Anda di halaman 1dari 3

WENDI

Telp : 0812 8473 4414

Email : wendiirawannn@gmail.com

Pensertifikatan Tanah Atas Dasar Girik

Untuk diketahui Girik merupakan jenis tanah milik adat yang belum didaftarkan konversi haknya ke
Negara melalui kantor pertanahan. Bukti Girik bukan merupakan hak atas tanah tapi berupa bukti
bahwa atas bidang tanah tersebut dikuasai dan dibayarkan pajaknya oleh si pemilik girik.

Seharusnya pada saat UU No.5 Tahun 1960 atau Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
diundangkan, seluruh tanah-tanah yang belum sertifikat girik harus didaftarkan konversi haknya ke
kantor pertanahan setempat menjadi salah satu jenis hak yang ada dalam UUPA, seperti Hak Milik
(HM), Hak Guna Bangunan (HGB) dan lain-lain (Jenis tanah lainna yang belum bersertifikat adalah
Kititir, Petok D, Rincik, Verponding Indonesia, Egendom Verponding, Erfpacht, Opstaal dan
Vruchtgebruik)

Tetapi Karena ketidaktahuan masyarakat mengenai proses konversi hak-hak tersebut maka sampai
saat ini masih banyak tanah-tanah yang belum sertifikat.

Berikut ini saya akan menjelaskan cara mengurus sertifikat dari tanah girik.

untuk mengurus sertifikat dari tanah girik ada dua tahapan yang harus dilalui oleh pemohon hak,
yaitu tahapan pengurusan di kantor kelurhan dan di kantor Pertanahan

Pengurusan di Kelurhan Setempat:

1. Mengurus Surat Keterangan tidak Sengketa :

Fungsina adalah untuk mengetahui bahwa atas bidang tanah yang dimohonkan tersebut tidak ada
sengketa Pemohon adalah pemilik yang sah. Dalam Surat Keterangan Tidak Sengketa tersebut ada
tanda tangan saksi-saksi yang dapat dipercaya. Biasanya saksi ini adalah pejabat Rukun Tetangga
(RT) dan Rukun Warga (RW) setempat. Karena RT dan RW umumnya diangkat dari masyarakat asli
yang mengetahui sejarah penguasaan tanah tersebut. Jika di suatu daerah tidak ada RT dan RW
seperti beberapa daerah di Sumatera Barat, saksi bisa dari tokoh adat setempat.

2. Mengurus Surat Keterangan Riwayat Tanah : Surat Keterangan Riwayat Tanah berfungsi untuk
menerangkan secara tertulis riwayat penguasan tanah dari sejak awal mulai ada pencatatan di
kelurahan sampai dengan penguasaan saat ini. Dalam Surat Keterangan Riwayat Tanah tersebut
diceritakan proses peralihan baik berupa peralihan sebagian-sebagian atas keseluruhan, karena pada
awalnya tanah girik biasanya sangat luas kemudian dijual atau dialihkan secara sebagian-sebagian.

Contoh kalimat yang ada dalam Surat Keterangan Riwayat Tanah: Pada tahun 1975 Girik C 45
Persil No. 100 luas 15.000 m2 dijual kepada Girik C 51 seluas 5.000 m2. Pada tahun 1980 Girik C 45
Persil No. 100 luas 10.000 m2 dijual kepada Girik C 52 seluas 6.000 m2. Dari kalimat di atas diketahui
bahwa awalnya Girik C 45 seluas 15.000 m2 dan dijual dua kali masing-masing kepada Girik C 51
seluas 5.000 m2 pada tahun 1975 dan kepada C 52 seluas 6.000 m2 pada tahun 1980, sehingga Girik
C 45 tersebut tersisa luas 4.000 m2. Jika tidak ada peralihan setelah tahun 1980 maka luas tanah
yang bisa dimohonkan saat ini adalah seluas 4.000 m2.

3. Mengurus Surat Keterangan Penguasaan Tanah Secara Sporadik :

Dalam Surat Keterangan Penguasaan Tanah Secara Sporadik ini dicantumkan sejak kapan waktu
perolehan penguasaan tanah tersebut.

Pengurusan Di Kantor Pertanahan

Syarat mengajukan permohonan sertifikat dengan melampirkan dokumen-dokumen yang diurus di


kelurahan, dan dilengkapi dengan syarat formal seperti

Asli Bukti Dasar Tanah;

Fotocopy KTP dan KK Pemilik;

Fotocopy PBB tahun berjalan;

Surat Kuasa, bila dikuasakan kepada orang tertentu.

Dokumen-dokumen lain yang disyaratkan oleh undang-undangPengukuran ini dilakukan setelah


berkas permohonan lengkap dan pemohon menerima tanda terima dokumen dari kantor
pertanahan.

Pengukuran dilakukan oleh petugas dengan ditunjukkan batas-batas oleh pemohon atau kuasanya.

Pengesahan Surat Ukur = Hasil pengukuran di lokasi akan dicetak dan dipetakan di BPN dan Surat
Ukur disahkan atau tandatangani oleh pejabat yang berwenang, pada umumnya adalah Kepala Seksi

Pengukuran dan Pemetaan. Penelitian oleh Petugas Panitia A = Setelah Surat Ukur ditandatangani
dilanjutkan dengan proses Panitia A yang dilakukan di Sub Seksi Pemberian Hak Tanah. Anggota
Panitia A terdiri dari petugas dari BPN dan Lurah setempat.
Pengumuman data yuridis di Kelurahan dan BPN =Data yuridis permohonan hak tanah tersebut
diumumkan di Kantor Kelurahan dan BPN selama enampuluh hari, hal ini bertujuan supaya
memenuhi pasal 26 PP No. 24 Tahun 1997. Dalam prakteknya bertujuan untuk menjamin bahwa
permohonan hak tanah ini tidak ada keberatan dari pihak lain.

Terbitnya SK Hak atas Tanah =Setelah jangka waktu pengumuman terpenuhi dilanjutkan dengan
penerbitan SK Hak atas tanah, dimana tanah dengan dasar girik ini akan langsung terbit berupa
Sertifikat Hak Milik (SHM).

Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah (BPHTB) = BPHTB dibayarkan sesuai dengan luas tanah
yang dimohonkan seperti yang tercantum dalam Surat Ukur. Besarnya BPHTB tergantung dari Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) dan luas tanah. BPHTB ini juga bisa dibayarkan pada saat Surat Ukur selesai
yakni pada saat luas tanah yang dimohon sudah diketahui secara pasti.

Pendaftaran SK Hak untuk diterbitkan sertifikat = SK Hak kemudian dilanjutkan prosesnya dengan
penerbitan sertifikat pada subseksi Pendaftaran Hak dan Informasi (PHI).

Sertifikat selesai dan bisa diambil di loket pengambilan

Lama Waktu Pengurusan Sertifikat dari Tanah Girik

Lamanya waktu pengurusan sertifikat ini tidak dapat dipastikan, banyak faktor yang menentukan.
Tapi jika diambil rerata sekitar 6 bulan dengan catatan bahwa tidak ada kekurangan persyaratannya.

Besarnya Biaya Pengurusan Sertifikat dari tanah Girik

Biaya sangat relatif terutama tergantung pada lokasi dan luasnya tanah, makin luas lokasi dan makin
strategis lokasinya biaya akan semakin tinggi.

Demikian cara pengurusan sertifikat tanah dari girik, semoga ada manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai