PENDAHULUAN
1
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan
diatur dalam kode etik keperawatan.
Jadi di dalam makalah ini akan membahas hak dan kewajiban seorang
perawat dalam menjalankan kewajibannya terhadap klien/pasien. Agar dalam
pelayanan kesehatan perawat bisa mengurangi kelalaian.
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian hak dan kewajiban.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hak dan kewajiban Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan
Kesehatan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui hak dan kewajiban perawat.
5. Mahasiswa dapat mengetahui contoh kasus hak dan kewajiban pasien dan
perawat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Dan Kewajiban
3
5. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis
yang akan dilakukan pada pasien.
6. Hak untuk menghentikan pengobatan.
7. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain /
Rumah Sakit lain.
8. Hak atas isi rekaman medis / data medis.
9. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
10. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya
yang
dikenakan / dokumen pembayaran / bon /bill.
11. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan
tindakan yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.
4
c. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan.
d. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
e. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
f. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang
berlaku.
g. Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medik yg akan dilakukan thd dirinya.
h. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
i. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
j. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau
masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
k. Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak
mengganggu ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.
l. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit
m. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit
terhadap dirinya
n. Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
o. Hak akses /’inzage’ kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam
medis miliknya.
p. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya kepada dokter yang merawat.
q. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
5
r. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban
memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya
2. Kelalaian (Negligence)
6
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk
dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada
unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat
melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain
(Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud
dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan
apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar,
atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan
sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu
yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak
dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah
ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat
tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan
keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
3. Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum
atau tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan
tanpa indikasi yang memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang
tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi
prosedur
7
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.
8
pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan kurang
pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.
Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam
praktik keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat
mempertaggung jawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan
dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier, 1991).
6. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.
Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan
penerima praktek keperawatan yang ada di Indonesia, adalah
sebagai berikut:
9
moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di
Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas
mengandung dua komponen utama, yakni tanggung jawab dan
tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat
dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang
dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)
10
perawat melakukan tindakan diluar kewenangan sebagaimana
disebutkan dalam pasal 20 Kepmenkes 1239 adalah bagian dari
good samaritan law yang memang diakui diseluruh dunia. Otonomi
kerja perawat dimanifestasikan ke dalam adanya organisasi profesi,
etika profesi dan standar pelayanan profesi. Oragnisasi profesi
atau representatif dari masyrakat profesi harus mampu
melaksanakan self-regulating, self-goverming dan self-disciplining,
dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa
perawat berpraktek adalah perawat yang telah kmpeten dan
memenuhi standar.
Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi,
untuk mengatur sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama
berkaitan dengan moralitas. Etika profesi perawat mendasarkan
ketentuan-ketentuan didalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat
khusus moralitas profesi perawat, seperti autonomy, beneficence,
nonmalefience, justice, truth telling, privacy, confidentiality,
loyality, dan lalin-lain. Etika profesi bertujuan mempertahankan
keluhuran profesi umumnya dituliskan dalam bentuk kode etik dan
pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau dewan
kehormatan etik.
Sedangkan standar pelayanan Kepmenkes 1239 disebut sebagai
standar profesi, dan diartikan sebagai pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalanankan profesi
secara baik dan benar.
Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan
tanggung jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum
pidana yang dilakukannya. Jenis pidana yang mungkin dituntutkan
kepada perawat adalah pidana kelalaian yang mengakibatkan luka
(pasal 360 KUHP), atau luka berat atau mati (pasal 359 KUHP),
yang dikualifikasikan dengan pemberatan ancaman pidananya bila
dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya (pasal 361
11
KUHP). Sedangkan pidana lain yang bukan kelalaian yang
mungkin dituntutkan adalah pembuatan keterangan palsu (pasal
267-268 KUHP).
Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelallaian yang dapat
dituntutkan kepada profesi perawat dapat berupa kelalaian dalam
melakukan asuhan keperawatan maupun kelalaian dalam
melakukan tindakan medis sebagai pelaksana delegasi tindakan
medis. Kelalaian dapat berupa kelalaian dalam mencegah
kecelakaan di Rumah Sakit (jatuh), kelalaian dalam mencegah
terjadinya decubitus atau pencegahan infeksi, kelalaian dalam
melakukan pemantauan keadaan pasien, kelalaian dalam merespon
suatu kedaruratan, dan bentuk kelalaian lainnya yang juga dapat
terjadi pada pelayanan profesi perorangan.
HAK-HAK PERAWAT
12
5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam
bidang keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien dan
atau keluarganya.
11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai
peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
KEWAJIBAN PERAWAT
13
5. Menghormati hak-hak klien atau pasien.
6. Merujuk klien atau pasien kepada perawat lain atau tenaga kesehatan lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik.
10. Membuat dokumen asuhan keperawatan atau kebidanan secara akurat dan
berkesinambungan.
14
CONTOH KASUS I
15
dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai
dibawah tempatt tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.
Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan
adanya peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga
terkejut dengan peristiwa itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan
mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian itu. Perawat dan keluarga
menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T mengatakan ”saya akan
mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pad temapt
tidurnya”, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami ” saya
pikir kan hanya mengambil air minum”.
Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan
perawat memberikan obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi
perawat lupa memasng side drill tempat tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga
perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila butuh sesuatu dapat
memanggil perawat dengan alat yang tersedia.
PEMBAHASAN KASUS
Analisa Kasus
Kasus Tn.T merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya
dengan menjamin bahwa Tn.T tidak akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi
Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak kanan, sehingga mengalami
kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini
lupa atau tidak memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan
obat injeksi captopril, sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur
16
membuat Tn.T merasa leluasa bergerak dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah
yang menyebabkan Tn.T terjatuh.
Seharusnya sebagai perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik
etik, disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan,
perawat harus menperhatikan beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek
keperawatan dengan ketelitian dan kecermatan, sesuai standar praktek
keperawatan, melakukan kegiatan sesuai kompetensinya, dan mempunyai upaya
peningkatan kesejaterahan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.
Kelalaian implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum, bila
penyelesaiannya dari segi etik maka penyelesaiannya diserahkan dan ditangani
oleh profesinya sendiri, dalam hal ini dewan kode etik profesi yang ada
diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum maka harus dilihat
apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau keduannya
dan ini membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang berkompeten
dibidang hukum.
Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan kelalaian
dengan alasan, sebagai berikut:
17
f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise
keperawatan
g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena
kerjasama pasien dan keluarga merupakan hal yang penting.
h. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan
asuhan keperawatan
Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran
etik dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku,
penerima, dan organisasi profesi dan administrasi.
a. Terhadap Pasien
1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat
menimbulkan masalah keperawatan baru
2) Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari
rawat
3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah
kesehatan/ keperawatan lainnya.
4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan
perawatan sesuai dengan standar yang benar.
5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut
pihak Rumah Sakit atau perawat secara peroangan sesuai dengan
ketententuan yang berlaku, yaitu KUHP.
b. Perawat sebagai individu/pribadi
1) perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga
pihak profesi sendiri, karena telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik
keperawatan, antara lain:
a) Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang
sebaiknya dan merugikan pasien
18
b) Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien
tentang tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pasien dan
keluarga untuk dapat mencegah pasien jatuh dari tempat tidur
c) Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai
kehidupan manusia, jatuhnya pasien akan menambah penderitaan
pasien dan keluarga.
d) Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya
karena perawat tidak mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan
keluarga, yang seharusnya sifat caring ini selalu menjadi dasar dari
pemberian bantuan kepada pasien.
2) Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga
pasien dan ganti rugi atas kelalaiannya. Sesuai KUHP.
3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan
mendapat peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang – Direktur RS)
dan juga organisasi profesinya.
c. Bagi Rumah Sakit
1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan RS
2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan
melanggar visi misi Rumah Sakit
3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum
pidana dan perdata karena melakukan kelalaian terhadap pasien
4) Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan
baik secara administrasi dan prosedural
d. Bagi profesi
1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan
berkurang, karena menganggap organisasi profesi tidak dapat
menjamin kepada masyarakat bahwa perawat yang melakukan asuhan
keperawatan adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi
standar keperawatan.
19
2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan
mutu dan standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan
keperawatan
3. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi
penerima pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:
1) Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :
a. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan
keperawatan/praktek keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian
tidak ceroboh.
b. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh
organisasi profesi dengan jelas dan tegas.
c. Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi
perawat yang sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan
melakukan praktek keperawatan.
d. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada
perawat/praktisi keperawatan sebelum memberikan praktek
keperawatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik secara
administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan dengan sudah
melewati proses-proses tertentu.
20
e. Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai
dengan standar praktek keperawatan.
f. Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan kepada
perawat yang melakukan kelalaian.
g. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam
pembinaan dan persiapan pembelaan hukum bila ada tuntutan dari
keluarga.
21
Hak-hak pasien juga dijelaskan pada Undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan. Pasal 14 UU tersebut mengungkapkan bahwa setiap orang
berhak untuk mendapatkan kesehatan optimal. Pasal 53 menyebutkan bahwa
setiap pasien berhak atas informasi, rahasia kedokteran, dan hak opini kedua.
Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena
kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
22
a) Pertanggungjawaban langsung dan mandiri (personal liability) berdasarkan
Pasal 1365 BW dan Pasal 1366 BW. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut
maka seorang perawat yang melakukan kesalahan dalam menjalankan fungsi
independennya yang mengakibatkan kerugian pada pasien maka ia wajib
memikul tanggungjawabnya secara mandiri.
b) Pertanggungjawaban dengan asas respondeat superior atau vicarious liability
atau let's the master answer maupun khusus di ruang bedah dengan asas the
captain of ship melalui Pasal 1367 BW. Bila dikaitkan dengan pelaksanaan
fungsi perawat maka kesalahan yang terjadi dalam menjalankan fungsi
interdependen perawat akan melahirkan bentuk pertanggungjawaban di atas.
Sebagai bagian dari tim maupun orang yang bekerja di bawah perintah
dokter/rumah sakit, maka perawat akan bersama-sama bertanggung gugat
kepada kerugian yang menimpa pasien.
c) Pertanggungjawaban dengan asas zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354
BW.
d) Dalam hal ini konsep pertanggungjawaban terjadi seketika bagi seorang
perawat yang berada dalam kondisi tertentu harus melakukan pertolongan
darurat dimana tidak ada orang lain yang berkompeten untuk itu.
23
urine pasien dengan kateter secara rutin setiap hari. Melainkan 2 hari
sekali dengan ditunggu sampai penuh. Tindakan tersebut megakibatkan
pasien mengalami infeksi saluran urine dari kuman yang berasal dari urine
yang tidak dibuang.
c) Mengerjakan kewajiban tetapi tidak sesuai dengan yang seharusnya; suatu
tugas yang dikerjakan asal-asalan. Sebagai contoh seorang perawat yang
mengecilkan aliran air infus pasien di malam hari hanya karena tidak mau
terganggu istirahatnya.
d) Mengerjakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan; dalam hal ini apabila
seorang perawat melakukan tindakan medis yang tidak mendapat delegasi
dari dokter, seperti menyuntik pasien tanpa perintah, melakukan infus
padahal dirinya belum terlatih.
24
penyelenggaraan praktik perawat berdasarkan ketentuan yang berlaku. Permenkes
No. 148/2010 telah memberikan ketentuan administrasi yang wajib ditaati perawat
yakni:
a) Surat Izin Praktik Perawat bagi perawat yang melakukan praktik mandiri.
b) Penyelengaraan pelayanan kesehatan berdasarkan kewenangan yang telah
diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 dengan pengecualian Pasal 10.
c) Kewajiban untuk bekerja sesuai standar profesi
CONTOH KASUS II
Di sebuah bangsal Rumah sakit R di kota K Kondisi saat itu di rumah sakit
tersebut memang jumlah perawat dan pasien memang tidak sebanding, itu pun
jumlah perawat di tiap ruangan 2 sampai 3 dan masih lulusan SPK atau SPKC.
Lainnya tenaga keperawatan diambil dari lulusan SD dan SMP. Sedangkan
jumlah pasien tiap ruangan antara 30 sampai 60 pasien .
Setiap shift jaga sore atau malam 1 atau 2 orang perawat juga kejadian
kasus ini berawal saat perawat S memberi dan membimbing minum obat oral pada
saat jaga sore, memang ada salah satu pasien yang sering menipu pada saat
25
minum obat dengan cara pura – pura minum obat kemudian kalau tidak ketahuan
perawat membuang atau memuntahkan kembali obat tersebut kemudian
memasukkan obat tersebut di saku bajunya, pasien tersebut bernama D. pada saat
memberi obat pada pasien D perawat S tersebut berpesan agar obatnya diminum
tidak dibuang. Pasien tersebut juga mengatakan “ Ya Pak”. Sambil memberi obat
pada pasien lainnya perawat S tersebut tetap memperhatiakan pasien D tersebut,
sampai pada suatu ketika pasien D membelakangi perawat S kemudian mengusap
mulutnya. Melihat kejadian tersebut parawat S memanggil dan menarik baju
pasien kemudian mengecek saku baju pasien ternyata benar ada beberapa butir
obat di saku tersebut. Melihat kejadian tersebut perawat S kontan membentak dan
memarahi pasien, tak cuma itu perawat tersebut penampar mulut pasien beberapa
kali sampai akhirnya pasien D tersebut mengatakan “ampun Pak”! kemudian
disuruhlah pasien tersebut meminum kembali obetnya dan menyarankan untuk
tidak mengulangi perbuatannya.
ANALISIS KASUS
26
Perawat tidak menjunjung tinggi nama baik profesi karena seharusnya perawat
bersifat lemah lembut dan sopan serta sabar. Tetapi perawat tersebut malah
berperilaku kasar pada pasien.
Pelanggaran Hak – Hak Pasien
Walaupun pasien tersebut adalah gangguan jiwa perawat harusnya tetap
memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperlakukanya dengan
sopan santun membimbing minum obat disertai dengan marah – marah jelas
tidak sesuai standar profesi perawatan
Perawat lalai akan kewajibannya untuk :
a. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai standar profesi
b. Menghormati hak – hak pasien
Pada kasus diatas jelas perawat tidak menunjukkan profesionalnya. Sebagai
peran pelaksana seharusnya perawat dapat bertindak sebagai pemberi rasa
nyaman (comforter) dan pelindung (protector), memperlakukan dengan kasar
pada pasien jelas tidak akan memberi rasa nyaman pada pasien walaupun
pasien tersebut dengan gangguan jiwa.
Perawat tidak mencerminkan niai-nilai seorang perawat yaitu lemah lembut
dan menghargai orang lain seharusnya perawat membimbing obat dengan cara
membujuk atau meyakinkan bahwa obat tersebut perlu untuk dirinya dengan
cara pendekatan dan tindakan yang lemah lembut.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dengan perubahan paradigma perawat dari yang dulunya vokasional
menjadi professional maka perawat dan mahasiswa sebagai calon perawat harus
memahami betapa pentingnya standart praktik keperawatan sehingga membantu
dalam kelancaran memberikan asuhan keperawatan
Dan dengan konsekuensi tersebut perawat dan mahasiswa harus mampu
mengembangkan kemampuan kognitif maupun psikomotornya serta juga mengerti
27
dengan hokum – hokum yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan, sehingga
bias terhindar dari kesalahan dan dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan
standart, sehingga menghasilkan pelayann yang bermutu.
3.2 Saran
Perawat dan mahasiswa harus lebih mampu untuk megembangkan dirinya
sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta mampu melaksanakan
standart praktik dengan baik sehingga dengna perubahan paradigma tersebut dan
pembagian tugas dan tanggung jaawab membuat seorang perawaat selalu siap.
DAFTAR PUSTAKA
28
Indradi, R. 2007. Informed Consent, Hak‐Hak Pasien dalam Menyatakan
Persetujuan Rencana Tindakan Medis. Retrieved Januari 25, 2007. from
http://ranocenter.blogspot.com/2007_01_01_archive.html
29