Tugas HKK Bab I

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Tugas:

1. Jelaskan perbedaan pengertian antara hukum ketenagakerjaaan dan hukum


perburuhan ! (Bobot Nilai 50)
2. Jelaskan bagaimana kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum
Indonesia beserta contoh kasusnya! (Bobot Nilai 30)
3. Jelaskan bagaimana sifat hukum perburuhan itu ! (Bobot Nilai 20)

Jawab :

1. a. Hukum ketenagakerjaan menurut Moleenar adalah bagian dari hokum yang


berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan,
antara buruh dengan buruh dan antara buruh dengan penguasa.
Menurut Imam soepomo, hukum ketenagakerjaan adalah suatu himpunan
peraturan, baik tertulis maupun tidka tertulis yang berkenaan dengan kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Sehingga secara umum, hokum ketenagakerjaan adalah hokum yang mengatur
tentang tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja formal, pekerja informal,
dan orang yang belum bekerja atau pengangguran.
b. Hukum perburuhan adalah bagian dari hukum berkenaan dengan pengaturan
hubungan perburuhan baik bersifat perseorangan maupun kolektif.

2. Kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum Indonesia :

a. Kedudukan Hukum ketenagakerjaan di bidang Hukum Perdata


Hubungan antara pengusaha dan pekerja didasarkan pada hukum
perikatan yang menjadi bagian dari hukum perdata. Pemerintah hanya
sebagai pengawas atau sebagai fasilitator apabila ternyata dalam
pelaksanaan muncul perselisihan yang tidak dapat mereka selesaikan.
b. Kedudukan Hukum ketenagakerjaan di bidang hukum Administrasi
Yang perlu diperhatikan ada dua hal, yaitu subyek hukum dalam
penyelenggaraan Negara dan bagaimana peranannya. Subyek hukum
dalam penyelenggaraan Negara menyangkut tiga hal, yaitu pejabat,
lembaga, dan warga Negara. Peranannya berkaitan dengan fungsi
negara dalam pembuatan peraturan atau pemberian izin, bagaimana
Negara melakukan pencegahan terhadap sesuatu hal yang dapat
terjadi (politie) dan bagaimana upaya hukumnya (rechtspraak).
c. Kedudukan Hukum ketenagakerjaan di bidang hukum Pidana
Pentingnya penerapan sanksi hukum bagi pelanggar peraturan
perundang-undangan. Penerapan sanksi harus mendasarkan pada ada
tidaknya kesalahan yang dibuktikan dengan adanya hubungan kausal
antara perbuatan dengan akibat yang terjadi.

Contoh kasus

Wariaji adalah buruh di PT. Yamaha Musical Product Indonesia (PT.


YMPI), sebuah perusahaan penanaman modal asing yang memproduksi
alat-alat musik berlokasi di kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang
( PIER ), Pasuruan, Jawa Timur. Menyusul keikutsertaannya dalam aksi
mogok kerja buruh yang dikoordinasikan oleh Serikat Pekerja Metal
Indonesia (SPMI), Wariaji dijatuhi sanksi skorsing dalam proses pemutusan
hubungan kerja oleh pengusaha PT. YMPI. Penyelesaian perselisihan sudah
ditempuh kedua belah pihak melalui mediasi di Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pasuruan akan tetapi tidak tercapai kesepakatan, selanjutnya
pihak pengusaha mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri Surabaya. Dalam surat gugatannya pihak
pengusaha cq. Penggugat mendalilkan bahwa pihak buruh cq. Tergugat
telah melakukan pelanggaran tata tertib yang sudah diatur dalam Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) karena meninggalkan pekerjaan tanpa izin untuk
mengikuti mogok kerja. Oleh karena pihak buruh sebelumnya sudah pernah
menerima surat peringatan ketiga maka kepada buruh dijatuhkan sanksi
pemutusan hubungan kerja. Sebaliknya pihak buruh dalam jawabannya
membantah dalil pengusaha tersebut dengan mengemukakan bantahan
antara lain bahwa pihak pengusahalah yang telah melakukan pelanggaran
UU SP/SB dalam bentuk menghalang-halangi mogok kerja buruh yang
merupakan bagian dari hak berserikat. Bahwa mogok kerja yang dilakukan
para buruh tersebut adalah mogok kerja yang sah karena dilakukan sesuai
ketentuan hukum yang berlaku. Dalam gugatan baliknya atau rekonpensi
pihak buruh mengajukan tuntutan untuk dipekerjakan kembali dan tuntutan
pembayaran upah selama proses PHK.
Perkara Nomor 35/G/2009/PHI.SBY adalah perkara perselisihan
pemutusan hubungan kerja antara PT. YMPI cq. Penggugat melawan
Wariaji cq. Tergugat. Dalam perkara tersebut majelis hakim menjatuhkan
putusan sela yang menghukum pengusaha untuk membayar upah dan hak-
hak lainnya yang biasa diterima buruh selama proses pemutusan hubungan
kerja. Putusan Sela dijatuhkan berdasarkan Pasal 96 Undang Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial.

3. Sifat hukum perburuhan.


a. Hukum Publik
Yaitu hukum yang mengatur antara Negara dengan alat-alat perlengkapan
atau hubungan antara Negara dengan warga negaranya.
Karena adanya campur tangan Negara dalam mengupayakan kesejahteraan
buruh/pekerja, Undang_Undang Nomer 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan merupakan bentuk konkrit dari campur tangan pemerintah
dalam perburuhan. Kemudian bentuk batas bawah (safetynet) melahirkan
Hukum Perburuhan Heteronom ada sanksi pidana dan administrasi.
Hukum Perburuhan bersifat public karena terdapatnya ketentuan-ketentuan
yang memaksa (dwingen) yang jika tidak dipenuhi maka pemerintah
memiliki kewenangan untuk melkaukan tindakan berupa sanksi ( Pidana dan
Administrasi).

b. Hukum Private
Adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan pada kepentingan
perorangan. ( Berdasarkan perjanjian kerja, Buruh dan Pengusaha Pasal 1
angka 14 UU 13/30 )

Anda mungkin juga menyukai