Anda di halaman 1dari 38

KAJIAN IMPLIKASI LANDASAN PEDAGOGIK TERHADAP PENGEMBANGAN

TEORI DAN PRAKTEK PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN DUNIA


Disusun oleh :
ADE RIKA SITI F (1803573)
NUR WAHYUNI (1802502)
SUHENDRO (1803007)
a. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa melalui
bimbingan yang optimal terhadap anak-anak (peserta didik) dengan tujuan kearah
pendewasaan. Sebagaimana yang tertuang dalam undang-undangan SISDIKNAS No 20
Tahun 2003, meyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual,keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya.
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan
tetang gejala-gejala perbuatan mendidik. Mendidik ialah memimpin anak, mudah benar
rupanya kata- kata itu tetapi, sesungguhnya tidak semudah apa yang kita sangka. Mendidik
adalah pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai gejala-gejala
pendidikan. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini
terdapat masyarakat, dan disana pula tempat pendidikan.
Setiap orang yang berada dalam lembaga pendidikan tersebut ( keluarga, sekolah dan
masyarakat), pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan corak
institusi. Berdasarkan kenyataan dan peranan ketiga lembaga ini , Ki Hajar Dewantara
menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Maksudnya,
tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban suatu tanggung jawab
pendidikan bagi generasi mudanya. Ketiga penanggung jawab pendidikan ini dituntut
melakukan kerja sama diantara mereka baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dengan
kata lain, perbuatan mendidik yang dilakukan orang tua terhadap anaknya juga dilakukan
oleh sekolah dengan memperkuatnya serta dikontrol oleh masyarkat sebagai lingkungan
sosial anak.
Dalam mewujudkan proses pengembangan potensi manusia secara matang, maka
seyogianya perlu dirumuskan atau direncanakan suatu pendidikan yang mampu memberikan
wadah dalam mengupayakan pengembangan potensi setiap individu yang beraneka ragam.
Terkait hal tersebut dapat terlihat pentingnya landasan pedgogik dalam perkembangan
pendidikan di Indonesia, dimana pedagogik dapat membantu untuk lebih mudah dalam
memahami objek dan perencanaan upaya berikutnya terhadap objek lebih efektif. Dalam
penerapannya selama ini, landasan pedagogik telah berusaha memberikan kontribusi terhadap
pendidikan, baik dalam perkembangan teori pendidikan maupu praktik. Begitu pula dampak
atau implikasinya terhadap pendidikan keguruan dan bagi para tenaga kependidikannya.
b. Rumusan Makalah
1. Bagaimana Implikasi Pedagogik Terhadap Pengembangan Teori Pendidikan Di
Keluarga, Sekolah, Dan Masyarkat ?
2. Bagaimana Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Praktek Pendidikan Dikeluarga,
Sekolah Dan Masyarakat ?
3. Bagaimana Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Landasan Pendidikan Keguruan
Dan Tenaga Kependidikan Secara Nasional Dan Internasional ?
c. Tujuan Makalah
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui serta menambah wawasan mengenai
implikasi pedagogik terhadap pengembangan teori pendidikan di keluarga, sekolah,
dan masyarkat.
2. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui serta menambah wawasan mengenai
implikasi landasan pedagogik terhadap praktek pendidikan dikeluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui serta menambah wawasan mengenai
implikasi landasan pedagogik terhadap landasan pendidikan keguruan dan tenaga
kependidikan secara nasional dan internasional.
d. Manfaat Makalah
1. Manfaat secara teoritis pada makalah ini dapat dijadikan kontribusi pemikiran dalam
pengetahuan tentang kajian impilkasi landasan pedagogik terhadap pengembangan
teori dan praktik pendidikan di Indonesia dan dunia.
2. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan secara umum dan khusus mengenai
kajian impilkasi landasan pedagogik terhadap pengembangan teori dan praktik
pendidikan di Indonesia dan dunia.
3. Manfaat praktis:
e. Bagi pemakalah : harapannya makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
untuk makalah berikutnya
f. Bagi pembaca : makalah dapat menambah wawasan dan informasi agar sama-sama
memperbaiki diri untuk mendidik generasi muda kedepannya dan tetap
pengawasan dalam masyarkat.

D. PEMBAHASAN
1. Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Pengembangan Teori Pendidikan Dalam
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat (1959 :44) Henderson mengemukan kan dalam
Bahasa Inggris dengan arti “pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan ,sebagai hasil interaksi individu denan lingkungan sosial dan lingkungan fisik,
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari
lingkungan masyarakat , merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang
terbaik dan intiligen dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dari pendapat yang lain dikemukakan oleh Runes dapat dimaknai bahwa istilah teori
memiliki tiga pengertian : (a) bahwa teori merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah,
dapat diuji akan tetapi ada yang tidak perlu di uji, (b) kedua, yakni teori merupakan lawan
dari praktik dan merupakan pengetahuan sebagai lawan dari hukum dan observasi, suatu
deduksi dari aksioma-aksioma dan teorema – teorema suatu sistem yang pasti (tidak perlu
diuji) secara relatif kurang problematis dan lebih banyak diterima atau diyakini.
2. Pentingnya teori pendidikan
Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia, dapat kita amati sebagai suatu praktik dalam
kehidupannya, seperti halnya dengan kegiatan manusia suatu kegiatan dalam ekonomi
,kegiatan dalam hukum,agama, dan sebagainya. Antara teori dan praktik pendidikan
merupakan dual hal yang tidak dapat dipisahkan, memiliki hubungan komplementer (saling
melengkapi), saling mengisi satu sama lain. Seperti misalnya pelaksanaan pendidikan dalam
keluarga , pendidikan di sekolah, dan pendidikan di masyarakat dapat dijadikan sumber
menyusun teori pendidikan, begitu pula sebaiknya suatu teori pendidikan sangat bermanfaat
sebagai suatu pedoman dalam melaksankan praktik pendidikan.
Menurut Sadullah teori pendidikan perlu di pelajari , hal ini dikarenakan :
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan
dicapai
2. Untuk menghindari atau sekurang- kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam
praktik, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, walau teori tersebut bukan suatu resep
yang jitu
3. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur , sampai dimana seorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan
3. Ilmu pendidikan sebagai teori
Dalam sehari –hari dapat disaksikan ibu menggendong anaknya, menyusui dengan penuh
kasih sayang , ayah dengan sabar melayani menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya,
mereka bersama sama membimbing anak mereka dengan penuh kesabaran dan telaten, serta
penuh kasih sayang. Dan ibu berusaha membimbing anak-anak nya menjadi anak yang
mandiri, tanggung jawab terhadap dirinya ,masyarakat dan terhadap Tuhannya. Kasus lainnya
seorang guru mengajar pelajaran geografi disekolah dasar dengan metode ceramah. Ibu guru
tersebut tidak hanya sekedar mengajar dalam kelas, dalam artian setelah mengajar dengan
langkah cepat bergegas ia meninggal kelas, namun ia dengan suka memperhatikan anak
didiknya selama diluar kelas, dan ia selalu membantu anak didiknya dalam memecahkan
persoalan sekolahnya.
Hal diatas merupakan suatu praktik pendidikan yang dapat kita amati dalam kehidupan
sehari-hari. Pertanyaannya , apakah yang dilakukan sang ibu dan ayah, serta guru tersebut
dapat dilakukan secara alamiah, dalam artian tanpa disadari tanpa dilandasi konsep
bagaimana sebaiknya mendidik anak dirumah atau mendidik dan mengajar murid disekolah.
Upaya pendidikan bukan suatu tindakan yang dapat dilakukan dengan serampangan, namun
harus direncanakan. Dalam keluarga perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah dilakukan
sebelum pernikahan, karena sebagai konsekuensi pernikahan akan menghasilkan keturunan.
Teori pendidikan menurut Sadullah (2007, hal 23) adalah mengkaji pendidikan secara
akademik , baik secara empirik(pengalaman) yang bersumber dari pengalaman –pengalaman
pendidiknya, maupun dengan renungan-renungan yang mencoba melihat makna pendidikan
dalam suatu lingkup yang lebih luas. Teori pendidikan sangat dibutuhkan untuk dapat
mempersiapkan suatu praktik pendidikan yang terencana dan memiliki tujuan akhir yang
jelas.
Maka, dalam terselenggaranya suatu pendidikan, tentunya tidak terlepas dari sebuah teori
yang mendasarinya. Dalam dunia pendidikan sampai pada saat ini telah menganut berbagai
macam teori pendidikan. Berbagai macam teori tersebut ialah sebagai berikut ( Sukarjo dan
Komarudin, 2009:33)
1) Behaviorisme
Kerangka kerja teori pendidikan behaviorisme adalah empirisme. Asumsi filosofis dari
behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara alami). Latar belakang
empirisme adalah How we know what we know (bagaimana kita tahu apa yang kita tahu).
Menurut paham ini pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari pengalaman (empiris). Aliran
behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu
aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan
berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar
akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan
pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi,
berdasarkan teori behaviorisme pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh aliran
behaviorisme antara lain: Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.
2) Kognitivisme
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya
rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn (Pengetahuan
seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi rasionalisme.
Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan
peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha
menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena
menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut
teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir. Tokoh aliran Kognitivisme
antara lain : Piaget, Bruner, dan Ausebel.
3) Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan
adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori
konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk
melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data.
Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah
mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang
bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa
memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam penemuan
pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman
yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai
pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan
tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana
caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri
pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. Tokoh aliran ini antara lain :
Von Glasersfeld, dan Vico.
4) Humanistik
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu
proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama
para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi
dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk
berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar. Secara singkat pendekatan humanistik
dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial
dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,menikmati
keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri
secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila pembelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Teori pendidikan (dalam hal pedagogik) perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di
Perguruan Tinggi) , Khususnya di LPTK yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi
pendidik baik disekolah maupun diluar sekolah. Ilmu pendidikan sebagai teori perlu
dipelajari karena akan memberi manfaat :
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan
dicapai
2. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan dalam praktik, karena
dengan memahami teori pendidikan seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan walaupun teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.
3. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur , sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan

4. Implikasi Teori Pendidikan dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat


a. Teori pendidikan keluarga
Dalam berbagai literatur, para ahli memberikan berbagai sudut pandang tentang
pengertian pendidikan keluarga. Misalnya Mansur, mendefinisikan pendidikan keluarga
adalah proses pemberian nilai-nilai positif bagi tumbuh kembangnya anak sebagai fondasi
pendidikan selanjutnya. 8 Selain itu, Abdullah juga mendefinisikan pendidikan keluarga
adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua berupa pembiasaan dan improvisasi untuk
membantu perkembangan pribadi anak. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nahlawi,
Hasan Langgulung memberi batasan terhadap pengertian pendidikan keluarga sebagai usaha
yang dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk
memberikan nilai-nilai, akhlak, keteladanan dan kefitrahan.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang tokoh pendidikan Indonesia, juga
menyatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang (anak) adalah alam pendidikan
permulaan. Untuk pertama kalinya, orang tua (ayah maupun ibu) berkedudukan sebagai
penuntun (guru), sebagai pengajar, sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai pendidik yang
utama diperoleh anak. Maka tidak berlebihan kiranya manakala merujuk pada pendapat para
ahli di atas konsep pendidikan keluarga. Tidak hanya sekedar tindakan (proses), tetapi ia
hadir dalam praktek dan implementasi, yang dilaksanakan orang tua (ayah-ibu) degan nilai
pendidikan pada keluarga.
b. Teori Pendidikan Keluarga
Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 ayat
13, menyebutkan bahwa “pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.” Selanjutnya pasal-pasal 27 ayat 1, mempertegas bahwa ”kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri”. Berdasarkan Undang-undang di atas, secara konstitusional keberadaan jalur
pendidikan secara informal (pendidikan di dalam keluarga) menjadi kekuatan hukum yang
legal formal. Secara hak-hak kewarganegaraan sudah semestinya dilaksanakan oleh semua
orang tua. Apalagi ketentuan-ketentuan secara teknis operasionalisasi memiliki ketetapan
yuridis formal.
1. J.H. Pestolozzi (1746 – 1827).
Tokoh pendidikan lainnya yang juga telah meletakkan fondasi bagi pendidikan anak
sejak dini adalah Johan Hendrik Pestolozzi. Ia dilahirkan di Zurich Swiss tahun 1746. Pada
tahun 1774 ia memulai dengan mendirikan sekolah pertama yang disebut “Neuhof” di sebuah
lahan pertanian miliknya. Pestolozzi yakin bahwa segala bentuk pendidikan adalah
berdasarkan pengaruh dari pancaindera, dan melalui pengalaman serta potensi-potensi yang
dimiliki untuk dikembangkan. Lingkungan rumah tangga dianggap sebagai pusat kegiatan
bagi para ibu dalam mendidik anak, ibu mempunyai tanggung jawab yang terbesar dalam
pendidikan anak. Maka Pestolozzi menganggap bahwa ibu adalah pahlawan dalam bidang
pendidikan anak mereka Ibu adalah orang yang mendorong anaknya untuk belajar sejak awal
hidup anak.
Abu Hamid Muhammad Al-Gazali (1058 M – 1111 M)
Al-Gazali dilahirkan di Kota Tos Khurasan (Persia). Sejak kecil al-Gazali menggemari
ilmu pengetahuan, ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sampai-sampai Imam Al-Juwaini
menjuluki dengan sebutan “Bah}r Mugriq” (lautan yang menenggelamkan). Al-Gazali dalam
konsep pendidikan mengatakan bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak usia dini.
Sebab, dalam keadaan ini anak siap untuk menerima aqidah-aqidah agama semata-mata atas
dasar iman, tanpa meminta dalil untuk menguatkannya, atau menuntut kepastian dan
penjelasan. Oleh karena itu, dalam mengajarkan agama kepada anak-anak, hendaknya
dimulai dengan menghafal kaidah-kaidah dan dasar-dasarnya. Setelah itu baru guru
menjelaskan maknanya, sehingga mereka memahami, meyakini dan membenarkannya.
2. Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959)
Seorang tokoh yang berpengaruh dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah Ki Hajar
Dewantara. Beliau dilahirkan di daerah kauman, Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889 dan
wafat pada tanggal 26 April 1959. Di Kota Pendidikan inilah, Ki Hajar Dewantara
mengilhami lahirnya Perguruan Nasional Taman Siswa di Yogyakarta, pada tanggal 3 Juli
1922. Dalam konteks sentra keluarga, Ki Hajar Dewantara sangat peduli dalam
memperhatikan, bahkan meminta para orang tua untuk mendidik anak-anak sejak usia dini
(alam keluarga). Alam keluarga itu adalah suatu tempat yang sebaik-baiknya untuk
melakukan pendidikan kesusilaan dan kesosialan. Sehingga boleh dikatakan, bahwa keluarga
itu tempat pendidikan yang lebih sempurna sifat dan wujudnya dari pada tempat-tempat
lainnya, guna untuk melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan budi pekerti
(pembentukan watak individual) dan sebagai persediaan hidup kemasyarakatan.
c. Teori Pendidikan Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali
pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai
fungsi sebagai pusat pendidikan untuk membentuk pribadi anak. Pada saat sekarang ini
dimana perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi begitu kompleks ,dimana keluarga
tidak mampu menyampaikan secara lengkap dan utuh kepada anak-anaknya, maka
dibutuhkan lingkungan lain yang memungkinkan anak dapat memperoleh pengetahuan
teknologi tersebut. Hasbullah ( 2008: 46) bependapat bahwa pendidikan di sekolah
merupakan pendidikan yang diperoleh oleh seseorang di Sekolah secara teratur, sistematis,
bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
 Konsep Pendidikan Sekolah
Secara historis istilah sekolah berasal dari bhasa Yunani Kuno “Sechola”atau “Echola”
yang artinya “waktu senggang,liburan atau istirahat”. Para bangsa Romawi pada saat itu
memanfaatnkan waktu senggang mengisi dengan olahraga,berdiskusi/berdebat tentang segala
masalah kehidupan dengan sesama. Padawa awalnya akegiata tersebut hanya sekedar mengisi
waktu senggang saja, namun perkembangan berikutnya kegiatan tersebut
(berdiskusi/berdebat) secara terus menerus mulai dijadwalkan dan direncakan
pelaksanaannya. Lama kelamaan bangsa Romawi menggunakan kata echola sebagai tempat
berdiskusi untuk mempelajari berbagai lapangan kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
waktu akhirnya kata echola itu berubah menajdi kata school dan dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi sekolah.
Menurut Syamsul Yusuf menyatakan sebagai berikut: Sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Lingkungan
sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam
lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan
membantu siswa mengembangkan potensinya.

d. Teori Pendidikan Lingkungan Masyarakat


Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat
oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadarkan akan
persatuan dan kesatuan serta bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Dalam kata lain masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan
manusia yang majemuk, dan manusia berada dalam multi kompleks antar hubungan dan antar
aksi dalam masyarakat.
Lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga setelah pendidikan di
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Sedangkan konsep dari lingkungan masyarakat
itu sendiri sebagai berikut : Masyarakat dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan
sosial dengan tata-nilai dan tata-budaya sendiri. Dalam arti ini rnasyarakat adalah wadah dan
wahana pendidikan; medan kehidupan manusia yang majemuk (plural : suku, agama,
kegiatan-kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya).
Masyarakat bila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang
bertempat tinggal dalam kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan.
Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan
berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
berpendidikan tinggi.

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur
sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar
sekolah).
2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by
design) maupun yang dimanfaatkan( utility) .
4) Perlu pula diingat bahwa, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam
bekerja, bergaul, dan sebagainya. Dari tiga hal tersebut di atas, yang kedua dan
ketigalah yang terutama menjadi kawasan dari kajian masyarakat sebagai pusat
pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa tiga hal tersebut hanya dapat dibedakan,
sedangkan dalam kenyataan sering sukar dipisahkan.
5. Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Praktek Pendidikan Di Sekolah,
Keluarga, Dan Masyarakat.
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman.
Pengalaman itu terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, itulah disebut
lingkungan pendidikan, khususnya terjadi pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan
sekolah, kelurga dan masyarakat.
Ketiga lingkungan tersebut memberikan pengaruh dan warna bagi perkembangan anak
dan mengarungi kehidupan kelak. Keluarga merupakan lingkunagn pertama dan utama,
merupakan dasar pengembangan watak bagi anak dalam mengikuti perkembangan
pendidikan selanjutntnya (Sadulloh, U. 2010. hlm. 196). Saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi begitu komplek dan kemajuannya sangat pesat. oleh karena itu,
lingkungan keluarga kurang mampu untuk medeskripsikan secara lengkap mengenai hal
tersebut, sehingga perlu adanya fasilitator untuk memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara utuh yang dapat diberikan kepada anak. Dari hal tersebut, pendidikan sekolah yang
bersifat formal mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi
anak. Sedangkan lingkungan masyarakat, dimana anak banyak hidup dan bergaul di
masyarakat, dengan tetangganya, teman sebayanya, dan itu semua akan memberikan
pengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya (Sadulloh, U. 2010. hlm. 204).
Pembahasan mengenai implikasi landasan pedagogoik terhadap tiga lingkungan tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut:
1. Implikasi landasan pedagogik terhadap praktik pendidikan di lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang secara sengaja dirancang dan
dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, seperti harus berjenjang dan kesinambungan,
sehingga disebut dengan pendidikan formal. Sekolah merupakan lembaga kedua setelah
keluarga, memiliki fungsi sebagai kelanjutan pendidikan dalam lingkungan keluarga dengan
guru sebagai pendidiknya. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau pemerintah untuk
membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberikan bekal
persiapan hidup bagi anak-anaknya. Dalam artian, bekal hidup yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta berbagai keterampilan.
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk dalam proses kehidupan di masyarakat. Oleh sebab itu,
sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia indonesia sebagai
individu, warga masyarakat, warga negara dan warga dunia di masa depan.
Sekolah diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Bab II pasal 3 UU no. 20 tahun
2003). Mengacu pada sistem pendidikan nasional, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
tergolong pada jalur pendidikan formal memiliki karakter jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
a. Fungsi dan tujuan pendidikan sekolah
Sekolah sebagai lembaga sosial dimana melaksanakan fungsi sosial sebagaimana
lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya. Soleh sugianto (Babang Robandi, 2007)
mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebagai lembaga sosial, yaitu:
 Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak dalam
mempelajari cara-cara hidup ditempat mereka lahir.
 Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan, dan
 Sekolah berfungsi sebagai menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi.
Selain itu sekolah hendaknya berperan sebagai masyarakat belajar, yaitu masyarakat
yang memiliki tata kehidupan yang mengatur hubungan antara guru dan lingkunganya yang
membelajarkan murid untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suasana yang
menyenangkan.
Di sekolah anak belajar dalam kehidupan, atau dengan kata lain sekolah mencerminkan
kehidupan masyarakat sekelilingnya. Sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan
kebutuhan masyarakat, dan apa yang diajarkan di sekolah hendaknya sesuai dengan tuntutan
zaman serta perkembangan pengetahuan dan teknologi. Sekolah merupakan tempat
mempelajari hal-hal yang tidak dapat dipelajari dalam kehidupan biasa (khususnya keluarga).
Materi yang diajarkan di sekolah berhubungan langsung dengan usaha pengembangan ilmu
pengetahuan, memberikan sejumlah keterampilan dan kecakapan tertentu, langsung atau
tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Implikasi landasan pedagogik terhadap praktik pendidikan di lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak untuk berkembang
dan tumbuh, baik secara mental maupun fisik dalam kehidupannya. Melalui interaksi dalam
keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi diri dengan orang tuanya, melainkan juga
mengidentifikasi diri dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Dalam lingkungan keluarga anak berada sampai ia meninggalkan keluarga untuk
membentuk kelurga sendiri (menikah). Jadi, dimulainya pendidikan lingkungan keluarga itu
sejak anak lahir ke dunia dari kandungan ibunya sampai sang anak meninggkal rumah untuk
membentuk keluarga baru. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pembentukan anak dalam
lingkungan keluarga.
a. Fungsi keluarga
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai
dengan tuntunan nilai-nilai agama, pribadi, dan lingkungan. Demi perkembanganya dan
pendidikan anak, keluarga harus melaksanakan fungsi-fungsi keluarga dengan baik dan
seimbang, diantaranya:
 Fungsi Edukasi: keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak dimana
tanggung jawab dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri pusat pendidikan.
Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan yang dihayati anak didik
sebagai iklim pendidikan dan mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang
mengarah kepada tujuan pendidikan dengan memberi contoh teladan disertai dengan
fasilitas yang memadai. Bagi anak, keluarga merupakan tempat/alam pertama dikenal
dan merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk menerima pendidikan. Orang tua
secara kodrati langsung memikul sebagai tenaga pendidik, baik bersifat sebagai
pemelihara, pengasuh, pembimbing, pembina atau sebagai guru dan pemimpin
terhadap anak-anaknya.
 Fungsi Sosialisasi: sosialisi dapat diartikan sebagai belajar sosial, artinya anak
mempelajari nilai-nilai sosial. Kehidupan anak dan duniannya merupakan suatu
kehidupan dua dunia yang utuh, terpadu dan dihayati anak sebagai suatu kesatuan
hidup di dunia. Keluarga merupakan lingkungan pertama kali memperkenalkan nilai-
nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan
keluarga bertugas tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian
yang utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik.
Keluarga menjadi penghubung dengan anak dengan kehidupan sosial, dengan
pembiasan nilai-nilai norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. nilai-nilai
tersebut dapat berupa nilai-nilai kelompok, nilai keagamaan dan nilai kemasyarakatan
lainnya. Dalam kelauragalah pertama kali berlangsung proses memanusiakan manusia
(Humanisasi).
 Fungsi Proteksi: sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman damai, dan tentram
bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagian batin, juga secara fisik
keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan
papan, dan lain-lain. Selain itu juga perlindungan mental dan moral. Nilai suatu
perlindungan yang diberikan keluarga tidak saja terletak pada materi dan kualitas serta
frekuensinya, melainkan tergantung pada iklim perasaan yang menyertai pemberian
lindungan itu dengan kesungguhan dan penerimaan lindungan oleh pihak yang
bersangkutan (anak). Keluarga bertindak sebagai pemberi layanan atau bantuan
kepada anak, sedangkan dari pihak anak diperlukan kesediaan untuk menerimanya.
Perlindungan ini tidak semata-mata diperuntukan bagi anak, melainkan untuk setiap
anggota.
 Fungsi Afeksi: sebagai tempat untuk menumbuh kembangkan rasa cinta dan kasih
sayang anatar sesama anggota keluarga dan masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain
itu keluarga harus dapat menjalan tugasnya menjadi lembaga interkasi dalam ikatan
batin yang kuat antar anggota, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing
dalam kehidupan keluarga itu sendiri. Ikatana batin yang kuat ini harus dapat
dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
Fungsi afeksi diwarnai oleh kasih sayang serta kehangatan yang terpancar
dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan. Dalam pelaksanaan fungsi
perasaan, yang terpenting ialah bahasa yang diiringi mimik yang serasi serta irama
yang senada. Fungsi afeksi tersebut dicurahkan dari orang tuanya melalui interaksi
kasing sayang dan kehangatan sehingga memberikan suasana keluarga yang harmonis
karena saling memberikan kasih sayang diantara anggotanya. Kasih sayang dan
kehangatan yang diberikan oleh orang tua kalau terlalu berlebihan akan memanjakan
anak, sedangkan kalau terlalu kurang akan gersang atau kekeringan. Karena itu fungsi
ini perlu dijalankan dengen proposional sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
dihadapi.
 Fungsi Religius: mendorong keluarga sebagai wahana insan-insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti
luhur sesuai degan ajaran agamanya. Untuk menjalan fungsi ini keluarga
berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama
dengan menciptakan iklim keluraga yang religius sehingga dapat dihayati oleh
anggota keluarganya. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah
keagaman melainkan mengetahui kedudukan sebagai mahluk hidup yang dicipatakan
dan dilimpahi nikmat tanpa henti sehingga menggugah untuk mengisi dan
mengarahkan kehidupannya kepada pengabdian Tuhan.
 Fungsi Ekonomi: mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan
ekonomi, fisik dan material yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien,
ekonomis dan rasional.
 Fungsi Rekreasi: keluarga harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua
anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga hendaknya mampu menciptakan suasana
ltersebut agar timbul keseimbangan pribadi, dan keluarga dapat memberikan perasaan
bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari.
Dalam hubungannya dengan pendidika, lingkungan keluarga meruapakan lembaga
pendidikan yang berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui domain
permainan. Keluarga merupakan dunia anak pertama yang memberikan sumbangan mental
dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga lambat laun membentuk konsepsi tentang pribadinya
baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya
mengidentifikasikan dirinya dengan orang tuanya, melainkan juga mengidentifikasikan
dirinya dengan kehidpan masyarakat dan alam sekitar.
Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepribadian anak. Dasar
kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh-pengaruh atau
pengalaman-pengalaman selanjutnya, yang akan datang kemudian. Anak lahir dalam
pemeliharaan orang tua dan dibesarkan didalam keluarga , anak akan menyerap norma-norma
pada anggota keluarga, dari ayah, ibu maupun saudara-saudara yang lainnya. Oleh karena itu
tugas dan pokok orang tua wajib memberika perhatian, didikan dan ditanamkan rasa kasih
sayang kepada anaknya terlepas dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang
kependidikan yang resmi.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Tirtarahadja, La Sula, 2000) suasana kehidupan keluarga
merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan, seseorang (pendidikan
individu) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan
wujudnyauntuk melangsungkan pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja
bagi kanak-kanak, tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai
penuntun, pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pendidikan keluarga juga merupakan
pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya untuk dipersiapkan di masyarakat
kelak.
3. Implikasi landasan pedagogik terhadap praktik pendidikan di lingkungan
Masyarakat
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling
tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya
bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan ada kalanya mereka memiliki hubungan darah atau
memiliki kepentingan bersama. Masyarakat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas
dan sempit, seperti masyarakat bangsa ataupun kesatuan kelompok kekerabatan di suatu desa,
dalam suatu marga. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri seperti, yang
dikemukakan oleh Tirtarahardja dan La Sulo (2000), yaitu
 Ada interaksi antara warga-warganya
 Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hukum dan
aturan-aturan yang khas
 Adanya rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan
adat istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas (kesetian) terhadap kelompoknya
merupakan pangkal dari perasaan bangsa patriotisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan
sosial dan lain-lain.
Bangsa indonesia sebagai suatu masyarakat dalam kesatuan hidup secara luas, melalui
pelajaran sejarah yang panjang, masyarakat yang beraneka tersebut akhirnya mencapai
kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan satu masyarakat
indonesia sebagai masyarakat yang ber-Bhineka tunggal ika. Hingga saat ini bangsa
indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik (Tirtarahardja, La Sulo, 2000), yaitu:
a. Secara horizontal ditandai adanya kesatuan-kesatuan sosial atau komunitas
berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan.
b. Secara vertikal ditandai adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas,
menengah, dan lapisan rendah.
Sedangkan kaitannya antara masyarakat dan pendidikan, menurut Tirtahardja dan La
Sulo, (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan (jalur
sekolah dan luar sekolah) maupun yang tidak dikembangkan (jalur luar sekolah).
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi pendidikan.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang, maupun
yang dimanfaatkan. Manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja,
bergaul, dan sebagainya.
Aspek pertama masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, menunjukan bahwa
masyarakat berusaha untuk menyelenggarakan pendidikan, misalnya mendirikan Yayasan
pendidikan berbasis formal seperti pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi. Maupun menyelenggarakan pendidikan non-formal seperti kursus-kursus. Pada aspek
ketiga, di masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, seperti kegiatan majelis taklim,
pramuk teman sebaya anak dimana mereka bermain bersama. Sedangkan, fungsi masyarakat
sebagai pusat sat pendidikan akan tergantung kepada perkembangan masyarakat itu sendiri
beserta sumber-sumber lainnya yang tersedia. Beberapa Koentjaraningrat (Tirtarahardja, La
Sulo, 2000) tipe masyarakat di Indonesia:
a. Masyarakat tipe berkebun yang amat sederhana, hidup dengan berburu dan belum
memiliki kebiasaan menanam padi. Sistem kemasyarakatannya berupa desa terpencil
tanpa diferensiasi dan stratifikasi (perbedaan dan tingkat kehidupan) yang berarti.
b. Masyarakat pedesaan yang berdasarkan sistem cocok tanam di ladang ataupun di
sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem kemasyarakatannya adalah komunikasi
petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial sedang, dan yang merasakan diri
sebagai bagian bawah dari kebudayaan yang lebih besar.
c. Masyarakat pedesaan yang berdasarkan sistem cocok tanam di ladang ataupun di
sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem kemasyarakatannya adalah komunikasi
petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial agak kompleks.
d. Masyarakat perkotaan yang memiliki ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor
perdagangan dan industri yang lemah. Tipe masyarakat metropolitan, yang
mengembangkan sektor perdagangan dan industri.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat
pendidikan akan sangat dipengaruhi tipe dari masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan sebagai bagian dari masyarakat.
Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai - nilai,
kepercayaan, tingkah laku dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota
masyarakat tertentu. Salah satu hasil karya bangsa indonesia dari kebudayaan merupakan
pancasila, sehingga diakui dan dijadikan dasar serta pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Kebudayaan dengan wujud kelakuan berpola, misalnya pola kehidupan yang berlaku di
masyarakat seperti sistem marga dalam kehidupan keluarga bagi suku batak, melaksanakan
upacara ngaben bagi masyarakat Bali. Sedangkan, kebudayaan wujud fisik misalnya
bangunan-bangunan seperti masjid istiqlal, jalan tol, candi borobudur dsb.
Masyarakat, kebudayaan, dan pendidikan merupakan tiga komponen tersebut tidak dapat
dipisahkan, dimana kebudayaan dan pendidikan bagian dari masyarakat. Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk memanusiakan dirinya sendiri, yaitu manusia berbudaya,
kebudayaan itu sendiri dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan.

6. Konsepsi Landasan Pedagogik


Pedagogik terbentuk dari kata paedagogos yang berarti ‘Orang’, pada zaman Yunani
kuno Paedagogos adalah orang (pelayan atau pembantu) yang bertugas mengantar dan
menjemput anak majikannya ke sekolah selain itu paedagogos juga bertugas membimbing
anak majikannya. Namun istilah ‘pelayan atau pembantu’ tersebut mengalami pergeseran
makna menjadi ‘pendidik atau ahli didik’. Sedangkan Pedagogia (Paedagogia) berarti
pergaulan dengan anak-anak. Pedadogik memiliki peranan penting dalam praktik pendidikan
dengan alasan bahwa pedagogik merupakan landasan bagi praktik pendidikan anak,
pedagogik dipercaya menjadi kriteria keberhasilan praktik pendidikan anak.(Syaripudin dan
Kurniasih, 2014:2)
7. Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Landasan Pendidikan Keguruan Dan
Tenaga Kependidikan Secara Nasional
a. Implikasi Bagi Guru
Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat
pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional,
tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin kompetensi seorang tukang.
Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya, seorang guru juga
harus menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian serta tahap tugasnya itu dengan cara
tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu
menunjuk kepada setiap tindakan seorang guru didalam menunaikan tugasnya, yang pada
gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang mau dicapai, baik
tujuan-tujuan yang lebih operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena
itu maka semua keputusan serta perbuatan instruksional serta non-instruksional dalam rangka
penunaian tugas-tugas seorang guru dan tenaga kependidikan  harus selalu dapat
dipertanggungjawabkan secara pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang
dengan sendirinya melihatnya dalm perspektif yang lebih luas dari pada sekedar pencapaian
tujuan-tujuan instruksional khusus.

Perlu digarisbawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat.
Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah bentuk yang
diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu maka
gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan sarana sedangkan transaksi
personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek didik
yang lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih  belum dilandasinya,
maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan dimuka,
pemberian bobot yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didikakan melahirkan anarki
sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan melahirkan
penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak akan menghasilkan
pembudayaan manusia.
b. Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan
Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori
tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan.Hal ini tidak mengherankan karena kita
masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan salah satu prasaratnya
yaitu teori tentang pendidikan sebagiamana diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita
masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan
pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan
bangunan dasarnya.
Hal tersebut dikemukakan tanpa samasekali didasari oleh anggapan bahwa belum ada
diantara kita yang memikirkan masalah  pendidikan guru itu. Pikiran-pikiran yang dimaksud
memang ada diketengahkan orang tetapi praktis tanpa kecuali dapat dinyatakan sebagi
bersifat fragmentaris, tidak menyeluruh. Misalnya, ada yang menyarankan masa belajar yang
panjang (atau, lebih cepat, menolak program-program pendidikan guru yang lebih pendek
terutama yang diperkenalkan didalam beberapa tahun terakhir ini) ; ada yang menyarankan
perlunya ditingkatkan mekanisme seleksi calon guru dan tenaga kependidikan; ada yang
menyoroti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan guru; dan ada pula yang memusatkan
perhatian kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru sehingga bisa bersaing dengan jabtan-
jabatan lain dimasyarakat. Tentu saja semua saran-saran tersebut diatas memiliki kesahihan,
sekurang-kurangnya secara partial, akan tetapi apabila di implementasikan, sebagian atau
seluruhnya, belum tentu dapat dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan
yang efektif.
Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif adalah yang
memberi rambu-rambu yang memadai didalam merancang serta mengimplementasikan
program pendidikan guru dan tenaga kependidikan  yang lulusannya mampu melaksanakan
tugas-tugas keguruan didalam konteks pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan
civic). Rambu-rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang
diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian
ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu
yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaahan interpretif, normative dan kritis itu, seperti
telah diutarakan didalam bagian uraian dimuka, dirumuskan kedalam perangkat asumsi
filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang serta implementasi
program yang dimaksud. Dengan demikian, perangkat rambu-rambu yang dimaksud
merupakan batu ujian didalam menilai perancang dan implementasi program, maupun
didalam “mempertahankan” program dari penyimpngan-penyimpangan pelaksanaan ataupun
dari serangan-serangan konseptual.
8. Implikasi Landasan Pedagogik Terhadap Landasan Pendidikan Keguruan Dan
Tenaga Kependidikan Internasional
Pada prinsipnya sama antara pendidikan di tingkat nasional dan internasional, yakni
memiliki maksud dan tujuan yang sama. Dimana sama-sama memiliki tujuan untuk
memanusiakan manusia, yakni membimbing manusia menuju kedewasaan tanpa merampas
daripada karakteristik anak. Menganlisa tentang implikasi pedagogik terhadap landasan
pendidikan keguruan di internasional pada hakikatnya sama, pendidikan keguruan di tingkat
internasional juga memiliki landasan filosofis, sosiologis, psikologis, kultural, dll.
Pertanyaannya mengapa pendidikan yang bertaraf internasional dirasa lebih maju
dibandingkan dengan pendidikan ditingkat nasional. Berkenaan dengan hal ini maka penulis
kembalikan kepada konsep dari pedagogi dan pedagogik. Pedagogi dan pedagogik
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena memiliki hubungan
yang saling membutuhkan, yakni ketika melaksanakan suatu praktik pendidikan tentunya kita
harus memiliki dasar atau teori yang mendasari. Akan tetapi penulis menganalisa ketika suatu
teori diterapkan di suatu negara misal Finlandia apakah kemungkinan besar dapat berhasil
ketika diterapkan di Indonesia.
Akan tetapi, penulis lebih menarik kesimpulan bahwa maju atau tidaknya suatu
pendidikan tentunya adanya korrdinasi yang baik antar berbagai aspek. Guru atau tenaga
kependidikan merupakan komponen penting dalam kemajuan pendidikan. Misalkan ; Guru-
guru di Finlandia untuk sekolah dasar harus sudah bersertifikasi S2 (Magister). Sedangkan di
Indonesia, masih S1 bahkan ada yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan
pendidikan di sekolah dasar. Finlandia mungkin saat ini pendidikan masih nomer satu di
dunia, namun penulis menganalisa juga bahwa Finlandia hanya memiliki warga seikitar 5 juta
jiwa mendiami lebih dari 330.000 km2, sehingga sekolah dibebaskan biaya. Dengan kondisi
seperti ini juga akan mempengaruhi akan kemajuan pendidikan. Namun , hal terpenting saat
ini yang saharusnya dilakukan ialah dengan mengoptimalkan keprofesionalan guru dalam
mendidik meskipun dengan segala keterbatasan. Insya Alloh dengan usaha yang optimal
dengan disertai doa, semoga pendidikan di Indonesia lebih baik lagi.
9. Komparasi Sistem Pendidikan Negara Indonesia, Jepang dan Finandia
Sistem pendidikan terbaik di dunia versi NF MED 2017 dalam Youth Corps Indonesia
yakni Finlandia, Jepang, Korea Selatan, Denmark dan Rusia, berikut ini komparasi sisten
pendidikan nasional dengan negara lain, yang diliat dari tiga aspek yakni sistem pendidikan
atau kurikulum, aspek proses pembelajaran dan aspek evaluasi pendidikan, yang disajikan
sebagai berikut:
a. Sistem Pendidikan / Kurikulum
Pada umumnya jenjang pendidikan di Indonesia, Jepang, dan Finlandia memiliki
kesamaan. Ketiga negara tersebut juga sama-sama menerapkan wajib belajar sembilan tahun.
Namun untuk jenjang sarjana di Finlandia hanya memerlukan waktu studi tiga tahun.
Perbedaan yang sangat mencolok antara pendidikan di Indonesia dan di negara lain terletak
pada kesan prestige jika dapat memasuki universitas, sehingga siswa berlomba-lomba masuk
ke universitas bergengsi walaupun dengan kemampuan rendah. Di Finlandia siswa-siswa
yang memiliki kemampuan rendah diarahkan untuk memasuki sekolah-sekolah vokasi untuk
mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja, sehingga kemampuan-kemampuan siswa benar-
benar dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
1) Jenjang Pendidikan
Pada umumnya jenjang pendidikan di Indonesia, Jepang, dan Finlandia memiliki
kesamaan. Ketiga negara tersebut juga sama-sama menerapkan wajib belajar sembilan tahun.
Namun untuk jenjang sarjana di Finlandia hanya memerlukan waktu studi tiga tahun.
Perbedaan yang sangat mencolok antara pendidikan di Indonesia dan di negara lain terletak
pada kesan prestige jika dapat memasuki universitas, sehingga siswa berlomba-lomba masuk
ke universitas bergengsi walaupun dengan kemampuan rendah. Di Finlandia siswa-siswa
yang memiliki kemampuan rendah diarahkan untuk memasuki sekolah-sekolah vokasi untuk
mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja, sehingga kemampuan-kemampuan siswa benar-
benar dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Tabel 1. Komparasi Jenjang Pendidikan Indonesia, Jepang, dan Finlandia
Aspek
Jenjang
Pendidika Indonesia Jepang Finlandia
n

Wajib Wajib belajar sembilan Wajib belajar Wajib belajar sembilan


Belajar tahun pendidikan dasar sembilan tahun tahun pendidikan dasar dan
dan menengah dimulai pendidikan dasar dan menengah dimulai ketika
ketika anak berusia 7 menengah berlaku anak berusia 7 tahun hingga
tahun hingga 16 tahun. untuk penduduk 16 tahun
berusia 6 tahun
hingga 15 tahun

Pra- Pra-pendidikan dasar atau Pendidikan anak usia Selama sebelum usia anak
pendidikan dinamakan dengan dini memang tidak menginjak usia wajib
pendidikan usia dini termasuk dalam belajar, anak dapat
diselenggarakan bagi pendidikan yang berpartisipasi dalam
anak sejak lahir sampai diwajibkan, namun pendidikan anak usia dini.
dengan enam tahun dan pemerintah Pihak yang berwenang
bukan merupakan menyediakan sekolah dapat memberikan pra-
prasyarat untuk TK atau yg disebut pendidikan dasar di
mengikuti pendidikan dengan Youchien. sekolah, hari-pusat
dasar. Selain itu juga ada perawatan, dan perawatan
Hoikuen (day care). keluarga sehari di rumah
Perbedaan antara atau tempat lain yang
Youchien dan sesuai. Partisipasi dalam
Hoikuen hanya pendidikan anak usia dini
terletak pada jam adalah sukarela tetapi di
belajarnya. Youchien kota berkewajiban untuk
hanya dari pukul memberikan pendidikan
8;50-13:30, anak usia dini.
sedangkan Hoikuen
dimulai sejak pukul
07:00-19:00.
Hoikuen
diperuntukkan untuk
anak-anak yang
orang tuanya bekerja
dan tidak ada yang
bisa menjaganya.
Oleh karena itu,
salah satu syarat
mendaftarkan ke
sekolah ini adalah
surat keterangan
bahwa kedua orang
tua bekerja.
Pendidikan 1. Sekolah Dasar (SD) Compulsory Comprehensive schools
Dasar {6 th} : 7-12 tahun Education 1. Sekolah Dasar (SD) {6
2. Sekolah Menengah 1. Sekolah Dasar th} : 7-12 tahun
Pertama (SMP) {3 (SD) {6 th} : 7- 2. Sekolah Menengah
th} : 13 – 15 tahun 12 tahun Pertama (SMP) {3 th} :
2. Sekolah 13 – 15 tahun
Menengah
Pertama (SMP)
{3 th} : 13 – 15
tahun.

Pendidikan 1. Sekolah Menengah 1. Sekolah 1. Upper Secondary


Menengah Atas (SMA) {3 th}: Menengah School (Sekolah
16 -18 tahun. Sekolah Akademis Elit. Menengah Atas){3 th}:
ini diperuntukkan Sekolah ini 16 – 18 tahun. Sekolah
bagi siswa yang ingin diperuntukkan ini diperuntukkan bagi
melanjutkan ke bagi siswa yang siswa yang ingin
jenjang universitas. ingin melanjutkan melanjutkan ke jenjang
2. Sekolah Menengah ke jenjang universitas.
Kejuruan universitas papan 2. Vocational Schools and
(SMK) {3 th}: 16 -18 atas nasional. Apprenticeship Training
tahun dengan bidang 2. Sekolah Tinggi Sekolah Menengah
keahlian diantaranya Akademik Non- Kejuruan
Teknik, Bisnis dan elit, (SMK) {3 th}: 16 -18
Manajemen, Sekolah ini tahun
Pariwisata, Tata diperuntukkan Sekolah ini
Boga, Tata Busana, bagi siswa masuk diperuntukkan bagi
Agribisnis, Seni universitas atau siswa yang ingin
Rupa, Perkapalan, perguruan tinggi melanjutkan ke dunia
Teknologi Informasi kurang bergengsi. kerja.
dan Komunikasi, dll). 3. SMK yang
Sekolah ini menawarkan
diperuntukkan bagi kursus dalam
siswa yang ingin perdagangan,
melanjutkan ke dunia mata pelajaran
kerja. teknis, pertanian,
homescience,
keperawatan dan
perikanan.
Sekitar 60% dari
lulusan mereka
memasuki
pekerjaan penuh-
waktu.
4. Korespondensi
Sekolah Tinggi
menawarkan
berbagai bentuk
pendidikan
fleksibel untuk
1,6% dari siswa
SMA biasanya
bagi mereka yang
tidak mampu
menyeleasikan
jenjang sekolah
tinggi karena
berbagai alasan.
5. Program Evening
SMA digunakan
untuk
memberikan
pengajaran bagi
siswa miskin
tetapi memiliki
ambisius yang
tinggi untuk
memperbaiki
kekurangan
pendidikan
mereka

Pendidikan Pendidikan tinggi terdiri Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi terdiri


Tinggi dari terdiri dari dari:

1. Pendidikan akademik 1. Universitas (大学 1. Universitas (yliopisto,


yang memiliki fokus daigaku) universitet)
dalam penguasaan 2. Akademi Fokus universitas pada
ilmu pengetahuan. Teknologi ( 短 期 penelitian dan
Jenjang: 大 学 tanki memberikan pendidikan
a. Sarjana (S1) daigaku) yang lebih teoretis.
selama 4 tahun. 3. Sekolah Tinggi Misalnya, dokter adalah
b. Program Profesi, Teknik (Koto- lulusan universitas.
Magister (S2) senmon-gakko) Jenjang:
selama 2 tahun. 4. Sekolah Kejuruan a. Bachelor's Degree
c. Program (Senmon-gakko) (S1) selama 3 tahun
Spesialis (SP) .
dan Program Jenjang : b. Master's Degree
Doktoral (S3) a. Sarjana (S1) (S2) selama 2
selama 3 tahun. selama 4 tahun. tahun.
2. Pendidikan vokasi Khusus untuk c. Doctorate Degree
yang menitikberatkan kedokteran 6 (S3)
pada persiapan tahun.
lulusan untuk b. Program Master 2. Politeknik
mengaplikasikan (S2) selama 2 (ammattikorkeakoulu,
keahliannya. tahun. yrkeshögskola, atau
Jenjang : c. Program Doktor disingkat dengan
Diploma I, II, II dan (S3) selama 3 AMK/Yh).
IV tahun. Politeknik fokus pada
keterampilan praktis dan
jarang melakukan
penelitian, tetapi apa
yang mereka lakukan
terlibat langsung dalam
proyek-proyek
pembangunan industri.
Misalnya perawat
adalah lulusan sekolah
teknik. (Namun,
lanjutan gelar ilmu
keperawatan ada di
universitas).
Jenjang:
a. Polytechnic
Bachelor's Degree
(S1) selama 3-4
tahun .
b. Polytechnic
Master's Degree
tahun. (S2) selama
1-2

Sumber: Farizan (2015)

2) Anggaran Pendidikan
Anggaran biaya pendidikan di In donesia memiliki kesamaan dengan Finlandia yaitu
sekitar 20 % dari total anggaran belanja negara, sedangkan untuk Jepang, pemerintah
memberikan anggaran biaya pendidikan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 31,6 % dari total
anggaran belanja negara. Dalam aspek pembiayaan pendidikan, Jepang dan Indonesia
memiliki kesamaan, yaitu penggratisan biaya pada jenjang pendidikan dasar. Sedangkan
untuk jenjang selanjutnya siswa harus mengeluarkan biaya pribadi. Namun biaya pendidikan
di Jepang tergolong rendah dibanding dengan Amerika dan Inggris. Sedangkan di Finlandia
pemerintah menggratiskan biaya pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga universitas
dan segala keperluan yang berhubungan dengan pendidikan, misalnya makan siang, ongkos
transportasi, dan buku
Tabel 2. Komparasi Anggaran Pendidikan Indonesia, Jepang, dan Finlandia
Aspek Indonesia Jepang Finlandia

Anggaran 20 % dari totsl 31.6% dari total 20 % dari total seluruh


Pendidikan seluruh anggaran seluruh anggaran anggaran negara yaitu
negara yaitu sebesar negara yaitu sebesar sebesar Rp107 triliun
Rp. 332 triliun Rp 611 triliun.

Pembiayaan Adanya dana Biaya Adanya pembebasan Biaya pendidikan di


pendidikan Operasional Sekolah biaya pendidikan Finlandia seluruhnya gratis,
(BOS) untuk untuk wajib belajar 9 mulai pendidikan dasar
pembiayaan seluruh tahun dari jenjang SD hingga universitas.
kegiatan dalam sampai SMP. Siswa Pemerintah bahkan
rangka penerimaan SD dan SMP di menyediakan bus jemputan
siswa baru, Jepang tidak untuk murid sekolah dasar.
sumbangan membayar uang SPP, Jika tidak ada bus jemputan,
pembiayaan dan hanya membayar pemerintah memberikan
pendidikan (SPP), biaya non SPP, subsidi uang transportasi
pembelian buku teks seperti pembelian untuk siswa. Di luar itu,
pelajaran, biaya buku penunjang pemerintah menyediakan
ulangan harian dan (buku wajib gratis), buku-buku dan perpustakaan
ujian, serta biaya biaya ekskul, tour lengkap. Kasarnya, murid di
perawatan sekolah, dll. Finlandia tinggal datang ke
operasional sekolah sekolah untuk belajar tanpa
sehingga adanya memikirkan biaya untuk
pembebasan biaya makan siang, ongkos, dan
pendidikan dari buku.
jenjang SD sampai
SMP.

Sumber: Farizan (2015)

3) Tenaga Pendidik
Untuk tenaga pendidik yaitu guru, Finlandia memiliki kualifikasi guru paling tinggi. Di
Finlandia, guru merupakan profesi yang sangat diminati dan peluang untuk menjadi guru
sangat kecil karena proses perekrutan yang sangat ketat. Sama halnya denggan di Finlandia,
di Jepang, guru juga merupakan profesi yang sangat dihormati. Walaupun kualifikasi guru
dijepang lebih rendah daripada di Finlandia, proses perekrutan guru di Jepang juga sangat
ketat. Untuk di Indonesia sendiri, sedang digalakkan program-program untuk peningkatan
kualitas guru. Program terbaru dari pemerintah ialah, adanya program PPG untuk
mendapatkan sertifikat mengajar bagi guru. Kesejahteraan guru di Jepang dan Finlandia juga
jauh diatas Indonesia jikka dilihat dari jumlah gaji yang diterima.
Tabel 3. Komparasi Tenaga Pendidik Indonesia, Jepang, dan Finlandia
Aspek Indonesia Jepang Finlandia

Kualifikasi Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan


Guru Dasar dan Menengah Dasar (SD dan SMP) Dasar (SD dan SMP)
(SD,SMP, dan SMA) minimal lulusan Sarjana
minimal lulusan Master's
minimal lulusan (S1)
Sarjana (S1) Degree (S2). Guru juga
dilanjutkan dengan harus memiliki
program PPG atau
kompetensi yang sangat
sertifikasi sebagai
tanda kelayakan baik pada penguasaan
sebagai guru. bahasa Finlandia atau
Swedia.

Proses Proses perekrutan Untuk menjadi guru di Seorang guru calon harus
Perekrutan guru di indonesia Jepang para calon guru memiliki nilai yang
menggunakan ujian harus menjalani kuliah di
sangat baik dan harus
nasional CPNS atau universitas keguruan
jika diperlukan untuk mendapat lisensi memerangi perlawanan
mendesak di daerah- guru. Kalau tidak masuk sengit untuk menjadi
daerah yang ke dalam universitas
seorang guru. Hanya
membutuhkan guru, keguruan, mereka harus
diadakan ujian CPNS menjalani semacam sekitar 10% dari pelamar
setingkat daerah. kursus yang untuk program tertentu
diselenggarakan oleh
berhasil.
badan pemerintah
Jepang, yang bisa
mengeluarkan lisensi
untuk menjadi guru.

Setelah itu, untuk


menjadi guru di daerah
tertentu, mereka harus
mengikuti tes yang
dilaksanakan setiap
daerah. Di Jepang
standarisasi setiap daerah
berbeda, karena itu setiap
daerah mengeluarkan
ujian sendiri untuk calon
guru yang berminat di
daerahnya. Misalnya,
untuk mengajar di kota
Tokyo, mereka harus
mengikuti ujian khusus
untuk menjadi guru di
kota tersebut.

Setelah mendaftar, maka


calon guru harus
mengikuti dua kali ujian.
Yang pertama tes
tertulis. Kalau lulus,
mereka harus mengikuti
ujian wawancara. Bila
keduanya lulus, maka
calon guru tersebut akan
dipilihkan sekolah
tempat mereka akan
mengajar nantinya, oleh
pejabat pendidikan di
kota tersebut.

Gaji Gaji guru di 156.500 yen sampai Rata-rata guru bergaji


Indonesia berkisar 512.100 yen yaitu sekitar USD28.780 atau Rp321
antara Rp 2 juta Rp18 juta hingga Rp 60
juta per tahun atau
hingga Rp 5 juta juta per bulan untuk guru
rupiah per bulan. SD dan SMP, sedangkan sekitar Rp 27 juta per
gaji guru SMA sedikit bulan.
lebih tinggi. Grade
menggambarkan periode
kerja. Seorang guru
muda akan memperoleh
156,500 yen per bulan,
dengan kurs hari ini
setara dengan Rp. 18
juta.

Sumber: Farizan (2015)

a. Proses Pembelajaran
Untuk proses pembelajaran, pada intinya sama yaitu berfokus pada peserta didik. Namun
pada kenyataannya di Indonesia masih banyak pembelajaran yang berfokus pada guru.
Jumlah mata pelajaran yang dipelajari di Indonesia lebih banyak daripada di Jepang dan
Finlandia. Lagi-lagi Indonesia masih menekankan kuantitas daripada kualitas.
Tabel 4. Komparasi Proses Pembelajaran Indonesia, Jepang, dan Finlandia
Aspek Indonesia Jepang Finlandia

Metode Menggunakan metode Pembelajaran di Jepang 1. Konsep


Pembelajaran saintifik (Menggamati, menggunakan metode Pembelajaran yang
menanya, mencoba, belajar tutor sebaya
Berorientasi Siswa
mengasosiasi, (peer
mengomunikasikan) Aktif Organisasi
learning) atau yang
sekolah dan
disebut Lesson Study
(LS). pendidikan
didasarkan pada
konsep pembelajaran
yang berfokus pada
aktivitas siswa dan
interaksi dengan
guru, siswa dan
lingkungan belajar.
2. Penggunaan
teknologi digital
dalam pembelajaran
3. Menekankan
pentingnya belajar
melalui melakukan
dan menempatkan
penekanan khusus
pada kerja kelompok,
kreativitas, dan
kemampuan
memecahkan
masalah.

Peran Guru Sebagai fasilitator Sebagai fasilitator Sebagai fasilitator.


Ada 3 prinsip Dalam satu kelas
mengajar guru-guru
terdapat tiga guru,
di Jepang, yaitu
1. Tanoshii jugyou satu guru sebagai
(kelas harus guru utama dengan
menyenangkan)
kualifikasi S2 dan
2. Wakaru ko (anak
harus mengerti) dua guru pembatu
3. dekiru ko (anak dengan kualifikasi
harus bisa)
S1.

Mata Pelajaran 1. Untuk jenjang SD : Sekolah di Jepang Mata pelajaran di


a) Matematika sedikit mempunyai finlandia terdiri dari
Wajib
b) Bahasa kebebasan meramu
6 mata pelajaran inti
Indonesia sendiri kurikulum
c) Pendidikan matapelajaran yang semuanya
Agama sekolah. Mata terbungkus dengan
d) Pendidikan pelajaran yg
kata orientation.
Jasmani dan distandarkan secara
Kesehatan nasional seperti Dikatakan
e) Pendidikan bahasa Jepang, bhs orientation karena
Pancasila dan Inggris, Math,
kurikulum di
Kewarganegara Sejarah, Sports,
an, Penjas, Keterampilan Finlandia memiliki
f) Kesenian. dan Kesenian, konsep gagasan
g) IPA dan IPS Science, Integrated bahwa 6 mata
menjadi tematik Course, Home room.
di pelajaran- Integrated Course pelajaran ini bukan
pelajaran adalah jam khusus mengharuskan siswa
lainnya. untuk mempelajari belajar isi dari
2. Untuk jenjang SMP : banyak hal dan
seluruh pelajaran ini
a) Pendidikan merupakan paduan
Agama, beberapa subject. namun mengajak
b) Pancasila & Home room adalah anak didik untuk
Kewarganegara kegiatan aktivitas
mulai memperoleh
an, kelas, misalnya
c) Bahasa persiapan event kemampuan
Indonesia, tertentu, rekreasi menjelajah dan
d) Matematika, kelas, pentas seni dll.
memahami
e) IPA,
f) IPS, fenomena-fenomena
g) Bahasa Inggris, alam yang ada
h) Seni Budaya disekitar mereka.
(muatan lokal),
i) Pendidikan maka jika anda
Jasmani dan melihat ada tiga kata
Kesehatan, yang dipakai disini
j) Prakarya.
yaitu examine,
understand, &
3. Untuk jenjang SMA experience.
Mata Pelajaran
Wajib (Klmpk A)
a) Pendidikan
Agama
b) Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegara
an
c) Matemati
d) Sejarah
Indonesi
e) Bahasa
Indonesia
f) Bahasa Inggris

4. Mata Pelajaran
Wajib (Klmpk B)
a) Seni Budaya
b) Prakarya
c) Pendidikan
Jasmani,
Olahraga dan
Kesehatan

5. Mata Pelajaran
Pilihan (Kelompok
C) atau Peminatan
Akademik
a) Peminatan
Matematika dan
Sains
1) Biologi
2) Fisika
3) Kimia
4) Matematika
b) Peminatan
Sosial
1) Geografi
2) Sejarah
3) Sosiologi
dan
Anthropolo
gi
4) Ekonomi

c) Peminatan
Bahasa
1) Bahasa dan
Sastra
Indonesia
2) Bahasa dan
Sastra
Inggris
3) Bahasa dan
Sastra Arab
4) Bahasa dan
Sastra
Mandarin

Jam Belajar 1. Untuk jenjang SD Rata – rata 30 jam Rata – rata 30 jam
36 jam pelajaran per per minggu per minggu
minggu
(35 menit/ jam
pelajaran)
2. Untuk jenjang SMP
38 jam pelajaran per
minggu
(40 menit/ jam
pelajaran)
3. Untuk jenjang SMA
44 jam pelajaran per
minggu
(45 menit/jam
pelajaran)

Sumber: Farizan (2015)

b. Evaluasi Pendidikan
Pada sistem evaluasi terdapat perbedaan yang mencolok antara Indonesia dengan Jepang
dan Finlandia. Sistem evaluasi di Indonesia cenderung membuat siswa tertekan dengan segala
kriteria yang ada. Sedangkan di Finlandia menekankan pada progress belajar siswa itu
sendiri, sehingga siswa tidak merasa tertekan. Adanya sistem peringkat juga membuat siswa
dengan peringkat bawah merasa minder dan secara psikologi perasaan – perasaan tersebut
dapat menghambat proses belajar siswa.
Tabel 5. Komparasi Evaluasi Pendidikan Indonesia, Jepang, dan Finlandia
Aspek Indonesia Jepang Finlandia

UAN Adanya Ujian Akhir Tidak ada ujian Tidak ada ujian
Nasional yang digunakan nasional untuk nasional untuk
untuk menentukan menentukan
menentukan
kelulusan siswa SD, kelulusan. Penilaian
SMP, dan SMA. Tetapi kelulusan siswa SMP kelulusan.
bukan menjadi acuan dan SMA tidak
satu-satunya untuk berdasarkan hasil
menentukan kelulusan. final test, tapi
Kelulusan juga akumulasi dari nilai
ditentukan oleh nilai ulangan harian, ekstra
ujian akhir sekolah dan kurikuler, mid test
nilai rapor. dan final test.

Ujian masuk Seleksi Nasional Masuk Untuk masuk Ujian Nasional


universitas Perguruan Tinggi : universitas, siswa Matrikulasi, untuk
lulusan SMA
Untuk perguruan tinggi menentukan
diharuskan mengikuti
negeri kualifikasi masuk
ujian masuk
1. SBMPTN universitas yang perguruan tinggi,
a. Jalur Undangan berskala nasional.
ujian ini bersifst
b. Jalur Tertulis Ujian masuk
universitas sukarela. Kompetensi
2. Seleksi Mandiri dari
universitas yang dilaksanakan dalam yang diukur: Bidang
bersangkutan. dua tahap. Pertama
bahasa ibu mereka,
secara nasional
Untuk perguruan tinggi dimana soal ujian tetapi dapat memilih
swasta menggunakan disusun oleh Ministry tiga mata pelajaran
Seleksi Mandiri dari of Education yang lain dari kelompok
universitas yang terdiri dari lima
bersangkutan. pelajaran, sama berikut: bahasa kedua
seperti ujian masuk nasional, bahasa
SMA. Tahap kedua, asing, matematika,
siswa harus
atau studi umum
mengikuti ujian
masuk yang yang meliputi ilmu
dilakukan masing- dan humaniora.
masing universitas,
Untuk bahasa dan
yaitu ujian
matematika, ada dua
masuk universitas.
tingkat ujian yaitu
Skor kelulusan adalah
akumulasi ujian dasar dan lanjutan.
masuk nasional dan
ujian di setiap
perguruan tinggi.

Rangking Adanya sistem peringkat Adanya sistem Tidak mengenal


didalam kelas maupun di peringkat yang ada di istilah kompetisi atau
sekolah, sehingga dalam kelas.
peringkat. Tidak ada
menciptakan adanya
sekolah terbaik, siswa sekolah terbaik, siswa
terbaik, dsb terbaik, dsb.

Sistem kenaikan Ujian kenaikan kelas Tidak ada ujian Tidak ada ujian
kelas yang dilakukan setiap kenaikan kelas pada kenaikan kelas.
tahun pada setiap jenjang pendidikan
Menggunakan sistem
jenjang pendidikan. dasar tidak, tetapi
siswa yang telah automatic promotion
menyelesaikan proses siswa secara otomatis
belajar di kelas satu
naik kelas.
secara otomatis akan
naik ke kelas dua,
demikian seterusnya.
Ujian akhir juga tidak
ada sehingga siswa
yang telah
menyelesaikan
studinya di tingkat
SD dapat langsung
mendaftar ke SMP.
Akan tetapi sekolah
tetap mengadakan
ulangan atau test
kecil untuk tetap
memacu kualitas dan
kuantitas belajar

Sistem Penilaian Sistem penilaian 3. Jenjang Sistem penilaian


menggunakan penilaian Pendidikan Dasar dilakukan untuk
dengan acuan KKM. System penilaian mengukur
KKM merupakan batas ulangan adalah progress
kriteria ketuntasan dengan /kemajuan siswa
minimal yang harus menggunakan dalam belajar.
dicapai siswa untuk huruf A, B, dan C Sistem penilaian
dapat dikategorikan untuk semua ini digunakan
lulus. Apabila terdapat mata pelajaran untuk mengukur
siswa yang belum kecuali tingkat
memenuhi KKM, matematika. pencapaian
dilakukan pembelajaran Untuk kelas 4 belajar sesuai
remidial. hingga kelas 6, dengan tahap
dilakukan test IQ perkembanganny
untuk melihat a. Jadi proses
kemampuan dasar penilaian di
siswa. Hasil tes Finlandia
ini digunakan mengacu pada
sebagai bahan diri siswa sendiri.
acuan dalam Setiap pelajar
memberikan diberi otonomi
perhatian lebih khusus untuk
kepada siswa- menentukan
siswanya jadwal ujiannya
terutama bagi untuk mata
siswa yang pelajaran yang
kemmpuannya menurutnya
dibawah normal. sudah dia kuasai
4. Pada tingkat
SMP dan SMA,
sama ada dua
kali ulangan
yaitu mid test
dan final test.
Akan tetapi tidak
bersifat wajib
atau pun
nasional. Namun
di beberapa
provinsi tetap
melaksanakan
ujian. Final test
dilaksanakan
serentak selama
tiga hari, dengan
materi ujian yang
dibuat oleh
sekolah
berdasarkan
standar dari
Educational
Board di setiap
provinsi.
Penilaian
kelulusan siswa
SMP dan SMA
tidak
berdasarkan hasil
final test, tapi
akumulasi dari
nilai ulangan
harian, ekstra
kurikuler, mid
test dan final
test.

Sumber: Farizan (2015)

E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Teori pendidikan perlu dipelajari oleh seseorang khususnya di LPTK sebagai lembaga
pendidikan yang akan mengeluarkan sarjana-sarjana pendidikan untuk mempraktekkan dari
teori yang mereka dapatkan di perguruan tinggi. Teori –teori pendidikan dalam implikasi
pedagogik sebagai pedoman dan pegangan untuk seseorang dalam mendidik baik dikeluarga,
sekolah dan masyarakat. Teori pendidikan sangat dibutuhkan untuk dapat mempersiapkan
suatu praktik pendidikan yang terencana dan memiliki tujuan akhir yang jelas. Serta, Manusia
memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman
itu terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, itulah disebut lingkungan
pendidikan, khususnya terjadi pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan sekolah,
kelurga dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut memberikan pengaruh dan warna bagi
perkembangan anak dan mengarungi kehidupan kelak. Keluarga merupakan lingkunagn
pertama dan utama, merupakan dasar pengembangan watak bagi anak dalam mengikuti
perkembangan pendidikan selanjutntnya
Pedagogik merupakan suatu ilmu tentang bagaimana mendidik anak. Mendidik anak
yang seperti apa, mendidik anak yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh setiap
anak dan sesuai dengan perkembangannya baik secara fisik maupun kejiwaan (psikis).
Dimana dalam proses pendidikan memang seyogianya haruslah tepat pada berbagai aspek.
Pendidikan bagi anak memang sudah seharusnya dilandaskan daripada pedagogik, karena di
dalam pedagogik terdapat berbagai unsur apa-apa saja yang seharusnya diberikan kepada
anak, bagaimana penerapannya, dan pemahaman terhadap karakteristik para peserta didik.
Jika berbicara mengenai implikasi landasan pedagogik terhadap landasan kependidikan
keguruan dan tenaga kependidikan nasional, sistem pendidikan Indonesia pada dewasa ini
belum dapat dikategori sebagai kiblatnya pendidikan dunia, berdasarkan versi NF MED 2017
dalam Youth Corps Indonesia, sistem pendidikan terbaik di dunia yakni Finlandia, Jepang,
Korea Selatan, Denmark dan Russia., adakalanya jika diliat dari sistem pendidikan kelima
negara tersebut sejogianya Indonesia bisa meniru dan menjadikan referensi bagi sistem
pendidikan yang ada di negara ini untuk kemajuan sistem pendidikan di Indonesia dan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia.

2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas maka dapat disarankan
sebagai berikut ini:
1. Bagi pendidik, disarankan untuk benar-benar mengetahui dan memahami
prespektif tujuan dan isi pendidikan hal ini bertujuan untuk memberikan peserta
didik pandangan mengenai implikasi landasan pedagogik terhadap pengembangan
teori dan praktek pendidikan di indonesia dan dunia.
2. Bagi mahasiswa program pascasarjana, disarankan untuk mengerti prespektif
tujuan dan isi pendidikan hal ini nantinya untuk diimplementasikan untuk
memberikan wawasan kepada peserta didiknya kelak.
3. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan referensi bagi
pembaca, dan apabila ada keterbatasan ilmu dalam pembuatan laporan ini kami minta
maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA

Adeluna Chibi. (2014). Pendidikan di Jepang.


http://japanlunatic.do.am/index/pendidikan_di_jepang/0-296. Diakses pada 7 Juni 2014 pukul
10.26
Anonim.(2014). Education in Finland.
http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Finland . Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 13.31
Anonim. (2014). Pendidikan di Jepang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Jepang. Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 10.33
Anonim. (2013). Pendidikan di Finlandia Gratis Mulai Dari TK Sampai S3.
http://pediakita.com/pendidikan-di-finlandia-gratis-mulai-dari-tk-sampai-s3.html.
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 10.36
Anonim. (2012). Peningkatan Kualitas Guru, Belajar dari Sistem Jepang.
http://hifizahn.wordpress.com/2013/05/25/peningkatan-kualitas-guru-belajar-dari-sistem-
jepang/.Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 13.28
Anonim. (2013).Karakteristik Sistem Pendidikan Terbaik Finlandia.
http://www.sekolahdasar.net/2013/03/karakteristik-sistem-pendidikan-terbaik.html .
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 13.55
Elin dkk. (2013). Jam Belajar Jepang vs Jam Belajar Indonesia.
http://japanmaniak.blogspot.com/2013/02/jam-belajar-jepang-vs-jam-belajar.html.
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 11.01
Farizan. (2015). “Perbandingan dalam Penilaian Pembelajaran di Indonesia,
Jepang, dan Finlandia”. Surabaya: Universitas Dr. Soetomo
Finland Ministry of Education and Culture. (2014). Finance and the state budget.
http://www.minedu.fi/OPM/Linjaukset_ja_rahoitus/talousarviot/?lang=en
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 10.44
Hasan Langgulung.1986. Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka alHusna, 1986), hlm.
19
Hendi Suhendi. (2013). Kualifikasi Guru di Finlandia.
http://hendisuhendi2012.wordpress.com/2013/02/09/download-standar-isi-pai-kurikulum
2013/. Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 13.05
Heri Maulana, dkk., (2010, 03 Juni). “Studi Komparasi Pendidikan Dasar Indonesia Dengan
Finlandia”. [online]. Diakses pada http://edutechpreneur.wordpress.com
lruad lhsan. 1977. Dasar Kependidikan, Bineka cipt4Jakart a, 1997,hal g4
Jailani,Syahran. 2014. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal pendidikan islam vol.8.No 2 Oktober 2014.
Karis Mauyy. (2012). Kurikulum Baru 2013, Daftar Mata Pelajaran Wajib dan Mata
Pelajaran Pilihan!.
http://rideralam.com/2012/12/14/kurikulum-baru-2013-daftar-mata-pelajaran-wajib-dan-
mata-pelajaran-pilihan/. Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 11.51
Ki Hajar Dewantara. 1961. , Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1961), hlm. 250
Lesale. Sekolah Gratis Bukan Mimpi.
http://www.ligagame.com/forum/index.php?topic=60471.0;wap2. Diakses pada 7 Juni 2014
pukul 10.57
Malatuny, Yakob Godlif. (2016, 20 Oktober). “Kajian Tentang Implikasi Landasan
Pedagogik Terhadap Pengembangan Teori dan Praktik Pendidikan di Indonesia dan
Dunia”. [online]. Diakses pada https://godliefmalatuny.blogspot.com/2016/10/kajian-
tentang-implikasi-landasan.html
Munir Ramli. (2008). Alokasi Anggaran Pendidikan Jepang.
http://murniramli.wordpress.com/2008/10/20/alokasi-anggaran-pendidikan-jepang/. Diakses
pada 7 Juni 2014 pukul 11.23
Murni Ramli. (2007). Gaji Guru di Jepang.
http://murniramli.wordpress.com/2007/02/15/gaji-guru-di-jepang/ .
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 12.56
Murni Ramli. (2007). Kurikulum SMA di Jepang.
http://murniramli.wordpress.com/2007/04/13/kurikulum-sma-di-jepang/.
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 11.32
Nani Roslinda. (2013). Membandingkan Sistem Pendidikan Finlandia dengan Sistem
Pendidikan Indonesia.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/16/membandingkan-sistem-pendidikan-finlandia-
dengan-sistem-pendidikan-indonesia-534276.html.
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 11.44
Pusdatin. (2013). APBNP 2013: Anggaran Pendidikan Naik Jadi Rp 345,335 Triliun.
http://www.setkab.go.id/berita-9235-apbnp-2013-anggaran-pendidikan-naik-jadi-rp-
345335-triliun.html. Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 10.51
Sadulloh, Uyoh. (2007). Filsafat Pendidikan. Bandung: Cipta Utama.
Sadulloh, Uyoh. (2010). Pedagogik, ilmu mendidik. Bandung: Alfabeta
Selo Soemarjan. 1962, Sosiologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1962),
hlm. 127.
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. (2014) . Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung :
Percikan Ilmu.
Tadjab. (1994). Perbandingan Pendidikan Surabaya, Penerbit:Abidarma
Wildan Maulana. (2012). Penilaian Siswa di Finlandia - Pendidikan Dasar.
http://www.slideshare.net/wildan.m/penilaian-siswa-di-finlandia-pendidikan-dasar.
Diakses pada 7 Juni 2014 pukul 11.19

Anda mungkin juga menyukai