Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN


ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN KEJURUAN

DISUSUN OLEH:

INGGRID FEBY DWI SHAFIRA M

NIM: 1824041010

HERDI JOSHUA

NIM: 1824042024

MUHAMMAD NURYAQIN PRATAMA PUTRA

NIM: 1824042001

RISKA PATO

NIM: 1824042022

MUHAMMAD RIFAI RISALDI

NIM: 1824042014

ADAM ADI WIJAYA

NIM: 1824042037

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan:

a) Education for employment : (pendidikan untuk pekerjaan) siswa mengikuti pendidikan


ditargetkan untuk menjadi pribadi yang siap kerja, dan untuk mengetahui serta memahami apa
yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk
menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan
pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan dalam
lingkungan pendidikan sebagai pekerjaannya.

b) Education for employability : (pendidikan untuk kelayakan kerja) siswa mengikuti pendidikan
ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang profesional, berdedikasi, mengetahui dan
memahami serta merespon dengan cepat apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan
dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri
kemampuannya, mencari alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil
keputusan dengan cepat.

c) Education for self-employment : (pendidikan untuk mempekerjakan diri sendiri) siswa


mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan untuk mengetahui, memahami
serta membaca peluang usaha yang ada di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan jenis
usaha, masalah yang mungkin mucul dilatih untuk menyelesaikannya. Siswa mampu
mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan mengembangkan usahanya,
pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan.
Berikut adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari berbagai sumber dan
pakar pendidikan:

a) Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus,
agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian,
kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8)

b) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu
agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).

c) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi
pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia
kerja (Good, 1959).

Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan
kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan
mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

2. Fungsi Pendidikan Kejuruan


Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya
yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki
keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Sebagai suatu
pendididikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik
untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang mampu menciptakan produk
unggul yang dapat bersaing di pasar global dan professional yang memiliki kualitas moral di
bidang kejuruannya (keahliannnya). Di samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi
mempersiapkan siswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain
meliputi:
a) Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
b) Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
c) Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).
Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan tugasnya secara cepat,
tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:
a) ilmu atau teori yang sistematis,
b) kewenangan professional yang diakui oleh klien,
c) sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dan
d) kode etik yang regulative.
Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:
a) Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan

3. Filsafat Pendidikan Kejuruan


Filsafat adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup dan landasan berpikir
yang diianggap benar dan baik. Filsafat menurut Jalius Jama: 2010 meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) Usaha secara spekulatif untuk menyajikan pandangan yang sistematis dan lengkap tentang
kenyataan.
b) Usaha mendeskripsikan sifat dasar yang terdalam dan sesungguhnya dari kenyataan.
c) Usaha untuk menentukan batas-batas dan lingkup pengetahuan.
d) Penyelidikan secara kritis terhadap hipotesis.
e) Ilmu untuk membantu seseorang untuk memaknai (purposeful meaning) apa yang dikatakan
dan apa yang dilihat dan apa yang dilakukan.

Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan keberadaanya,
yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan
kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya.
Sedangkan esensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya
dengan sistem-sistem yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan
moral.
Landasan filosofis yang mendasari pendidikan kejuruan, harus mampu menjawab dua
pertanyaan : pertama, Apa yang harus diajarkan? dan kedua, Bagaimana harus mengajarkan?
(Calhoun dan Finch, 1982). Chalhoun dan Finch menegaskan bahwa sumber prinsip-prinsip
fundamental pendidikan kejuruan adalah individu dan perannya dalam suatu masyarakat
demokratik, serta peran pendidikan dalam transmisi standar sosial.

1. Landasan filsafat pendidikan kejuruan


Menurut Teori Prosser (dalam presentasi oleh Bachtiar Hasan: 2010 berjudul Pendidikan
Kejuruan di Indonesia), landasan filsafat pendidikan kejuruan dapat diringkas sebagai berikut:
a) Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengan materi, alat, mesin dan tugas-tugas
yang sama atau tiruan dimana siswa akan bekerja.
b) Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya diperkenalkan dengan situasi nyata untuk
berfikir, berperasaan, berperilaku seperti halnya pekerja, di industri, dimana siswa akan bekerja
setelah lulus.
c) Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa dilatih langsung untuk berfikir dan secara teratur.
d) Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memiliki kemampuan minimum agar mereka bisa
mempertahankan diri untuk bekerja dalam posisi tersebut.
e) Pendidikan kejuruan akan efektif jika membantu individu untuk mencapai cita-cita,
kemampuan, dan keinginannya pada tingkat yang lebih tinggi.
f) Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi dan keterampilan akan efektif hanya
diberikan kepada siswa yang merasa memerlukan, menginginkan dan mendapatkan keuntungan
dari padanya.
g) Pendidikan kejuruan akan efektif apabila pengalaman latihan yang dilakukan akan
membentuk kebiasaan bekerja dan berfikir secara teratur dan betul-betul diperlukan untuk
meningkatkan prestasi kerja.
h) Pendidikan kejuruan akan efektif jika diajar oleh guru dan instruktur yang telah memiliki
pengalaman dan berhasil di dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuan mengenai operasi
dan proses kerja yang dilakukan.
i) Pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam masyarakat, dan situasi pasar, melatih
siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja dan dengan menciptakan kondisi kerja
yang lebih baik.
j) Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya akan terjadi apabila training
yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan bukan merupakan latihan semata. (Prosser dan Allen
1825).
2. Arah prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan masyarakat Miller: 1986 memberikan 10
prinsip pendidikan kejuruan dikaitkan dengan masyarakat (people) sebagai berikut:

a) Bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam pendidikan kejuruan. Lembaga
pendidikan dan kejuruan diharapkan bisa memberikan bimbangan dan tuntunan kepada
masyarakat sekitar dalam memecahkan maslah hidup dan kehidupannya.
b) Belajar seumur hidup
Prinsip belajar seumur hidup atau terus menerus dapat diterapkan pada pendidikan
kejuruan karena pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
c) Memenuhi kebutuhan masyarakat
Pendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu,
masyarakat maupun nasional.
d) Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua
Pendidikan kejuruan terbuka bagi semua lapisan masayarakat tanpa terkecuali, tanpa
membedakan yang kaya dan yang miskin, pria dan wanita.
e) Penempatan
Bukan hanya melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi, pendidikan kejuruan juga
bertanggung jawab untuk dalam penempatan lulusannya untuk menduduki berbagai bidang
pekerjaan dalam kehidupannya sesuai dengan kompetensinya.
f) Perbedaan peran jenis kelamin
Pendidikan kejuruan dapat berperan menghilangkan anggapan salah sebagian masyarakat
bahwa pendidikan kejuruan hanya untuk kaum pria saja. Sesuai dengan prinsip sebelumnya
bahwa pendidikan kejuruan tidak membedakan antara pria dan wanita.
g) Individu dengan kebutuhan khusus dilayani melalui pendidikan kejuruan
Sebagian individu/ masyarakat memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan yang
lain. Hal ini dapat dilayani melalui pendidikan kejuruan.
h) Organisasi siswa adalah suatu corak pendidikan kejuruan integral melalui pendidikan kejuruan
dapat dibentuk organisasi siswa secara integral
i) Guru pendidikan kejuruan merupakan guru pendidikan profesi dan jabatan
Guru merupakan komponen utama dan penting dalam pendidikan kejuruan. Oleh sebab
itu guru harus memiliki kompetensi khusus dalam bidang yang diajarkannya (kompetensi
akademik) dan mengetahui bagaimana cara mengajar (kompetensi pedagogik).
j) Etos kerja (work ethic) dipromosikan melalui pendidikan kejuruan
Etos kerja dapat diartikan sebagai kebiasaan kerja, kecendrungan modal kerja atau
pandangan hidup kerja. Melalui pendidikan kejuruan siswa dilatih untuk meningkatkan etos
kerjanya, prestasi kerjanya dan pada gilirannya dapat mencapai produktivitas yang tinggi.
Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga
memberikan 8 prinsip sebagai berikut:
1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan khususnya pada
proses awal pendidikan itu sendiri.
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan merupakan bagian dari
masyarakat (public system).
3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja/ dunia
industry.
4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu pengembangan
kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menengah.
5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan.
6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui pendidikan kejuruan.
7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.
8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat dilakukan melalui
pendidikan kejuruan.

1. Pendidikan Kejuruan dan Tuntutan Pengelolaan Pendidikan Kejuruan


Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and
match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan
ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program
pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan
link and match, yaitu :
a) Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan demand driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja
lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan,
karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.
b) Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda
(Dual Based Program)
Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan
pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di
sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar,
wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c) Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model
pengajaran berbasis kompetensi Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi,
bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau
satuan-satuan kemampuan.
d) Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang mendasar,
kuat dan luas (Broad Based) Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan,
mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas.
e) Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut
prinsip multy entry, multy exit Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah
memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis
kompetensi) untuk mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja
f) Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke
sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi
itu diperoleh (Recognition of prior learning) Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang.
Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu
g) Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang
mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu Program baru pendidikan
yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan
memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program
pendidikan kejuruan.
h) Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan Sistem baru tetap mengharapkan dan
mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat
memberi return atas investasi SMK.
i) Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan
sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional.
Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi
para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi.
j) Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana
dengan subsidi pemerintah pusat sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau
subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.

2. Pendidikan Kejuruan Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat


Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi kita
terutama SMK , baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
a) Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi
sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan
b) Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan
trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik
selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi
c) Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar
tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk
optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan
di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan.

Upaya untuk mempertahankan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan


masyarakat,dan didalamnya mencakup kemana arah Pendidikan Kejuruan dibawa, dalam hal ini
SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran
dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip-
prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :

1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika
lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan
dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan
bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri
4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali
minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi
5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat
diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat
untung darinya
6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja
dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam
pekerjaan nantinya
7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses
dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan
dilakukan
8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia
tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut
9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda
pasar kerja)
10. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan
kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat
pengajaran kejuruan
Pendidikan kejuruan diperngaruhi oleh beberapa aliran filsafat. Aliran-
aliran filsafat pendidikan kejuruan memberikan sumbangsih pemikiran
terhadap arah dan tujuan pendidikan kejuruan. Berikut beberapa aliran
filsafat dan perannya dalam pendidikan kejuruan :
a. Aliran pragmatisme memiliki peran yang penting dalam pendidikan
teknologi dan kejuruan. Pragmatisme yang cenderung berpikir secara
materialis dan nyata serta memikirkan kebutuhan-kebutuhan dunia
secara praktis memiliki peran terhadap pendidikan teknologi dan
kejuruan yang berorientasi pada penguasaan keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan dunia kerja. Aliran pragmatisme dengan pendidikan
teknologi dan kejuruan sama-sama mengharapkan hal-hal yang praksis
sebagai tindakan nyata. Hal praktis dan nyata dalam aliran pragmatisme
diaktualkan melalui praktek dan kerja pada pendidikan teknologi dan
kejuruan.

b. Aliran esensialisme memiliki keterkaitan dengan pendidikan teknologi


dan kejuruan terutama dalam menciptakan budaya kerja bagi peserta
didik. Aliran esensialisme yang menginginkan pengetahuan kembali pada
kebudayaan lama yang ada di masyarakat seperti budaya disiplin sangat
menunjang pelaksanaan pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya
dalam hal praktek, dengan budaya disiplin peserta didik diharapkan
mampu menyerap banyak hal karena aliran pragmatisme menganggap
manusia sebagai kaum transendental yang mampu berbuat sendiri dan
melakukan kreatifitas sendiri dekat dengan situasi sebenarnya.

c. Aliran eksistensialisme yang menganggap manusia sangat ditentukan


oleh tindakan dan pengalmannya sangat berkaitan dengan pendidikan
teknologi dan kejuruan. Aliran eksistensialisme memberikan sumbangsih
pemikiran pada pendidikan teknologi dan kejuruan terutama dalam
penguatan esensi. Pemberian pengalaman berupa praktek dalam
pendidikan teknologi dan kejuruan sangat ditekankan karena akan
menjadi bekal bagi peserta didik sebelum terjun ke dunia kerja.
Eksistensialisme menjadikan praktek dalam pendidikan teknologi dan
kejuruan sebagai tindakan real yang menentukan nasib peserta didik di
dunia kerja.

d.Aliran liberalisme yang menekankan kebebasan individu dalam


memberdayakan potensi pribadi menjadi keharusan dalam pendidikan
teknologi dan kejuruan. Peserta didik pendidikan teknologi dan kejuruan
merupakan orang-orang yang menyadari bakat dan potensinya, sehingga
mereka berkecimpung bukan karena paksaan dan dorongan dari orang
lain termasuk orang tua melainkan keinginan sendiri untuk menjadi
peserta didik dalam pendidikan teknologi dan kejuruan. Liberalisme
menganggap bahwa pendidikan merupakan upaya membebaskan dan
meningkatkan kualitas diri dengan memberdayakan kemampuan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http:// dasmanjohan.wordpress.com (tanggal 15 Juni 2012)


Makhun, Johar (2012) diakses mealului website.
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN/IPA/196803081993031JOHARMAKN
UN/Pend-kejuruan.pdf pada 30 Juni 2012
Hasan, Bachtiar (2012) diakses melalui website.
http://file.upi.edu/Direktori/E-FPTK/JUR.PEND.TEKNIKELEKTRO/195512041981031-
BACHTIAR HASAN/PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA.pdf pada tanggal 15 Juni
2012
Kurniawan (2012) diakses melalui website www. Pendidikannetwork.com
http://re-searchengines.com/0208kurniawan.html pada tanggal 30/10/2012
http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/implementasi-filsafat-pendidikan-di-pendidikan-teknologi-
kejuruan.pdf
pada tanggal 16 Juni 2012
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/195012051979031-
AS’ARI_DJOHAR/MAKALAH/PENDIDIKAN_TEKNOILOGI_DAN_KEJURUAN.pdfpada
tanggal 16 Juni 2012
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/195512041981031-
BACHTIAR_HASAN/PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdfpada tanggal 16 Juni
2012

Anda mungkin juga menyukai