Tugas Sejarah 3
Tugas Sejarah 3
39
XI MIPA 3
BERPIKIR SEJARAH
PEJUANGAN DIPLOMASI :
Perundingan Linggajati
WAKTU TERJADINYA:
Terjadi pada 10 November – 15 November 1946
Perjanjian bersejarah antara Indonesia dan Belanda ini akhirnya terlaksana.
Perjanjian Linggarjati dilaksanakan mulai tanggal 11 November 1946 sampai 13
November 1946. Tempat pelaksanaan perundingan ini bertempat di Linggarjati,
Cirebon.
Meski dilaksanakan pada 11-13 November 1946, namun penandatanganan
perjanjian Linggarjati baru dilakukan pada tanggal 25 Maret 1947. Di waktu
senggang, para delegasi melakukan perbaikan terhadap isi-isi perjanjian agar kedua
belah pihak bisa menemui titik temu untuk menyetujui perjanjian ini.
LATAR BELAKANG PERISTIWA:
Di daerah Linggajati, sebelah kota Cirebon
Diadakannya perundingan Linggarjati dilator belakangi oleh masuknya
AFNEI yang dibonceng NICA ke Indonesia. Hal ini karena Jepang menetapkan
‘status quo’ di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan
Belanda seperti peristiwa 10 November di Surabaya.
TOKOH UTAMA YANG TERLIBAT:
o Pemerintah Indonesia, diwakili oleh Sutan Syahrir (ketua), A. K. Gani,
Susanto Tirtoprojo, Mohammad Roem
o Pemerintah Belanda, diwakili oleh Wim Schermerhorn (ketua), H. J. van
Mook, Max van Pool, F. de Boer
o Pemerintah Inggris, selaku mediator atau penengah diwakili oleh Lord
Killearn
AKHIR PERISTIWA:
Dalam perundingan ini akhirnga menghasilkan persetujuan gencatan senjata
pada 14 Oktober. Kemudian dilanjutkan dengan Perundingan Linggarjati yang terjadi
pada 11 November 1946. Tidak diketahui secara pasti alasan Sutan Syahrir memilih
Linggarjati, sebagai tempat pertemuan bersejarah itu.
NILAI MORAL DARI PERISTIWA TERSEBUT:
Memilih cara damai untuk menyelesaikan konflik untuk menghindari
jatuhnya korban dan menarik simpati dunia internasional. Perdamaian dengan
gencatan sejata juga dapat memberi peluang bagi pasukan militer Indonesia untuk
melakukan berbagai hal diantaranya dalah konsolidasi.
PERJUANGAN FISIK :
Pertempuran Surabaya
WAKTU TERJADINYA:
Dimulai tanggal 2 September 1945
LATAR BELAKANG PERISTIWA:
Pertempuran Surabaya terjadi pada 10 November 1945 tersebut merupakan
rentetan dari peristiwa sebelumnya, yaitu perebutan senjata oleh para pemuda pada
tanggal 2 September 1945. Perebutan senjata itu memicu pergolakan dalam
masyarakat dan dalam waktu yang singkat berubah menjadi situasi revolusi. Saat
pertempuran Surabaya terjadi, R. A. Soerjo menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.
TOKOH UTAMA YANG TERLIBAT:
Hariyono dan Koesno Wibowo
Jend. Sir Philip Christison
Mayor Jenderal Robert Mansergh
Jenderal Mallaby
Bung Tomo
K.H. Hasyim Asy’ari
AKHIR PERISTIWA:
Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C. Mansergh sebagai
pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia di Surabaya.
Ultimatum itu isinya agar seluruh rakyat Surabaya beserta pemimpin-pemimpinnya
menyerahkan diri dengan senjatanya, mengibarkan bendera putih, dan dengan tangan
di atas kepala berbaris satu-satu. Jika pada pukul 06.00 ultimatum itu tidak
diindahkan maka Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut dan udara.
Ultimatum ini dirasakan sebagai penghinaan terhadap martabat bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
Oleh karena itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui
pernyataan Gubernur Suryo. Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah
pertempuran pada tanggal 10 Nopember 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan
dari Jl. Mawar No.4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya.
Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00. Pasukan Sekutu di
bawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu Divisi infantri sebanyak
10.000 – 15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh kapal perang penjelajah
“Sussex” serta pesawat tempur “Mosquito” dan “Thunderbolt”.