Anda di halaman 1dari 21

PERAN PERAIRAN LAMPUNG MENJADI POROS MARITIM

PEREKONOMIAN SUMATERA

Disusun oleh

KELOMPOK 1

Anggota :

1. Agus Prianto
2. Larasati Dwika Putri
3. Safira Almas Pranisa
4. Sehat Junpiter Lumban Gaol
5. Tias Ayu Mustanam
6. Yuliana Daulay

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


TAHAP PERSIAPAN BERSAMA
PROGRAM PENGENALAN LINGKUNGAN SUMATERA
2019

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terkenal dengan


sebutan 1001 pulau yang tersebar hampir di seluruh wilayahnya.
Menurut survei tahun 2002 yang dilakukan National Institue of
Aeronautics and Space (NASA), ada 18.307 pulau yang ada di
Indonesia. Sedangkan, Pusat Hodrografi dan Oseanografi Angkatan
Laut pada 2017 menyatakan jika Indonesia memiliki 17.500 pulau.
Dari banyaknya pulau yang dimliki Indonesia, hanya 9 ribu saja
yang dihuni dan lebih dari 13 ribu pulau sudah terdaftar secara
resmi di PBB.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
memiliki potensi besar menjadi poros maritim dunia. Poros maritim
merupakan sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin
konektivitas antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan
perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan
maritim. Dan dengan banyaknya pulau-pulau titu pula menjadikan
lautan salah satu mata pencarian yang banyak dilakukan oleh warga
Indonesia. Oleh sebab itu, nelayan adalah salah satu pekerjaan
yang bisa membuahkan sumber kehidupan bagi rakyat, terutama yang
tinggal di sekitaran pantai.
Indonesia memegang peran penting dalam industri maritim
dunia. Salah satunya melalui penyediaan pelaut untuk pasar utama
perekrutan kru pelaut di Eropa, Amerika Utara, dan Timur Jauh.
Dalam hal kualitas, pelaut Indonesia berada di level yang sama
dengan pelaut Filipina, India, Vie tnam, Sri Lanka, Bangladesh,
dan negara lainnya yang menyediakan pelaut karena pusat pelatihan
pelaut di Indonesia sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
Organisasi Maritim Internasional (IMO) yang tertulis dalam
Standard of Training, Certification, and Watchkeeping for
Seafarers (STCW) 1995. Pasar kru pelaut di dunia meningkat selama
dua puluh tahun terakhir karena generasi muda di negara pasar
kehilangan keinginan untuk menjadi pelaut pedagang. Mereka lebih
suka bekerja di darat karena bahaya yang lebih kecil daripada
bekerja di laut. Namun dalam kenyataannya, para pelaut Indonesia
kesulitan meraih kesempatan karena terdapat kekurangan pada
individu dan institusi. Masalah individu terdapat pada kompetensi
pelaut dalam menjalankan tugasnya di atas kapal. Sementara pada
aspek kelembagaan, Indonesia berhadapan dengan kebijakan dan
peraturan yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendukung sektor
ini.
Dengan melihat situasi dan kondisi terserbut, maka di Pulau
Sumatera yang merupakan salah satu pulau di Indonesia juga
memiliki potensi sebagai pulau yang mengembangkan perekonomian
dengan sumber daya laut. Karena keadaan inilah, dilakukan
penelitian tentang ekonomi masyarakat provinsi Sumatera melalui
lautan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah fungsi perairan Sumatera dalam perekonomian Lampung?


2. Bagaimanakah peran masyarakat pesisir terhadap sumber daya laut di
Lampung?
3. Bagaimana dan apa saja jenis pemanfaatan sumber daya laut di Lampung?

C. Tujuan

1. Memaparkan fungsi perairan Sumatera dalam perekonomian Lampung


2. Mengamati dan menjelaskan peran masyarakat pesisir terhadap sumber daya di
Lampung
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan pemanfaatan sumber daya laut di Lampung
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Survei
dilaksakan di Pelabuhan Perikanan di mana terjadinya tempat penangkapan ikan,
serta pelelangan ikan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam makalah ini dikumpulkan dengan teknik wawancara, sasaran
dari wawancara adalah nelayan, distributor, dan pelaku konsumen untuk mencari
jawaban dari kuisioner yang diberikan.

E. Sistematika Pembahasan
Pembahasan penelitian disistematikakan menjadi lima bab besar dan sub bab. Di bagian
depan diberikan halaman sampul, halaman judul, dan, halaman daftar isi.
BAB II
LANDASAN TEORI

Pendapatan Daerah merupakan sebuah penerimaan yang berasal dari


daerah itu sendiri maupun alokasi dari Pemerintah Pusat sebagai
hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2013, pendapatan daerah
mengalami pertumbuhan sebesar 75,3% dari Rp365,1 Triliun (tahun
2008) menjadi Rp640,2 Triliun (tahun 2013). Namun pendapatan APBN
tahun anggaran 2013 yang berasal dari non pajak dan retribusi
masih sangat rendah (kurang dari 10%), sehingga peningkatan
keualitas pengelolaan kekayaan daerah mutlak diringkatkan
(Kemenkeu, 2013).
Kadin menyatakan proyeksi nilai kelautan Indonesia mencapai 171
miliar dollar AS atau setara dengan Rp2.064 triliun ( kurs
Rp12.000,- per Dollar AS ) yang meliputi: Perikanan Rp380 triliun;
Wilayah Pesisir Rp670 triliun; Bioteknologi Rp480 triliun; Wisata
Bahari Rp24 triliun; Minyak Bumi Rp252 triliun; serta Transportasi
Laut Rp240 triliun; (Kadin, 2015). Poros Maritim Dunia (PMD) yang
bisa terwujud apabila ada Kebijakan dan Program pendukung yang
tepat, efektif dan kompetitif. Tol laut mendukung Indonesia Poros
Maritim Dunia 2045. Tol laut adalah konektivitas laut yang efektif
berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari
barat sampai ke timur Indonesia. (Bappenas, 2015).
1. Potensi Sumberdaya Kelautan
a. Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik,
terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2,8 juta km2, Laut
Teritorial seluas 0,3 juta km2. Perairan Nasional seluar 3,1 juta
km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0
juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2,
Panjang garis pantai lenih dari 81.000 km2 dan jumlah pulau lebih
dari 18.000 pulau.
Indonesia memiliki enam pulau terbesar. Salah satunya adalah pulau
Sumatera. Pulau Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia
yang terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km2. Penduduk
pulau ini sekitar 57.940.351 (sensus 2018). Pulau ini dikenal pula
dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa
(bahasa Sanskerta, berarti “pulau emas”). Kemudian pada Prasasti
Padang Roco tahun 1286 dipahatkan Swarnnabhumi (bahasa Sanskerta,
berarti “tanah emas”) dan bhumi malayu (Tanah Melayu) untuk
menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari
abad ke-14 juga kembali menyebut “Bumi Melayu” (Melayu) untuk
pulau ini. (National Geographic.2013).

b. Potensi Pembangunan
Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi
Pembangunan adalah sebagai berikut:
1) Sumber daya yang dapat diperbaharui seperti: Perikanan (Tangkap,
Budidaya, dan Pascapanen), Hutam mangrove, Terumbu karang,
Indsutri Bioteknologi Kelautan dan pulau-pulau kecil.
2) Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti: Minyak bumi dan
Gas, Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.
3) Energi kelautan seperti: Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC
(Ocean Thermal Energy Conversion).
4) Jasa-jasa Lingkungan seperti: Pariwisata, Perhubungan dan
Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.

c. Potensi Sumber Daya Manusia


Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM
adalah sekitar 60% penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir,
sehingga pusat kegiatan perekonomian seperti: Perdagangan tangkap,
Perikanan Budidaya, Pertambangan, Transportasi Laut, dan
Pariwisata bahari. Potensi penduduk yang berada menyebar di pulau-
pulau merupakan asset yang strategis untuk penignkatan aktivitas
ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan Negara.Saran

BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan di
wilayah Lempasing yang ditujukan kepada para nelayan, distributor,
dan konsumen di mana terdapat Pelabuhan Perikanan. Waktu
pelaksanaan dari program ini pada Sabtu, 6 April 2019.

B. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Hari


1 2 3 4 5 6 7
1.Pembentukan Kelompok *
2.Pembuatan list pertanyaan *
wawancara
3.Wawancara *
4.Pembuatan Laporan *
5.Pembuatan power point *
Revisi
6. *
Finalisasi
7. * *

C. Metode
1. Survei
Survei secara langsung ke lapangan di Dinas Kelauatan dan
Perikanan. Di sana terdapat Pelabuhan Perikanan di mana terdapat
aktivitas perekonomian melalui perairan. Nelayan, distributor,
hingga pelaku konsumen berada di sana sehingga memudahkan dalam
survei.

2. Wawancara
Sasaran wawancara yang dilakukan adalah para nelayan, distributor
dan konsumen untuk mendapatkan data dibutuhkan. Diberikan
kuisioner kepada masing-masing bidang di mana tidak hanya satu
orang, melainkan lebih dari 3 orang per bidang agar bisa
memastikan validasi data. Dari hasil wawancara, didapatkan data
yang konkrit.

3. Data Sekunder
Dalam data sekunder, dicari data yang tidak bisa didapatkan
melalui metode wawancara dan survei. Didapatkan jurnal-jurnal
melalui internet, data dari kementrian dan lainnya agar data yang
didapatkan benar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Dalam melakukan penelitian, kami melakukan metode survei dan wawancara
terhadap para nelayan, distributor dan masyarakat selaku konsumen.
Kami mengajukan kuisioner yang berbeda-beda di tiap bidang,
yaitu :

a. Wawancara Nelayan
1) Faktor apa saja yang mempepngaruhi kenaikan harga ikan?
2) Semakin tinggi harga jual ikan dipasaran maka akan menurunkan jumlah
konsumen. bagaimana pengaruh terhadap nelayan?
3) Bagaiman pengaruh iklim dan cuaca untuk pendapatakn ikan

b. Wawancara Distributor
1) Bagaimana cara distributor menentukan harga jual ikan?
2)Bagaiman pendapatan dari penjualan ikan setiap bulannya?
3) Bagaimana cara distributor mendapatkan keuntungan yang tinggi tanpa
membuat konsumen mengeluh?
c. Wawancara masyarakat selaku konsumen
1) Bagaimana cara konsumen mengatasi kenaikan harga ikan?
2) Berapa kisaran harga ikan yang dijual?
3) Perbedaan harga di tempat pelelangan ikan dan dipasar?

Dari kuisioner yang kami ajukan, didapatkan grafik dari jawaban


para Nelayan, Distributor, serta Pelaku Konsumen.
Hasil Wawancara Nelayan

Grafik 1.1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan harga ikan?

Sales

Tidak Mempengaruhi Harga Jual Ke distributor menurun

Grafik 1.2. Semakin tinggi harga jual ikan dipasaran maka akan
menurunkan jumlah konsumen. bagaimana pengaruh terhadap nelayan?

Grafik 1.3. Bagaimana pengaruh iklim dan cuaca untuk pendapatan


ikan

Hasil Wawancara Distributor


6
5
4
Distributor
3
2
1
0
Kesegaran Jenis Ikan Ukuran Ikan harga terdekat
Ikan

faktor

Grafik 2.1 Bagaimana cara distributor menentukan harga jual ikan?

6
4
Distributor

2
0
Puasa Idul Fitri Idul Adha Tahun
Baru

Bulan

Grafik 2.2 Bagaimana pendapatan dari penjualan ikan setiap


bulannya?

Kesepakan Distributor Lain lain

Grafik 2.3 Bagaimana cara distributor mendapatkan keuntungan yang


tinggi tanpa membuat konsumen mengeluh?

Hasil Wawancara Konsumen


Menawar Tidak Beli

Grafik 3.1 Bagaimana cara konsumen mengatasi kenaikan harga ikan?

Sales

Cumi Cumi Cakalang Kapas Kapas Lain Lain

Grafik 3.2 Jenis ikan apa saja yang biasanya paling sering dibeli?

Lebih Murah Lain Lain

Grafik 3.3 Perbedaan harga di tempat pelelangan ikan dan dipasar?

B. Grafik Data
Grafik 1. Pertumbuhan PDB perikanan selama 2014 hingga 2017
Sumber : Badan Pusat Statistika 2017.

Grafik 2. Produksi Perikanan pada tahun 2011 hingg 2016

Sumber : Badan Pusat Statistika 2017


Grafik 3. Konsumsi Ikan tahun 2014 hingga 2017
Sumber : Badan Pusat Statistika 2017

Grafik 4. Nilai tukar rata rata per tahun


Sumber : Badan Statistika 2017
Grafik 5. Peningkatan PNBP SDA Perikanan dari tahun 2007 hingga 2017
Sumber : https://spanint.kemenkeu.go.id (9 Januari 2018)

C. Pembahasan

Negara maritim adalah negara yang memanfaatkan secara


optimal wilayah lautnya dalam konteks pelayaran secara umum.
Contoh negara-negara maritim diantaranya: Inggris, Amerika
Serikat, Singapura, Cina, dan Panama. Negara-negara tersebut
dikategorikan sebagai negara maritim, karena melakukan manajemen
pembangunan wilayah perairan lautnya secara sungguh-sungguh,
komprehensif, terencana dan berkesinambungan.

Berdasarkan latar belakang dan fakta sejarah, bangsa


Indonesia pernah berjaya dalam kemaritiman. Tercatat beberapa
kerajaan yang pernah ada di Indonesia dikenal sebagai penguasa
maritim, seperti Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak, Bone dan
lain-lain. Jejak fakta sejarahnya bahkan ditemui di Madagaskar.
Kata maritim berasal dari bahasa Inggrris yaitu maritime,
yang berarti navigasi, maritime atau bahari. Dari kata ini
kemudian lahir istilah maritime power yaitu negara maritim atau
negara samudera. Maritim, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai berkenaan dengan laut berhubungan dengan
pelayaran dan perdagangan di laut. Dalam bahasa Inggeris, kata
maritime untuk menunjukkan sifat atau kualitas yang menyatakan
penguasaan terhadap laut. .(Letkol (Purn) TNI AL Djuanda Wijaya,
2015)

Lampung merupakan salah satu provinsi di pulau Sumatera yang


cukup banyak daratan dibandingkan dengan perairan. Dengan
banyaknya perairan ini, menjadikan lautan adalah salah satu mata
pencarian yang digunakan masyarakat setempat sebagai tempat
perekonomian terbesar. Perairan memiliki banyak fungsi dalam
perekonomian masyarakat, di antaranya adalah :

1. Memberikan penghasilan kepada masyarakat yang tinggal di


sekitar pantai, yang bekerja sebagai nelayan, dll.
2. Memberikan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Masyarakat
yang bekerja sebagai nelayan, hasil tangkapannya bisa dijual
untuk menghasilkan rupiah, dan juga bisa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
3. Menaikkan derajat ekonomi rakyat. Penghasilan yang diperoleh
masyarakat dari penjualan ikan adalah untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi. Jika penjualan tersebut memberikan hasil
yang besar, akan terjadi lonjakan pemenuhan kebutuhan. Dari
pemenuhan kebutuhan primer, menjadi kebutuhan sekunder
bahkan tersier. Hal ini dikarenakan derajat ekonomi yang
meningkat.

Dengan meningkat dan terpenuhinya tiga poin di atas, maka


pertumbuhan ekonomi pun akan meningkat, sehingga bisa membuat
kesejahteraan masyarakat pun naik.
Laut menghasilkan berbagai sumber daya yang bisa digunakan
sebagai pemasok perekonomian masyarakat maupun negara. Dengan
adanya sumber daya ini, maka masyrakat mampu memanfaatkannya
untuk membantu menaikkan keuangan. Ikan, cumi, rumput laut,
kerang, dan lainnya bisa diambil di lautan dengan syarat, tidak
merusaknya. Sumber daya inilah yang bisa masyarakat gunakan.

Masyarakat pesisir berperan banyak dalam pemanfaatan sumber


daya. Jika tidak ada nelayan, maka ikan di lautan tidak akan
bisa ke tangan konsumen dan dikonsumsi oleh masyarakat. Jika
tambak ikan, udang, dan lainnya tidak dikelola oleh masyarakat,
maka kebutuhan pangan tidak terpenuhi.

Dengan penelitian yang dilakukan, yaitu survei dan


wawancara, didapatkan adalah sebagian besar masyarakat pesisir
menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan dari laut.
Sehingga, masyarakat pesisir juga memiliki peran penting atas
sumber daya laut.

Ada berbagai jenis pemanfaatan sumber daya laut yang


dilakukan oleh masyarakat. Yang dilihat di lapangan, masyarakat
banyak memanfaatkan sumber daya menjadi makanan yang bisa
dikonsumsi dalam jangka lama, seperti ikan asin, dll. Mereka
menggunakan teknik pengasinan agar ikan bisa digunakan dalam
jangka waktu yang lama. Biasanya, ikan yang diasinkan adalah
ikan yang tidak laku dijual, sehingga untuk mengurangi
kerugian, mereka membuatnya menjadi ikan asin.

Ikan hasil tangkapan juga banyak diperjual-belikan dalam


bentuk makanan yang sudah diolah, seperti otak-otak, pempek,
dan lainnya. Masyarakat sudah mampu memikirkan bagaimana
mengolah sumber daya laut agar tidak terjadi pembusukan
kemudian terbuang hingga mengakibatkan kerugian.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia, kondisi geografis yang strategis, kaya akan sumber
daya alam, tetapi semuanya masih belum dapat dimanfaatkan
secara optimal demi kemakmuran bangsa. Banyak faktor yang
menyebabkan hal tersebut. Mulai dari kesalahan paradigma
pembangunan, hingga pengetahuan masyarakat yang belum
merata. Namun, sejauh ini, masyarakat pesisir mampu membuat
perekonomian Indonesia naik di bidang perikanan.Masyarakat
juga sedikitnya mampu memanfaatkan sumber daya lautan agar
tidak terbuang percuma begitu saja menjadi makanan yang
layak konsumsi. Perairan Indonesia sangat berperan besar
sebagai tempat masyrakat bergantung hidup, terutama di
Lampung. Mereka bisa berperan sebagai nelayan, distributor,
maupun pelaku konsumen. Dengan keadaan inilah, setidaknya
perekonomian Indonesia tertolong, baik untuk masyarakatnya
sendiri maupun negara.

B. Saran
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistika.2017.https://www.bps.go.id(diakses 12 April


2019)

Kementerian Kelautan dan perikanan.2018.Produktivitas perikanan


Indonesia.https://www.kkp.go.id(diakses 12 April 2019)

Directory of open access


journals.2019.https://www.doaj.org(diakses 12 april 2019)

Kementerian PPN / Bappenas Direktorat Kelautan dan


Perikanan.2014. KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN
BERKELANJUTA.http://www.bappenas.go.id.(diakses 16 April 2019)

Kementerian PPN / Bappenas .2017.Rapat Koordinasi Nasional Bidang


Kemaritiman Tahun 2017.http://www.bappenas.go.id(diakses 16 April
2019)

Kementerian energi dan sumber daya mineral.2018.Kinerja 3 tahun


kaninet kerja setor energi dan su,ner daya
mineral.http://www.esdm.go.id(diakses 16 April 2019)

Kementerian koordinator bidang kemaritiman republik


Indonesia.2018. Kebijakan kelautan
Indonesia.http://www.maritim.go.id(diakses 16 April 2019)

Imam Triarso1.2012.Potency and Development Opportunity of


Bussines Capture Fisheries in North Coastal of Central Java,

I Nyoman Sudapet, Agus Sukoco, Ikhsan Setiawan .2017.model


integrasi ekonomi maritim dan pariwisata di daerah guna
peningkatan ekonomi Indonesia timur,

Nym Ngurah Adisanjaya, MSi .2015. potensi, produksi sumberdaya


ikan di perairan laut Indonesia dan permasalahannya,
Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, M.S.2010. pemberdayaan
sumberdaya kelautan, perikanan dan perhubungan laut dalam abad xxi
.

Anda mungkin juga menyukai