Anda di halaman 1dari 2

Pada tahun 2017, dari 514 kabupaten/kota di wilayah Indonesia, sebanyak 236 kabupaten/kota

tergolong endemis fdariasis. Darijumlah tersebut, 152 kabupaten/kota di antaranya masih


melaksanakan POPM. Masih menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94
Tahun 2014, penderita filariasis adalah seseorang yang dalam pemeriksaan darahnya mengandung
mikrofllaria dan/atau dengan hasil pemeriksaan deteksi antigen positif dan/atau memiliki gejala klinis
filariasis. Jumlah kasus kronis filariasis di Indonesia pada tahun 2017 lebih rendah daripada tahun 2016.
Tercatat terdapat 12.677 kasus kronis fllariasis pada tahun 2017, menurun jika dibandingkan pada tahun
2016 dimana terdapat 13.009 kasus kronis. Angka ini terlihat menurun dan" data tahun sebelumnya
karena dilaporkan beberapa kasus meninggal dunia dan adanya perubahan diagnosis sesudah dilakukan
konfirmasi kasus klinis kronis yang dilaporkan tahun sebelumnya. Graflk berikut menggambarkan
peningkatan dan penurunan kasusfllariasis di Indonesia sejak tahun 2010.

Jumlah kasus kronis fllariasis terbanyak terdapat di Provinsi Papua dengan 3.047 kasus kronis. Jumlah
kasus kronis terbanyak ke dua terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan 2.864 kasus kronis.
Sedangkan urutan ketiga terdapat di Provinsi Papua Barat dengan 1.244 kasus kronis. Jumlah kasus
kronis terbanyak ke empat dan lima yaitu di Provinsi Jawa Barat (907) dan Aceh (591). Provinsi dengan
jumlah kasus kronis terendah pada tahun 2017 yaitu Provinsi Kalimantan Utara (11), kemudian Provinsi
Nusa Tenggara Barat (14) dan Bali (18) kasus.

Wilayah endemis filariasis meliputi satuan kabupaten/kota yang ditentukan berdasarkan hasil survei
data dasar prevalensi mikrofilaria menunjukkan angka mikrofilaria (microtilaria rate) iebih dari dan/atau
sama dengan 1% (satu persen). Apabila berdasarkan hasil survei evaluasi penularan pada daerah
kabupatenlkota menunjukkan angka mikrotilaria (microfllaria rate) kurang dari 1% (satu persen), maka
pemberian obat filariasis hanya dilakukan terhadap penderita. Pada tahun 2017. total terdapat 236
kabupaten/kota yang endemis filariasis. Provinsi dengan jumlah kabupaten/kota endemis filariasis
terbanyak adalah Provinsi Papua, dengan 23 kabupaten/kota endemis filariasis. Terbanyak ke dua yaitu
Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan 18 kabupaten/kota endemis filariasis. lalu terbanyak ke tiga yaitu
Provinsi Aceh. Sulawesi Tenggara. dan Papua Barat dengan masing-masing 12 kabupaten/kota endemis
filariasis. Sebanyak 6 provinsi tidak memiliki kabupaten/kota endemis filariasis. Keenam provinsi
tersebut yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Di Yogyakarta, dan DKI
Jakarta.

Di antara provinsi dengan kabupaten/kota endemis, provinsi terbanyak yang memiliki kabupaten/kota
yang sedang melaksanakan POPM filariasis ialah Papua Barat, Maluku, Kalimantan Barat, Jawa Tengah,
dan Kepulauan Riau, dimana 100% kabupaten/kota endemisnya sedang melaksanakan POPM fiIariasis.
Provinsi terbanyak ke dua yaitu Sumatera Selatan, dimana 88,9% kabupaten/kota endemis nya sedang
melaksanakan POPM fllariasis. Provinsi berikutnya yaitu Kalimantan Selatan. dimana 87.5%
kabupaten/kota endemisnya sedang melaksanakan POPM flIariasis. Untuk provinsi terendah ialah Jambi.
dimana hanya 20% kabupaten/kota endemisnya yang sedang melaksanakan POPM filariasis. Terendah
ke dua yaitu Sumatera Utara, dengan persentasenya sebesar 22,2% kabupaten/kota. Provinsi terendah
ke tiga yaitu Gorontalo, dimana sebanyak 33.3% kabupaten/kota endemisnya sedang melaksanakan
POPM filariasis.

Anda mungkin juga menyukai