Hukum Perdata
Hukum Perdata
BAB 1
Istilah “Perdata” berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti warga (burger),
pribadi (privat), sipil (civiel). Hukum perdata berarti peraturan mengenai warga,
pribadi, dan sipil.
Hukum Perdata adalah segala peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dengan
menitik beratkan kepada kepentingan individu tentang hak dan kewajiban.
o Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar terkontrol. Hukum berupa aturan yang bersifat mengikat,
memiliki sanksi, dan bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan
hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda
terhadap pihak yang merugikannya.
o Subjek hukum berupa orang dan badan hukum
o Hubungan hukum adalah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum.
Dalam hubungan hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan
dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
Berawal dari hukum Romawi yakni Corpus Juris Civilis yang dikeluarkan dari
tahun 529 hingga 534 atas perintah Kaisar Justianus, di mana kerajaan Romawi
mempunyai peradaban yang sangat tinggi pada masanya. Tak heran jika mereka telah
memiliki hukum dan peraturan yang mengatur warganya. Pada masa jayanya, Eropa
Barat, Eropa Tenggara, Afrika bagian utara, seluruh wilayah Miditerania, dan
sebagian besar Timur Tengah termasuk ke dalam wilayah kekuasaan kerajaan
Romawi. Dengan adanya penjajahan Romawi tersebut, maka hukum Romawi itupun
dikenal oleh mereka.
Prancis adalah salah satu negara Eropa Barat yang pernah dikuasai Romawi
dan menggunakan hukum Romawi. Ketika kerajaan Romawi runtuh, Prancis
membentuk negara sendiri. Pada tahun 1804 hukum di negara Prancis yang
merupakan hukum Romawi tersebut dikodifikasikan dengan nama Code Civil des
Francais. Kemudian tahun 1807, kodifikasi ini diundangkan lagi dengan nama Code
Napoleon berupa dua kodifikasi, yakni Code Civil dan Code Du Commerce. Sewaktu
Prancis menduduki Belanda (1806-1813), Code Napoleon ini juga diberlakukan di
Belanda.
Setelah Belanda merdeka, Belanda membentuk dua kodifikasi hukum yang
baru yang berasal dari Code Napoleon pada tahun 1838 yakni Code Civil
dikembangkan menjadi BW/ Burgerlijk Wetboek dan Code Du Commerce
dikembangkan menjadi WVK/ Wetboek Van Koophandel. Indonesia pernah dijajah
oleh Belanda selama 3,5 abad sebelum kemudian dijajah oleh Jepang selama 3,5
tahun. Jepang tidak membawa hukum baru bagi Indonesia, sehingga setelah
Proklamasi Kemerdekaan yang mendadak pemerintah Indonesia pada saat itu belum
membuat peraturan hukum yang baru. Oleh sebab itu, Indonesia masih menggunakan
hukum zaman Hindia Belanda yang kemudian dikodifikasikan sesuai dengan UUD
1945 pasal 2 aturan peralihan: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang.”
C. Pengertian Hukum Perdata dalam Arti Luas dan dalam Arti Sempit
Hukum Perdata dalam arti luas adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW/ Burgerlijk Wetboek) + Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (WVK/ Wetboek
Van Koophandel) + undang-undang tambahan lainnya (Undang-Undang Pokok
Agraria, Undang-Undang Perkawinan, dan lain-lain).
Hukum Perdata dalam arti sempit adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (BW/ Burgerlijk Wetboek) saja.
Berlaku asas Specialist Derogat Legi Generali, artinya hukum yang khusus
mengesampingkan hukum yang umum.
KUH Perdata adalah hukum yang umum, sedang yang lain adalah hukum yang
khusus.
Jika ada hal-hal yang tidak diatur dalam hukum yang khusus, maka boleh
merujuk kepada hukum yang umum.
1. Hukum Perdata materil yaitu segala peraturan hukum yang mengatur hak-hak
dan kewajiban perdata setiap subjek hukum.
2. Hukum Perdata formal yaitu segala peraturan hukum yang mengatur
bagaimana cara mempertahankan hukum perdata materil (bagaimana tata cara
seseorang menuntut haknya apabila diinginkan oleh orang lain).
Hukum Perdata formal disebut juga Hukum Acara Perdata.
E. Sistem Hukum Perdata di Indonesia
HUKUM PERORANGAN
Note:
“ ...dianggap sebagai telah dilahirkan....” Kata-kata seperti ini dalam kitab undang-
undang dinamakan anggapan hukum atau Rechts Fictie.
KETIDAKCAKAPAN
Semua orang adalah subjek hukum, tapi tidak semua orang adalah cakap
hukum. Mereka dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum harus diwakili atau
dibantu oleh subjek hukum lain yang cakap hukum. Orang yang cakap hukum adalah
orang yang mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya di muka hukum.
Perbuatan Hukum adalah segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan
oleh seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban.
Suatu badan atau perkumpulan dapat berstatus badan hukum harus memenuhi
syarat-syarat materil dan formal.
a. Nama
Pentingnya nama adalah sebagai berikut:
1. Membedakan orang yang satu dengan yang lain
2. Untuk mengetahui apa hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang
3. Tanda diri atau identifikasi seseorang sebagai subjek hukum
4. Untuk mengetahui seseorang itu keturunan siapa
5. Urusan pembagian harta warisan
6. Urusan kekeluargaan
b. Kewarganegaraan
1. Pengertian Domisili
2. Macam-macam Domisil
F. Pengampuan
1. Orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata
gelap walau kadang-kadang ia cakap mempergunakan pikirannya.
2. Orang dewasa yang boros
1. Untuk orang dewasa yang dungu, sakit otak atau mata gelap berhak diminta
pengampuan oleh keluarga sedarahnya.
2. Untuk orang dewasa yang boros hanya boleh diminta pengampuan oleh para
keluarga sedarahnya dalam garis lurus dan oleh para keluarga semendanya dalam
garis menyimpang sampai derajat ke empat.
3. Seorang suami atau istri boleh meminta pengampuan istri atau suaminya.
4. Barang siapa karena kelemahan kekuatan akalnya, merasa tak cakap mengurus
kepentingan-kepentingan diri sendiri dengan baik diperbolehkan meminta
pengampuan bagi dirinya sendiri.
5. Jika tidak ada pihak yang meminta pengampuan terhadap mereka yang dungu,
sakit otak atau mata gelap maka Jawatan Kejaksaan wajib menuntutnya
(Kejaksaan meminta kepada pengadilan untuk menjadi pengampunya).
Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam KUH Perdata terkait pengampuan: