Anda di halaman 1dari 2

Purpura Trombositopenia Autoimun (ATP) merupakan ganguan autoimun dimana antibodi

antitrombosit menurunkan rentang hidup trombosit. Trombositopenia, kerentanan kapiler, dan


peningkatan waktu perdarahan merupakan tanda diagnostik gangguan ini. ATP dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan setelah kelahiran melalui SC atau akibat laserasi perineum,
vagina, dan cerviks. Insiden perdarahan postpartum pada uterus atau terjadinya hematoma juga
meningkat pada ATP.

Pada kasus ini, transfusi trombosit diberikan untuk mempertahankan hitung trombosit
100.000/mm3. Kortikosteroid juga diberikan jika diagnosis ditegakkan sebelum atau selama
kehamilan. ATP dapat menyebabkan terjadinya trombositopenia neonatus, terjadi pada sekitar
50% kasus dan diasosiasikan dnegan mortalitas yang tinggi.

Semua darah manusia dibentuk oleh kelompok darah ABO. Sebagian besar manusia memiliki
suatu antigen permukaan sel darah merah pada sistem golongan darah rhesus. Mereka yang
mempunyai antigen dipertimbangkan sebagai Rh(D) positif, dan mereka yang tidak mempunyai
faktor Rh, disebut Rh(D) negatif. Antigen Rh selanjutnya dikategorikan ke dalam suatu kompleks
antigen C, D, E, c dan e. Antigen D (yang akan dibahas) paling sering dihubungkan dengan
penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir. Ada tidaknya antigen D merupakan aspek
terpenting pada pengkategorian faktor Rh dan antigen terkait. Jadi, istilah Rh(D) positif
menjelaskan bahwa terdapat antigen D, dan tidak adanya antigen D berkaitan dengan Rh(D)
negatif. Angka insiden Rh(D) negatif pada orang Indonesia sekitar satu hingga dua persen dari
total populasi. Orang Eropa berkulit putih sekitar 15 persen, Negro Amerika sekitar lima hingga
delapan persen, dan penduduk asli Amerika sama dengan Indonesia yaitu sekitar satu persen.

Apabila seorang wanita tidak mempunyai antigen terhadap antigen Rhesus D (jika ia Rhesus
negative), maka ia akan membangun antibody melawan factor Rh jika Rh tersebut dimasukkan ke
dalam darahnya. Hal ini dapat terjadi pada saat transfuse darah dengan Rh(D) positif atau jika
wanita mengandung janin dengan Rh(D) positif dan ada darah masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
Karena darah antara ibu dan janin berasal dari sumber yang berbeda sama sekali, hal ini tidak
selalu menjadi masalah.

Supaya terjadi isoimunisasi Rh(D), ibu harus Rh(D) negative dan janin Rh(D) positif. Sel darah
merah janin harus masuk ke dalam sirkulasi darah ibu dalam jumlah cukup. Ibu juga harus
mempunyai kemampuan imunogenik untuk memproduksi antibody terhadap antigen. Waktu
paling umum terjadinya perdarahan pada janin-ibu adalah pada saat pelahiran bayi.

Ketika sel Rh(D) positif dimasukkan ke dalam serum wanita dengan Rh(D) negative, tubuhnya
akan membentuk antibody anti-D. Masuknya sejumlah darah janin ke dalam sirkulasi ibu dapat
merangsang pembentukan antibody yang dapat menyebabkan hemolysis sel darah janin kehamilan
selanjutnya. Ketika ibu memiliki antibody anti , antibody ini dapat diangkut ke sirkulasi janin
melalui placenta. Akibatnya sel darah merah janin menjadi rusak, diikuti anemia, dekompensasi
jantung, bahkan hydrops fetalis dan kemungkinan kematian pada masa janin atau pada masa
neonates dini, tergantung keparahan reaksi dan keefektifan penatalaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai