Pengkajian Bu Munji
Pengkajian Bu Munji
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang berperan sebagai pendukung maupun penegak sebuah
diagnosis penyakit dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal. Kesehatan yang
optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Pemeriksaan
laboratorium adalah suatu tindakan, prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan
mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah,
sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy untuk menentukan diagnosis penyakit
bersama dengan tes penunjang lainnyam anamnesis, dan pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mendetekksi penyakit, menentukan resiko,
memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain.
Diagnostik dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk
menegakkan suatu diagnosis penyakit klien. Melalui pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon
klien terhadap status kesehatan / penyakit. Salah satu pemeriksaan laboratorium adalah
MRI. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.Tehnik
penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada
banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran potongan
coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien Bila
pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan tampak jelas ,
sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti. Untuk itu
perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan prosedur tehnik MRI dan tindakan
penyelamatan bila terjadi keadaan darurat.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya
dapat terdiri dari : kesalahan geometrik, kesalahan algoritma, kesalahan pengukuran
attenuasi. Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung
gerakan pernafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang
terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain.
b. Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet.
c. Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefak yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap. f.
Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk
gambaran akibat faktor kesalahan geometri, kebocoran dari tabir radiofrequens.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kecelakaan
selama pemeriksaan MRI. Bila terjadi keadaan gawat pada pasien, segera
enghentikan pemeriksaan dengan menekan tombol ABORT, pasien segera
dikeluarkan dari pesawat MRI dengan menarik meja pemeriksaan dan segera
berikan pertolongan dan apabila tindakan selanjutnya memerlukan alat medis yang
bersifat ferromagnetik harus dilakukan di luar ruang pemeriksaan .
Seandainya terjadi kebocoran Helium, yang ditandai dengan bunyi alarmdari
sensor oxigen, tekanlah EMERGENCY SWITCH dan segera membawa pasien ke
luar ruang pemeriksaan serta buka pintu ruang pemeriksaan agar terjadi pertukaran
udara, karena pada saat itu ruang pemeriksaan kekurangan oksigen.
Apabila terjadi pemadaman (Quenching), yaitu hilangnya sifat medan magnet
yang kuat pada gentry(bagian dari pesawat MRI) secara tiba-tiba, tindakan yang
perlu dilakukan buka pintu ruangan lebar- lebar agar terjadi pertukaran udara dan
pasien segera di bawa keluar ruangan pemeriksaan. Hal perlu dilakukan karena
Quenchingmenyebabkan terjadinya penguapan helium,sehingga ruang pemeriksaan
MRI tercemar gas Helium. Selama pemeriksaan MRI untuk anak kecil atau bayi,
sebaiknya ada keluarganya yang menunggu di dalamruang pemeriksaan.
2. LABORATORIUM PERNAFASAN
2.1 Pengertian Sputum
Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan trakea yang
kemudian dikeluarkan melalui mulut. (Dorland, 1992). Sputum juga dapat diartikan
sebagai suatu cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus benar-benar dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum berbeda dengan dengan ludah, cairan sputum lebih kental
dibandingkan dengan air ludah dan tidak terdapat gelembung-gelembung busa
diatasnya , sedang pada air ludah akan membentuk gelembung-gelembung jernih
dibagian atas permukaan cairan. Secara mikroskopik ludah akan menunjukkan
gambaran sel-sel gepeng sedangkan pada sputum tidak ditemukan hal tersebut.
(widman,1994)
Sputum yang baik untuk melakukan pemeriksaan sputum adalah sputim yang
diambil pada pagi hari setelah bangun tidur karena sputum yang dihasilkan pada pagi
hari mengandung paling banyak kuman. Sputum diambil sebelum menggosok gigi,
tapi sudah berkumur terlebih dahulu untuk membersihkan sisa-sia makanan yang
tertinggal di dalam mulut. (B. sandjaja, 1992)
Pemeriksaan sputum diperlukan apabila diduga terdapat penyakit pada paru-
paru. Pada membrane mukosa saluran pernafasan berespon terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit. Pemeriksaan sputum meliputi pemeriksaan :
2. Pengambilan sputum
Sebelumnya jelaskan terlebih dulu kepada klien tentang apa yang akan dilakukan,
berikan informasi dan intruksi kepada klien bahwa jangan menyentuh bagian
dalam specimen, menjaga bagian luar wadah sputum tidak terkena sputum.
a) Posisikan klien pada posisi fowler atau semifowler
b) Minta klien untuk berkumur dengan obat kumur yang telah disediakan
c) Pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien
Letakkan wadah sputum yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan keluarkan
sputum kedalam wadah yang telah disediakan . pastikan sputum tidak terkena
bagian luar wadah sputum
d) Minta klien untuk menarik nafas dalam 2-3 kali setiap kali hembuskan nafas
dengan kuat dan membatukkan sputum
e) Tutup rapat wadah tersebut, untuk mencegah adanya penyebaran
mikroorganisme secara tidak sengaja ketempat lain
f) Lepas dan buang sarung tangan.
g) Beri label yang berisi nama, alamat tanggal pengambilan serta nama pengirim
3. Pembuatan preparat
a) Ambil wadah sputum dan kaca objek yang beridentitas sama dengan wadah
sputum
b) Panaskan ose diatas nyala api spritus sampai merah dan kemudian didinginkan
c) Ambil sputum dengan menggunakan ose
d) Buatlah hapusan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3cm
e) Keringkan hapusan sputum dengan suhu kamar
f) Setelah setengah kering lewatkan preparat berisi hapusan sputum tersebut
diatas nyala api spritus sebanyak 3x selama 3-5 detik untuk difiksasi
g) Setelah itu hapusan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen
Analisa gas darah merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang bertujuan
untuk mengetahui keseimbangan asam basa, oksigen yang ada dalam darah, PH, kadar
karbon dioksida, kadar bikarbonat. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk
menegakkan diagnose sehingga pemeriksaan ini harus digabungkan dengan pemeriksaan
fisik, riwayat penyakit dan data-data laboratorium lainnya. Dalam pemeriksaan ini
dibutuhkan adanya sampel darah arteri yang dapat diambil dari arteri femuralis, radialis
atau brachialis dengan menggunakan spuit yang telah diberi heparin agar tidak terjadi
pembekuan darah pada klien. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, perlu di lakukan tes
allen’s.
2.2.1 Tes Allen’s
Tes allen’s merupakan pengkajian cepat sirkulasi arteri radialis, sehingga tes ini
penting sebelum melakukan fungsi arteri radialis. Cara melakukan tes ini yaitu :
Sumbat keduan arteri radialis dan ulnaris klien, minta klien untuk mengepalkan
tangannya saat kedua arteri tersebut masih tersumbat sehingga tangan klien akan pucat.
Lepaskan sumbatan dari salah satu arteri, harusnya tangan klien akan berwarna pink hal
ini terjadi karena adanya sirkulasi kolateral. Jika sirkulasi kolateral adekuat maka
pengambilan darah dari arteri radialis ini dapat dilakukan. Spuit yang telah berisikan
sampel darah ditutup untuk mencegah terjadinya kontak dengan udara dan letakkan ke
dalam wadah termos berisi es sampai waktu dianalisa.
2.2.3 Pengukuran PH
Nilai normal Ph adalah 7,35-7,45. Jika akumulasi ion hydrogen menumpuk maka
ph turun yang disebut asidemia. Asidemia mengacu pada kondisi darah yang terlalu
asam. Asidemia dengan dua sebab yaitu asidosis metabolic atau asidosis respiratorik.
Jika ph meningkat disebut alkalemia. Alkalemia mengacu pada kondisi dimana darah
terlalu basa, dengan dua sebab yaitu alkalosis metabolic atau erupalkalosis respiratorik.
Proses perubahan ph terdapat dua macam yaitu proses perubahan yang bersifat
metabolic, adanya perubahan konsentrasi bikabonat yang disebabkan adanya gangguan
metabolisme. Dan yang bersifat respiratorik, adanya perubahan tekanan parsial karbon
dioksida yang disebabkan gangguan respirasi.
PaCO2 mengacu pada tekanan yang diberikan oleh CO 2 yang terlarut dalam
darah. PaCO2 mempunyai nilai normal yaitu 35-45 mmhg. Pada interpretasi analisa gas
darah, PaCO2 dianggap sebagai asam. Eleminasi CO2 dari tubuh merupakan salah satu
dari fungsi paru-paru.
Klien dengan hipoventilasi, akumulasi CO2 dan PaCO2 meningkat diatas 45
mmhg, retensi CO2 mengakibatkan asidosis respiratori. Klien dengan hiperventilasi,
eleminasi CO2 dan PaCO2 menurun dibawah 35 mmhg. Hilangnya CO 2 mengakibatkan
alkalosis respiratori.
A +B
CTR ( Cardio-Thoracic Ratio) = x 100 %
C
Apabila CTR >50% = abnormal (dicurigai kardiomegali)
Keterangan :
A : bagian terlebar dari jantung kanan ke garis tengah
B : bagian terlebar jantung kiri ke garis tengah
C : lebar thoraks terlebar
Tanda Pembesaran Jantung ( Kardiomegali )
a) Atrium kiri : pinggang jantung menghilang
b) Atrium kanan : batas jantung lebih dari sepertiga klavikula desktra
c) Ventikel kiri : apex tertanam pada diafragma
d) Ventrikel kanan : apex terangkat dan membulat
e) Jantung treadrops : jantung menggantung, ukuran kecil
Aorta : apakah melebar atau tidak, apakah ada kalsivikasi ( gambaran opak ), ukuran
normal aorta 4 cm, jarak antara puncak arcus aorta dengan ujung media klavikula
lebih kecil 1 cm, atas kanan jantung di tempati oleh aorta, kalsivikasi aorta :
bayangan radioopak ( putih ) sejajar permukaan.
d. Menilai kedua sinus cortoprenicus ( bentuk sinus normal adalah tajam. Adanya evusi
plura menimbulkan gambaran sinus akan tampak tumpul. Pada super posisi mamae,
gambaran sinus dapat tertutup) dan kedua sinus kardioprenicus ( bentuk sinus normal
adalah tajam. Jika cabang – cabang sinus tertutup, biasanya disebabkan karena
adanya super posisi mamae )
e. Diafragma, normal diafragma kanan lebih tinggi dari pada kiri. Perbedaannya 2,5
cm. Bila < 3cm : abnormal
Bentuk diafragma :
Diafragma scaloping ( berobus – lobus )
Diafragma bulging
Diafragma tenting
f. Pulmo : terdiri dari udara yang merupakan kontras negatif akan terlihat sebagai
bayangan radio lusen yang berwarna hitam. Bandingkan paru kiri dan kanan.
Patas paru normal :
Apeks : puncak paruh (alas costae) sampai clavikula (batas atas)
Atas : clavikula sampai costa II anterior
Tengah : costae II –IV
Bawah : costae IV – diafragma
g. Hillus
Pada hilus terdapat : pembuluh darah, bronchus dan limph
KGB : putih besar, kadang bulat
Pembuluh darah : arteri pulmonalis akan terlihat, vena pulmonalis biasanya tidak
tampak, bronkhus akan tampak berwarna hitam (luscent) dan bulat.
Normal hillus paru kiri lebih tinggi dari kanan ( beda 1 costa ). Biasanya berukuran
1,5 cm. Hillus kasar : corakan banyak , banyak cabang yang jelas dan tegas. Biasanya
normal , terlihat putih – putih
Hillus melebar ( bila diameternya lebih dari diameter trakea ). Pada hipertensi
pulmonar : arteri melebar. Pada kranialisasi : vena melebar
Hillus kabur ( tidak terlihat ) : pada edema paru
Chest X-Ray Berdasarkan Arah Pancaran Posteroanterior ( PA )
Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior ( back ) dari
thorax dan keluar dari anterior ( front ) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk
mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang
merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak
yang standart, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.
Tes Radiologi
Untuk menilai kondisi pasien, idealnya memiliki saturasi oksigen dalam darah
yang dinyatakan sebagai persentase dari total hemoglobin yang disaturasi dengan
oksigen. Dalam banyak keadaan, itu adalah yang anda dapatkan dari pengukur pulse
oximeters. Namun, bila Anda memiliki sejumlah besar hemoglobin yang tidak berfungsi,
pengukuran ini tidak akurat. hemoglobin non-functional didefinisikan sebagai
hemoglobin yang tidak mampu membawa oksigen, termasuk carboxyhemoglobin
(HbCO) dan methemoglobin (METHb). Hemoglobin fungsional didefinisikan sebagai
hemoglobin yang mampu membawa oksigen. Termasuk oksigen hemoglobin (HbO2) dan
deoxygenated haemoglobin (Hb).
Kuku
Beberapa kuku dan kuku palsu dapat menyebabkan pengukuran yang salah. Jika
mungkin, beralih ke kuku kasar, atau mempertimbangkan tempat aplikasi lain.
2.5 Monitoring EtCO2
EtCo2 adalah konsentrasi maksimal (tekanan parsial) CO2 pada akhir hembusan
nafas, yang dinyatakan sebagai mmHg. Nilai normal adalah 5% sampai 6% CO2, yang
setara dengan 35-45 mmHg. (Siamak Rahman, 2013)
a) Kapnografi
Jumlah karbon dioksida yang didapatkan dalam udara ekshalasi (end tidal carbon
dioxide; etCO2) sangat berhubungan dengan tekanan parsial karbon dioksida arteri
(PaCO2) pada klien dengan fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan metabolik yang
normal. Gradien normal PaCO2-etCO2 sekitar 5 mmHg. Dengan peningkatan PaCO2
pada hipovolemia, atau penurunan pada hipervolemia, perubahan yang berkaitan
akan terlihat pada etCO2. Kapnografi membutuhkan sampel kontinu udara ekshalasi.
Pada pengukuran etCO2 klien akan dipasang selang endotrakheal atau trakheostomi
untuk ventilasi mekanik atau penatalaksanaan jalan napas. Sensor akan ditempelkan
pada selang tersebut untuk mengukur etCO2. (Christantie, 2003)
c) Kalibrasi
Kapnografi harus di kalibrasi secara periodik, pada interval yang berbeda di beberapa
model, namun paling tidak setiap hari alat tersebut butuh dikalibrasi. Agar
pengukuran kapnograf lebih akurat, mengenolkan monitor udara dan memasukkan
konsentrasi gas CO2. Kapnograf mainstream sering dilengkapi dengan kalibrasi
sample cells diperkuat dengan campuran CO2 dan N2. Perubahan pada tekanan
barometrik mempengaruhi pengukuran ketegangan etCO2 (PetCO2), prosedur
kalibrasi harus dilakukan menggunakan sampling tube yang akan digunakan ketika
analyzer dihubungkan pada sampling pasien.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang berperan sebagai pendukung maupun penegak sebuah
diagnosis penyakit dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal. Kesehatan yang
optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Diagnostik dan
spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk menegakkan suatu
diagnosis penyakit klien.
Pemanfatan MRI untuk memeriksa bagian dalam tubuh sangat efektif karena
memiliki kemampuan membuat citra potongan koronal, sagital, aksial tanpa banyak
memanipulasi tubuh pasien dan diagnosa dapat ditegakkan dengan lebih detail dan
akurat. Pesawat MRI menggunakan efek medan magnet dalammembuat citra potongan
tubuh, sehingga tidak menimbulkan efek radiasi pengion seperti penggunaan pesawat
sinar X.
Gambaran yang dihasilkan oleh pesawat MRI tergantung pada ketepatan
pemilihan parameternya. Dalampengoperasiannya dapat terjadi kecelakaan yang bisa
membahayakan pasien, petugas serta lingkungannya. Mengingat biaya pemeriksaan MRI
bagi seorang pasien cukup mahal dan efek sampingnya, ( terutama efek latennya) yang
belumdiketahui maka perlu pertimbangan yang matang sebelum pasien dikirimuntuk
pemerikaan MRI. Penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui ada / tidaknya efek
samping bagi pasien, petugas maupun lingkungannya (terutama efek latennya ),
mengingat kekuatan medan magnetnya cukup tinggi. Perlu tindakan pecegahan
kecelakaan dalampemeriksaan MRI.
2. Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis
memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat mengetahui dan paham tentang MRI dan lab penunjang.