Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor  10 Tahun 1998, Bank wajib memeliharan


kesehatannya. Kesehatan Bank merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank.
Selain itu kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik
pemilik, pengelola dan masyarakat pengguna jasa Bank.

Tingkat kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan
evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Bank serta
untuk menentukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan Bank, baik berupa
corrective action oleh Bank maupun supervisory action oleh Bank Indonesia.

Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak


pada kepercayaan dari nasabahnya. Mengingat Bank adalah bagian dari system
keuangan dan system pembayaran, kepercayaan masyarakat kepada bank
merupakan unsur pokok terhadap eksistensi  dari suatu Bank. Maka Kesehatan
Bank merupakan tolok ukur bagi manajemen untuk menilai apakah pengelolaan
bank dilakukan sejalan dengan azas-azas perbankan yang sehat dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tujuan dari tolok ukur tersebut untuk menetapkan arah
pembinaan dan pengembangan bank baik secara individual maupun perbankan
secara keseluruhan
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Kesehatan Bank

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2005:51) kesehatan bank diartikan


“kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-
cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Pengertian tentang kesehatan
bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank
mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha
perbankannya. Menurut Budisantoso dan Triandaru (2005:51), kegiatan tersebut
meliputi:

1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan


modal sendiri;

2. Kemampuan mengelola dana;

3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat;

4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik


modal, dan pihak lain;

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Dengan kata lain tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan
peraturan perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).

Dasar Hukum Kesehatan Bank

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan Bank telah ditentukan oleh


pemerintah melalui Bank Indonesia, yaitu berdasarkan Undang-Undang No 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, pembinaan dan pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia, menetapkan
bahwa :

1. bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan


kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian;

2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah


dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara
yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada Bank,

3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan


penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;

4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan


bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta
wajib memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari
segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank
tersebut;

5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara


berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat
menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank;

6. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,


perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu
diaudit oleh akuntan publik;
7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Peraturan kesehatan bank menekankan bahwa bank di Indonesia memiliki


kewajiban untuk melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan diatas. Keadaan
bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan
mengurangi rasa kepercayaan masyarakat. Bank Indonesia sebagai bank sentral
mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan operasional bank
dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di
Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.

Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank


Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan dasar agar
bank bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan
secara umum. Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar:

1. pemegang saham menambah modal;

2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank;

3. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip


syariah yang macet, dan meperhitungkan kerugian bank dengan modalnya;

4. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;

5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh


kewajiban;

6. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank


kepada pihak lain;

7. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
bank, dan atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat
membahayakan sistem perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan
hukum bank dan membentuk tim likuditas. Apabila direksi bank tidak
menyeleggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank
Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang
berisikan pembubaran badan hukum bank tersebut, penunjukan tim likuditas, dan
perintah pelaksanaan likuditas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Ketentuan Mengenai Aturan Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan BANK dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi dan perkembangan suatu BANK, yang meliputi aspek
Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas,
(CAMEL) serta mempertimbangkan faktor-faktor yang lain yang dapat
menurunkan dan atau menggugurkan TKS.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan
dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan
menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas dan likuiditas.

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan
melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor
dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya
pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar
bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan
bank.

Tahap selanjutnya mengevaluasi kembali dengan memperhatikan informasi dan


aspek-aspek lain yang secara materiil seperti pelanggaran dan atau pelampauan
terhadap ketentuan BMPK, pelanggaran ketentuan Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah (KYC), pelanggaran ketentuan transparansi informasi produk BPR dan
penggunaan data pribadi nasabah.

Faktor-faktor yang dapat menggugurkan penilaian tingkat kesehatan BANK


menjadi Tidak Sehat yaitu perselisihan intern, campur tangan pihak di luar
manajemen BANK, window dressing, praktek Bank dalam bank (Bank in Bank),
kesulitan keuangan, praktek perbankan lain yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha BANK.

Pertimbangan tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing


faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan
predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan
Tidak Sehat.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 5 faktor,


yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen,
Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan istilah Analisis
CAMEL.

Berikut ini penjelasan metode CAMEL:


 Aspek Permodalan (CAPITAL), Penilaian pertama adalah aspek
permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank
yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan paa CAR (Capital Adequacy Ratio) yang
ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko.

 Aspek Kualitas Aktiva Produktif (ASSET), Aktiva produktif atau


Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah
semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam
jenis aktiva produktif yaitu :

a. Kredit yang diberikan


b. Surat berharga
c. Penempatan dana pada bank lain
d. Penyertaan

Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan


antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu
juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif
yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan
macet.

 Aspek Kualitas Manajemen (MANAGEMENT), Aspek ketiga penilaian


kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk menilai kualitas
manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut
manajemen bank yang bersangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari
segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani
bebagai kasus yang terjadi.

 Aspek Rentabilitas (EARNING), Penilaian aspek ini diguankan untuk


mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang
bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total
Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional (BOPO)

 Aspek Likuiditas (LIQUIDITY), Aspek kelima adapah penilaian terhadap


aspek likuiditas bank. Suatu bank dukatakan likuid, apabila bank yang
bersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-
hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi
semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini
meliputi:

a. Rasio kewajiabn bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar


b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI,
Giro, Tabungan, deposito dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Kesehatan Bank dapat diartikan kemampuan suatu bank untuk melakukan


kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

 Dasar Hukum Kesehatan Bank adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun


1998 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh
Bank Indonesia.

 Aspek-aspek penilaian kesehatan Bank meliputi Aspek permodalan


(Capital), Kualitas Aset (Asset Quality), Manajemen (Management),
Profitabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity), Sensitivitas terhadap
resiko pasar (Sensitivity to Market Risk).

DAFTAR PUSTAKA
 Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

 2011. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai