan
dengan tangkai yang dimiliki oleh tumbuhan lain. Tangkai paku-pakuan biasanya bersisik atau
berbulu datar atau memanjang.

Bentuk dan warna sisik atau bulu berguna untuk membedakan berbagai macam paku.
Bagian pipih ental dinamakan lamina, ada yang berbentuk tunggal atau terbagi menjadi beberapa
atau banyak anak daun yang terpisah. Daun majemuk terdiri atas tangkai daun dan helaian daun.

67
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Helaian tumbuhan paku secara keseluruhan disebut ental. Tumbuhan paku sering kali kita jumpai
dua macam ental yaitu ental fertil (subur) dan ental infertil (tidak subur). Ental terdiri atas stipe,
rachis dan lamina. Stipe merupakan bagian pangkal ental yang strukturnya berkayu, stipei analog
dengan petiole. Tumbuhan paku pada setiap jenisnya memiliki bentuk ental yang khas. Sorus
merupakan bagian paku yang terletak di permukaan bawah daun paku dan bagian dari kelompok
sporangia. Sorus terbuka dan spora haploid keluar, setelah germinasi, spora berkembang menjadi
gametofit yang ukurannya hanya beberapa milimeter dan umumnya biseksual. Sporofit paku
sangat bervariasi dalam struktur dan ukuran.40

40
Campbell, N.A dan Reece, J.B. 2008. Biologi Edisi 8 jilid 2.

68
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

BAB VI

REPRODUKSI PADA THALLOPYTA

Divisi ini meliputi tumbuh tumbuhan yang memiliki sebagai ciri utama tubuh yang
berbentuk talus. Talus ialah tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam 3 bagian yaitu akar,
batang, dan daunnya. Sedangkan bagian yang telah dapat dibedakan dalam 3 bagian tersebut
disebut kormus. Sel yang menyusun tubuh telah memperlihatkan diferensiasi yang jelas, dalam
protoplasnya tampak nyata satu inti atau lebih dan plastid dengan bentuk yang beraneka ragam.
Perkembangbiakan terjadi baik secara vegetative maupun secara generative.
Pembentukan spora dalam organ-organ yang dinamakan sporangium umum terjadi pada warga
divisi ini.perkembangbiakan secara generative atau seksual terjadi melalui peleburan gamet-
gamet yang terbentuk dalam organ-organ yang disebut gametangium. Terlepas dari adanya
keanekaragaman mengenai gamet dan gametangium, demikian pula dengan spora
dansporangiumnya, seluruh warga divisi thallophyta memiliki ciri yang khas yaitubahwa baik
sporangium maupun gametangiumnya hanya terdiri atas sebuah sel saja. Jadi organ-organ
tersebut belum memiliki dinding yang terdiri dari lapisan sel-sel steril, dindingnya hanyalah
dinding sel yang merupakan organ tersebut. Mengenai cara hidupnya dapat ditemukan 3 cara
yang berbeda yaitu yang hidup secara autotroph, heterotroph, dan simbiosis.41
Berdasarkan ciri utama yang menyangkut cara hidupnya itu, divisi thallophyta dibedakan
dalam 3 anak divisi, yaitu :

1. Ganggang (Algae)
2. Jamur (Fungi)
3. Lumut kerak (Lichens)

A. Reproduksi Pada Algae (Tumbuhan Ganggang)

Algae (tumbuhan ganggang) merupakan tumbuhan thallus yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Alga
yang hidup di air ada yang bergerak aktif, ada yang tidak. Jenisjenis yang hidup di air, terutama
yang tubuhnya ber sel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya

41
Gembong Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan.( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2011). Hal 29

69
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

fitoplankton. Walaupun tubuh ganggang menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi
semua selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastida, dan dalam plastidnya terdapat zatzat
warna derivat klorofil, yaitu klorofil-a atau klorofil-b atau kedua-duanya selain derivat klorofil
terdapat pula zat warna lain inilah yang justru kadang-kadang lebih menonjol dan menyebabkan
kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tersebut. Zat warna tersebut berupa
fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (berwarna merah).

Perkembangbiakan algae dapat terjadi melalui dua cara, yaitu secara vegetatif dengan
thallus dan secara generatif dengan thallus diploid yang menghasilkan spora. Perbanyakan secara
vegetatif dikembangkan dengan cara setek, yaitu potongan thallus yang kemudian tumbuh
menjadi tanaman baru. Sementara perbanyakan secara generatif dikembangkan melalui spora,
baik alamiah maupun budidaya. Pertemuan dua gamet membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi sporofit. Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang
melalui pembelahan dalam sporogenesis menjadi gametofit 42

Pada thallophyta spora benar-benar merupakan alat reproduksi, yaitu sebagai calon-calon
individu baru. Sifat gamet yang beranekaragam, demikian pula gametangiumnya, menyebabkan
perbedaan-perbedaan pula dalam terjadinya peleburan sel-sel kelamin itu. Istilah-istilah yang
bertalian dengan cara perkembangbiakan seksual pada tumbuhan thallus seperti misalnya:
isogami, 5 anisogami, gametangiogami, dan oogami, mencerminkan adanya perbedaanperbedaan
tersebut. Anak divisi ganggang dapat dibedakan menjadi 7 kelas yaitu sebagai berikut :

1. Flagellata

Flagellata adalah kelompok ganggang yang merupakan penyusun plankton, bersel


tunggal, dan mempunyai inti yang sungguh, dapat bergerak dengan pertolongan satu atau
beberapa bulu cambuk yang keluar dari suatu tempat pada sel tadi. yang paling rendah
tingkatannya sel-selnya masih telanjang dan hanya dibatasi oleh lapisan plasma yang
lebih kental saja, oleh sebab itu dapat mengalami perubahan-perubahan bentuk seperti
amoeba dan merayap seperti amoeba pula. Flagellata Memperbanyak diri dengan cara :

42
Anggadiredja, J.T. Rumput Laut, Pembudidayaan, Pengolahan, & Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial..
(Depok : Penebar Swadaya. 2006)

70
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

a. Aseksual, yaitu dengan membelah menurut poros bujur, misalnya pada


Dunaliella. Selnya mempunyai 2 bulu cambuk dan kloroplas berbentuk piala yang
mengandung pirenoid. Sebelum membelah pineroid melebar melintang, dan
kedua bulu cambuknya saling berjauhan. Pinroid, kloroplas, lalu mengadakan
lekukan, selnya membelah dan terjadilah dua individu baru, masing masing
dengan satu bulu cambuk, yang lalu membuat satu bulu cambuk lagi, satu diantara
sel anakan yang tidak mendapat stigma lalu membentuk stigma juga.
b. Seksual, dengan isogamete, hanya paad beberapa golongan saja yaitu Volvocales
dan Dinoflagellata.43

2. Diatomeae (Ganggang Kersik)

Talus bersel satu. Struktur talus terdiri atas dua bagian, yaitu wadah (kotak)
disebut hipoteka dan tutup nya disebut epiteka. Epiteka berukuran lebih besar daripad
hipoteka. Diantara dua kotak dan tutup terdapat rafe atau celah, dindingnya mengandung
zat kersik (silika). Inti sel berada dipusat sitoplasma. Kloroplasnya mempunyai bentuk
yang bervariasi yaitu seperti cakram, seperti huruf H, periferal dan pipih.

Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan aseksual. Pada saat diatom
bereproduksi secara aseksual melalui mitosis, hipoteka dan epiteka memisah. Setiap
bagian akan membentuk bagian baru didalam bagian yang lama. Artinya, hipoteka sel
lam menjadi epiteka sel baru dan epiteka sel lama tetap menjadi epiteka sel baru. Jadi,
salah satu sel anakan berukuran tetap, sedangkan satu sel anakan lain nya berukuran lebih
kecil daripada sel induk nya. Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai terbentuk sel
anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai ukuran
minimum tersebut, diatom kemudian bereproduksi secara seksual. Sel diatom
menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan telur membentuk
zigot. Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi ukuran normal seperti asli nya.
Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi
aseksual melalui pembelahan mitosis.44

43
Gembong Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan.( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2011). Hal 34
44
Smith,G.M. The Fresh Water Algae Of The United States. .Mc Graw Hill Book Co., New York

71
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

3. Chlorophyceae ( Ganggang Hijau)

Kelompok ini merupakan kelompok dengan vegetasi terbesar dibanding


kelompok lainnya. Chlorophyceae disebut juga alga hijau yang tergolong ke dalam divisi
Chlorophyta. Sel-selnya memiliki kloroplas yang berwarna hijau yang jelas seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan b, karotenoid. Pada
kloroplas terdapat pirenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Perkembangbiakan
terjadi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dengan membentuk zoospora,
sedangkan secara seksual dengan anisogami. Chlorophyceae terdiri atas sel-sel kecil yang
merupakan koloni berbentuk benang bercabang-cabang atau tidak, dan menyerupai
kormus tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangbiakan terjadi secara :45

a. Aseksual, dengan membentuk zoospore, yang berbentuk buah peer dengan 2-4
bulu cambuk tanpa rambut-rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2
vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah, dengan kloroplas di
bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
b. Seksual dengan anisogami, gamet jantan selalu bergerak bebas dan sangat
menyerupai zoospore. gamet betina kadang kadang tidak bergerak, jadi
merupakan suatu oogonium. perkawinan terjadi karena adanya daya tarik yang
bersifat kemotaksis. zigot biasanya suatu sel yang berdinding tebal, bulat dan
kadang-kadang berwarna merah karena mengandung hematokrom.
4. Conjugatae (Ganggang gandar)

Conjugatae adalah ganggang yang berwana hijau (mengandung klorofil a dan b),


sel selnya mempunyai satu inti dan dinding selnya dari selulosa. Conjugatae merupa kan
golongan ganggang dengan beranekarupa bentuk yang sebagian besar hidup di air
tawar. Perkembang biakan terjadi secara :

a. Aseksual, sel membagi di tengah-tengahnya, dan masing-masing bagian lalu


menyempurnakan diri. Pada marga-marga tertentu sel-sel anak itu tetap berlekatan
dan dengan demikian terbentuklah deretan sel-sel.
45
Gembong Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan .( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
1994)

72
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

b. Seksual dengan kopulasi, dua sel berdekatan lalu menyelubungi diri dengan
lendir. Dinding dibagian tengah lalu membuka dan protoplas kedua sel itu bersatu
di saluran kopulasi yang membesar dan terjadilah sebuah zigot, yang dindingnya
berduri, hingga dengan ini mudah dikenal dan dibedakan dari sel biasa. Di
samping zigot itu terdapat 4 belahan dinding sel yang berkopulasi. Pada
perkecambahan terjadi pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti haploid yang
bebas, dua kemudian mengalami degenerasi. Dengan demikian dari satu zigot
paling banyak hanya dapat tumbuh dua individu baru.

5. Charophyceae (Ganggang Karang)

Ganggan ini hanya terdiri atas beberapa marga saja. Selnya mempunya dinding
selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung hasil asimilasi, dan merupakan zat makanan
cadangan. Hidupnya di kolam atau selokan-selokan sebagai bentos. Talus berbuku-buku
dengan ruas-ruas yang panjang dengan cabang yang tersusun dalam suatu karang.
Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium diselubungi benang-benang yang
melingkar-lingkar seperti spiral. Ateridium bergandeng-gandeng merupakan benang-
benang dan tersusun dalam sebuah badan berbentuk peluru yang kosong.

Pada buku-bukunya tumbuh cabang-cabang pendek yang beruas-ruas, kadang-


kadang juga cabang-cabang yang lebih pendek lagi pada buku-bukunya. Dari ketiak
cabang-cabang pendek itu seringkali tumbuh cabang-cabang yang panjang yang
susunannya sama dengan sumbu pokok.

Alat-alat pembiakan berupa anteridium bulat berwarna kekuning kuningan, dan


oogonium berbentuk seperti telur berwarna hijau dan terdapat dalam ketiak cabang.
Anteridium berasal dari satu sel induk yang kemudian membelah-belah menjadi 8 sel,
yang dinakam oktan. Tiap-tiap oktan lalu membentuk 2 dinding tangensial menjadi 3 sel,
sehingga dengan ini terbentuk 24 sel. Delapan sel paling luar pipih, dinamakan sel-sel
dindinh (pelindung), 8 sel di tengah-tengah dinamakn sel pemengang (manubrium), 8 lagi
yang paling dalam dinamakan sel-sel pokok sel-sel dinding lalu membentuk tonjolan-
tonjolan radial tidak sempurna, sehingga sel-sel itu terbagi-bagi dalam ruang-ruang yang
terpisah-pisah tidak sempurna pula.  Sel-sel yang di tengah kemudian membentang ke

73
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

arah radial. Karena sel dinding tumbuh meluas, dalam alat itu akan terjadi suatu ruangan
dengan sel-sel pemegang dan sel-sel pokok di dalamnya. Sel-sel yang paling dalam lalu
membuat 3-6 sel sekunder, dan dari sel-sel ini ditonjolkan 3-5 sel-sel benang
spermatogen terdiri atas sel-sel bentuk cakram.Dari setiap sel akhirnya keluar
spermatozoid berbentuk spiral yang mempunyai satu bintik mata, kadang-kdang tenpa
plastid dan mempunyai 2 bulu cambuk.

Oogonium mula-mula hanya mengandung satu sel telur saja yang penuh terisi
dengan tetes-tetes minyak dan butir-butir tepung, kemudian oogonium itu diselubungi
oleh 5 buluh yang terpilin seperti spiral. Ujung benang-benang selubung oogonium ini
merupakan bentuk seperti mahkota, diantaranya terdapat celah jalan masuknya
spermatozoid. Setelah selesai pembuahan, sel telur membentuk dinding yang tidak
berwarna. Dinding benang-benang pembungkus yang sebelah dalam menebal, warna
menjadi pirang, kadang-kadang diperkuat dengan kapur, sedangkan dinding luranya
lenyap setelah buah itu jauh. Pada perkecambahan zigot terjadi pembelahan reduksi dan
terjadilah 4 inti haploid. Dari 4 inti ini hanya tumbuh satu tumbuhan baru saja.46

6. Rhodopphyceae (Ganggang Merah)


Rhodopphyceae berwarna merah sampai ungu, kadang- kadang juga lembayung
atau pirang kemerah- merahan. Kromatoora berbentuk cakram atau suatu lembaran
mengandung korofil dan karotenoid,tetapi warna itu tertutup oleh zat berwarna merah
yang mengadakan fluoresensi yaitu fikoeritrin  pada jenis- jenis tertentu
terdapat fikosianin

Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung


floride, yang juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam
air, sering kali berlapis- apis jika dibubuhi yodium berwarna kemerah- merahan. Tepung
ini bersifat lebih dekat dari pada glikogen, dan tidak terdapat dalam kromotofora,
melainkan pada permukaannya, selain tepung florida terdapat juga  floridesida ( senyawa
glesirin dan glaktosa ) dan tetes minyak. Perinoid kadang- kadang juga terdapat selain
beberapa perkecualian. Rhodophyceae selalu bersifat autotrop. Yang hetrotrof tidak

46
Fitting, H., W. Achumacher, R. Harder, F. Firbas. Lenhrbuch Der Botanic Fur Hochschule, 26-Te Auflage Gustav
Fischer Verlag, Stuttgart.

74
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada lain ganggang. Dinding sel
terdiri ats dua apis, yang dalam terdiri atas selulosa, yang luar terdiri atas pektin yang
terlendir.

Kebanyakan Rhodophyceae hidup di dalam air laut, terutama dalam lapsan-


lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek.
Hidupnya sebagai benthos melekat pada substrat dan benang- benang pelekat atau
cakram pelekat.talus bermacam- macam bentuknya, tetapi pada bagian sederhana pun
bersifat hetrotrofik. Jaringan tubuh belum bersifat sbagai parenkim, melainkan hanya
merupakan plektenkim. Perkembangbiakan dapat secara aseksual, taitu
dengan pembentukan spora, dapat pula secara seksual ( oogami ), vaok spora maupun
gametnya tidak mempunyao bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif.

7. Phaeophyceae ( Ganggang Pirang / Coklat)

Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna coklat/pirang. Dalam


kromatoforanya terkandung klorofil a, karotin dan xanthofil tetapi yang terutama adalah
fikosantin yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang itu kelihatan
berwarna pirang. Sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan cadangan tidak pernah
ditemukan zat tepung, tetapi sampai 50 % dari berat keringnya terdiri atas laminarin,
sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa daripada
zat tepung. Selain laminarin, juga ditemukan manit, minyak dan zat-zat lainnya. Dinding
selnya sebelah dalam terdiri atas selulosa, yang sebelah luar dari pektin dan di bawah
pektin terdapat algin. Sel-selnya hanya mempunyai satu inti. Perkembangbiakannya dapat
berupa zoospora dan gamet. Kebanyakan phaeophyceae hidup dalam air laut dan hanya
beberapa jenis saja yang dapat hidup di air tawar. Di laut dan samudera di daerah iklim
sedang dan dingin, thallusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar dan sangat
berbeda-beda bentuknya. Algae coklat berukuran besar, alga ini sangat berkembang di
perairan yang sangat dingin karena alga ini adalah khas tumbuh-tumbuhan pantai berbatu.
Terdapat beberapa kelompok alga coklat ini yang hidupnya bersifat epifit yakni
menempel pada makroalga lainnya.47 Pembiakan terjadi secra :

47
Romimohtarto, K. Dan Juwana, K. (Biologi Laut. (Jakarta : Djambatan. 2009)

75
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

a. Aseksual dengan zoospore yang terjadi karena adanya pembelahan reduksi.


Dalam sporangium yang berbentuk gelembung dan mula-mula hanya mempunyai
satu inti saja. Kemudian terjadi pembelahan inti dari kromatofor sampai beberapa
kali. Dari zoospore itu tumbuh gametofit haploid dengan gametangium yang
berwarna berkotak kotak.
b. Seksual dengan isogami, gametangium bersel banyak. pada tiap pembelahan inti
terjadi suatu sekat, sehingga terjadi suatu gametangium yang berkotak-kotak.
Tiap-tiap kotak mengeluarkan satu isogamete. Kopulasi isogamete menghasilkan
suatu zigot, yang tanpa mengalami waktu istirahat dan tanpa pembelahan reduksi
tanpa mengeluarkan sel kembar, langsung berkecambah menjadi tumbuhan
diploid, yang mempunyai sporangium beruang satu saja. 48

B. Reproduksi Pada Jamur (Fungi)

Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan
biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur
memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat
terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan
tumbuh menjadi jamur dewasa.Spora haploid dihasilkan secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium
mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam
dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah
kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu
tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion.Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium
akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur
membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis. Secara alamiah, jamur
dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual.

Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk
membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh

48
Gembong Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan.( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2011). Hal 78

76
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi
untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau
air. Sedangkan secara aseksual ialah dengan fragmentasi ( pemutusan ) hifa, potongan hifa yang
terpisah kemudian akan tumbuhan menjadi jamur baru. Serta pembentukan spora aseksual, spora
aseksual bisa berupa sporangiospora atau konidospora. Pada beberapa jenis jamur yang sudah
dewasa akan menghasilkan sporangiosfor ( tangkai kotak spora ).

Di ujung sporangiofor terdapat sporangium ( kotak spora ). Sedangkan dalam kotak spora
akan terjadi pembelahan sel secara mitosis yang menghasilkan banyak sporangiospora dengan
kromosom haploid ( n ). Sedangkan pada jamur yang lainnya jika sudah dewasa dapat
menghasilkan konidiofor ( tangkai konidium ), pada ujung konidiofor terdapat konidium ( kotak
konidiospor. Dalam konidium akan terjadi pembelahan sel yang dilakukan secara mitosis dengan
menghasilkan banyak konidiospora dengan berkromosom haploid ( n ), baik sporangiospora
maupun konidiospora jika jatuh pada tempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa baru yang
haploid ( n ).49

1. Myxomycetes

Sel Myxomycetes menyerupai protoplasma Amoeba dengan banyak inti


(multinukleat ) yang tidak berdinding yang disebut plasmodium. Yang ukuran dan
warnanya sangat beragam dan bentuknya berubah-ubah ketika merayap di atas
permukaan substrat. Organisme ini memakan bakteri, Protozoa, spora jamur lain dan
bahan-bahan organik lain seperti sisa-sisa daun, ranting dan kayu.

Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan


makanan dan oksigen lebih banyak. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan
(misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai
(stalk). Plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n). Di dalam sporangium
terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini
tahan terhadap kekeringan. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan
berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n). Sel-sel aktif tersebut memiliki
bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagela. Terjadi

49
Wettstein,R. Grundlagen des Pflanzensystems 2-te Auflage. (Eugen Ulmer, Stuttgart. 1952)

77
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot
yang berkromosom diploid (2n). Nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara
mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang
diploid (2n).

2. Phycomycetes

Phycomycetes memliki miselium yang berwarna putih dan tidak mempunyai


sekat-sekat, jika setelah tua akan berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan.
Phycomycetes memiliki sel yang telanjang dan cenderung berpisah-pisah. Hifanya
bersifat senositik atau tidak bersepta sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup di
darat atau pada medium tertentu. Phycomycetes memiliki chlamydospora sebagai bentuk
baru dari hifa/miselium untuk bertahan pada lingkungan suboptimum. Sebagian
Phycomycetes juga mempunyai ostiole  yaitu berupa lubang saluran sporangiospora untuk
keluar saat matang. Lubang ini cenderung lebih efektif karena mampu mengetahui
kecocokan sporangiospora terhadap lingkungan, berbeda dengan sporangiospora yang
langsung pecah dari sporangium secara keseluruhan.

Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual. Pada


perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangium yang terletak
pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium dan terdapat sporangium
pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor. Sporangium yang matang akan pecah dan
menghasilkan spora, kemudian dengan bantuan angin (anemokori) spora akan terbawa
jauh dari kelompoknya. Spora yang terbawa angin bila jatuh di tempat yang sesuai akan
tumbuh menjadi jamur baru.50
Perkembangan seksual pada jamur ini berlangsung secara konjugasi, yaitu terjadi
perpindahan materi yang berbeda muatan. Proses konjugasi terjadi pada tubuh-tubuh hifa
yang berlainan jenis. Pada ujung-ujung hifa akan terbentuk gametangium yang bersifat
haploid (n), kemudian gametangium yang berlainan jenis akan melakukan fusi
(penggabungan) sehingga menghasilkan zigospora bersifat diploid (2n). Phycomycetes
saat keadaan zigospora akan resisten terhadap perubahan kondisi lingkungan. Bila
50
Sparrow, F.K. JR. Aquatic Phycomycetes. Univ. Of Michigan Press. An Abror. 1960

78
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

kondisi lingkungan kembali menjadi normal, maka zigospora akan berkecambah dan
membentuk hifa-hifa haploid (n). Hifa-hifa yang tumbuh akan membentuk sporangium,
kemudian menghasilkan spora. Hal itu menyebabkan fase haploid cenderung lebih
panjang dibandingkan dengan fase diploidnya.

3. Eumycetes

Eumycetes memiliki ciri miselium bercabang-cabang dan bersepta, dinding selnya


terdiri dari khitin. Pembiakan vegetatif dengan spora yang terbentuk endogen di dalam
askus, atau eksogen pada basidium. Pembentukan askus dan basidium merupakan sifat-
sifat yang spesifik dan menjadi dasar dalam membagi-bagi Eumycetes ke dalam taksa
yang lebih kecil.

Askus dan basidium terkumpul dalam suatu badan buah yang terdiri
dari pletenchym. Dalam badan buah, askus atau basidium itu tersusun tegak dan berjajar
seperti jaringan tiang (palisade) bersama-sama dengan parifisis dan merupakan suatu
lapisan yang disebut himenium. Askus merupakan sporangium yang berbentuk buluh
dengan jumlah spora 4 atau 8. Basidium adalah sporangium berbentuk gada yang
menghasilkan 4 basidiospora secara eksogen. Akus dan basidium terkumpul dalam tubuh
buah yang terdiri atas plektenkim. Selain kedua macam sporangium tersebut, terdapat
konidium sebagai alat perkembangan.

C. Reproduksi Pada Lichenes (Lumut Kerak)

Tubuhnya terdiri atas sekelompok alga hijau biru atau Cyanobacteria dan jalinan hifa
jamur (Ascomycota) yang dapat menyimpan air dan mempertahankan kelembapan. Permukaan
atas dan bawah adalah lapisan pelindung hifa jamur yang terbungkus rapat. Tepat di bawah
permukaan atas adalah alga yang terjalin dalam jaring hifa. Bagian tengah umumnya terdiri atas
hifa jamur yang terjalin agak longgar. Jalinan hifa yang ada di lapisan bawah dilengkapi dengan
rizoid untuk melekatkan diri pada tempat tumbuhnya, dan jalinan hifa yang ada di lapisan atas
melindungi alga dari intensitas cahaya yang berlebihan. Hifa jamur menyediakan air dan mineral

79
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

yang diperlukan alga untuk fotosintesis, sementara jamur memperoleh zat organik hasil
fotosintesis.51

BAB VII

51
Gembong Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan.( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2011). Hal 176

80
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

REPRODUKSI PADA SCIZHOPHYTA

A. Struktur reproduksi pada Scizhophyta

Schizophyta yang merupakan salah satu divisi. Schizophyta memiliki nama lain yaitu
tumbuhan belah, dikarenakan dalam berkembang biakannya melalui cara membelah diri. Jika
dilihat dari segi evolusi, Schizophyta merupakan kelompok tumbuhan yang paling tua dan paling
primitif karena ada pada tingkat perkembangan filogeni yang paling rendah. Schizophyta sendiri
terbagi menjadi dua kelas yaitu Schizomycetes atau lebih dikenal dengan bakteri, dan kelas
Cyanophyta atau ganggang biru. Anggota-anggota dari divisi ini hanya berukuran mikroskopis,
yaitu hanya dapat di lihat di bawah lensa mikroskop. Bakteri dan ganggang biru sebagai anggota
dari divisi ini memiliki masing-masing karakteristik yang membedakan antara keduanya.

Bakteri dibedakan lagi menjadi subkelas Eubacteria dan subkelas Archaeobacteria. Jenis-
jenis bakteri juga dibedakan lagi berdasarkan bentuknya, cara memperoleh makanan,
kebutuhannya terhadap oksigen, jumlah dan letak flagel, dan suhu pertumbuhan. Bakteri pun
memilki peranan terhadap kehidupan, baik itu merugikan maupun menguntungkan. Sedangkan
ganggang biru merupakan mikroorganisme yang hubungan kekerabatannya diduga lebih dekat
dengan bakteri daripada dengan jenis algae lainnya.Ganggang biru dibagi menjadi tiga bangsa,
yaitu Chroococcales, Chamaesiphonales dan Hormogonales. Sama halnya dengan bakteri
keberadaan ganggang biru juga memberikan suatu pengaruh terhadap kehidupan. Ganggang biru
memiliki peranan positif maupun negatif serta merugikan atau menguntungkan.

Schizophyta merupakan nama sebuah divisi untuk tumbuhan yang mempunyai ciri khas
yakni berkembang biak dengan membelah diri. Schizophyta atau tumbuhan belah dari bahasa
Latin “schizere” atau yang dalam bahasa Yunani “schizen” berarti membelah dan “phyton” yang
berarti tumbuhan. Karakteristik lain tumbuhan belah ini adalah Organisme uniseluler,
protoplasma belum terdeferensiasi dengan jelas, inti belum tampak nyata, dan plastida juga
belum tampak jelas.

Schizophyta atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembang biak dengan membelah diri. Schizophyta berasal dari bahasa Yunani scizein artinya

81
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

membelah dan phyton adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok tumbuhan
dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah sehingga dari segi evolusi
merupakan kelompok tumbuhan yang paling tua dan paling primitif.

Ciri umum dari kelompok ini adalah :

 Berkembang biak dengan cara membelah diri,


 Tubuh terdiri dari satu sel
 Protoplas belum terdeferensiasi dengan jelas sehingga inti sel dan plastidanya belum jelas

Struktur reproduksi pada Scizjophyta adalalah di awali dengan pembentukkan koloni. Pada
pembentukkan koloni, bakteri umumnya berkembang biak secara vegetative atau aseksual
dengan membelah diri. Setelah membelah sel-sel akan tetap bergandeng satu sama lainnya
(membentuk koloni bakteri). Koloni tersebut membentuk bermacam-macam bentuk. Ada koloni
yang terdiri atas sepasang sel seperti terdapat pada marga diplococcus, ada yang berbentuk kubus
yang terdiri atas 8 sel pada marga sarcina. Ada yang berbentuk rantai pada marga
Staphylococcus, ada juga yang seperti standan buah anggur pada marga Staphylococcus. Bakteri
berkembang biak dengan cepat, sebagai contoh beberapa bekteri mampu memebelah setiap 20
menit sekali.

Sedangkan perkembangbiakan bakteri generative pertukaran materi genetic dengan bakteri


lainnya. Pertukaran materi genetic disebut rekombinasi genetic atau rekombinasi DNA.
Rekombinasi genetic dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Transformasi : pemindahan sedikit materi genetic, bahkan satu gen saja dari satu sel
bakteri ke sel bakteri lainnya.
2. Transduksi : pemindahan materi genetic satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya dengan
perantaraan organisme yang lainnya yaitu bakteriofage (virus bakteri)
3. Konjugasi : pemindahan materi genetic berupa plasmid secara langsung melalui
kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang
berdekatan.52

52
Indah Nazmi. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Jember: FP MIPA Jurusan Biologi
Institut Keguruan Ilmu Pendidikan: Jember, 2009), hlm:14

82
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Kemudian dilanjutkan dengan pembentukkan spora. Dalam keadaanyang kurang


menguntungkan, sel-sel bakteri mebentuk badan, badan untuk dapat melewati kala buruk tadi.
Protoplasma yang berada didalamnya berkontraksi mengadakan badan yang bulat dengan
dinding baru. Badan ini disbut spora , lebih tepatnya endospora karena terbentuk dari sel yang
lama spora tidak dapat bergerak aktif, spora bakteri tidak dapat dipandang sebagai alat
reproduksi, tetapi sebagai badan untuk mempertahankan diri menghadapi keadaan yang tidak
menguntungkan, mislnya kekeringan, suhu yang tinggi atau amat rendah, zat-zat kimia yang
bersifat sebagai disenfektan. Spora bakteri tertentu dapat bertahan selama 16 jam dalam air
mendidih, bila keadaan kembali seperti biasa spora akan tumuh menjadi sel biasa. Dengan cara
dinding spora dilepaskan, protoplasma tumbuh sampai ukuran bakteri yang normal dan
membentuk dinding sel yang baru. Dari satu spora hanya terbentuk satu sel kembali.

B. Perkembangan Alat Reproduksi Jantan dan Betina Pada Schizophyta

Tumbuhan biji merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik


tertinggi, yang sebagai ciri khasnya ialah adanya suatu organ yang berupa biji (dalam bahasa
Yunani : sperma). Biji berasal dari bakal biji, yang dapat disamakan dengan makrosporangium.
Di dalamnya dihasilkan makrospora yang tidak pernah meninggalkan tempatnya. Dan di tempat
itu selanjutnya berkembang menjadi makroportalium dengan arkeogonium serta sel telurnya.
Setelah terjadi pembuahan, zigot yang terbentuk berkembang menjadi embrio yang semantara
tetap di tempat itu pula. Semantara itu bakal biji yang kemudian mengandung embrio itu,
berkembang menjadi alat reproduksi yang disebut biji. Jadi, dari segi ontogeninya.

Biji adalah suatu alat reproduksi generatif atau seksual, yaitu peleburan sel telur dengan
sel kelamin jantan. Namun demikian, dalam lingkungan tumbuhan biji dapat kita jumpai
pengecualian dalam hubungan dengan pembentukan embrio dalam biji, dalam arti bahwa embrio
tidak selalu merupakan hasil peristiwa seksual. Pembentukan embrio melalui peleburan sel-sel
kelamin disebut amfimiksis, sedang terjadinya embrio tanpa melalui peristiwa perkawinan
disebut apomiksis. Berlainan dengan kelompok-kelompok tumbuhan yang sampai sekarang telah
dibicarakan pada tumbuhan biji tertutup itu bakal bijinya selalu diselubungi oleh suatu badan
yang berasal dari daun buah yang dinamakan bakal buah, yang kemudian kadang-kadang beserta
bagian lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang tersembuyi. Serbuk sari
tidak dapat secara langsung sampai pada bakal biji, melainkan jatuh di luar bakal buah, pada
83
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

suatu alat (organ) yang disebut kepala putik yang biasanya dengan bakal buah bersambungan
dengan tangkai kepala putik. Bakal buah, tangkai kepala putik, dan kepala putik merupakan
suatu alat yang dinamakan putik. Serbuk sari yang jatuh pada kepala putik lalu tumbuh
merupakan bulu serbuk yang terus menuju ke bakal biji dan berguna sebagai perantara untuk
menyampaikan sel kelamin jantan (♂) kepada sel kelamin betina (♀).

Gametotif lebih sederhana lagi. Dalam buluh serbuk sari tidak terdapat sel-sel protalium, dan
sel kelamin jantan (♂) tidak lagi berupa spermatozoid. Dalam bakal biji, dari makrospora yang
berupa kandung lembaga tidak berbentuk makroprotalium yang bersel banyak dan tidak ada pula
arkegonium. Gametofit (♀) betina hanya berupa beberapa sel saja dan satu diantaranya ialah
sel telurnya. Setelah peleburan dengan salah satu diantaranya ialah sel telurnya. Sehabis
peleburan dengan salah satu inti sperma, terjadilah embrio. Inti sperma yang kedua mengadakan
peleburan dengan inti kandung lembaga sekunder yang nantinya akan merupakan putik lembaga
sekunder. Peristiwa itulah yang disebut pembuahan ganda.

C. Proses Reproduksi Pada Schizophyta


a. Reproduksi Aseksual/vegetatif :
Caranya dengan pembelahan biner atau pembelahan langsung (tanpamelalui tahapan
seperti mitosis). Proses pembelahan diawali dengan prosesreplikasi DNA menjadi dua kopi DNA
identik dan diikuti pembelahan sitoplasma. Proses pembelahan berlangsung cepat setiap 20 menit
sekali. Contoh : E. coli.

 Reproduksi Seksual/generative
Caranya dengan konjugasi, pembelahan secara langsung materi genetik di antara dua sel
bakteri melalui jembatan sitoplasma. Tidak dapat ditentukan jenis kelamin kedua bakteri yang
berkonjugasi. Contoh : E. coli.

 Rekombinasi DNA

84
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Rekombinasi artinya bergabungnya dua DNA dari sumber yang berbeda. Rekombinasi
DNA selain dengan proses konjugasi ada proses lain yaitu transformasi, transduksi, yang
kemudian disebut proses paraseksual 53.

b. Proses paraseksual meliputi :


1). Transformasi
adalah pemindahan sebagian materi genetik atau DNA atau hanya satu gen
bakteri ke bakteri lain dengan proses fisiologi yang kompleks. Proses ini pertama
ditemukan Frederick Griffith tahun 1982. Contoh : Streptococcus pnemoniaeu,
Haemophillus, Bacillus. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan
sifatnya ke bakteri lain. Misalnya bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik
dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi.

Gambar : Proses Transformasi

2). Transduksi,
pemindahan materi genetik dengan perantara virus. Virus dapat menyambungkan
materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru,
di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus
yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal partikel transduksi (transducing
particle). Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg.

Jhon,Kimball. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. (Erlangga: Jakarta,1987)


53

Tjitrosoepomo,Gembong. Taksonomi Tumbuhan. (Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta,1985)

85
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Gambar : Proses Tranduksi

3). Konjugasi
merupakan proses bergabungnya dua bakteri (- dan +) dengan membnetuk jembatan
untuk pemindahan materi genetik (DNA).

Gambar : Proses Konjugasi

86
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

D. Pembagian Kelas Dalam Schizophyta

Divisi Schizophyta terbagi ke dalam 2 kelas yaitu Bacteria (Schizomycetes) dan Ganggang
biru (Cyanophyceae, Schizophyceae, atau Myxophyceae ).

a) Bacteria Schizomycetes

Bakteri berasal dari kata Bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil. Didalam
klasifikasi bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes. Bakteri ada yang menguntungkan
tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk
hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak
memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).54

a. Ciri-Ciri Umum
o Tubuh uniseluler (bersel satu)
o Tidak berklorofil (meskipun ada beberapa jenis bakteri yang memiliki
o pigmen seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis
o Hidupnya bersifat autotrof
o Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis)
o Habitat bakteri hidup dimana-mana/kosmopolit (tanah, air, udara, mahluk hidup)
o Satuan ukuran bakteri adalah mikron (10 - 3 μ)
o Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding
selnya tidak mengandung peptidoglikan

b. Sifat Morfologi dan Struktur Tubuh


Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil) dan spiral (spirilia)
serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.

54
Dwidjoseputro. Dasar-Dasar Mikrobiologi. (Erlangga:jakart,1992)

87
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Berbagai macam bentuk bakteri:


1) Bakteri kokus

 Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal


 Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
 Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.Sarkina
yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
 Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai.
 Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur

2) Bakteri Basil

 Monobasilyaitu berupa sel bakteri basil


tunggal
 Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteribasil berdempetan
 Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai55

55
Sriawiria,Unus. Mikrobiologi Air. (PT.Alumni:Bandung,2008)

88
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

3) Bakteri Sipiril

 Spiral yaitu bentuk sel bergelombang

 Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup

 Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma

Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk
batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak
menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang
merugikan bagi kehidupannya. Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan
letak yang berbeda-beda pula yaitu56 :

a. Monotrik : bila hanya berjumlah satu


b. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi
c. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung
d. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:


1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri) = dinding sel, membran plasma,
sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan

Michel, J.P., dan E. C. S. Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi. (Universitas Indonesia:


Jakarta,1986)

56
Campbell,Neil. Biologi Edisi kelima Jilid 2. (Erlanga:Jakarta,1999)

89
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) = kapsul, flagelum, pilus, fimbria,
klorosom, Vakuola gas dan endospora.

Struktur Dasar Sel:

a. Dinding sel
Dinding sel bakteri sangat tipis, tersusun atas peptidoglikan, yakni polisakarida yang
berikatan dengan protein. Fungsi dinding sel untuk memberi bentuk tertentu pada sel,
melindungi protoplasma sel, proses pembelahan sel. Berdasarkan struktur peptidoglikan
bakteri dapat dibedakan menjadi dua : Bakteri gram positif, peptidoglikan di luar membran
plasma dan bila diberi tinta cina akan menimbulkan warna. Contoh : Clostridium tetani,
Bacillus anthracis, Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus. Bakteri gram negatif,
peptidoglikan terletak antara membran plasma dan membran luar, bila diberi tinta cina tidak
menimbulkan perubahan warna. Contoh: E. coli, Salmonella typhosa, Vibrio cholera,
Neissiria gornorrhoe.

b. Membran sel
Tersusun atas molekul lemak dan protein dan bersifat selektif permeabel. Membran sel
berfungsi mengatur masuknya zat makanan dan keluarnya sisa metabolisme, berperan dalam
pembelahan sel.

c. Isi sel

90
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Tersusun atas organel-organel seperti:


 Inti, bersifat prokarion terdiri atas benang kromatin DNA dan RNA
 Mesosom, Terbentuk dari membran sel yang tidak membentuk lipatan. Organel
 ini berfungsi sebagai tempat pemisahan dua molekul DNA dan berperan juga dalam
pembentukan dinding sel baru antara kedua sel anak tersebut.
 Volutin, yaitu zat yang banyak mengandung DNA
 Ribosom, tersusun atas protein dan RNA, berfungsi sebagai tempat sintesis protein
 Lembar fotosintesis, khusus bakteri yang berfotosintesis (bakteri ungu), terdapat lipatan ke
arah sitoplasma yang berisi lembar fotosintesis
 Plasmid, adalah DNA non kromosom, plasmid mengandung gen-gen seperti gen kebal
antibiotik, gen patogen. Dalam satu bakteri dapat terbentuk 10-20 plasmid. Ukuran
plasmid 1/1000 kali DNA kromosom.

d. Sitoplasma adalah cairan sel.


e. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
f. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Struktur tambahan bakteri :


 Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.

91
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

 Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.
 Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus
 Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
 Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis
 Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.Dinding
endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap
kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan
menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.57

57
Duta, A.C. Botany for Degree Students. (Oxford University Press.Bombay-Calcuta-
Madras,1986)

92
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J.T 2006.. Rumput Laut, Pembudidayaan, Pengolahan, & Pemasaran Komoditas

Perikanan Potensial.. Depok : Penebar Swadaya.

Akhmadi .Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah.( Palangka Raya: Universitas Palangka Ray).

Arsyad, A. 2003.Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran: Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers Betty

Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas. 1987. Morphology of Plants and

Fungi. Fifthedition.Harper and Row Publishers. New York

Duta, A.C. Botany for Degree Students. 1986. Oxford University

Press.Bombay-Calcuta-Madras

Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi.( Jakarta : Penerbit Erlangga)

Campbell, et all. 2012. Biologi Jilid 2.( Jakarta : Erlangga).

Campbell,Neil.A.& Jane B. Reece.2008.Biologi.(Jakarta:Erlangga)

Fitting, H., W. Achumacher, R. Harder, F. Firbas. Lenhrbuch Der Botanic Fur Hochschule, 26-

Te Auflage Gustav Fischer Verlag, Stuttgart.

Istamar . 2004. Biologi . Jakarta : Erlangga

Julia, dkk. 2015. Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (pterydophyta) Terestrial di Hutan Dusun

Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont Vol.4 Calver, M. 2009.

Environmental Biology. China : Printplus

Fahn, A. 1990. Plan Anatomy.( New work : Pergamos Press)

93
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh

H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Hasan dan Arriyanti. 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) di Taman Nasional Gunung Gede

Hasnunidah, Neni. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

http;//www.artikelsiana.com/2014/12/bagian-bagian-bunga-fungsi-fungsi-bunga.html

https://www.mikirbae.com/2016/01/reproduksi-tumbuhan-angiospermae.html

Indah Nazmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah . Jember: FP

MIPA Jurusan Biologi Institut Keguruan Ilmu Pendidikan: Jember

Irawati, Trimurti, dkk. 2016. Embriologi Tumbuhan. (Banten : Universitas Terbuka ).

K. Romimohtarto, Dan Juwana, K. 2009. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan

R. Wettstein, 1952. Grundlagen des Pflanzensystems 2-te Auflage. Eugen Ulmer, Stuttgart.

Saktiyono.1989.Biologi 1 Program Inti.Jakarta :Intan Pariwara

Lakitan,benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : R.

grafindo

Loveless. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta : Gramedia.

Gradstein. 2003

Michel, J.P., dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas

Indonesia: Jakarta,1986

Najmi Indah. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schizophyt, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Jember : Jurusan Biologi FMIPA IKIP PGRI.
Raghavan, V. 2000. Developmental Biology Of Flowering Planta. (New York : Springer-
Verlag)

Sitompul SM dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.

94
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN

Sahardi. 2000. Studi Karakteristik Anatomi dan Morfologi serta Pewarisan Sifat Toleransi

terhadap Naungan pada Padi Gogo (Oryza sativa L). Disertasi. IPB Bogor.

Smith,G.M. The Fresh Water Algae Of The United States. .Mc Graw Hill Book Co., New York

Sparrow, F.K. Jr. 1960. Aquatic Phycomycetes. Univ. Of Michigan Press. An Abror.

Taiz L and Zeiger E. 1991. Plant Physiology. Tokyo. The Benyamin/Cumming Publishing
Company Inc

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan. (Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press).

Tjitrosoepomo,gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan.( Yogyakarta : UGM

Press)

Undang, Ahmat, Dasuki. 1992. Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta : Gadjah Mada Press ).

95

Anda mungkin juga menyukai