SEDIAAN STERIL
PRAKTIKUM KE :I
KELAS/GRUP : C 2-4
ANGGOTA KELOMPOK :
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
I. JUDUL
Collyrium Zinc Sulphate
II. PENDAHULUAN
Menurut Farmakope Indonesia edisi V hal 45 obat mata tersedia dalam
berbagai bentuk sediaan antara lain salep mata, larutan obat mata, suspensi, dan
strip. Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing. Larutan obat
mata merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sesuai
digunakan pada mata (FI IV hal. 12). Syarat larutan obat mata adalah steril,
jernih, dan bebas partikel asing. Larutan obat mata terdiri dati tetes mata dan cuci
mata (collyria). Dalam praktikum ke IV dibuat sediaan obat mata yaitu collyrium.
Zink sulfat ialah senyawa anorganik dengan rumus ZnSO4 .Ini adalah zat
padat tidak berwarna yang merupakan sumber umum dari ion seng larut. Zink
sulfat berfungsi sebagai astringen jika digunakan secara topikal pada mata bekerja
dengan cara membersihkan mukus dari permukaan mata. Obat ini biasanya
digunakan untuk mengobati iritasi ringan yang diakibatkan oleh matahari, angin,
debu, dan asap, mengurangi gejala mata lelah, alergi, inflamasi konjungtiva dan
photopthalmia, serta gangguan penglihatan karena kelebihan lendir mata.
Sebagai sediaan cuci mata , Zinc sulfate dapat menngurangi sekresi pada mata
serta memiliki aktivitas lemah sebagai antiseptik. Zinc Sulfate dapat
menyebabkan pelebaran ringan pad pembuluh darah.
Collyrium atau cairan pencuci mata adalah sediaan yang berupa larutan
steril, jernih, bebas jasad renik, isotonis dan dapat digunakan untuk membersihkan
mata. Dapat ditambahkan pendapar atau pengawet. Collyrium memiliki nilai
isotonis yang ekivalen dengan NaCl 0,95%. Batas toleransi terendah setara
dengan NaCl 0,6% dan batas tertinggi setara dengan NaCl 2,0% tanpa gangguan
yang nyata (Farmakope Indonesia V hal 45). Nilai pH air mata normal lebih
kurang 7,4. Range pH untuk larutan mata yang masih di perbolehkan adalah 4,5
— 9. ( FI IV, Hal 13 ). Collyrium dibuat dengan melarutkan obat dalam air,
saring hingga jernih, masukkan dalam wadah, tutup dan sterilkan. Alat dan wadah
yang digunakan dalam pembuatan collyrium harus bersih dan steril. Persyaratan
sediaan cuci mata adalah
1. Nilai isotonisitas
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai
larutan Natrium Klorida 0,9 %.
2. Pendaparan
Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 oleh karena itu sistem dapar
harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis.
3. Steril
Untuk zat aktif tahan panas, sterilisasi akhir dengan autoklaf. Jika
memungkinkan, penyaringan membran.
4. Pengawet
Untuk cuci mata takaran ganda. Adapun syarat yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pengawet antara lain (1) harus bersifat bakteriostatik dan
fungistatik, (2) harus tidak mengiritasi mata, kornea dan konjungtiva, (3)
harus kompatibel dengan kebanyakan obat, (4) tidak menimbulkan alergi (5)
dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi yang normal.
5. Persyaratan lain adalah jernih (Farmakope Indonesia Ed IV, hal. 13)
Diantara banyaknya sediaan larutan cuci mata antara lain: Optrex, Y-Rins,
Boorwater dan sediaan larutan cuci mata lainnya. Zat aktif yang digunakan
dari collyrium adalah ZnSO4 berfungsi untuk adstringen yang stabil pada pH
5,8-6,2.
III.PREFORMULASI
A. ZAT AKTIF
Sifat Fisika Kimia dan Cara Khasiat dan Cara
Zat Aktif Ekiv NaCl
Stabilitas Sterilisasi Dosis Penggunaan
Stabilitas :
pH bahan:
4,4-5,6 (Martindale
edisi 36 hal. 1999)
pH sediaan:
5,8-6,2 (Drug
Information 88: 2631
OTT :
B. ZAT TAMBAHAN
Fungsi Zat Cara
Nama Zat Sifat Fisika Kimia Ekiv NaCl Konsentrasi
Aditif Sterilisasi
Kelarutan :
(Handbook of
Pharmaceutical Excipient
ed.6 hal. 766)
Penyimpanan :
(Handbook of
Pharmaceutical Excipient
ed.6 hal. 766)
Pengawet Chlorbutanol Sifat: 0,24 Autoklaf 0,5%
(Handbook (Handbook Of
Kristal putih atau tidak
Of Pharmaceutical
berwarna , tidak stabil dan
Pharmaceuti Excipient hal
berbau champora
cal Excipient 166)
(Handbook Of
hal 494)
Pharmaceutical Excipient
hal 167)
Kelarutan :
(Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 167)
Stabilitas:
Tidak stabil dan mudah
menyublim terhadap cahaya
(Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 167)
OTT:
Penyimpanan :
(Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 68)
Kelarutan:
1 : 20 dalam air
(Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 68)
OTT:
pH:
3,5-4,1 (Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 68)
Stabilitas:
Higroskopis (Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 68)
Penyimpanan:
pH:
9,0-9,6 (Handbook Of
Pharmaceutical Excipient
hal 633)
OTT:
Stabilitas:
Penyimpanan:
C. TEKNOLOGI FARMASI
Banyak obat, khususnya garam alkaloid, paling efektif pada Ph
optimal bagi pembentuk basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat
mungkin menjadi tidak stabil sehingga, pH harus diatur dan dipertahankan
dengan penambahan dapar. Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata
adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan pelepasan lambat
ion hidroksilm dari wadah kaca. Air mata normal memiliki pH lebih kurang
7,4 dan mempunyai kapasitas dapat tertentu. Oleh karena itu
sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan
tidak menyebabkan pengendapan obat atau mempercepat kerusakan obat.
(Farmakope Indonesia IV, hal. 13)
Pada larutan yang digunakan untuk mata yang luka, sterilitas adalah
yang paling penting. Metode untuk mencapai sterilitas terutama ditentukan
oleh sifat sediaan tersebut. Jika memungkinkan, penyaringan dengan
penyaring membran steril secara aseptik merupakan metode yang lebih baik.
Jika dapat ditunjukan bahwa pemanasan tidak mempengaruhi stabilitas
sediaan, sterilisasi obat dalam wadah akhir otoklaf juga merupakan metode
yang baik. (Farmakope Indonesia IV, hal. 13)
Sterilitas merupakan persyaratan paling penting. Larutan oftalmik
yang dibuat secara tidak tepat dapat mengandung bermacam organisme, dan
yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari
organisme ini dapat menimbulkan kebutaan. Oleh sebab itu, sangat berbahaya
untuk meneteskan produk tidak steril ke dalam mata apabila kornea
mengalami pengikisan, misalnya karena penggosokan mata. Partikel partikulat
dapat merangsang mata, menyebabkan rasa kurang menyenangkan kepada
pasien, dan karena itu perlu di eliminasi kecuali sediaan suspensi. (Goeswin
Agoes hal. 253)
Dalam memformulasikan sediaan untuk mata, baik secara industri mau
pun “extemporer”, perlu diperhatikan sejumlah faktor, seperti tipe sediaan dan
cara penggunaannya, aktivitas dan stabilitas bahan aktif obat, pengaturan tonis
itas, pilihan metode sterilisasi,dan pengemasan untuk sediaan obat mata yang
dibuat. Pada pembuatan larutan oftalmik, tonisitas dari larutan dapat disesuaik
an (diatur) setara dengan cairan lakrimal dengan cara penambahan solut yang
sesuai, seperti natrium klorida. Jika tekanan osmotik dari obat diperlukan bera
da pada konsentrasi yang melebihi kesetaraan osmotik cairan mata, maka tidak
ada yang dapat dilakukan karena larutan bersifat hipertonis. Untuk larutan
hipotonik, dapat dibuat isotonik dengan menghitung zat tambahan yang diper
lukan. (Goeswin Agoes hal. 254)
Pada sediaan larutan oftalmik, kontaminan yang berbahaya adalah
Larutan oftalmik yang dibuat ekstemporan dapat dikemas baik dalam
botol polietilen berpentes maupun botol gelas berpenetes. Untuk menjaga steri
litas larutan, kontener harus steril. Kontener polietilen disterilkan dengan gas
etilen oksid (belakangan secara sterilisasi penyinaran), sedangkan pengemas
berupa botol gelas dan asesorinya disterilkan dengan cara dibungkus dan di
Farmakologi
Rasa sakit atau perih pada mata biasa dikaitkan dengan penurunan
sekresi atau sekresi abnormal cairan mata,bahkan gejala awal peradangan
akibat infeksi tertentu. Zink sulfat merupakan salah satu obat yang dapat
digunakan sebagai astringen untuk meredakan iritasi ringan pada mata sesaat,
juga digunakan dalam pegobatan konjungtivitis sudut yang disebabkan
oleh Moraxella lacunata, selain itu juga menunjukan aktivitas sebagai
antiseptik lemah. Efek astringen dihasilkan akibat pengendapan protein dan
pembersihan mukus pada permukaan luar mata oleh ion zink.
Larutan opthalmik zink sulfat juga meghasilkan efek vasodilatasi ringan
dalam kosentrasinya yang digunakan dalam preparat opthalmik.
Untuk meredakan iritasi mata diaplikasikan 1-2 tetes larutan zink sulfat pada
mata sebanyak 2-4 kali sehari. Pemberian obat yag berlangsung lebih dari 3
hari sebaiknya tidak digunakan sebagai self medication apabila
tanpa instrukasi dokter (AHFS Drug Information 88)
Farmakokinetik
Zink didistribusikan keseluruh tubuh dan kadar tertinggi didapatkan
pada koroid mata, spermatozoa, rambut, kuku, tulang, dan prostat.
Ekskresinya terutama melalui feses sejumlah kurang 20-30% dari asupan zink.
Hanya sekitar 2% diekskresikan melalui urin. (Martindale Ed 36 hal 1999)
Farmakodinamika
Berfungsi sebagai astringen jika digunakan secara topikal pada mata be
kerja dengan cara membersihkan mukus dari permukaan mata. Obat ini biasan
ya digunakan untuk mengobati iritasi ringan yang diakibatkan oleh matahari, a
ngin, debu,dan asap, mengurangi gejala mata lelah, alergi, inflamasi konjungti
va serta gangguan pengelihatan karena kelebihan lendir mata.
(Martindale 36 hal.1999)
Kontra Indikasi
Penderita yang mengalami glaucoma (Martindale 36 hal.1999)
Interaksi Obat
Absorbsi zink dapat mereduksi suplemen logam, fenisilamin dan tetrasiklin.
(Martindale 36 hal. 1999)
Efek Samping
Janin (teratogenik atau embriosidal) dan belum ada penelitian terkendali pada
wanita hamil. (Martindale 36 hal. 1999)
IV. FORMULASI
FORMULA RUJUKAN
Collyrium Zinci Luteum (Martindale 28 hal 945)
Zinc Sulphate 0,5 g
Camphora 0,2 g
Saffron 0,1 g
Alcohol 70% 10 g
Borax 0,3%
A. FORMULA JADI
Collyrium Zinci Sulphurici (Martindale 28 hal 945)
2. Klorobutanol
Klorobutanol digunakan sebagai pengawet dalam sediaan karena fenil
merkuri nitrat menurut Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th edition
hal. 167 inkompatibilitas dengan silikat yang ada di wadah gelas.
Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5 %
3. Asam borat
Asam borat digunakan sebagai dapar. Penggunaan dapar borat untuk
menstabilkan pH larutan. Kombinasi antara asam borat dan boraks karena
dapar ini dapat membuat pH sediaan mendekati pH stabilitas zat aktif
yaitu 5,8 — 6,2 sehingga tidak menyebabkan pengendapan zat aktif
ataupun kerusakan zat aktif selama penyimpanan. Konsentrasi yang
digunakan adalah 1.62% karena menurut Handbook of Pharmaceutical
Exipient 6th edition hal 68 dapat berguna sebagai dapar.
4. Borax
Borax digunakan sebagai agen pengalkilasi. pH borax adalah 9.0-9.6
sehingga dapat meningkatkan pH zink sulfat dalam larutan yang
cenderung sedikit agak asam dan diperoleh pH larutan yang ekivalen
dengan pH mata 7,4. konsentrasi yang digunakan adalah 0,3%
Autoklaf 115-116ºC, 30 menit
Batang pengaduk, Direndam dalam etanol selama 30 menit
3 spatula, pinset, kaca arloji,
penjepit besi, (Farmakope Indonesia V hal 1359)
Karet Direbus dalam air mendidih selama 30 menit
4
pipet tetes, karet tutup botol (Farmakope Indonesia V hal 1359)
Sterilisasi akhir dengan Autoklaf 121ºC,
5 Sterilisasi sediaan collyrium
15 menit
Didihkan 30 menit
6 Aqua Steril Pro Injeksi
(Farmakope Indonesia V hal 1359)
VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
A. PERHITUNGAN
Formula Jadi
Dibuat 2 botol cuci mata @ 100 ml
Volume total = ( n x v ) + 10 — 30% ( n x v )
= 200 ml + 20 ml
= 220 ml
Perhitungan isotonisitas :
= 267,2973 ml
(hipertonis)
NaCl sebagai zat pengisotonis tidak diperlukan karena larutan sudah bersifat hipertonis.
Formula Rujukan
Camphora 0,2 g
Saffron 0,1 g
Alcohol 70% 10 g
= 200 ml + 20 ml
= 220 ml
Perhitungan isotonisitas :
E Nacl Saffron =-
=
% tonisitas = 267,2973 ml 220 ml x 0,9%= 1,09 %
(hipertonis)
NaCl sebagai zat pengisotonis tidak diperlukan karena larutan sudah bersifat hipertonis.
Borax 0,3%
= 200 ml + 20 ml
= 220 ml
= ml
(hipertonis)
NaCl sebagai zat pengisotonis tidak diperlukan karena larutan sudah bersifat hipertonis.
= 200 ml + 20 ml
= 220 ml
Perhitungan isotonisitas :
= 292,4626 ml
(hipertonis)
NaCl sebagai zat pengisotonis tidak diperlukan karena larutan sudah bersifat hipertonis.
B. PENIMBANGAN
PENIMBANGA
BAHAN
N TEORITIS
Borax 0,66 g
Chlorobutanol 1,1 g
VIII. EVALUASI
1. IPC ( In Process Control )
a. Uji kejernihan ( teori dan praktek farmasi industri hal 1355 )
Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
berlatar belakang hitam putih, dengan rangkaian isi dijalanan dengan aksi
memutar
Syarat: USP menyatakan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan
bahwa tiap partikel yang terlihat harus dibuang atau harus jernih. Batas 50
partikel 10 µm dan lebih besar, 5 partikel ≥ 25 µm/ml.
Syarat: pH harus mendekati pH zat aktif dan zat aditifnya yaitu pH 5-6
Turco S., Robert E King. 1979. Steril Dosage Forms, Second Edition.
Philadelphia: Lea & Febiger
Lachman L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi III . Jakarta: UI
Press.
Evory, M.C., Gerald, K.1988. Drug Information ed 88. USA: American Society
of Health System Pharmacist.