Skripsi Ernita 1
Skripsi Ernita 1
Dalam era globalisasi, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan
kemajuan suatu bangsa dan Negara.Kualitas SDM bergantung pada kualitas
pendidikan dan peran pendidik untuk menciptakan masyarakat yang cerdas,
terbuka dan demokratis.Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional
harus senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global.Salah satu komponen
penting dari sistem pendidikan nasioal adalah kurikulum.
Kurikulum menurut UU No.20 Tahun 2003 telah menjelaskan mengenai sistem
pendidikan nasioal, didalamnya mencakup rencana dan peraturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Senada dengan hal itu, Nana Sudjana (2006), juga mengemukakan bahwa
Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat dan rencana, sedangkan pelaksanaannya adalah proses
belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yakni pendidik dan
peserta didik. Hal ini berarti kurikulum merupakan sautu hal yang penting dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan dan serangkaian proses
pembelajaran. Beberapa penjelasan diatas tentang kurikulum, dapat disimpulkan
bahwasanya kurikulum merupakan bagian yang 2
sangat penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam hal pengembangan ide
dan rancangan menjadi proses pembelajaran yang lebih relevan untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang kita impikan selama ini.
Serangkaian persoalan pendidikan yang masih mengganjal dalam sistem
pendidikan di Indonesia adalah belum adanya sistem pembelajaran yang dinilai
tepat untuk menjawab cita-cita pendidikan selama ini, hal ini dibuktikan dengan
sederet pergantian Kurikulum yang dilakukan oleh Pemerintah dari tahun ke
tahun.Kurikulum merupakan bidang yang sulit untuk dipahami, tetapi sangat
terbuka untuk didiskusikan. Perubahan kurikulum dalam pendidikan nasioanl
Indonesia tercatat sejak tahun 1945telah mengalami 10 kali perubahan, yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, yang disusul
dengan kurikulum terbaru yakni kurikulum 2013.
Perubahan kurikulum bertujuan mengarah pada perbaikan sistem pendidikan dan
meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan perlu dilakukan karena adanya
revitalisai kurikulum.Kurikulum 2013 muncul sebagai kritikan kurikulum
sebelumnya yakni KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan).Dalam
perjalanannya upaya mengangkat citra dan martabat Bangsa Indonesia di mata
dunia internasional, yang kini berada pada tingkat kurang menggembirakan, maka
perlu adanya revitalisasi pendidikan dalam arti perubahan-perubahan sistem
pendidikan secara fundamental dan kontekstual).
Ahmad Soehandji (2012), Sebagai sumbangan pemikiran, disampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Pendidkan di Indonesia harus memilki landasan filosofi yang kokoh, diarahkan
pada pembentukan identitas dan integrasi nasional, seperti wawasan kebangsaan
yang kuat, rasa patriotik yang tangguh, pandangan
3 multikultural yang luas, sikap kewarganeraan yang baik, serta ketaatan
beragama yang konsisiten,
2. Kurikulum harus disusun berdasarkan kajian yang mendalam dan dipilih
muatan yang benar-benar relevan dengan kebutuhan bangsa saat ini, terutama
yang menunjang secara langsung perkembangan ekonomi, penguatan industri dan
perdagangan, penguasaan teknologi, penyiapan tenaga kerja terampiil dengan etos
kerja yang tinggi, penciptaan lapangan kerja, pembentukan ahlak yang mulia,
serta nasionalisme yang kuat,
4. Adanya upaya peningkatan profesionalisme manajemen pendidikan dan
manajemen pembelajaran secara terus menerus, baik pada perencanaan, struktur
organisasi, pengembanngan SDM, maupun evaluasinya,
7. Pengalokasian anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD (UU
No.20 Tahun 2003 pasal 49 ayat 1) supaya direalisasikan secara efektif, konsisten,
transparan dan akuntabel.
Berdasarkan peryataan tersebut, ada beberapa hal yang perlu di benahi dari
kurikulum sebelumnya, dimana kurikulum yang baru ini diharapkan memuat
beberapa komponen diatas dan jika disimpulkan, maka yang menjadi harapan
besar adalah lahirnya kurikulum yang berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik.
Pada saat ini Kurikulum 2013 sebagai kurikulum baru merupakan pembahasan
yang menarik untuk diperbincangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia, Pada
awal tahun ajaran 2013/2014, pemerintah secara resmi telah menerapkan
kurikulum 2013 untuk di ujicoba di beberapa sekolah yang telah terakreditasi A
dan B, Yaitu pada Sekolah Dasar kelas I,II,III,IV,V dan kelas VI,
Eusabia Floreza.W (2014 : 3), juga mengemukakan bahwa Kurikulum 2013
sebagai kurikulum baru dalam dunia pendidikan menjadi penyempurna kurikulum
sebelumnya, yaitu kurikulum 2006 berbasis KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).Beberapa yang menjadi landasan penyempurnaan kurikulum ini
diantaranya, landasan yuridis, landasan filososfis, landasan teoritis, dan landasan
empiris.Pertama secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang
didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis dibidang
pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum 2013 adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi. Yang kedua adalah landasan filosofis,
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendikan nasional pengembangan kurikulum
haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan
kehidupan bangsa yang akan datang.Selanjutnya adalah landasan teoritis, dimana
kurikulum yang dikembangkan berdasar pada teori pendidikan dan standar teori
pendidikan yang berbasis kompetensi.
Dan yang terakhir adalah landasan empiris, secara kasat mata beberapa kurikulum
sebelumnya masih terlalu menekankan pada konsep penguasaan teori belaka tanpa
disertai praktik yang memadahi, sehingga peserta didik terkesan begitu konseptual
dalam berperilaku. Kurikulum 2013 hadir untuk menanggulangi hal tersebut
dengan harapan orientasi kurikulum yang tidak membebani peserta didik dengan
konten, namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga
Negara untuk berperanserta dalam membangun Negara pada masa yang akan
datang.(http://kangmartho.com : 23/09/2017).
Penyempurnaan ini, dilaksanakan guna menigkatkan sistem pendidikan nasional
agar selalu relevan dan kompetitif.Selain itu, juga diharapkan mampu
memecahkan berbagai persoalan bangsa khususnya dalam bidang pendidikan
sehingga dalam hal ini, sekolah harus mengupayakan keberhasilan implementasi
kurikulum 2013, melalui berbagai program pengambangan yang
dilakukan.Pengembangan fasilitas dan penguatan manajemen sekolah perlu
dilakukan sehingga pelaksanaan kurikulum dapat berjalan dengan
baik.Pemerintah juga perlu melakukan strategi penerapan Kurikulum dengan
Sosialisasi dan pelatihan yang memadahi agar kurikulum 2013 tidak hanya
menjadi program yang sia-sia. Oleh sebab itu, lahirnya kebijakan baru ini,
tentunya harus tetap disikapi dengan positif jangan sampai menjadi beban guru,
siswa, serta satuan pendidikan yang berkecimpung dan menaruh perhatian
terhadap pendidikan.
Sejak tahun 2013, tercatat 13 Kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi-selatan
telah menerapkan kurikulum 2013, hal ini senada dengan ungkapan Kepala Dinas
Pendidikan Sulawesi-selatan (Tribun timur, 15/07/2013), mengungkapkan bahwa
sekitar 13 Kabupaten yang ada di Sulawesi selatan mulai menjalankan kurikulum
2013 mulai tahun ajaran 2013/2014. Lanjut beliau menyampaikan pula bahwa
lahirnya kurikulum ini bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya.
“Kurikulum ini sebenarnya penyempurna dari kurikulum KTSP.Kurikulum ini
hadir karena adanya dinamika kebutuhan siswa, Djabbar menyebutkan kurikulum
2013 yakni meningkatkan kualitas wawasan siswa agar bisa menyerap kebutuhan
kedepannya.Selain itu, kurikulum 2013 berupaya untuk meningkatkan sikap
perilaku siswa agar bertindak lebih positif.Kurikulum ini membuat siswa
mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahauannya.Sehingga dalam
pembelajaran, keaktifan siswa akan lebih dominan,”Jelasnya.
Dari 13 Kabupaten yang menerapkan kurikulum 2013 , Kabupaten Pangkep
termasuk salah satunya. Pada saat itu hanya beberapa sekolah yang terpilih untuk
diterapkan karena beberapa pertimbangan, seperti sarana dan parasarana yang
masih kurang lengkap, kualitas guru yang masih kurang memadahi, serta beberapa
pertimbangan lain. Hal ini diperjelas oleh salah seorang guru sekolah dasar yang
kebetulan mengajar di salah satu sekolah paling ujung Kab.Pangkep dan
merupakan daerah perbatasan dengan
kabupaten lain yakni kecamatan Mandalle. “Beberapa kendala yang kami alami
sebagai seorang guru adalah masih terbatasnya sarana dan prasaran penunjang
seperti komputer, alat peraga dalam pembelajaran, seperti pelajaran IPA, serta
pelatihan kompetensi guru yang masih terbatas, menyebabkan kami kesulitan
untuk memahami secara teknis pelaksanaan pembelajran yang berbasis
kurikulum tersebut, Ujarnya (19/09/2017).
Kondisi geografis memang tidak bisa di pungkiri dalam pelaksanaan suatu
kebijakan atau program Pemerintah. Terkadang hal seperti ini yang membuat
pembangunan tidak merata di seluruh pelosok Tanah Air, termasuk dalam
pembangunan sarana pendidikan yang memadahi. Kecamatan Mandalle salah
satunya, mulai dari di terapkannya kurikulum 2013 baru 2 Sekolah Dasar yang
menerapkan kurikulum ini, yakni SDN 33 Boddie dan SDN 20 Mandalle.
Penerapan Kurikulum 2013 pada SDN 33 Boddie sudah berjalan selama ± 3
Tahun. Dalam praobservasi yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan beberapa
hasil bahwa, pembelajaran dengan kurikulum 2013 sudah berjalan selama
beberapa tahun terakhir, namun masih terdapat beberapa kendala seperti ukuran
dan tujuan kebijakan Kurikulum 2013 yang tergolong cukup ideal dikarenakan
ada dua komponen yang ingin dicapai sekaligus, yakni lulusan yang berkarakter
dan berkompetensi. Sementara kondisi peserta didik di SDN 33 Boddie belum
mumpuni untuk mencapai dua hal tersebut dalam proses yang bersamaan karena
daya tanggap peserta didik masih tergolong lambat dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM), sehingga guru harus mengajar secara perlahan dari tiap materi.
Dari sisi sumberdaya , sarana belajar yang tersedia terdiri dari 6 ruang kelas, 1
ruang perpustakaan dan belum memliki LAB untuk peyimpanan alat-alat peraga
serta praktikum. Di SDN 33 Boddie mempunyai 7 Guru, 2 staff, 1
penjaga sekolah, dan 1 Kepala sekolah, 3 diantaranya yang memegang kelas
masih berstatus sebagai guru honorer dan belum mengikuti banyak pelatihan
kompetensi tenaga pendidik.
Dalam pelaksanaan kurikulum ini, juga terdapat beberapa organisai yang akan
terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Diantaranya SDN 33 Boddie, Dinas
Pendidikan Kab.Pangkep, Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan (UPTD)
Pendidikan Kec.Mandalle, Tim Pengawas tingkat sekolah dasar, serta komite
sekolah. Oleh karena letak geografis SDN 33 Bodiie yang berada cukup jauh dari
daerah perkotaan, menyebabkan seluruh agen pelaksana tersebut tidak bisa
melakukan pengawasan langsung terhadap sekolah ini terutama dari pihak Dinas
Pendidikan kabupaten. Begitupun pada saat sosialisasi kurikulum dan rapat kepala
sekolah di dinas kabupaten, terkadang kepala sekolah dan kepala UPTD
Pendidikan kecamatan mandalle mengalami keterlambatan selama beberapa kali
karena jarak kecamatan mandalle yang cukup jauh dari dinas penddikan
kabupaten pangkep, apalagi dengan info rapat yang datang secara tiba-tiba tanpa
melalui perantara surat atau dengan adanya surat namun hanya dititipkan ke
sekolah lain.
Selain itu, lingkungan sosial, politik, dan ekonomi juga merupakan lingkungan
eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan ini. Kecamatan mandalle
merupakan lingkungan kemasyarakatan yang mempunyai penduduk yang
berwatak keras serta kurangnya perhatian terhadap pendidikan, dengan penduduk
yang dominan berprofesi sebagai petani dan petambak. Beberapa tahun lalu,
terdapat kasus di salah satu sekolah kecamatan mandalle dimana guru dilaporkan
oleh orang tua siswa kepada pihak kepolisian, dikarenakan orang tua tersebut
tidak terima atas perlakuan guru terhadap anak kandungnya
pada saat guru tersebut mengajarkan pendidikan karakter yang disiplin terhadap
peserta didiknya. Jadi, jika demikian dapat diketahui bahwa pelaksanaan
kurikulum 2013 masih menuai beberapa kendala dalam pelaksanannya, karena
masih terdapat beberapa komponen yang belum siap dan memadahi untuk
melaksanakan kebijakan tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
salah satu sekolah yang terpilih untuk diterapkannya kebijakan tersebut, yakni
SDN 33 Boddie, dengan berfokus pada sisi implementasi kebijakan. Untuk itu
dalam mengukur implementasi kebijakan kurikulum 2013 di SDN 33 BODDIE
Kec. Mandalle, Kab. Pangkep, penulis menggunakan teori Van Meter dan Van
Horn (1975) yang menggunakan enam variabel (ukuran dan tujuan kebijakan,
sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, kecenderungan/disposisi para
pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan
sosial, ekonomi dan politik) untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan
tersebut dengan judul “Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 di Sekolah
Dasar Negeri 33 Boddie Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep”.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut “Bagaimana Pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
Negeri 33 Boddie Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep.?
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan Implementasi
Kebijakan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri 33 Boddie Kecamatan
Mandalle Kabupaten Pangkep.
I.4. Manfaat Penelitian
a. Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan saran dan
masukan bagi Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep dan
para stakeholder yang berkecimpung pada dunia pendidikan, termasuk guru dan
kepala sekolah dalam implementasi kebijakan kurikulum 2013 di sekolah,
khususnya untuk sekolah dasar
b. Akademis
Istilah “Kebijakan” dan “Publik” dalam Kebijakan Publik dapat disimak melalui
beberapa defenisi tentang kebijakan publik yang dikumpulkan dari berbagai
macam literatur. Kebijakan publik sebagai studi bagaimana, mengapa dan apa
efek dari tindakan aktif (action) dan pasif (inaction) pemerintah atau kebijakan
publik adalah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah,mengapa pemerintah
mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut (Fermana,
2009 : 34). Pendefinisian berguna untuk menyediakan informasi bagi para
perumus dan penganalisis kebijakan publik dikemudian hari manakala mereka
berdiskusi dalam ruang politis (Nawawi, 2009 : 7). Sedangkan menurut Nugroho
(2003) dalam (Nugroho, 2014 : 105), kebijakan publik tidak pernah muncul di
“ruangan khusus”.
Konsep dasar tentang kebijakan publik sebenarnya bermula dari bangsa Yunani
dan Romawi yang mengambil konsep publik dan privat. Bangsa Romawi
mendefinisikan kedua istilah tersebut dalam term res publica dan res priva.
Gagasan publik dan privat pada masa Yunani kuno diekspresikan dalam istilah
konion (yang dapat diartikan publik) dan idion (yang bisa diartikan privat).
Kemudian sejarah studi kebijakan publik sudah dapat dirasakan keberadaannya
sejak abad ke 18 SM pada masa pemerintahan Babilonia yang disebut dengan
Kode Hammurabi. Kode ini mengekspresikan keinginan membentuk ketertiban
publik yang bersatu dan adil pada masa ketika Babilonia mengalami transisi dari
Negara kota kecil menjadi wilayah yang luas (Fermana, 2009: 30-31).
Thomas Dye (1981 ; 10 seperti yang dikutip oleh Agus Subarsosno (2011: 1) yang
berpendapat bahwa:
“Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan (Public policy is whatever government choose to do or not to do).
Harold Laswell dan Abraham (1981) seperti yang dikutip oleh (Dye, 1981) yang
berpendapat bahwa:
“Kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika
sosial yang ada dalam masyarakat”
Pandangan yang berbeda yang dikemukakn oleh James Andreson (1973 : 3)
terkait policy yang mengatakan bahwa kebijakan publik sebagai kebijakan yang
ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Thoha (2008 :106-107), juga
menyimpulkan mengenai Policy yang mengatakan bahwa policy di suatu pihak
dapat berbentuk suatu usaha yang komplek dari masyarakat untuk kepentingan
masyarakat, dilain pihak policy merupakan teknik atau cara untuk mengatasi
konflik dan menimbulkan insentif.
Dalam pandangan David Easton yang dikutip oleh (Dye, 1981), juga
mengemukakan bahwa ketika pemerintah membuat kebijakan public, ketika itu
pula pemerintah mengalokasinilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap
kebijakan mengandung nilai di dalamnya. Dan William N. Dunn (1994),
mengatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang
saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada
bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintah, seperti pertahanan keamanan,
energy, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan,
dan lain-lain.
Beberapa defenisi kebijakan public juga melengkapi beberapa konsep yang telah
dikemukakn sebelumnya, seperti yang telah diformulasikan oleh beberapa pakar
dan ahli antara lain sebagai berikut:
1. Kebijakan publik menitik-beratkan pada publik dan problem-problemnya
(Dewey, (1972) dalam Nawawi (2009 : 9) Kebijakan Publik membahas soal
bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan publik disusun (constructed) dan
didefiniskan serta bagaimana ke semua itu diletakkan dalm agenda kebijakan dan
agenda politik.
2. Suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan
kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan
atau dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu
sasaran atau suatu maksud tertentu(Carl J.Frederick, Man His Governmen, 1963)
dalam Nawawi (2009 : 9).
3. Serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-
konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu
keputusan tersendiri (Richard Rose, 1969) dalam Nawawi (2009 : 9).
4. Hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungan (Robert Estone, 1971)
dalam Nawawi (2009 : 9).
5. Keputusan tetap yang dicirikan dengan konsisitensi dan pengulangan (reputasi)
tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi
keputusan tersebut. (Heinsz Elau & Kenneth Prewitt, 1973) dalam Nawawi
(2009 : 9).
Menurut Bridgman dan Glyn Davis (2000) yang juga dikuti dalam Nawawi
(2009 : 7) adalah banyaknya defenisi kebijakan publik menjadikan kita sulit untuk
menentukan secara tepat sebuah defenisi Kebijakan Publik. Oleh karenanya, untuk
memudahkan pemahaman kita terhadap kebijakan publik, kita dapat meninjaunya
dari 5 Karakterisitik Kebijakan Publik yaitu;
1. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahami.
5. Bersifat dinamis.
Untuk memahami berbagai defenisi kebijakan publik, ada baiknya jika membahas
beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik seperti yang
diutarakan oleh Young dan Quinn (2002) dalam Suharto (2005 : 44-45) yaitu:
1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang
dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang mewakili kewenangan
hukum, politis dan financial untuk melakukannya.
2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik
berupaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di
masyarakat.
3. Seperangkat kegiatan yang berorientasi kepada tujuan. Kebijakan publik
biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa
pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi
kepentingan orang banyak.
4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan
publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah
sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan keyakinan
berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh
kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan
tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-
langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan. Keputusan yang telah
dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintah,
maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.
Gambar II.1
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn (dalamAgustino 2006): ”sikap
penerimaan atau penolakan dariagen pelaksana kebijakan sangat
mempengaruhikeberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik.Hal ini
sangat mungkin terjadi karena kebijakan yangdilaksanakan bukanlah hasil
formulasi warga setempat yangmengenal betul permasalahan dan persoalan
yang merekarasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifattop downyang
sangat mungkin para pengambil keputusan tidakmengetahui bahkan tak mampu
menyentuh kebutuhan,keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan”.
25
f) Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi
3. Variabel Dependen
Yaitu tahapan dalam proses implementasi kebijakan publik dengan lima tahapan,
yang terdiri dari; pertama, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam
bentuk disusunnya kebijakan 27
pelaksana. Kedua, kepatuhan objek. Ketiga, hasil nyata. Keempat, penerimaan
atas hasil nyata. Terakhir, kelima, tahapan yang mengarah pada revisi atas
kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan, baik sebagian maupun keseluruhan
kebijakan yang bersifat mendasar. Berikut beebrapa indikator dalam variabel
dependen, yaitu:
a. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi
b. Dukungan politik
8. Permendikbud No.71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran yang Layak.
2. Landasan yuridis
3. Landasan Konseptual
1 Belum 1 Berkarakter
sepenuhnya mulia
menekankan
pendidikan
karakter
2 Belum 2 Keterampilan
menghasilkan yang relevan
keterampilan
sesuai
kebutuhan
3 Pengetahuan- 3 Pengetahuan
pengetahuan terkait
lepas
B. MATERI PEMBELAJARAN
B. MATERI PEMBELAJARAN