Anda di halaman 1dari 10

Nama : Muh.

Alwan

Kelas : XII IPA 4

No. Urut : 18

Sumber :

http://anugrahjuni.wordpress.com/biologi-in/pengamatan-kromosom-raksasa-
pada-lalat-buah-drosophila-melanogaster/

http://id.wikipedia.org/wiki/Drosophila_melanogaster

http://addanaupdate.blogspot.com/2010/06/laporan-gene-2.html

Kromosom Pada lalat


Buah

Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah, dimasukkan dalam


filum antropoda kelas insekta diptera, anak bangsa cyclophorha
(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaws
hooks), seri acaliptra (imago menetas dengan keluar dari bagian anterior
pupa), suku drosophilidae, jenis drosophila melanogeser di indonesia terdapat
sekitar 600 jenis, pulau jawa sekitar 120 jenis dari suku drosophilidae
(wheeler,1981). Drosophila melanogester yang sering ditemukan di indonesia
adalah drosophila melannoogaster ananasae, kikawai, malerkotliana,
repleta,hypocausta, imigran dll.
Lalat buah antrophoda lainya mempunyai konstruksi modular, suatu sri
segmen yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama. Yaitu:
kepala, thoraks, dan abdomen. Seperti hewan simetris bilateral lainnya,
drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan
poros dorsoventral (punggung-perut). Pada drosophila, determinan sitoplasmik
yang udah ada di dalam telur memberikan informasi posisional untuk
penempatan kedua poros ini bahkan sebellum fertilisasi, setelah fertilisasi,
informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari
setiap segmen.

Drosophila memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cicin


berwarna hitam di tubuh bagian belaakang. Betina memiliki ukuran panjang
sekitar 2,5 dan yang jantan lebih kecil di bandingkan dengan yang betina, pada
bagian jantan bagian tubuh belakang lebih gelap. Dan untuk lalat buah yang
liar memiliki mata berwarna merah.

Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam pustaka-pustaka


biologi eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah lainnya) dan
merupakan organisme model yang paling banyak digunakan dalam penelitian
genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan. D. melanogaster populer
karena sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk
menyelesaikan seluruh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta
memiliki banyak variasi fenotipe yang relatif mudah diamati. Berikut
merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror,1992):

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta
Ordo: Diptera

Famili: Drosophilidae

Upafamili: Drosophilinae

Genus: Drosophila

Upagenus: Sophophora

Grup spesies: Grup melanogaster

Upagrup spesies: Subgrup melanogaster

Spesies kompleks: melanogaster

Spesies: D. melanogaster

      Kromosom raksasa ditemukan pada tahap interfase pada waktu proses
pembelahan sel, dimana pada waktua itu kromosom melakukan replikasi
secara berulang- ulang tanpa diikuti pembelahan sel Kromosom raksasa
dibentuk pada saat replikasi menghasilkan kromatin yang saling berhubungan
pada kromosom haploid. Pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster tiap
kromosom raksasa merupakan hasil 9 siklus replikasi. Jadi pada tiap kumpulan
kromosom terdapat lebih dari serisu kromosom. Bahkan pada beberapa
insekta yang lain ditemukan lebih dari 16.000 kromosom.

Kromosom raksasa ini terdiri dari pita yang berwarna gelap dan terang
yang letaknya berselang-seling saling bergantian. Ukuran diameternya
bervariasi pada tempat-tempat tertentu karena pada bagian tertentu
kromosom tersebut menggembung dan kromosom tersebut terlihat
membengkak. Bentuk kromosom raksasa pada satu jaringan berbeda dengan
jaringan yang lain karena adanya variasi letak gembungan (Kimball, 1990).
Akan tetapi perlu dicatat bahwa fungsi kromosom raksasa pada semua jaringan
adalah sama, yaitu untuk mempertinggi aktivitas metabolisme suatu sel.

C. Metodologi Penelitian

      1. Alat dan Bahan

•         Cawan petri

•         Gelas arloji

•         Kaca preparat

•         Cover glass

•         Jarum suntik

•         Pipet tetes

•         Mikroskop cahaya

•         Lup

•         Lalat buah (Drosophila melanogaster)

•         Cairan ringer

•         Acetocarmin

2. Langkah Kerja

      
1.     Keluarkan larva Drosophila dari media kultur dan letakkan diatas kaca preparat
yang telah ditetesi larutan ringer.

2.     Dengan menggunakan dua jarum yang dipegang dengan kedua tangan, tusuk
bagian kepala dan abdomen larva lalu tarik secara berlawanan arah jika kurang
jelas gunakan lup.

3.     Dapatkan kelenjar ludah dari bagian anterior larva. Bila ada lemak yang
menempel pada kelenjar ludah bersihkan menggunakan jarum dan amati
menggunakan mikroskop cahaya.

4.     Letakkan kelenjar ludah diatas gelas arloji dan tetesi dengan asetokarmin dan
diamkan minimal selama 10 menit dalam keadaan tertutup menggunakan
cawan petri.

5.     Ambil sediaan, letakkan diatas kaca preparat, tetesi squades, dan tutup
dengan kaca penutup.

6.     Lakukan squash dengan menekan sediaan dengan spidol yang digulung

7.     Amati sediaan dibawah mikroskop cahaya

8.     Dokumentasikan gambar yang diamati.

D. Hasil Pengamatan

    Analisis:

        Giant Kromosom ( Kromosom raksasa pada lalat buah terdapat pada
kelenjar salivanya (kelenjar ludahnya). Kromosom raksasa ini terdapat disana
karena proses endometosi dimana strad kromosom mereplikasi terus menerus
tanpa terjadi pembelahan inti. Proses endometosis menghasilkan bentukan
kromosom yang besar dan panjang menyerupai untaian pita yang dapat
disebut kromosom polytene. Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada
stadium larva karena adanya replikasi kromosom yang berulang, hal ini pun
dapat menguntungkan larva yang sedang tumbuh cepat dari pada jika sel pada
keadaan haploid. Kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster berbentuk
seperti benang kusut dengan pita gelap terang yang letaknya berselang-seling
bergantian pada permukaannya.

Read article below in English [Baca artikel berikut dalam bahasa Inggris]

Berikut ini adalah artikel yang membahas tentang prosedur pengamatan kromosom raksasa pada
lalat buah, artikel ini saya modifikasi dari kegiatan praktikum MK Genetika yang saya ikuti di S1
Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang (UM).

Daftar Isi:

1. Pendahuluan 
2. Alat-Bahan 
3. Prosedur Kerja 
4. Hasil Pengamatan 
5. Sumber-sumber

Pendahuluan
Kromosom merupakan molekul asam nukleat yang tersusun dari molekul DNA (mengandung
sejumlah gen) yang tergabung dengan protein tertentu (bukan histon, pada makhluk hidup
prokariot) atau bergabung dengan protein histon (pada makhluk hidup eukariot) dan memiliki
kemampuan untuk melakukan replikasi sendiri. (Corebima, 1994). Pada sel-sel eukariot, selain
ditemukan di dalam inti, kromosom juga ditemukan di dalam organel tertentu, misalnya kloroplas
(tumbuhan) dan mitokondria. Struktur kromosom di dalam mitokondria makhluk hidup apapun
berupa molekul DNA unting ganda yang melilit dan tidak berasosiasi dengan protein-protein
semacam histon atau berupa molekul DNA unting DNA yang telanjang (Corebima, 1994). Berbeda
dengan kromosom di dalam mitokondria, kromosom di dalam inti sel eukariot merupakan
nucleoprotein yang terdiri dari DNA unting ganda yang berasosiasi dengan protein histon, protein
non histon bahkan RNA (Gardner, 1991).
Beberapa sel dari larva insekta tetentu mempunyai kromosom raksasa. Contoh insekta yang memiliki
kromosom raksasa adalah Drosophila melanogaster [lalat buah].

Koromosom raksasa ini terdapat dalam sel kelenjar ludahnya (Kimball, 1990). Kromosom ini disebut
kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase yang memiliki
ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada
fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa
dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu replikasi yang menghasilkan banyak kromosom
yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang
dan pita gelap. Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang renggang sedangkan pita
gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat, mengalami kondensasi, dan berperan
aktif dalam pembelahan. DNA umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap (Kimball, 1990).
Kromosom raksasa ini merupakan hasil duplikasi berulang-ulang dari kromosom tanpa disertai
pembelahan sel. Duplikat-duplikat homolog ini baik paternal maupun maternal, terletak
berdampingan secara sempurna, sehingga menghasilkan bentukan menyerupai kabel yang
berserabut banyak. Pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster setiap kromosom raksasa
merupakan hasil sembilan siklus replikasi. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah
Drosophila melanogaster ini umumnya menyerupai kromosom raksasa dalam jaringan lainnya tetapi
memiliki lokasi gembungan yang berbeda-beda.

Pengamatan ini bertujuan  untuk mengetahui struktur kromosom raksasa pada Drosopila
melanogaster .

Alat-Bahan
Alat:

1.      Mikroskop cahaya

2.      Gelas arloji

3.      Objek glass

4.      Cover glass

5.      Pipet

6.      Jarum pentul

Bahan:

1. larva Drosopila melanogaster


2. larutan NaCl 0,9%

3. Larutan FAA

4. Acetocarmin

Prosedur Kerja

1. Memilih larva Drosopila melanogaster instar 3 


2. Meletakkan larva pada gelas arloji dan diberi larutan NaCl 0,9%
3. Menentukan bagian kepala, ekor, dan leher larva
4. Meletakkan larva pada kaca benda dan diamati dibawah mikroskop
5. Memisahkan bagian kepala dengan ekor, dengan cara meletakkan jarum pentul pada bagian
kepala dan leher kemudian menariknya hingga terputus
6. Mencari salivary glands (kelenjar ludah) yang memiliki bentukan seperti ginjal dengan warna
transparan
7. Memisahkan salivary glands yang telah ditemukan dari lemak-lemak yang menempel
8. Menetesi salivary glands yang sudah ditemukan dengan FAA secukupnya, sampai warna
salivary glands berubah menjadi keruh
9. Membersihkan sisa FAA dengan cara menghisapnya dengan kertas hisap, lalu ditetesi
dengan acetocarmin
10. Menutup preparat dengan kaca penutup, dan mengamati di bawah mikroskop
11. Mencari kromosom raksasa pada preparat yang sudah dibuat, dan menggambarnya

Hasil Pengamatan
  
     Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster.
Untuk mendapatkan kromosom raksasa ini perlu didapatkan terlebih dahulu kelenjar ludah larva
instar 3 Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah ini terletak di daerah antara kepala dengan leher.
Warna kelenjar ludah adalah transparan dan akan berubah menjadi keruh saat ditetesi larutan
fiksatif FAA. Kelenjar ludah Drosophila melanogaster berjumlah sepasang dengan bentuk seperti
ginjal. Sebelum diamati, terlebih dahulu kelenjar ludah yang telah didapatkan ditetesi dengan
acetocarmin. Pemberian acetocarmin ini bertujuan untuk memberikan pewarnaan pada kromosom
sehingga kromosom lebih mudah diamati. Kromosom raksasa yang ditemukan berwarna transparan
dengan suatu ciri yang khas yang mudah dikenali, yaitu terdapat garis-garis pita gelap dan terang
berseling teratur. Dengan perbesaran mikroskop lemah, kromosom ini sudah dapat diamati dengan
cukup jelas.

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kromosom raksasa yang ditemukan pada
kelenjar ludah Drosophila melanogaster memiliki bentukan yang besar dan panjang. Berbeda dengan
kromosom biasa, kromosom raksasa ini dapat diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah.
Secara umum, kromosom raksasa ini sama dengan kromosom biasa, salah satu perbedaan terletak
pada proses terbentuknya. Menurut Gardner (1991), kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar
ludah Drosophila melanogaster terbentuk karena proses endomitosis dimana strand kromosom
mereplikasi terus menerus tanpa terjadi pembelahan inti. Proses endomitosis menghasilkan
bentukan kromosom yang besar dan panjang seperti pita, atau yang biasa disebut kromosom
polytene. Dalam www.ceolas.org disebutkan bahwa kromosom dalam kelenjar ludah Drosophila
melanogaster membelah beberapa kali tetapi masing-masing strand tidak membelah. Strand-strand
tersebut tetap menempel antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, kromosom raksasa ini
memiliki banyak copy gen yang tidak memisah antara satu dengan yang lain, sehingga di dalam satu
sel terdapat kopian informasi dari beberapa gen di dalam kromosom. Namun saat terjadi
endoreplikasi yang berulang-ulang pada kromosom, ada bagian yang tidak ikut membelah dengan
maksimal, yakni daerah sentromer. Sebagai hasilnya, sentromer kromosom tergabung bersama-
sama menjadi bentukan padat yang dinamakan sentrosenter.

     Ciri khas dari kromosom raksasa adalah terdapat garis-garis pita gelap dan pita terang yang
tersusun teratur berselang-seling. Menurut Kimball (1990), pita terang pada kromosom raksasa ini
merupakan eukromatin dengan lilitan renggang. Sedangkan pita gelap merupakan heterokromatin
dengan lilitan yang padat dan dapat mengalami kondensasi. DNA umumnya terdapat pada pita-pita
yang gelap. Bagian yang berperan aktif dalam pembelahan adalah bagian pada pita gelap. Jumlah
pita pada kromosom raksasa dapat digolongkan menjadi 537 pita untuk kromosom X, 1032 pita pada
kromosom kedua, 1047 pita pada kromosom ketiga, dan 34 pita pada kromosom keempat. Sehingga
total pita adalah 2650 untuk satu genome. Pada beberapa penelitian lain disebutkan bahwa jumlah
pitanya adalah 3286.

     Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada stadium larva. Hal ini dapat dimengerti karena
dengan adanya replikasi kromosom yang berulang-ulang (untuk membentuk kromosom raksasa) ini
akan menguntungkan bagi larva yang sedang tumbuh dengan cepat daripada jika sel tersebut tetap
diploid. Pembentukan kromosom raksasa tidak hanya terjadi pada kelenjar ludah larva prepupa
Drosophila melanogaster tetapi juga terjadi pada sel-sel perawat pada ovarium, sel folikel yang
mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan histoblas abdominal. Jadi selain pada kelenjar ludah,
kromosom raksasa juga ditemukan pada sel-sel tersebut. Perbedaannya adalah pada letak
penggembungan.

   Seperti halnya kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur
kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai