Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jerman sebagai negara yang tergabung dalam The Big Three pada keikutsertaannya di
Uni Eropa menjadikannya negara dengan kapabilitas yang sangat kuat di berbagai sektor
seperti perekonomian, militer, maupun politik. Disamping itu, situasi keadaan border Jerman
yang relatif stabil membuat pemerintahan yang berkuasa di Jerman mampu memetakan
Power Projection mereka yang dapat dikategorikan jauh bahakan hingga keluar benua Eropa.
Hal tersebut sesuai dengan asumsi “ If border stable, Power projection is far and if border
unstable, power projection is near”

Jerman merupakan negara yang sangat produktif dengan memproduksi barang-barang


hasil produksi berupa manufaktur dengan kualitas batang yang terbaik, maka power
projection Jerman dapat berupa pemetaan pangsa pasar di Eropa dalam memasarkan barang
hasil produksi negara tersebut.

Jerman di Eropa sangatlah produktif sehingga banyak asumsi tentang Jerman yang
terlalu produktif dengan banyak menghasilkan barang manufaktur berteknologi tinggi dan
dipasarkan di Eropa dan dunia yang membuat Jerman menjadi salah satu negara terkaya di
Eropa. Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan kebijkan impor yang dilakukan oleh
Jerman, Jerman tidak terlalu ambisius dalah hal impor barang dari lua negeri. Dampaknya
adalah kesenjangan diantara negara Eropa karena arus kuangan di benua biru tersebut tidak
berimbang dan beberapa barang manufaktur tersebut dikuasai oleh Jerman.

Jerman dipimpin oleh Presiden Federal ( Head of state ) dan kanselir ( head of
government ). Tugas dan wewenang Presiden Federal dan Kanselir berbeda. Presiden Federal
berhak mengangkat dan memberhentikan Kanselir, tentu atas persetujuan parlemen. Presiden
Federal lah yang berhak menandatangani suatu kebijakan, bukan Kanselir. Dia pula lah yang
akan mewakili Jerman ketika berada di dunia luar. Presiden Federal juga bisa membubarkan
parlemen.

1.2 Tujuan Penulisan


Menjelaskan konsep geopolitik Negara Jerman dan menganalisa film yang berkaitan
dengan geopolitik Negara Jerman.

1
1.3 Manfaat Penulisan
Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep geopolitik Negara Jerman dan dapat
menjelaskan hasil analisa film yang berkaitan dengan geopolitik Negara Jerman.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geopolitik Negara Jerman

Geopolitik negara Jerman dapat dikatakan bersifat mencerminkan pola kepentingan


nasional negara Jerman itu sendiri. Geopolitik Jerman dapat membentuk pola kebijakan luar
negeri Jerman dalam level analisis berbagai macam keadaan, baik dalam wadah Uni Eropa,
maupun NATO atau bahkan dalam PBB sekalipun. Geopolitik negara Jerman juga membantu
Jerman dalam adaptasi model kebijakan luar negeri negara Jerman itu sendiri melalui
kebutuhan dari level analisis keadaan tersebut. Dengan kata lain, jika berbicara dalam level
analisis Uni Eropa, maka dinamika yang terjadi di Uni Eropa seringkali dapat mempengaruhi
internal negara Jerman, dan begitu juga sebaliknya (bahwa dinamika internal di Jerman dapat
mempengaruhi keberadaan Uni Eropa secara keseluruhan.

Jerman pada dasarnya telah dikenal sebagai salah satu kekuatan utama yang dimiliki
oleh Eropa, hal ini terbukti dari adanya proses transformasi imaji negara Jerman. Imaji negara
Jerman yang semula sangat negatif akibat keterlibatan dalam Perang Dunia I dan Perang
Dunia II perlahan-lahan bertransformasi menuju imaji Jerman sebagai ‘honest broker’
(Belkin 2009, 4). Jerman menjadi pihak yang memberikan sumbangan ataupun pinjaman,
tempat konsultasi hingga konsultan pelaksana atas proyek-proyek yang dimiliki oleh Uni
Eropa, layaknya broker pialang saham. Salah satu bentuk pengejewantahan imaji sebagai
broker yang jujur di konteks Uni Eropa adalah bagaimana Jerman memberikan bala bantuan
kepada institusi-institusi di Uni Eropa.

Belkin (2009) mencoba untuk menjabarkan bagaimana Jerman memposisikan diri di


dalam dinamika Uni Eropa, terlebih lagi dalam bidang politik. Analisis yang diajukan Belkin
berfokus pada setiap langkah politis taktis yang diambil Jerman dalam kerangka Uni Eropa.
Belkin memberikan contoh-contoh bantuan yang diberikan oleh Jerman, dan menjabarkan
dampak atau implikasi apa yang akan didapatkan. Dampak tersebut nyatanya akan
berdampak secara dua arah resiprokal, dalam hal ini berarti setiap keputusan yang diambil
oleh Jerman akan memengaruhi dinamika politik Uni Eropa dan begitu juga sebaliknya.
Belkin dengan bijak mencoba untuk mengarahkan perspektif dunia kepada Jerman dengan
memberikan cara pandang yang relatif berbeda dengan cara pandang secara umum, sehingga

3
mampu melihat setiap keputusan negara Jerman dalam kerangka atau cara berpikir negara
Jerman, terkhususnya dalam kaitannya dengan kebijakankebijakan keamanan Jerman.
Dengan pola pengambilan kebijakan luar negeri yang tepat, Jerman memiliki posisi strategis
dalam hal pengambilan keputusan di lingkungan Uni Eropa, terlebih lagi ketika berbicara
mengenai prosesi aksesi Turki menuju Uni Eropa.

formasi strategis yang dilaksanakan oleh Jerman, sehingga Jerman mampu mencapai
kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang. Kemajuan yang dialami Jerman tersebut
dijabarkan dengan baik oleh Risse melalui beberapa poin, seperti ekonomi dan politik.
Kemajuankemajuan inilah yang pada dasarnya akan menyumbangkan dorongan penuh bagi
Jerman untuk dapat menggunakan power mereka dalam forum Uni Eropa. Sejalan dengan
pola pikir Belkin, pemosisian diri Jerman di Uni Eropa akan memberikan dampak positif
terhadap keberadaan negara tersebut dalam tatanan Uni Eropa. Risse mengamini adanya
penguatan internal akan membuat power yang dimiliki Jerman menjadi semakin besar,
sehingga dapat memengaruhi prosesi masuknya Turki menuju Uni Eropa.

2.2 Teori Perluasan

Teori Perluasan adalah teori yang melihat adanya proses memperluas cakupan pengaruh
sebagai bagian dari politik sebuah aktor/entitas tertentu. Keputusan aktor untuk memperluas
pengaruh dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, bisa dengan melaksanakan politik
bilateral maupun multilateral. Aktor yang memilih untuk menggunakan politik multilateral
dapat melaksanakan kerja sama dengan multiaktor (kerja sama simteris) atau mengikuti
sebuah perkumpulan/organisasi yang posisinya menjadi media bagi kerja sama multi aktor
(kerja sama asimetris). Aktor menjalankan fungsi perluasan pengaruh dalam organisasi
dengan tujuan untuk mengartikulasikan kepentingan aktor tersebut (Bromberger 2006). Teori
perluasan melihat model politik Jerman untuk memperluas pengaruh mereka melalui Uni
Eropa sebagai media komunikasi politik power. Teori Perluasan terdiri dari tiga konsep besar,
yakni Voluntarisme, Solidarisme dan Geopolitik.

1. Konsep Voluntarisme
menjelaskan bahwa aktor harus mampu mengurangi kepentingan nasional
mereka untuk mengikuti kepentingan common goals (Bromberger 2006).
Kepentingan negara dalam sebuah organisasi akan selalu tergerus oleh kepentingan
bersama yang telah disetujui oleh anggotaanggota dalam organisasi tersebut, namun

4
kepentingan negara dalam dinaikkan isunya menjadi kepentingan bersama apabila
terdapat kerelaan dari negara-negara lain untuk bersama-sama acknowledge isu
tersebut. Dengan kata lain negara bersangkutan memperluas pengaruh mereka dengan
melaksanakan proses agenda setting terhadap kepentingan yang ingin dibawa menuju
agenda bersama dalam organisasi.
2. Konsep Solidarisme menjelaskan bahwa sebuah aktor harus mampu menjaga
keutuhan model kerja sama yang tengah diikuti agar pengaruh dari aktor tersebut
dapat terus diperluas (Bromberger 2006). Kebersamaan untuk terus menjaga keutuhan
kerja sama menjadi modal penting karena kegagalan satu aktor untuk bertahan akan
berimbas pada melemahnya struktur kerja sama, sehingga aktor lain tidak dapat
memperluas cakupan pengaruh mereka. Solidaritas bersama dari para aktor juga
berarti bahwa aktor yang mempunyai pengaruh maupun power yang lebih besar harus
mampu menjaga posisi aktor-aktor lain yang lebih lemah, agar tercipta model kerja
sama yang kolaboratif dan efisien.
3. Konsep Geopolitik.
Konsep ini menjelaskan keterkaitan realita geografis dengan model politik
aktor untuk dapat memperbesar power yang dimiliki (Bromberger 2006). Dasar dari
konsep geopolitik adalah pada dorongan untuk menganalisa keadaan geografis sebuah
kawasan atau aktor lain dan realita beserta fakta-fakta yang menunjang keberadaan
aktor atau kawasan tersebut.
Konsep geopolitik menganalisis empat macam faktor, yakni space, time,
people dan struggle. Faktor space menganalisis posisi aktor/kawasan sebagai nilai
strategis sebuah kebijakan. Faktor time menganalisis waktu-waktu yang berkaitan
dengan posisi aktor yang akan ditujukan kebijakannya, sementara faktor people
menganalisis keberadaan masyarakat/penduduk dalam sebuah kawasan sebagai dasar
penilaian untuk strategis tidaknya kebijakan diimplementasikan. Sementara struggle
menganalisis upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh aktor supaya kebijakan
yang ingin diimplementasikan efisien model perumusan masalahnya dan efektif
tujuan pengimplementasiannya.

2.3 Sinopis Film

Pada bulan April 1945, selama minggu-minggu terakhir perang, Willi Herold, seorang
Luftwaffe Fallschirmjäger (penerjun payung) muda lolos dari pengejaran komando polisi

5
militer Jerman yang ingin membunuhnya karena desersi. Setelah melarikan diri, Herold
menemukan mobil yang ditinggalkan berisi seragam kapten Luftwaffe yang dihiasi . Herold
mengambil seragam dan menyamar sebagai kapten, mengambil komando sejumlah orang
yang tercerai berai saat ia bergerak melalui pedesaan Jerman dengan kedok bahwa ia sedang
dalam sebuah misi, diperintahkan oleh Hitler sendiri, untuk menilai moral di balik garis
depan. Meskipun pada awalnya menjanjikan pengurangan penjarahan kepada penduduk
setempat, Herold menjadi semakin lalim ketika pasukan yang berbeda bergabung dengan
komandonya, bernama Kampfgruppe Herold. Pasukan ini termasuk Freytag, sejenis,
penembak tua yang menjadi pengemudi Herold, dan Kipinski, seorang pemabuk yang sadis.
Akhirnya, Kampfgruppe Herold menemukan sebuah kamp Jerman yang penuh dengan
desertir menunggu eksekusi dan mengambil kendali atas operasi di sana.

Saat berada di kamp, Herold memerintahkan eksekusi puluhan tahanan (dengan


Kipinski menjadi algojo utama), dan menjadi semakin tergila-gila dengan kekuatan barunya.
Selama masa tinggal mereka, Freytag menjadi curiga pada Herold, dan menyadari bahwa
seragam kapten bukan miliknya setelah melihat penjahit memperpendek kaki celana.
Akhirnya, kamp dihancurkan oleh serangan udara Sekutu, dan Kampfgruppe Herold pindah
ke kota setempat. Sementara di sana, kelompok itu menjarah cukup banyak dari penduduk
setempat, dan membuat perintah darurat di sebuah hotel dengan nama Sonderkommando und
Schnellgericht Herold. Di bawah perintah ini, Herold memerintahkan eksekusi Kipinski.
Setelah malam pesta pora, hotel kelompok diserbu oleh pasukan dari Wehrmacht, dan Herold
ditangkap. Saat berada di pengadilan, Herold mengklaim bahwa ia bertindak hanya untuk
membela rakyat Jerman, dan melarikan diri ke luar jendela sebelum dikirim kembali ke
depan. Dalam adegan terakhir, Herold terlihat berjalan melalui hutan yang penuh dengan
sisa-sisa kerangka, ia dan beberapa kaki tangannya dijatuhi hukuman mati setelah perang
oleh pasukan Sekutu.

2.4 Analisis Film

Secara umum, Jerman memiliki kapabilitas dalam sector ekonomi, militer, serta
politik yang memadai apabila negara tersebut tidak lagi tergabung dalam Uni Eropa. Uni
Eropa saat ini sudah tidak dapat mengakomodir agresifitas Jerman di beberapa bidang
terutama di bidang ekonomi. Salah satunya adalah kebijakan mengenai strategi ekonomi Uni
Eropa bernama strategi The EU 2020 Strategy for Growth dimana diantaranya sudah
diimplementasikan dengan kebijakan label of origin atas dasar dari dunia di era globalisasi

6
yang kemudian memunculkan skema global value chains1 yang kemudian mengharuskan
Jerman untuk merubah labelling dari produksi dalam negeri mereka untuk kemudian tidak
digunakan lagi “made in Germany” dan diganti dengan “made in Europe” untuk beberapa
industri tertentu.
Hal inilah yang merupakan salah satu yang dianggap dapat menghambat perindustrian
Jerman. Hal tersebut disebabkan karena Jerman akan mengalami kerugian dalam hal
pendapatan apbila labelling mereka diganti. Jerman selain memproduksi barang, juga
memiliki nilai-nilai ekonomis dalam barang yang mereka pasarkan, terbukti dengan kualitas
barang yang mereka produksi diakui di dunia sehingga konsumen dapat membeli barang
dengan kualitas tinggi dan terpercaya dibandingkan dengan barang yang dilabeli “made in
Europe” walaupun barang tersebut diproduksi oleh Jerman.
Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan yang timbul apabila Jerman tetap
bergabung di dalam keanggotaaan Uni Eropa, dan masih terdapat beberapa hal-hal yang juga
dapat merugikan Jerman seperti pemberian bailout bagi Yunani.
Namun, Jerman hingga kini masih saja bertahan pada keanggotaannya di Uni Eropa
bahkan melalui statement Dubes Jerman untuk Indonesia dalam kuliah tamu di Universitas
Brawijaya bahwa Jerman merupakan negara yang paling siap berintegrasi di kawasan Eropa.
Hal ini dikarenakan Jerman masih melihat Eropa sebagai pangsa pasar yang sangat
menjanjikan dan potensial dalam memasarkan barang-barang hasil produksi dalam negeri
mereka. Hal tersebut dianggap demikian karena beberapa negara di Eropa masih memiliki
daya beli yang tinggi mengingat produk-produk Jerman yang berkualitas sehingga sangat
layak apabila barang hasil produksi dari Jerman dibanderol dengan harag yang ralatif mahal.
Kemudian alasan kedua adalah masalah historis, dimana Jerman pada masa Perang
Dunia memiliki sejarah dunia yang penting terutama dimasa Perang Dunia II di era
kepemimpinan Adolf Hitler dengan menyebarkan ideologi NAZI yang dianggap sejarah
kelam Eropa dengan menyebabkan banyak warga di Eropa di kala itu terbunuh akibat dari
arogansi pemimpin. Maka dari itulah Jerman ditempatkan sebagai salah satu anggota negara
The Big Three di Uni Eropa dan dianggap sebagai watchdog guna menjalankan fungsi
keamanan dan kestabilan regionalisme tersebut untuk dapat mengupayakan integrasi yang
lebih baik dari sebelumnya.

7
BAB III

PENUTUP

Jerman memiliki motif komersil serta beban moril yang harus dipertanggungjawabkan
hingga kini dengan mengupayakan integrasi di Uni Eropa dan memiliki kesiapan yang paling
baik dalam upaya tersebut. Walaupun beberapa kebijakan dari Uni Eropa dirasa merugikan
Jerman, namun Jerman masih saja tetap bertahan dalam Uni Eropa. Oleh karena itu, kami
melihat hal tersebut masih dianggap relevan ketika Jerman masih tergabung dalam Uni
Eropa, karena keterkaitan diantara keduanya sangat kompleks di berbagai sector yang tidak
hanya pada perekonomian saja tetapi juga dalam promosi demokrasi dan juga good
governance.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://youtu.be/lIpE3JWV4vk

Siagian, Pradipta Aditya. Jurnal Analisis Hubungan Internasional. Vol7 No.1, Januari
2018. Fakultas Ilmu Sosial dan Pollitik Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai