Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adinda Ancella P

Npk : 18010000156
PRA PENUNTUTAN
Menurut para ahli pengertian dari pra penuntutan adalah

 Andi Hamzah (1985:158) menyatakan prapenuntutan ialah:


“tindakan-tindakan penuntut umum untuk memberikan petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. Inilah yang terasa janggal, karena memberi
petunjuk untuk menyempurnakan  penyidikan disebut prapenuntutan. hal ini dalam
aturan lama (HIR), termasuk penyidikan lanjutan”
lebih lanjut mengatakan, bahwa “prapenuntutan merupakan petunjuk untuk
menyempurnakan penyidikan lanjutan”.
 Martiman prodjohamijojo  (Andi Hamzah, 1985:160) mengatakan  bahwa:

“Prapenuntutan merupakan wewenang dari penuntut umum. apabila setelah ia menerima dan
memeriksa berkas perkara dari penyidik  pembantu dan berpendapat bahwa hasil penyidikan
dengan disertai  petunjuk-petunjuk seperlunya (Pasal 14  KUHP ), dalam hal penyidik  segera
melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk yang  diberikan oleh penuntut umum
(Pasal  110 ayat (3) KHUP) dan apabila penuntut umum dalam 14 hari tidak mengembalikan
hasil penyidikan tersebut, maka dianggap selesai (Pasal 11 ayat (4) KUHP) dan hal ini  tidak
boleh dilakukan prapenuntutan lagi”.

Setelah melihat beberapa ketentuan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu yang dimaksud
dengan prapenuntutan adalah kewenangan dari penuntutan yang.akan dilakukannya dalam
suatu perkara, dengan cara mempelajari/meneliti berkas perkara hasil penyidikan yang
diserahkan kepadanya guna melakukan penuntutan telah terpenuhi, maka ia memberitahukan
kepada penyidik bahwa hasil penyidikan itu sudah lengkap. sebaliknya bila ternyata hasil
penyidikan belum memenuhi  persyaratan persyaratan penuntutan, maka ia akan
mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk guna melengkapinya.
Adapun ketentuan mengenai prapenuntutan yang dimuat dalam Pasal 14b KUHAP
yaitu sebagai salah satu wewenang penuntut umuk untuk mengadakan
prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 110 ayat (3) dam ayat (4) dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidik dari penyidik.

Maka dari itu untuk tindak-tindak pidana umum, jika Jaksa memandang masih ada
kekurangan pada hasil penyidikan yang dilakukan oleh Polisi, maka yang dapat
dilakukannya adalah yang dinamakan prapenuntutan.
SURAT DAKWAAN
Dasar hukum dari surat dakwaan itu sendiri terdapat pasa Pasal 14D KUHAP mengenai
wewenang dari penuntut umum, ketentuan lebih lanjut yaitu pada Pasal 143 yang dijelaskan
bahwa surat dakwaan mempumyai peranan penting dalam hal penuntut umum melimpahkam
perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut yang
disertai dengan surat dakwaan.
Surat dakwaan tersebut harus berisi keterangan mengenai identitas tersangka dan uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidama yang didakwakkan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Apabila surat dakwaan tersebut
tidak memenuhi ketentuan memgenai tindak pidana yang didakwakan maka dianggap batal
demi hukum.

Dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan Surat
Dakwaan disebutkan tentang bentuk-bentuk surat dakwaan antara lain:

 Dakwaan Tunggal

ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena tidak terdapat kemungkinan
untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti lainnya.

 Dakwaan Alternatif

Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis
lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada
lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang
Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan.

Contoh dakwaan alternatif:

 Pencurian (Pasal 362 KUHP) atau (Pasal 480 KUHP) 

 Dakwaan Subsidair

Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari beberapa
lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu
berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya.

Contoh dakwaan subsidair:

Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP)

Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)

 Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua
dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini
dipergunakan dalam hal Terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-
masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri.

contoh dakwaan kumulatif:

Pembunuhan (Pasal 338 KUHP) Dan Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)
Dan Perkosaan (Pasal 285 KUHP)

 Dakwaan Kombinasi

Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan atau


digabungkan antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidair.

Contoh dakwaan kombinasi:

Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);

Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP);

PENAHANAN OLEH JAKSA

Pada Pasal 20 ayat (2) KUHAP dijelaskan mengenai wewenang dari seorang penuntut umum
untuk melakukan penahanan atau penhanan lanjutan untuk kepentingan penuntutan.

Adapun masa penahanan sebagai berikut ;

DALAM TAHAP PENYIDIKAN:

40 hari masa penahanan perpanjangan pertama, yang berwenang menahan adalah penyidik
namun perpanjangan harus diberikan oleh jaksa penuntut umum.

DALAM TAHAP PENUNTUTAN:

1. 20 hari masa penahanan, dan yang berwenang menahan adalah jaksa penuntut umum.

2. 30 hari masa penahanan perpanjangan pertama, yang berwenang menahan adalah jaksa
penuntut umum namun perpanjangan harus diberikan oleh ketua pengadilan negeri.

3. 30 hari masa penahanan perpanjangan kedua, yang berwenang menahan adalah jaksa
penuntut umum namun perpanjangan harus diberikan oleh ketua pengadilan negeri, dengan
syarat:
a) tersangka menderita gangguan fisik atau mental yang berat; atau

b) perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara 9 (sembilan) tahun atau
lebih.

4. 30 hari masa penahanan perpanjangan ketiga, yang berwenang menahan adalah jaksa
penuntut umum namun perpanjangan harus diberikan oleh ketua pengadilan negeri, dengan
syarat:

a) tersangka menderita gangguan fisik atau mental yang berat; atau

b) perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara 9 (sembilan) tahun atau
lebih.

Anda mungkin juga menyukai