Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

(DIABETES MELLITUS)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Ahmad Rudianto
Anita Huraera
Indriyanti Sofyan
Jein Arnalia Topolega
Ni Made Artini
Niluh Putu Ayu Sri Aprilia
Shisil Atriani Putri
Siti Ismawati

PROGRAM STUDI NERS SI KEPERAWATAN STIKES


WIDYA NUSANTARA PALU TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha Esa karena
atas rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Diabetes Mellitus”.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber referensi sab
pengarahan dari berbagai pihak.oleh sebab itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini.

Palu, 8 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Lansia
B. Definisi
C. Etiologi
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi klinis
G. Penatalaksanaan
H. Pemeriksaan penunjang
I. Komplikasi
J. Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4) UU No 13
tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seorang
yang telah mencapai umur 60 tahun. Menurut Word Health Organization
(WHO) usia pertengahan (middle range) memiliki rentang usia : 45 – 49
tahun, kriteria umur lanjut usia awal (elderly) memiliki rentang usia 60 – 74
tahun, kriteria lanjut usia tua (old) memiliki rentang usia 75 – 90 tahun,
sedangkan usia sangat tua (very old) memiliki rentang usia diatas 90 tahun
(effendi dan Makhfudli, 2019).
Proses menua tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidak
mampuan, sebagian besar lansia tetap berdiri fungsional walaupun menderita
penyakit kronis. Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki
keterkaitan yang erat, lansia erat kaitannya dengan kemampuan merespon
stres, pengalaman kehilangan berkali kali dan perubahan fisik normal pada
penuaan menempatkan mereka pada risiko untuk terkena penyakit dan
buruknya fungsional.
B. Rumusa Masalah
1. Menjelaskan definisi Diabetes melitus ?
2. Menjelaskan Epidemiologi Diabetes Mellitus ?
3. Menjelaskan etiologi diabetes mellitus
4. Menjelaskan klasifikasi Diabetes melitus ?
5. Menjelaskan patofisiologi Diabetes Melitus ?
6. Menjelaskan penatalaksanaan Diabetes Melitus ?
7. Menjelaskan komplikasi Diabetes Melitus ?
8. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas Diabetes Melitus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Lansia


Menurut UU No 4 tahun 1945 lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya, mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari – hari dan menerima nafkah dari orang lain
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan
yang berakhir dengan kematian (Hutapea,2005).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
Menurut WHO, batasan lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (Middle Age) adalah usia antara 45 – 59 tahun
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60 – 74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old) adalah usia antara 75 – 90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old) adalah usia 90 tahun keatas
B. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan
glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau
merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan
fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus merupakan penyakit
sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan
hipoglikemia. ( Mary,2009)
C. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu
yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini
mencakup 15% populasi pada panti lansia.
D. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara
umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
1. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik).
2. Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat
menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat
menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari
bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air
kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang
mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena
mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu
sendiri.
E. Klasifikasi
1. Diabetes mellitus Tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus
tipe I:
a. Mudah terjadi ketoasidosis
b. Pengobatan harus dengan insulin
c. Biasanya kurus
d. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
e. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
f. Didapatkan antibodi sel islet
g. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Karakteristik DM tipe II:
a. Sukar terjadi ketoasidosis
b. Gemuk atau tidak gemuk
c. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
d. Tidak berhubungan dengan HLA
e. Tidak ada antibodi sel islet
f. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
F. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda
disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia
disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada
pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang
sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
G. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di
pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan
akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar
glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon
autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat.
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk m
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan
bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan
kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan
pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan
dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
3. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau
untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko
DM pada lansia.
4. Terapi (jika diperlukan)
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau
untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko
DM pada lansia.
5. Pendidikan
a. Diet yang harus dikomsumsi
b. Latihan
c. Penggunaan insulin
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
J. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma(HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati
diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
1. Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin
yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan
tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA
dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
2. Komplikasi Kronis
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh
retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya
aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah
pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut
sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina
atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom
Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan
autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit
ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM
tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat
retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya
sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah
60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau
obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang
menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat kesehatan pasien
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
e. Integritas ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan /cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada
otot,parestesia, gangguan penglihatan.
i. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengn osmotik diuresis
ditandai dengan turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan ganggren pada
extermitas
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kuat
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi
f. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :\
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1) Timbang berat badan sesuai indikasi
R/ mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
2) Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan klien
R/ mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik
3) Auskultasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut
kembung, mual muntah dan pertahankan keadaan puasa sesuai
indikasi
R/ hiperglikemia, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit menurunkan mitilitas atau fungsi lambung
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengn osmotik diuresis
ditandai dengan turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Tujuan : setelah diberikan asihan keperawatan diharapkan kebutuhan
cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
Pasien menunjukan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler
baik.
Intervensi :
1) Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari
gejala seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan
R/ membantu memperkirakan kekurangan volume total.
2) Pantau tanda – tanda vital catat adanya perubahan tekanan darah
ortostatik
R/ hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
3) Pantau pola napas seperti adanya pernapasan kussmaul atau
pernapasan yang berbau keton
R/ perlu mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan ganggren pada
extermitas
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi komplikasi.
Kriteria hasil : menunjukan peningkatan integritas kulit
Intervensi :
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan wrna, turgor, vaskuler,
perhatikan kemerahan
R/ menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan
infeksi
2) Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
R/ menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan iskemia
3) Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
R/ menurunkan iritasi dermal
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kuat
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan
dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi pola keletihan setiap hari
2) Mengeidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit
yang mempengaruhi toleransi aktivitas
Intervensi :
1) Diskusikan kebutuhan akan aktivitas
R/ pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun klien sangat lemah
2) Diskusikan penyebab keletihan seperi nyeri sendi, penurunan
efisiensi tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL
R/ dengan mengetahui penyebab keletihan
3) Bantu mengidentifikasi pola energi dan buat rentang keletihan
R/ mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan
membantu dalam merencanakan aktivitas
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi tanda tanda infeksi
Kriteria hasil : tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor , fungsiolesia
Intervensi :
1) observasi tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan
adanya pus pada luka sputum purulen urine warna keruh arau
berkabut
R/ pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan kedaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial
2) tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik
R/ mencegah timbulnya infeksi nosokomial
3) pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
R/ kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi meddia
terbaik dalam pertumbuhan kuman
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan
yang berakhir dengan kematian
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat
berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researschgate.net/publication/86725343-ASKEP-DM-PADA
LANSIA diakses pada tanggal 8 April 2020

Anda mungkin juga menyukai