Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian

Secara etimologi, integrasi nasional berasal dari bahasa Latin yaitu Integrate yang
artinya memberi tempat bagi unsur tertentu demi mewujudkan suatu keseluruhan.
Sementara itu, kata Nasional berasal dari bahasa Inggris yaitu Nation yang artinya
bangsa. Jadi istilah Nasional ini mengandung beberapa pengertian yaitu kebangsaan dan
bersifat bangsa sendiri.
Secara umum integrasi nasional secara politis adalah penyatuan berbagai
kelompok sosial dan budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu
identitas nasional. Sementara itu, secara antropologis, integrasi nasional adalah proses
penyesuaian antara unsur-unsur kebudayaan yang beranekaragam untuk mencapai suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Integrasi nasional juga dapat diartikan
sebagai suatu usaha maupun proses yang memiliki tujuan untuk mempersatukan
perbedaan – perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga dapat tercapai keserasian
dan keselarasan secara nasional.

B. Faktor Pendorong, Pendukung dan Penghambat

Faktor Pendorong Integrasi Nasional


1. Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor
sejarah.
2. Adanya ideologi nasional yang tercermin di dalam simbol negara yakni Garuda
Pancasila dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
3. Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam kalangan
Bangsa Indonesia seperti yang telah dinyatakan di dalam Sumpah Pemuda.
4. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanyadan munculnya semangat
nasionalisme dalam kalangan Bangsa Indonesia.

Faktor Pendukung Integrasi Nasional


1. Adanya faktor sejarah sehingga timbul rasa senasib dan seperjuangan.
2. Semua kalangan masyarakat Indonesia memiliki keinginan untuk bersatu, seperti
yang tertuang pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
3. Timbulnya rasa cinta tanah air yang ditunjukkan pada masa perjuangan merebut
kemerdekaan, hingga mengisi kemerdekaan.
4. Adanya rasa rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara seperti yang
ditunjukkan oleh para pahlawan yang gugur selama masa perjuangan
kemerdekaan.
5. Konsensus nasional di dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila
serta UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Faktor Penghambat Integrasi Nasional
1. Keanekaragaman budaya, bahasa daerah, agama, ras, dan berbagai perbedaan
lainnya menjadi faktor penghambat proses national integration.
2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari
ribuan kepulauan dan dikelilingi lautan yang luas juga menjadi penghambat
integrasi bangsa.
3. Ketimbangan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah telah menimbulkan
rasa tidak puas. Masih banyaknya konflik berunsur SARA (Suku, Agama, Ras,
dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahaan, domenstrasi, juga
menjadi faktor penghambat integrasi.
4. Paham etnossentrisme yang masih dimiliki oleh beberapa suku sehingga
menonjolan kelebihan daerahnya dan meremehkan budaya suku bangsa yang
lain.

C. Syarat Integrasi Nasional

1. Adanya kesadaran anggota masyarakat bahwa dibutuhkan hubungan satu dengan


yang lain agar dapat memenuhi kebutuhan mereka.
2. Anggota masyarakat sepakat tentang norma dan nilai sosial yang dijadikan
pedoman dalam bermasyarakat.
3. Adanya norma dan nilai sosial yang berlaku sebagai aturan dan pedoman dalam
proses integrasi masyarakat.

D. Jenis Integrasi Nasional

1. Integrasi Asimilasi; merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan yang


menghilangkan ciri khas kebudayaan aslinya yang diterima oleh masyarakat.A
2. Integrasi Akulturasi; merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan tanpa
menghilangkan ciri khas kebudayaan asli di suatu lingkungan.
3. Integrasi Normatif; terjadi karna keberadaan norma-norma yang berlaku dan
mempersatukan masyarakat sehingga integrasi lebih mudah terbentuk.
4. Integrasi Instrumental; terjadi dan tampak secara nyata sebagai akibat adanya
keseragaman antar individu dalam lingkungan masyarakat, misalnya keseragaman
pakaian.
5. Integrasi Ideologis; terjadi dan tampak secara nyata karena adanya ikatan
spiritual/ ideologis yang kuat tanpa adanya paksaan.
6. Integrasi Fungsional; terjadi karena adanya berbagai fungsi tertentu dari semua
pihak di dalam masyarakat.
7. Integrasi Koersif; terjadi karena adanya pengaruh dari penguasa dan bersifat
paksaan.

E. Sejarah Integrasi Nasional

Pemilu tahun 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 dan diikuti
sebanyak 20 partai politik, termasuk di dalamnya 4 (empat) partai lokal asal Aceh.
Pemilu serentak 2019 ini merupakan pemilihan umum yang paling rumit sepanjang
sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia. Pada pemilu 2019, masyarakat dihadapkan pada
lima kertas suara untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, DPRD Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Dewan Perwakilan Daerah, serta presiden dan wakil presiden. Dengan
merebaknya kampanye hitam dan negatif, kebhinekaan sebagai pengikat sosial diuji
dengan kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial.
Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita
bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan dan
tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini
terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan
habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Integritas pemilu
dapat kita deskripsikan sebagai pemilihan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
demokrasi hak pilih universal dan kesetaraan politik sebagaimana tercermin dalam
standar dan perjanjian internasional, profesional, tidak memihak, dan transparan dalam
persiapan dan administrasi sepanjang siklus pemilihan (Yayasan Kofi Annan, 2012).

Pemilu tanpa integritas berakibat pada rendahnya kepercayaan publik baik di


dalam negeri maupun kancah internasional, karena akan menghasilkan para pemimpin
dan wakil rakyat yang tidak terpercaya, dan pemerintah tidak memiliki legitimasi.
Kepercayaan terhadap pemilu ini akan sangat bergantung bagaimana kita menjaga
integritas pemilu. Secara teori, semakin berintegritas suatu pemilu, maka akan semakin
kuat kepercayaan terhadap Pemilu. Realitas politik Pemilu 2019 seolah menjadi ulangan
Pemilu 2014 yang kembali mempertandingkan Joko Widodo dengan Prabowo Subianto.
Memang kondisi 2019 ini berbeda dari segi konfigurasi politik di dalam negeri, di mana
Partai Golkar dan PPP yang menjadi pendukung Prabowo Subianto pada 2014 kini
beralih kepada Joko Widodo. Selain itu, jika pada Pemilu 2014 lalu tidak ada incumbent,
maka pada 2019 ini posisi Joko Widodo menjadi petahana. Kondisi ini tentu akan sangat
berpengaruh pada narasi politik yang dibangun masing-masing kubu untuk
memenangkan pertarungan. Dalam kondisi ini, yang akan menjadi pertaruhan adalah
legitimasi pemilu dan kredibilitas penyelenggara pemilu. Ketika petahana berhadapan
dengan oposisi, selain bicara pertarungan gagasan dan narasi politik untuk memenangkan
pemilu, yang menjadi sorotan tajam adalah penyelenggara pemilu

Faktanya, Indonesia sebagai negara demokrasi masih bertahan, berkembang dan


bertransformasi dalam semua sisi (Bachtiar, 2014). Menurut James J Coleman dan Carl
G Roseberg (dalam Syamsuddin, 1989:5) menyebutkan, bahwa integrasi nasional
mempunyai dua dimensi, yaitu dimendi vertikal (elit massa) dan dimensi horizontal
(teritorial). Dimensi vertikal disebut juga dengan integrasi politik bertujuan untuk
menjembatani celah perbedaan yang mungkin ada antara elit dan massa dalam rangka
pengembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat politik yang berpartisipasi.
Sedangkan dimensi horizontal atau integrasi teritorial merupakan integrasi dengan tujuan
untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka proses
penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen. Lebih lanjut menurut Syamsuddin
persoalan yang hakiki dalam integrasi politik adalah: 1) bagaimana membuat rakyat
tunduk dan patuh pada tuntutan negara. Masalah pertama ini mencakup persoalan
pengakuan rakyat akan hak-hak yang dimiliki Negara dan keharusan rakyat untuk
mematuhinya, 2) bagaimana meningkatkan consensus normative yang mengatur tingkah
laku politik anggota masyarakat. Aspek yang kedua lebih bersifat pembinaan kesepakatan
diantara sesama warga negara tentang tingkah laku politik yang diperlukan agar sistem
politik dapat berjalan dengan baik (Syamsuddin, 1989:6). Atas dasar hal tersebut, Weiner
membagi dua strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi integrasi
politik sebagaimana diatas, yakni asimilasi dan persatuan dalam keanekaragaman yang di
Indonesia dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia sebagai negara
multikultural memilih keragaman dalam kesatuan atau unity in diversity. Kini
kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan kecenderungan praktik ujaran
kebencian yang dipromosikan melalui media sosial. Kondisi itu diperparah oleh
penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita bohong atau informasi palsu
(hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan yang tidak sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini terjadi, karena masyarakat
politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan habitus politik yang sejalan
dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Menurut James J Coleman dan Carl G Roseberg (dalam Syamsuddin, 1989:5)


menyebutkan, bahwa integrasi nasional mempunyai dua dimensi, yaitu dimendi vertikal
(elit massa) dan dimensi horizontal (teritorial). Dimensi vertikal disebut juga dengan
integrasi politik bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang mungkin ada antara
elit dan massa dalam rangka pengembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat
politik yang berpartisipasi. Sedangkan dimensi horizontal atau integrasi teritorial
merupakan integrasi dengan tujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan
kultur kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat politik yang
homogen. Lebih lanjut menurut Syamsuddin persoalan yang hakiki dalam integrasi
politik adalah: 1) bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan negara.
Masalah pertama ini mencakup persoalan pengakuan rakyat akan hak-hak yang dimiliki
Negara dan keharusan rakyat untuk mematuhinya, 2) bagaimana meningkatkan consensus
normative yang mengatur tingkah laku politik anggota masyarakat. Aspek yang kedua
lebih bersifat pembinaan kesepakatan diantara sesama warga negara tentang tingkah laku
politik yang diperlukan agar sistem politik dapat berjalan dengan baik (Syamsuddin,
1989:6). Atas dasar hal tersebut, Weiner membagi dua strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam mengatasi integrasi politik sebagaimana diatas, yakni asimilasi dan
persatuan dalam keanekaragaman yang di Indonesia dikenal dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Indonesia sebagai negara multikultural memilih keragaman dalam kesatuan
atau unity in diversity. Kini kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan
kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial.
Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita
bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan yang
tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini
terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan
habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
F. Kondisi Terkait Setelah Integrasi Nasional Pasca Pemilu 2019

Menurut James J Coleman dan Carl G Roseberg (dalam Syamsuddin, 1989:5)


menyebutkan, bahwa integrasi nasional mempunyai dua dimensi, yaitu dimendi vertikal
(elit massa) dan dimensi horizontal (teritorial). Dimensi vertikal disebut juga dengan
integrasi politik bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang mungkin ada antara
elit dan massa dalam rangka pengembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat
politik yang berpartisipasi. Sedangkan dimensi horizontal atau integrasi teritorial
merupakan integrasi dengan tujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan
kultur kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat politik yang
homogen. Lebih lanjut menurut Syamsuddin persoalan yang hakiki dalam integrasi
politik adalah: 1) bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan negara.
Masalah pertama ini mencakup persoalan pengakuan rakyat akan hak-hak yang dimiliki
Negara dan keharusan rakyat untuk mematuhinya, 2) bagaimana meningkatkan consensus
normative yang mengatur tingkah laku politik anggota masyarakat. Aspek yang kedua
lebih bersifat pembinaan kesepakatan diantara sesama warga negara tentang tingkah laku
politik yang diperlukan agar sistem politik dapat berjalan dengan baik (Syamsuddin,
1989:6). Atas dasar hal tersebut, Weiner membagi dua strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam mengatasi integrasi politik sebagaimana diatas, yakni asimilasi dan
persatuan dalam keanekaragaman yang di Indonesia dikenal dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Indonesia sebagai negara multikultural memilih keragaman dalam kesatuan
atau unity in diversity. Kini kebhinnekaan sebagai pengikat sosial diuji dengan
kecenderungan praktik ujaran kebencian yang dipromosikan melalui media sosial.
Kondisi itu diperparah oleh penyalahgunaan media sosial seperti persebaran berita
bohong atau informasi palsu (hoaxs) yang dampaknya menimbulkan permusuhan yang
tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan toleransi. Kondisi ini
terjadi, karena masyarakat politik belum berhasil mengembangkan etika sosial dan
habitus politik yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

G. Pentingnya Integrasi Nasional untuk Masyarakat


Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat
Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat
dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat
penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat
menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. Oleh
sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat
Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya
integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi
yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi,
masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga
konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat
ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah
diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang
mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap
harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai
tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia,
masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi
konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.

H. Integrasi nasional dengan integritas

Integritas adalah suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam
perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.

Kata “integritas” berasal dari Bahasa Latin, yaitu “integer” yang mengandung arti;
Keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip yang menjadi landasan hidup dan melekat pada
diri seseorang sebagai nilai-nilai moral.
Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Integritas pemilu tidak datang dengan begitu saja, perlu usaha keras dan komitmen
mewujudkannya. Integritas pemilu dapat kita deskripsikan sebagai pemilihan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip demokrasi hak pilih universal dan kesetaraan politik sebagaimana tercermin
dalam standar dan perjanjian internasional, profesional, tidak memihak, dan transparan dalam
persiapan dan administrasi sepanjang siklus pemilihan (Yayasan Kofi Annan, 2012).
Pemilu tanpa integritas berakibat pada rendahnya kepercayaan publik baik di dalam negeri
maupun kancah internasional, karena akan menghasilkan para pemimpin dan wakil rakyat yang
tidak terpercaya, dan pemerintah tidak memiliki legitimasi. Kepercayaan terhadap pemilu ini
akan sangat bergantung bagaimana kita menjaga integritas pemilu. Secara teori, semakin
berintegritas suatu pemilu, maka akan semakin kuat kepercayaan terhadap Pemilu.
Tujuh Pernyataan Sikap Rektor se-Bogor.
1. Kami mengimbau KPU dan Bawaslu untuk bertugas profesional, jujur, adil, independen,
transparan, dan bertanggung jawab sesuai tahapan pemilu sehingga kepercayaan masyarakat
terhadap pelaksanaan pemilu tetap terjaga.
2. Kami mengajak seluruh elite dan elemen bangsa untuk menjaga kondusivitas sosial dan politik
agar tercipta suasana yang damai, harmonis, dan sejuk setelah pemilu 2019;
3. Dari hasil pemilu setelah ditetapkan KPU, bila ada hal yang dianggap sebagai masalah, kami
mengajak semua pihak untuk menyelesaikannya melalui mekanisme yang sah dan jalur hukum
yang berlaku;
4. Kami mengajak seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi oleh sikap para elite yang dapat
mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara baik secara politik maupun sosial;
5. Kami mengajak elite kedua pihak beserta seluruh pimpinan partai pendukung untuk menyikapi
proses pemilu ini secara arif dan bijaksana agar tercipta suasana yang damai dan harmonis;

6. Kami meyakini bahwa situasi ekonomi masyarakat akan terganggu bila terjadi
ketidaktentraman politik dan sosial. Oleh karena itu, apa yang menjadi ajakan kami pada poin-
poin di atas dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah bangsa yang besar ini;
7. Kami mengajak semua pihak untuk memberikan kesempatan kepada KPU bertugas dalam
menyelesaikan kewajibannya sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(http://www.radarbogor.id/2019/05/09/sikapi-kondisi-nasional-pasca-pemilu-ini-7-pesan-rektor-
se-bogor/)
https://m.detik.com/news/kolom/d-4515991/mengawal-integritas-pemilu-2019
DAFTAR PUSTAKA
https://thegorbalsla.com/integrasi-nasional/
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-integrasi-nasional.html
https://news.detik.com/kolom/d-4515991/mengawal-integritas-pemilu-2019

http://proceedings.id/index.php/pkn/article/download/741/739
https://geotimes.co.id/opini/integrasi-indonesia-butuh-waktu/

http://hawarimuhtarom.blogspot.com/2016/11/makalah-pentingnya-integrasi-nasional-bagi-
bangsa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai