Anda di halaman 1dari 8

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Tugas Online

FAKULTAS KEDOKTERAN April 2020


UNIVERSITAS TADULAKO

TUGAS EFEKTIFITAS PMT PADA BALITA

OLEH:
Amalia Anisa - N11118069
Anugrah Rosando Siwy - N11119010
Julianto Rizal Tangkelangi - N11118076
Noer Fatma - N11118086
Suryani Rahman - N11118061
Yosia Kevin Poluan - N11118059

PEMBIMBING
Dr. Sumarni.,M.Kes.,Sp.Gk

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
SKENARIO

Seorang anak laki-laki, berusia 4 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan tidak mau
makan. Menurut ibunya pasien memang memiliki nafsu makan kurang, walaupun ibu pasien
sering membujuk pasien. Pasien hanya suka menkonsumsi snack buatan pabrik, dan tidak
suka makan makanan rumahan, dan walaupun makan, pasien hanya mengkonsumsi ikan dan
tidak suka mengkonsumsi sayur, buah dan susu. Riwayat nutrisi pasien: pasien tidak pernah
mendapat ASI eksklusif diakrenakan ibu sibuk bekerja, sejak lahir hingga hingga usia 18
bulan mendapatkan susu formula, lalu pemberian bubur saring sejak usia 18 bulan hingga
usia 36 bulan, dan makanan dewasa sejak 36 bulan hingga sekarang. Pada pemeriksaan fisik,
tampak pasien kurus, Berat badan 12 kg, Tinggi badan 96 cm, LILA 12 cm. Iga nampak
terlihat namun wajah pasien tidak tampak tua, dan tidak terdapat baggy pants

 Kajilah factor-factor yang berpengaruh pada status kesehatan anak tersebut.


 Hal apa saja yang perlu diberikan untuk meningkatkan status kesehatan anak tersebut.
 Inovasi apa saja yang bisa dilakukan pada kasus di atas.

JAWAB

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan anak tersebut adalah sebagai berikut.


1. Kurangnya nafsu makan (Determinan Proksimate)
Anoreksia dapat diartikan sebagai turunnya atau hilangnya nafsu
makan serta tidak tertarik pada makanan untuk menyatapnya. Anoreksia
infantil merupakan gangguan makan karena pemisahan atau separasi yang
ditandai dengan penolakan makan oleh bayi karena konflik berat antara
hubungan ibu dengan anak tentang otonomi, ketergantungan dan pengawasan.
Keadaan tersebut muncul setelah anak mampu mengatur dirinya dan
membentuk ikatan dengan pengasuh utamanya. Batasan anoreksia infantil
yang diajukan adalah:
- Penurunan BB yang nyata setidaknya dalam waktu 1 bulan
- Tidak disebabkan gangguan gastrointestinal, obat, ataupun kekurangan
makanan
- Timbul sebelum umur 6 tahun
Pada pasien ini memiliki indikasi mengalami anoreksi infantil dikarenakan
memenuhi kriteria-kriteria dari batasan anoreksia infantil (1).
2. Status gizi kurang (Wasting/kurus)
Status gizi adalah keluaran dari konsumsi, penyerapan dan
pemanfaatan makanan yang ditunjukkan pada keadaan tubuh. Salah satu faktor
yang mempengaruhi kesehatan adalah status gizi yang baik. Penilaian status
gizi dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengumpulan informasi
mengenai riwayat medis secara klinis dan biokima, praktik diet, pengobatan
yang dilakukan, dan situasi ketahanan pangan.
Wasting atau selanjutnya disebut kurus adalah indikasi kekurangan gizi
berdasarkan BB/PB atau BB/TB akibat yang terjadi dalam waktu singkat
sebuah perisitiwa yang bersifat akut atau wabah penyakit yang mengakibatkan
anak menjadi kurus. Kurus pada anak dapat merusak fungsi sistem kekebalan
tubuh, menyebabkan peningkatan pada tingkat keparahan, durasi, dan
kerentanan anak pada penyakit menular serta risiko kematian.
Pada kasus ini menurut pengukuran antropometri berdasarkan BB/TB
didapatkan : -3SD sampai dengan <-2SD dengan interpretasi kurus/wasting
(2).
3. Stressors (Determinan Proksimate)
Diketahui ibu pasien tidak memberikan ASI apda pasien dan
menggantikan dengan susu formula yang diakibatkan tuntutan bekerja,
sedangkan menurut Fitri, 2014 bahwa pemberian ASI sangatlah krusial dalam
aspek tumbuh kembang anak. Berdasarkan skenario kita dapat menyimpulkan
bahwa masalah ini termasuk determinan proximate masalah gizi masyarakat
(3).

 Hal apa saja yang perlu diberikan untuk meningkatkan status kesehatan anak tersebut.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita.

a. Definisi
Manan tambahan adalah makanan yang bergizi sebagai tambahan selain
makanan makanan utama bagi balita untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Makanan tambahan bagi balita dapat berupa makanan yang dibuat dengan
bahan pangan local yang tersedia dan mudah diperoleh oleh masyarakat
dengan harga terjangkau atau makanan hasil olahan pabrikan (4).
b. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan
PMT bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan
rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan kepada anak balita
dengan kriteria tiga kali berturut-turut naik timbangannya serta yang berat
badannya pada KMS terletak di bawah garis merah (4).
c. Jenis Pemberian Makanan Tambahan
Jenis-jenis pemberian makanan tambahan (PMT) menurut Kemenkes RI
(2011), terdiri dari PMT-Pemulihan dan PMT-Penyuluhan .
PMT-Pemulihan
Diperuntukan bagi anak usia 6-59 bulan terutama yang menderita gizi kurang guna
mencukupi kebutuhan gizi. Kegiatan PMT-penmulihan memiliki tiga aspek yaitu :
Aspek rehabilitasi, aspek penyuluhan, dan aspek peran serta masyarakat (4)..
 PMT-Penyuluhan
Diberikan untuk balita satu kali perbulan saat kegiatan
penimbangan di Posyandu. Pada kegiatan PMT-Penyuluhan terdapat
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu penyuluhan/penjelasan tentang
triguna makanan (makanan pokok sebagai sumber tenaga, lauk pauk
sebagai zat pembangun, serta sayur dan buah sabagai zat pengatur),
penyuluhan mengenai makanan sehat dan manfaatnya untuk tubuh
serta kesehatan.
d. Syarat-syarat Pemberian Makanan Tambahan
Menurut Kemenkes RI, terdapat persyaratan dalam pemberian makanan
tambahan diantaranya (4):
 Makanan tambahan diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan
lokal
 Makanan tambahan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran dengan kandungan energi sebesar 300-400 kkal/anak/hari,
protein sebesar 10-15g/hari/anak. setiap tahapan usia memiliki anjuran
 Pemberian makanan tambahan merupakan tambahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga
 Makanan tambahan balita diutamakan berupa sumber hewani maupun
nabati
 Makanan tambahan diberikan berkala biasanya selama 90 hari
berturut-turut
 Makanan tambahan berbasis bahan makanan/makanan local terdapat 2
jenis berupa : MP-ASI (untuk usia 6-23 bulan) dan makanan tambahan
untuk usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga
 Pemberian makanan tambahan untuk balita berbasis makanan lokal
dapat diberikan berupa kudapan lainnya
 Bentuk makanan tambahan diberikan sesuai dengan pola makanan
yang disajikan.

Sumber : IDAI, 2009

 Inovasi apa saja yang bisa dilakukan pada kasus di atas.


Inovasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Melakukan penyuluhan atau edukasi pencegahan gizi buruk melalui pertemuan
terhadap kelas ibu bayi dan balita gizi buruk. Setelah itu dilakukan penanganan
lebih lanjut untuk mengembalikan kondisi sang bayi atau balita. Dengan inovasi
ini perlahan-lahan para ibu mulai paham mengenai bahaya yang ditimbulkan gizi
buruk dan berusaha mengatasi hal tersebut semaksimal mungkin.
2. Melakukan kreasi menu. Pada inovasi ini, ibu balita dianjurkan untuk melakukan
kreasi menu dan variasi warna pada makanan tiap harinya, agar anak-anak tidak
cepat bosan dengan menu makanan yang menoton tiap harinya, Karena angka gizi
buruk pada anak bukan hanya terjadi karena faktor ekonomi saja melainkan akibat
anak sering memilih-milih makanan dan cepat bosan dengan menu makanan yang
sama tiap harinya.
3. Melakukan kegiatan pos gizi. Kegiatan ini dapat dilakukan di setiap awal tahun,
yang kemudian dilaksanakan selama 12 hari berturut-turut. Kegiatan pos gizi ini
terdiri dari:
a. Pendataan: balita atau anak yang memiliki masalah gizi akan didata dan
diikutkan dalam kegiatan pos gizi dan bagi anak yang memiliki penyakit
penyerta dapat dilakukan perawatan sampai pulih (dirujuk) lalu dimasukkan
ke pos gizi.
b. Dilakukan pemeriksaan berupa mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar
lengan dan lingkar perut anak.
c. Melakukan permainan
d. Mengajarkan personal hygiene
e. Mengajarkan ibu memasak makananan berat menggunakan bahan pangan
lokal. Menu yang digunakan disusun oleh tenaga gizi, jumlah kalori yang
terkandung antara 300-500 kkal dan protein 5-12 gr.
Tujuan dari inovasi ini yaitu untuk intervensi gizi kurang dan pencegahan
stunting. Syarat dari kegiatan ini yaitu, peserta harus datang tepat waktu, tidak
membawa snack, susu dan uang jajan.
4. Meningkatkan cakupan PMT-P bagi balita KEP
5. Mendirikan Rumah Gizi. Pada inovasi ini, ibu yang memiliki balita diedukasi
untuk memberikan gizi seimbang dirumah, dengan menerapkan F-100 (Formula
100), yang terdiri dari susu, minyak goreng, larutan elektrolit atau mineral.
Tujuannya untuk anak kurang gizi agar tidak sampai jatuh ke gizi buruk, karena F-
100 berfungsi untuk stabilisasi dan transisi rehabilitasi resomal terhadap dehidrasi
anak. Sasaran dari inovasi ini berkisar usia 0-60 bulan.
6. Imunisasi teratur. Inovasi ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
infeksi pada anak, karena salah satu faktor terjadinya masalah gizi pada anak
diakibatkan karena adanya infeksi dan hal ini dapat dicegah dengan imunisasi
teratur.
Sumber : Herianto P. EFEKTIVITAS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN
(PMT-P) TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TLOGOMULYO KABUPATEN TEMANGGUNG. :11.
DAFTAR PUSTAKA

1. Idai U-G-H. BUKU AJAR GASTROENTEROLOGI- HEPATOLOGI. :404.

2. Putri ASR, Mahmudiono T. Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Pada
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya. 2020;7.

3. Fitri DI, Chundrayetti E, Semiarty R. Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi
umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo. J Kesehat Andalas. 2014;3(2).

4. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.2018. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id

Anda mungkin juga menyukai