Anda di halaman 1dari 4

Berdasarkan bentuk fasanya, metode ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi cair padat dan

ekstrasksi cair cair. Metode ekstraksi cair padat, artinya pelarutnya berupa cairan, sementara zat
yang diekstraksi berupa padatan. Sementara metode ekstraksi cair-cair artinya bahwa pelarutnya
berupa cairan dan zat yang diekstraksinya juga berupa cairan. Dalam metode ekstraksi cair cair ini
tentunya dapat muncul dua kemungkinan, keduanya bisa saling bercampur atau keduanya saling
tidak bercampur. Untuk yang dapat saling bercampur metodenya biasanya dengan cara dialisis dan
osmosis. Sementara untuk yang saling tidak bercampur ekstrasksi di awalnya dilakukan dengan
cara pengocokan.

Berdasarkan waktu kontaknya, metode ekstraksi dibagi menjadi tiga, yaitu ekstraksi sederhana,
ekstraksi bertahap (batch), dan ekstraksi sinambung (continous).

Sekali lagi, dalam ekstraksi ini pelarut menjadi penting. Oleh karena itu, terdapat beberapa kriteria
dalam memilih pelarut. Kriteria yang paling penting pada pelarut adalah kepolarannya. Untuk
senyawa yang bersifat polar maka pelarutnya yang polar, begitu juga sebaliknya untuk senyawa
yang nonpolar, pelarutnya nonpolar.

Berikut adalah urutan pelarut mulai dari yang nonpolar sampai yang polar:
n-heksana, n-heptana, sikloheksana, asam asetat, piridina, asetonitril, DMF, DMSO, lalu air.

Syarat untuk pelarut yang digunakan:


1. Memiliki kapasitas yang besar
2. Bersifat selektif
3. Harus dapat diregenerasi (bisa digunakan kembali)
4. Relatif tidak mahal
5. Bersifat tidak toksik, tidak korosif, dan tidak dapat memberikan kontaminasi yang serius
6. Memiliki viskositas yang cukup rendah
7. Memiliki volabilitas yang rendah (artinya memiliki kemampuan menguap yang mudah atau
memiliki titik didih yang rendah)
Cara untuk mempercepat penguapan antara lain dengan:
1. Meletakkannya di atas penangas air dengan temperatur antara 40-60 derajat celcius, tidak
boleh terkena api langsung (karena dapat mengakibatkan kerusakan pada zat)
2. Melakukan penyulingan (destilasi), dalam hal ini dapat diperoleh pelarut kembali
3. Dengan penyulingan vakum, yaitu dengan tekanan yang dikurangi dan menggunakan
temperatur yang lebih rendah
Pada proses ekstraksi terdapat urutan ekstraksinya. Jadi, dimulai dari menggunakan pelarut
nonpolar (misal n-heksana), menengah (diklorometana), kemudian polar (etanol dan metanol).

Dalam hal ini pelarut nonpolar dibutuhkan dalam pengawalemakkan (defatting) sehingga lemak
dapat dibuang sebelum ekstraksi atau dengan kata lain bahan alam menjadi bebas lemak.
Setelah dilakukan penyarian menggunakan pelarut, kemudian pelarut perlu untuk dihilangkan.
Biasanya penghilangan pelarut menggunakan evaporator. Untuk pelarut air bisa menggunakan
metode freze drying, sehingga apabila terdapat pelarut organiknya, perlu dihilangkan terlebih dahulu
baru bisa menggunakan metode freze drying untuk pelarut airnya.

Pelajaran mengenai fitokimia pada hari itu diakhiri dengan salah satu metode ekstrasi yang
berdasarkan waktu kontak, yaitu ekstraksi bertahap. Pada ekstraksi bertahap, pelarut yang
digunakan dibagi-bagi (sedikit-sedikit). Metode ekstraksi bertahap ini lebih baik dibandingkan
dengan ekstraksi yang dilakukan hanya dalam satu kali. Dengan kata lain, dengan ekstraksi
bertahap ini dapat diperoleh hasil ekstraksi yang lebih banyak sehingga efektifitas meningkat.

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa – senyawa berdasarkan tingkat


kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda – beda
tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan
dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom. Corong
pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi
cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan densitas berbeda yang takcampur. Umumnya salah satu fase berupa
larutan air dan yang lainnya berupa pelarut
organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, atau pun etil asetat.
Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang memiliki atom dari
unsur halogen. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia
mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang
digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat
dari kaca ataupun Teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L.
Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan
dipasang sentrifuge. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut
dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian
ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini
kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan.
Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat
dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol
keran corong. Destilasi bertingkat atau fraksinasi adalah proses pemisahan destilasi ke
dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat
merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa
cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan
dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-
senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih
relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon
tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang
dipasang pada labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan
uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab
dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya
sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus
hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik
didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan
menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus
akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan
turun/menetes sebagai destilat. Macam – macam proses fraksinasi: a)      Proses Fraksinasi
Kering (Winterization) Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan
pada berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan
dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah. b)     Proses
Fraksinasi Basah (Wet Fractination) Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi
dengan menggunakan zat pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses
Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses
fraksinasi kering. c)      Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent
Fractionation Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana
pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan
dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut. d)     Proses
Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation) Proses fraksinasi ini
merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih dari suatu zat / bahan
sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan
ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan
kemurniannya lebih tinggi.

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): yaitu


pemisahan solutedari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair.
Campuran diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak
saling campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat)
dan fase solven (ekstrak).

         Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.


         Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.

Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih solven yang memiliki sifat
antara lain:
a.         Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit atau
tidak melarutkan diluen,
b.         Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi,
c.         Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali,
d.         Tersedia dan tidak mahal.

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar
misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk
minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air
limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara distilasi
tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu
terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan
pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media
ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut
(atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang
berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak
yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan
distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi  yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat
mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya
penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan
sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang
telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen
dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang
lain.
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Pemisahan ini
dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling
bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif,
pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja.
Berbeda dengan proses retrifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari
bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi
pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-
tahap berikut:
1.         Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling kontak. Dalam
hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antar muka bahan
ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut
ekstrak.
2.         Memisahkan larutan ekstrak dari refinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
3.         Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut. Umumnya
dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut. Larutan ekstrak langsung dapat diolah
lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.

Anda mungkin juga menyukai