Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASIC LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 2 KOTA

TERNATE KELAS XI IPA 2 PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI

FADLIA SUNARTO

03091711020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam

menciptakan generasi-generasi bangsa Indonesia yang berkualitas. Pendidikan

menurut undang-undang SISDIKNAS no.20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara

aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam

bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian

Menurut Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terja

didalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus

menerus,bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila

suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa

sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi

dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri

dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi.


“Pendapat hampir sama dikemukakan oleh “Wahidmurni, dkk. (2013, hlm.

18) yang mengatakan bahwa hasil belajar Sehubungan dengan pendapat itu, maka

menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia

mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan

tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau

sikapnya terhadap suatu objek. Sementara menurut Bloom (Sudjana, 2017. hlm.3)

Hasil belajar, menurut Bloom, merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga

ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikommotorik.

Pada kegiatan belajar mengajar di dalam kelas terjadi proses penilaian yang

akan menentukan tingkat pengetahuan serta mengukur ketercapaian belajar siswa.

Hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasil belajar yang

dicapai siswa merupakan alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi

yang diajarkan oleh guru. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan

proses dan hasil belajar, yaitu faktor internal (faktor dari dalam individu), faktor

eksternal (faktor dari luar individu), dan faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Slameto, 2013).

berhubungan dengan materi yang dipelajari. Pengetahuan dan pemahaman atas

materi yang diajarkan masih rendah. Pada pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional guru lebih banyak mendominasi kegiatan


pembelajaran, dimana terbentuk kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru

(Munir, Damopolii, & Iwan, 2018).

PBM menjadi pembelajaran yang efisien karena siswa tidak hanya belajar,

tetapi juga memperoleh pemahaman yang mendalam (Jansson, Sö derströ m,

Andersson, & Nording, 2015). Pemahaman yang mendalam terhadap materi,

membuat siswa ketika diberi posttest dapat menjawab dengan baik dengan

persentase pencapaian KKM 60 lebih dari 80%.Andersson, & Nording, 2015).

Pemahaman yang mendalam terhadap materi, membuat siswa ketika diberi posttest

dapat menjawab dengan baik dengan persentase pencapaian KKM 60 lebih dari

80%.

Model PBM membuat siswa yang awalnya pasif dalam pembelajaran

menjadi siswa yang aktif. Siswa aktif dalam bertanya, berdiskusi, memecahkan

masalah, serta menyampaikan ide dan gagasan lebih terbuka. Pemahaman konsep

terhadap materi hubungan kepadatan populasi terhadap lingkungan menjadi lebih

baik dengan PBM. Pemahaman konsep yang baik meningkatkan pencapaian hasil

belajar siswa. mengajar hendaknya menggunakan PBM untuk memperbaiki hasil

belajar siswanya

B. Identtifikasi Masalah

Dari uraian Latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:


1. Hasil belajar siswa ( pelajaran Fisika ) yang masih rendah

2. Rendahnya pemecahan masalah dalam belajar Fisika.

3. Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan belum melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar

4. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar

5. Kekompakan atau kegiatan kerja sama belum dapat terlihat dalam

penyelesaian berupa tugas kelompok

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan Pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian in yaitu:

1. Apakah penerapan model problem based learning (PBL) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 2 kota ternate ?

2. Apakah pengunaan model problem basic learnig dan hasil belajar di SMA

Negeri 2 kota ternate dapat meningkat bersama-sama ?

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka yang menjadi tujuan peneletian ini

adalah

1. Untuk mengetahui penerapan model problem based learning (PBL) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 2 kota ternate


2. Untuk mengetahui pengunaan model problem basic learnig dan hasil belajar

di SMA Negeri 2 kota ternate dapat meningkat bersama-sama

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat peneletian yang di harapkan ini adalah sebagai berikut

1. Manfaat teoritis

a) Memberikan sumbangan pemikiran guna ilmu pengetahuan dan tekologi

khusunya di bidang pendidikan

b) Mempertegas konsep model pemebelajaran problem based learming (PBL)

terhadap hasil belajar siswa

c) Sebagai refernsi selanjutnya bagi peneliti dalam penulisan proposal dan

sripsi

2. Manfaat prkatis

a) Diharapkan siswa mampu memahami problem based learning untuk

meningkatkan hasil belajar siswa

b) Penelitian ini sangatlah memabntu peneliti memahami berbagai

permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dengan penerapan

model pembelajaran problem based learning (PBL) sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar siswa

F. Asumsi penelitian
1. Guru mampu menerapkan model PBL untuk meningkatkan kemampuan

hasil belajar siswa SMA Negeri 2 kota Ternate ?

2. Siswa harus terlibat aktif dalam peroses pembelajaran dengan diterapkan

model PBL

G. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah SMA

Negeri 2 Kota ternate , pada kelas MIPA- XI -3yang berjumlah 20 siswa yang terdiri

dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan

H. Defenisi Operasional

Definsi operasional bertujuan untuk menghindari salah penapsiran terhadap

istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan seperti

berikut ini :

1. Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan

yang efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi dengan

situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana

belajar. Menurut Santyasa (dalam Ghofur: 2013), Problem Based Learning (PBL)

merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses

belajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan

masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang

melekat pada setiap tahap. Problem Based Learning (PBL) tidak disusun untuk
membantu guru dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai

penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator. Strategi pembelajaran

dengan PBL menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Moffit

dalam Rusman (2012, hlm. 241) mengatakaan “Problem Based Learning

merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan

keterampilan memecahkan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep esensi materi dan pelajaran. Tan dalam Rusman (2012 hlm, 232)

mengemukakan bahwa “Problem Based Learning merupakan penggunaan

berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi

terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu

yang baru dan kompleksitas yang ada”.

2. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2012, hlm. 22), hasil belajar adalah kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito

dalam Depdiknas (2012, hlm. 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan

belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif

permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka

Wahidmurni, dkk. (2013, hlm. 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan

telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam

dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan


berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Hasil belajar

atau perubahan prilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama

pengajaran (in structiomal effect) maupun hasil sampingan pengiring (nurturant

effect). Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang

direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Sedangkan hasil pengiringan adalah hasil belajar yang dicapai. Misalnya setalah

mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semua tidak di

sukai karena siswa dengan cara guru mengajar guru. Snelbeker (Rusmono,2014.

hlm. 8) mengeatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh

siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar,karena

belajar pada dasarnya adalah bagaimana prilaku seseorang berubah sebagai akibat

dari pengalaman. Sementara menurut Bloom (Sudjana, 2017. hlm. 3) Hasil

belajar, menurut Bloom, merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah,

yaitu ramah kognitif, afektif dan psikommotorik.

.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. pembelajaran yang Efektif dan Efisien

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang

melalui penguatan (Reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat

permanen dan persisten pada dirinya sebagai pengalaman (Learning is a Change of

Behaviour as a Result of Experience). Perubahan yang dihasilkan oleh proses

belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah yang dihasilkan oleh proses

belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya

dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,baik

mencakup aspek pengetahuan (Cognitive Domain), aspek afektif (Afektive

Domain)maupun aspek psikomotorik (Psychomotoric Domain). Belajar merupakan

suatu proses usaha yang dilakukan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, diantaranya:

1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan

siswa menguasai teknik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata

hanya memperoleh pengetahuan.

2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan

melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintaining, Designing,

Organzing.Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongret

tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi

kemampuan berkomunikasi, melainkan juga meliputi kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan

mengatasi konflik.

3. Learning to Live Together adalah membekali kemampuan untuk hidup

bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling

pengertian dan tanpa prasangka.

4. Learning to bea dalah keberhasilan pembelajaran untuk mencapai tingkatan

ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga.

Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari

informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan

masalah, bekerja sama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan.

Bila ketiganya berhasil dan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri


pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya,

berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan

intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang

disebut Emotional Inteligence(kecerdasan emosi).

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi

Aksara,2013), h.3

Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada

keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada

hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan,

prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan

pembelajaran.

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran

(Instructional Materials)adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan.Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari

keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran

dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar kompetensi

dan kompentensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang

ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar


menunjang tercapainya standar kompentensi dan kompentensi dasar, serta

tercapainya indikator.

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta

didik dalam mencapai standar kompentensi dan kompentensi dasar. Hal-hal yang

perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis

cakupan, urutan dan perlakuan (Treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.

Suatu pembelajaran yang efektif dapat ukur dari seberapa besar perencanaan

pembelajaran (2) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (3) Aktivitas siswa

(4) Respon siswa terhadap pembelajaran (5) Efesiensi waktu dalam pelaksanaan

pembelajaran. Suatu pembelajaran sudah dikatakan efektif dan efisien apabila paling

sedikit tiga dari lima aspek tersebut terpenuhi dengan syarat utama ketuntasan belajar

terpenuhi.

B. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Belajar Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang

mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran.


Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan,

mensintesis, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain.

Model pembelajaran ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai

sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan

berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep

penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, di mana tugas guru

harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan

diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya Azhar Arsyad, Media

Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.34Muhibbin Syah, psikologi Belajar,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003) , h. 59 di dalam tingkat berpikir yang lebih

tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.Guru

dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah,

penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas

penelitian. Selain itu, guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat

meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Perkembangan aktivitas

belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Di sini guru berperan

sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentu arah belajar

siswa. Rencana pembelajaran terdiri dari pengetahuan pilihan dan bentuk masalah yang

diperoleh dari pengetahuan kritis siswa, kemampuan memecahkan masalah dan strategi

dari masing-masing siswa dan kelompok.


C. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Pengajuan Masalah atau PertanyaanPengaturan pembelajaran berdasarkan

masalah berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun

masyarakat. Pertanyaan dan masalah diajukan itu haruslah memenuhi kriteria

sebagai berikut :

a. Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar padakehidupan dunia nyata

siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

Rusman, Model-Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Raja Grfindo

Persada,2011), h.1336Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan

Penerapan dalam KBK (Surabaya Umpress 2003), hal 96

b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak

menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan

penyelesaian siswa.

c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah

dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa.

d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, di mana masalah yang

disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah

tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai

dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang
telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

e. Bermanfaat, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah

bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru

sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah

yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan

masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

2. Keterkaitan dengan Berbagai Disiplin Ilmu Meskipun Problem Based Learning

mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu

Sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar

dalam pemecahannya, siswa meninjau dari berbagai mata pelajaran yang lain.

3. Penyelidikan yang AutentikPenyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran

berdasarkan masalah bersifat autentik. Selain itu, penyelidikan diperlukan untuk

mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan

merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,

mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,

membuat kesimpulan.

4. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/KaryaPembelajaran berdasarkan masalah

,siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya (karya tulis
dan penyelesaian) dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian

masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

5. KolaborasiPembelajaran berdasarkan masalah, tugas-tugas belajar berupa

masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa, baik dalam

kelompok kecil maupun kelompok besar, dan bersama-sama antar siswa dengan

guru.7D.Tujuan Pembelajaran Berbasis MasalahMenurut A, Mukhadis

pembelajaran berbasis masalah atau yang disebut dengan Problem Based

Learning merupakan strategi pembelajaran dalam konteks 7Azhar Arsyad,

Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.10

6. kehidupan nyata yang berorientasi pemecahan masalah dengan memanfaatkan

Multiple Intelligences dengan membiasakan belajar “Bagaimana belajar”. Dari

paparan ini dapat dilihat bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan

sebuah strategi pembelajaran yang memanfaatkan masalah-masalah yang aktual

sesuai dengan bidang keilmuannya secara terintegrasi melalui pemanfaatan

kecerdasan-kecerdasan manusia meliputi IQ, EQ maupun SQ untuk

mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif dari peserta didik.

D. Tujuan pembelajaran Berbasis masalah adalah:

1. Keterampilan berfikir dan menyelesaikan masalah secara efektif efisien,

menarik, terintegrasi, fleksibel.

2. Pemecahan masalah dengan penuh inisiatif dan antusias


3. Kemampuan mandiri dan otonom Ciri-ciri pembelajaran mandiri yaitu:

a) Berusaha sendiri atau bekerja sepenuhnyab.

b) Ada peran orang dewasa sedikit di dalamnya.

c) Dibantu sedikit pada awal bekerja.

d) Secara kontinue meminta pertolongan,meskipun tidak langsung

menyatakan permintaan secara lisan.

4. Mampu berkolaborasi secara efektif,efisien dan menarik dalam sebuah kerja

tim8Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 1984),

Hal.130

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Setiap metode atau model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, demikian juga dengan model pembelajaran berbasis masalah.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah adalah:

1) Kelebihan

a. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir dalam pemecahan masalah

dan keterampilan intelektual

b. Menjadikan peserta didik yang lebih mandiri dan

otonomc.Mengembangkan pemahaman dan penalaran siswa karena

pembelajaran berpusat pada siswa Penggunaan model pembelajaran

berbasis masalah juga memberikan keuntungan tidak hanya bagi murid,


tetapi juga bagi guru di mana akan bertambahnya kemampuan ilmiah

yang diperlukan baginya apabila ia hendak melakukan penelitian.

2) Kekurangan

a. Waktu yang kurang efisien

b. Kapasitas siswa yang terlalu banyak menyebabkan siswa kesulitan

dalam menerapkan model pembelajaran ini

c. Tidak semua siswa dapat menganalisis permasalahan yangdisajikan

F. Aktivitas Belajar

Proses aktifitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis

peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan prilaku dapat terjadi

secara tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, efektif,

maupun psikomotorik.

Aktifitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

interaksi (guru dan murid ) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas

dalam belajar dapat memberkan nilai tambahan (Added Value) bagi peserta didik,

berupa hal-hal berikut:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (Awareness)untuk belajar sebagai

wujud adanya motivasi internal (Driving Force)


2. Peserta didik mencapai pengalaman dan langsung mengalami sendiri

yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang

integral.

3. Peserta didik belajar menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis dikangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara kogkrit sehingga dapat menumbuh

kembangkan pemahamn dan berpikir kritis serta menghindarkan

terjadinya valisme.

Menurut Aunurrahman Aktivitas belajar adalah sangat diperlukan oleh

peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika peserta didik

pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecendrungan untuk cepat

melupakanapa yang telah diberikan. Oleh sebab iru diperlukan perangkat tertentu

untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru.

G. Hasil Belajar

Menurut Syariful Bahri Djamarah Hasil belajar adalah kemampuan dan

perkembangan serta keberhasilan siswa setelah memahami atau melakukan kegiatan

belajar sema jangka waktu tertentu.dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil

belajar tingkat penguasaan yang diraih siswa setelah mengalami proses kegiatan

pembelajaran dalam waktu tertentu dan sesuai dengan tujuan yang telah
diterapkanHasil belajar adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar

mengajar, karena hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan tertentu. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a)

Keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita

yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum

sekolah.

H. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Penerapan

model pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah. Kelima langkah

itu dimulai dengan orientasi guru dan siswa pada masalah serta diakhiri dengan

penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima langkah itu adalah:

Tabel 1.1: Langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis masalah

No Langkah-langkah Model Pembelajaran Kegiatan yang dilakukan guru

Berbasis Masalah
1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan, dan

memotivasi siswa terlibat dalam

aktivitas pemecahan masalah

materi Usaha dan Energi


2 Proses Mengorganisir siswa dalam Guru membagi siswa ke dalam

belajar kelompok. guru membantu siswa


dalam mendefinisikan dan

mengorganisir tugas-tugas

belajar yang berhubungan

dengan materi Usaha dan Energi


3 Membimbing penyelidikan individual Guru mendorong siswa untuk

maupun kelompok mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan

eksperimen dan penyelidikan

untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah tentang

materi Usaha dan Energi


4 Mengembangkan dan menyajikan Guru membantu siswa dalam

hasil karya merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan

dan hasil penyelidikan dan

membantu mereka membagi

tugas dengan temannya


5 Menganalisis dan mengevaluasi Guru membantu siswa untuk

pemecahan masalah melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka

dan proses yang digunakan pada

materi Usaha dan Energ


I. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa


a.Pendahuluan
kegiatan, diantaranya:

b. Kegiatan Inti c. Penutup

1. Mengorientasikan Siswa
pada Masalah
2. Mengorganisir Siswa untuk
Belajar
3. Membantu Siswa
Memecahkan Masalah pada
Materi Usaha dan Energi
4. Membantu Mengumpulkan
dan Menyajikan Hasil
Pemecahan Masalah
5. Menganalisis dan
Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah

J. Usaha
1. Pengertian Usaha

Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan pengertian

usaha dalam fisika. Dalam masyarakat, misalnya mereka berusaha memenangkan


pertandingan sepak bola tingkat propinsi, dalam usaha pemerataan penduduk,

pemerintah menggalakkan transmigrasi. Dari contoh-contoh tersebut, usaha

diartikan sebagai suatu bentuk kerja atau kegiatan yang berupa tenaga atau pikiran

untuk mencapai tujuan.

Usaha berkaitan langsung dengan gaya, gaya melakukan usaha jika gaya

tersebut dapat memindahkan benda dari suatu tempat atau kedudukan yang lain.

Misalnya seorang anak mendorong meja menyebabkan meja berpindah sejauh 2

meter, ini berarti anak tersebut melakukan usaha karena meja berpindah tempat.

Seekor kuda menarik kereta menyebabkan kereta berpindah sejauh 100 meter, kuda

tersebut melakukan usaha karena kereta berpindah tempat. Seorang bapak sekuat

tenaga mendorong tembok, tetapi bapak tidak mampu menyebabkan tembok

berpindah tempat, maka bapak tidak melakukan usaha (usahanya nol) karena

temboknya tidak berpindah tempat.

Dikatakan melakukan usaha apabila orang tersebut mampu memindahkan

benda. Sehingga pengertian usaha dalam fisika mempunyai hubungan erat dengan

gaya dan jarak perpindahannya. Besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya sama

dengan hasil kali gaya (F) dan jarak perpindahan (s). Sehingga dapat dituliskan:

𝑊=𝐹.𝑠

Keterangan:

W = usaha (joule)
F = gaya (N)

S = perpindahan (m)

2. Macam-macam Usaha.

a. Usaha Bernilai Positif Usaha yang dilakukan adalah searah dengan arah

gaya yang bekerja maka usaha tersebut bernilai positif. Contoh usaha yang

bernilai positif jika ada anak akan mendorong kursi dan kursi tersebut

mengalami perpindahan searah dengan gaya gaya yang diberikan, maka

usaha tersebut dikatakan usaha bernilai positif.

b. Usaha Bernilai Negatif Usaha yang dilakukan berlawanan dengan arah

benda, maka usaha yang dilakukan adalah bernilai negatif. Contoh

sekelompok regu tarik tambang telah memberikan gaya sekuat tenaga

namun usaha yang dilakukan oleh regu tarik tambang kalah tadi berlawan,

maka usaha tersebut dikatakan usaha bernilai negatif.

c. Usaha Bernilai Nol Usaha dikatakan bernilai nol jika gaya yang bekerja

tidak menyebabkan terjadinya perpindahan. Contohnya adalah ketika

seorang anak kecil mendorong tembok walaupun dengan gaya yang besar

tembok tersebut tidak mengalami perpindahan, maka usaha tersebut

dikatakan usaha bernilai nol.


Sesuatu dapat dikatakan sudah melakukan usaha jika sesuatu tersebut

memberikan gaya pada benda dan benda yang dikenai gaya tersebut mengalami

perpindahan.

K. Energi

1. Pengertian Energi

Di rumah, disekolah atau di media massa sering kita mendengar tentang energi.

Energi sangat diperlukan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk

melangsungkan kehidupannya dan menunjang kegiatan sehari-hari. Misalnya

untuk keperluan rumah tangga, industri dan transportasi. Mampu berjalan kaki,

mampu belajar atau melakukan kegiatan yang lain karena kita memiliki

energi.Berikut ini merupakan bentuk-bentuk energi dan contohnya:

a. Energi Kimia Energi kimia adalah energi yang terkandung dalam

minuman dan makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan.

Dalam bahan minyak seperti minyak tanah, bensin, solar dan batu bara.

Semakin besar massa zat, semakin besar pula energi kimia yang dimiliki.

b. Energi ListrikEnergi listrik adalah energi yang terdapat pada arus listrik,

alat yang memiliki energi listrik misalnya baterai, aki dan generator.

c. Energi MagnetEnergi magnet adalah energi yang terdapat pada magnet.

Dengan energinya maka magnet dapat menarik benda-benda magnetik

disekitarnya.
d. Energi CahayaEnergi cahaya adalah energi yang terdapat pada cahaya.

Energi cahaya di miliki oleh sinar matahari, cahaya lampu, sinar bulan

dan sebagainya. Dengan energi cahaya manusia tidak akan kegelapan,

dan dengan cahaya tumbuhan dapat melakukan fotosintesis.e.Energi

PanasEnergi panas terdapat pada sumber panas. Jika suhu benda makin

tinggi maka energi panas semakin besar. Dengan energi panas benda

dapat berubah wujud.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Menurut Darsono dkk, dalam Manajemen Penelitian Tindakan Kelas

menjelaskan bahwa seorang peneliti bukan sebagai penonton tentang apa yang

dilakukan guru terhadap muridnya, tetapi bekerja secara kolaboratif dengan

guru mencari solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapi. Selain itu dalam

penelitian tindakan kelas dimungkinkan siswa secara aktif berperan serta dalam

melaksanakan tindakan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif.

Peneliti berkolaborasi dengan guru dalam merencanakan, mengidentifikasi,

mengobservasi, dan melaksanakan tindakan yang telah dirancang. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas sistem spiral

dengan model Hopkins seperti pada gambar


Selesai

Pendahuluan
Tuntas

Tidak tuntas perencanaan


refleksi

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian model Hopkins


Pengamatan Tindakan
yang diawali dengan tindakan pendahuluan kemudian dilanjutkan perencanaan,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil

evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan perbaikan pada

siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan

pada siklus II.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA NEGERI 2 KOTA TERNATE, khusunya pada

siswa kelas XI . Lokasi tersebut dipilih karena tempat tersebut sangat bagus,

sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada semester ganjil tahun

ajaran 2020/2021. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus

c. Siklus PTK
PTK ini dilakukan melalui 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur

yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Melalui kedua

siklus tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan menulis puisi dengan

menggunakan media gambar.

C. Kelas dan subyek

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI-2 SMA Negeri 2 Kota Ternate Kecamatan

ternate selatan yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki – laki dan

16 siswa perempuan. Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian adalah mata

pelajaran fisika kelas XI khususnya pada materi usaha dan energi

D. Rancangan atau tahap-tahap penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian model

Hopkins yang diawali dengan tindakan pendahuluan kemudian dilanjutkan

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2

siklus. Hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan

perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-

langkah perbaikan pada siklus II. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut.

a. Pendahuluan

Tindakan pendahuluan yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus, meliputi:


1. memohon ijin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri

2 kota ternate

2. mengadakan wawancara dengan guru wali kelas XI mengenai pengalamannya saat

memberi materi usaha dan energy ,

3. melakukan observasi,

4. menentukan jadwal penelitian,

Setelah dilakukan observasi, diperoleh data berupa hasil tes siswa untuk mengukur

kemampuan siswa dalam mempelajari usaha dan energy dan kendala-kendala yang

dihadapi guru selama proses pembelajaran. Seluruh data yang diperoleh dari tindakan

pendahuluan digunakan untuk mempersiapkan siklus selanjutnya.

b. Pelaksanaan Siklus

Siklus I

1) Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi:

a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

gambar sebagai tindakan

b) menyiapkan media pembelajaran berupa gambar

c) menyusun pedoman observasi;

d) menyusun alat evaluasi siswa.

2) Tindakan
a. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru menyiapkan media pembelajaran dan mengajak

siswa menyimak . Kemudian membangkitkan skemata siswa dengan melakukan

tanya jawab mengenai usaha dan energi.

b. Kegiatan Inti

Hal-hal yang dilakukan guru pada kegiatan inti yaitu:

 Guru menjelaskan materi usaha dan energi dengan disertai contoh usaha dan

energi

 Guru menunjukkan gambar yang sesuai dengan contoh usaha dan energy

 Guru bersama siswa mengidentifikasi gambar dan mencocokkannya dengan

contoh usaha dan energi.

 Guru menunjukkan gambar lainnya.

 Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi gambar.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

Guru memberikan lembar evaluasi pada siswa.

c. Kegiatan Akhir

Di akhir pembelajaran guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan

menjelaskan manfaat dari pembelajaran menulis Setelah jam pelajaran berakhir

tugas dikumpulkan.

3) Pengamatan (Observasi)
Pelaksanaan pengamatan melibatkan beberapa pihak diantaranya guru,

peneliti, dan teman sejawat. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah

dibuat oleh peneliti. Hal yang harus diamati oleh observer adalah aktivitas siswa

selama berlangsungnya proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat

terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya dilakukan

analisis hasil observasi untuk mengetahui keaktifan siswa, guru dan jalannya

pembelajaran.

4) Refleksi

Seluruh hasil observasi, evaluasi siswa, dan catatan lapangan dianalisis, dijelaskan,

dan disimpulkan pada tahap refleksi. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui

keberhasilan dari proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media

gambar. Peneliti bersama observer menganalisis hasil tindakan pada siklus I dan II

untuk mempertimbangkan apakah perlu dilakukan siklus lanjutan.

Siklus II

Siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I yang masih belum berhasil.

Secara umum, penerapan pembelajaran pada siklus II sama dengan penerapan

pembelajaran pada siklus I, hanya saja dilakukan lebih cermat dan memperhatikan

hal-hal yang masih belum tercapai pada saat siklus I. Hal ini dilakukan untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.


E. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari siswa kelas MIA XI-2. SMA NEGERI 2 Kota ternate

Tahun Ajaran 2020/2021 untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan

usaha dan energi setelah menggunakan media gambar dan bagaimana proses

pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

F. Prosedur pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan pada objek penelitian. Pada penelitian ini melibatkan 2 observer, antara

lain guru dan peneliti. Proses observasi dilakukan dengan mengacu pada pedoman

observasi yang telah disusun. Aktivitas dan perhatian siswa diamati untuk

mendapatkan data kualitatif yaitu mengenai seberapa besar proses pembelajaran

materi usaha dan energi dengan menggunakan media gambar dapat mempengaruhi

aktifitas siswa dan apakah kegiatan yang dilakukan guru telah sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

2. Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa usaha dan energi

setelah. bentuk tes yang digunakan adalah tes essay,

3. Wawancara
Dalam penelitian ini digunakan jenis wawancara bebas terpimpin yaitu saat

mewawancara hanya berpedoman pada garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan.

4. Catatan Lapangan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi berupa kegiatan-kegiatan yang

tidak terangkum dalam pedoman observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam

penelitian ini yang menulis catatan lapangan adalah peneliti sebagai pelaksana

tindakan.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam suatu penelitian untuk menarik kesimpulan dari seluruh

data yang telah diperoleh. Data-data yang dianalasis adalah hasil observasi aktivitas

guru dan siswa, hasil wawancara, hasil catatan lapangan, dan hasil evaluasi siswa. Data

berupa hasil observasi aktivitas guru, hasil wawancara, dan hasil catatan lapangan

dianalisis berupa deskripsi dalam bentuk penarikan kesimpulan. Data hasil evaluasi

siswa dan hasil observasi aktivitas siswa dianalisis dengan angka-angka. Kriteria

ketuntasan belajar individu siswa SMA negeri 2 kota ternate mencapai 76. Sementara

kriteria ketuntasan belajar klasikal yaitu apabila terdapat 70% siswa yang telah

mencapai 76 ketuntasan belajar individu. Untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa

secara klasikal dan aktivitas siswa digunakan rumus:

a. analisis ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:


Keterangan : NP = R/SN *100%

NP = Nilai Persentase

R = jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 76

SN = jumlah seluruh siswa

b. analisis aktivitas siswa digunakan rumus:

Keterangan :

Pa= A/N*100%

Pa = Persentase aktivitas siswa

A = jumlah nilai tercapai

N = jumlah nilai pen

H. Pengecekan Keabsahan Data

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat

keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau

memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.

Dalam PTK ini yang akan dilihat adalah indikator kinerjanya. Maka diperlukan

indikator sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata kelas XI dengan nilai lebih dari 76,00.

2. Ketuntasan hasil belajar termasuk dalam kategori baik dari jumlah peserta didik

seluruhnya.
3. Keaktifan guru dan peserta didik dalam ketegori baik berdasarkan hasil pengamatan

guru peneliti dan pengamat.

4. Setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan peserta didik dapat

DAFTAR PUSTAKA

Argaw, A. S., Haile, B. B., Ayalew, B. T., & Kuma, S. G. (2017). The Effect of Problem

Based Learning (PBL) Instruction on Students’ Motivation and Problem Solving Skills of

Physics. EURASIA Journal of Mathematics Science and Technology Education, 13(3),

857871

Eva Nurul. (2014). Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Kemampuan Berpikir

Kritisdengan Hasil Belajar Biologi Siswa yang menjalani Pembelajaran Problem based

Learning (PBL) pada Kelas XI SMA di Kota Malang. Tesis Pendidikan Fisika Universitas

Negeri Malang

Andayani. (2015). Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran

Bahasa.Yogyakarta: Deepublish.
Anderson, L.W. & David R. Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing: A revision of Bloom`s Taxonomy of Educational Objectives. Newyork:

Addison Wesley Logman, Inc.

Anda mungkin juga menyukai