Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK PEMBUKAAN HUTAN TERHADAP

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Dosen Pengajar : Dra. Agus Gunarto. M,M

Nama : Ayu Wulandari


NIM : 08060073
Kelas : PSIK 4B

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Stop Pembukaan Hutan untuk Perkebunan

Laporan wartawan KOMPAS Yuni Ikawati


Kamis, 11 Maret 2010 | 07:16 WIB

GREENPEACE/ARDILES RANTE
Papua, Indonesia Perbedaan yang tajam antara hutan tersisa
dan hutan yang telah hancur untuk pembukaan perkebunaan
kelapa sawit di Papua, hutan alam terakhir Indonesia.

DENPASAR, KOMPAS.com- Untuk mencapai pengurangan 26 persen


karbon dioksida hingga 2020, pemerintah hendaknya mengeluarkan larangan
pembukaan hutan untuk perkebunan. Perluasan perkebunan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan lahan kritis atau lahan terlantar yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Hari ini dikemukakan Rachmat Witoelar, selaku Ketua Pelaksana Dewan
Nasional Perubahan Iklim pada hari pertama Simposium ke-4 GEOSS (Global on
Earth Observation System of System) Asia-Pasifik, di Hotel Sanur Paradise Plaza,
Bali, Rabu (10/3/2010). Simposium yang dilaksanakan hingga jumat(12/3)
diselenggarakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mewakili
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Sekretariat Global on Earth
Observation dan Pemerintah Jepang. Pertemuan ilmiah ini dihadiri oleh sekitar
200 pesert dari 26 negara di Asia-Pasifik.
Pengurangan emisi karbon tersebut terdiri dari 6 persen dari sektor energi,
enam persen dari pengelolaan limba, dan 14 persen untuk pengelolaan lahan
hutan. Selain itu juga ditargetkan penurunan jumalah hotspot (titik api) kebakaran
hutan atau lahan sekitar 20 persen per tahun. Sementara itu menurut Menteri Riset
dan Teknologi, Suharna Surapranata untuk memenuhi target pengurangan emisi
yang dicanangkan Presiden RI itu, diperlukan penguasaan teknologi hijau atau
ramah lingkungan dan pengembangan jejaring sistem observasi bumi secara
global.
Teknologi hijau tersebut harus mencakup 9 elemen atau Societal Benefil Area
yaitu kebencanaan, kesehatan, energi, air, iklim, cuaca, ekosistem pertanian dan
keragaman hayati. Ia mengharapkan pertemuan ini dapat memperkuat kerjasama
regional untuk penelitian keragaman hayati, kehutanan pan penelusuran sumber
karbon di Asia-Pasifik.
Pembahasan utama dalam Simposium GEOSS kali ini, jelas Agus Hidayat
selaku Kepala Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan
Jauh Lapan yakni mengenai perubahan iklim, keragaman hayati dan sumber daya
air. “Perubahan iklim memang menjadi masalah global yang menjadi perhatian
banyak negara di dunia, yang menjaling kerja sama untuk mengurangi dampak
tersebut” ujar Agus.
Menurut mantan Kepala Lapan ini, tekad pengurangan CO2 ini dapat
terealisasi dengan cara pengelolaan hutan yang benar. Peran Indonesia yang
dimotori Lapan dalam upaya ini yakni memantau hutan dengan satelit
penginderaan jauh (remote sensing). Upaya ini telah dilakukan dengan
menggalang kerja sama dengan Australia. Dengan negara ini juga disususn
program penyusunan neraca karon nasional. Tahun ini akan diselesaikan untuk
Sumatera dan Kalimatan.
Untuk memantau hutan dan lahan disediakan data satelit, tenaga ahli, dan
infrastruktur terkait. Dengan cara pemantauan efektif dan akurat yang dibantu
jaringan internasional, Indonesia dapat membuktikan kepada dunia dapat
berkontribusi dalam pengurangan emisi korban.

Simposium GEOSS
Simposium GEOSS ini juga berfungsi sebagai wadah negara di Asia-Pasifik untuk
bertukar informasi dan pemahaman dalam menangani perubahan iklim. Hasil
pertemuan tersebut nantinya akan menjadi rekomendasi untuk GEO Ministerial
Summit di Beijing, China, pada November mendatang.
Pertemuan ini bertujuan memperkuat jejering internasional antar negara-negara
anggota. Jaringan tersebut akan membentuk sinergi nasiona, regional, dan
internasional dalam membangun jejaring observasi bumi untuk kesejahteraan
masyarakat.
“Ada empat working group (kelompok kerja) yang akan menjadi fokus dalam
simpisium ini” jelas Ratih Dewanti selaku Kepala Biro Human Lapan, yakni
Kapasitas pemantauan dan variabilitas iklim Asia-Pasifik, Manajemen Sumber
Daya Air dan Hidrometeorologi Terkait dengan Bencana Alam, Pemantauan
Karon Hutan; dan Jaringan Observasi Biodiversity di Asia-Pasifik.

(http://sains.kompas.com/read/2010/03/11/07160182/Stop.Pembukaan.Hutan.untu
k.Perkebunan)
KOMENTAR

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas ke dua di
dunia. Di sisi lain, tingkat deforestasi di Indonesia juga sangat tinggi (± 2 juta ha/th),
terutama dikarenakan oleh illegal logging, perambahan hutan dan kebakaran hutan. Industri
kehutanan khususnya perkayuan juga telah menjadi sumber mata pencarian masyarakat
sekitar hutan dan industry selama bertahun-tahun. Industry ini mencakup industri hulu hingga
industri ilir yang saling terkait; ada yang berskala kecil, menengah dan ada juga yang
berskala besar. Sehingga tak heran banyak orang tergiur untuk masuk dalam usaha perkayuan
ini walau tidak sedikit di antaranya yang menghalalkan segala cara dan berakibat kerusakan
hutan yang parah.
Dewasa ini sejalan dengan perkembangan pembangunan dan pertambahan jumlah
penduduk, terjadi pula peningkatan kebutuhan hidup terutama kebutuhan primer, seperti
sandang, pangan, dan papan. Masyarakat perdesaan yang bermukim di sekitar kawasan batas
hutan dalam berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya cenderung berpola ekstensif, dan
banyak melakukan perambahan hutan sebagai bagian dari mata pencaharian, dengan
demikian maka kawasan batas hutan(forest margin) merupakan daerah yang sangat rawan
terjadi perambahan oleh penduduk di sekitar hutan tersebut. Pada kawasan batas hutan yang
telah banyak dirambah oleh penduduk., akan terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi
usaha pertanian, seperti: sawah, lading atau kebun-kebun rakyat. Perambahan hutan tersebut
akan berdampak pada perubahan karakteristik ekosistem, termasuk di dalamnya adalah
karekteristik fisik vegetasi, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan intersepsi hujan
oleh vegetasi penutup tanah. Perubahan vegetasi hutan manjadi areal terbuka yang tidak
bervegetasi atau menjadi areal pertanian juga akan berdampak terhadap perubahan daya tahan
permukaan tanah, erosi dipercepat, dan produksi hasil air di kawasan tersebut.
Pengelolaan kawasan hutan merupakan usaha untuk menjaga keserasian dan
kelestarian ekosistem, serta menigkatkan manfaat sumber daya lahan dan air yang optimal,
yaitu menghindari banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau serta
memperkecil terjadinya erosi. Kegiatan pembukaan hutan ini menyebabkan rusaknya fungsi
hutan, seperti fungsi sumber keanekaragaman hayati, fungsi menjaga tata air, fungsi
pembersih udara.
Pengaruh Pembukaan Hutan
1. Terhadap Sumber Daya Lahan
Pemadatan tanah, kehilangan struktur tanah bahkan kehilangan lapisan atas tanah
yang menghasilkan perubahan sifat fisik dan kimia tanah.
2. Pengaruh Sifat fisik tanah
Pembukaan hutan selalu mengakibatkan pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat
berat, penebangan secara mekanis dan teknik pengangkutan. Pemadatan tanah
disebabkan oleh kehilangan struktur tanah sehingga terjadi penurunan infiltrasi, daya
tamping air permukaan dan peningkatan aliran permukaan.
3. Terhadap Erosi Tanah
Tanaman hutan melindungi permukaan tanah dari erosi. Ketika tanaman dihilangkan
selama pembukaan hutan permukaan tanah menjadi rentan terhadap pukulan energy
kinetic butir hujan dan akhirnya butiran tanah menjadi tarangkut.
4. Terhadap Potensi Sumber Kesehatan
Secara umum dampak Pembukaan hutan terhadap lingkungan sangat luas, antara lain
kerusakan ekologi, menurunnya keanekaragaman sumber daya hayati dan
ekosistemnya, serta penurunan kualitas udara.
Dampak pembukaan menyangkut berbagai aspek, baik fisik maupun non fisik,
langsung maupun tidak langsung pada berbagai bidang maupun sektor, berskala lokal,
nasional, regional, maupun global. Sebagian dapat disebutkan antara lain pada aspek
kesehatan, penurunan kualitas lingkungan hidup (kesuburan lahan, biodiversitas,
pencemaran udara, dst.), emisi GRK yang selanjutnya menimbulkan permanasan
global dan perubahan iklim.
5. Terhadap Ekosistem Hewan
Pembukaan hutan yang selama ini terjadi mengakibatkan jumlah ekosistem hewan
yang ada di hutan semakin menurun, banyak hewan yang mermigrasi dan mati karena
kurangnya area tempat tinggal dan sumber makanan.
6. Terjadinya Bencana alam
Yang sering terjadi akibat pembukaan hutan :
- Longsor
- Erosi
- Banjir
Berikut di bawah ini adalah teknik dan cara yang dapat digunakan untuk menjaga
hutan kita tetap terjaga dari tangan-tangan perusak jahat. Perambahan hutan tanpa
perencanaan dan etika untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya sangatlah berbahaya
karena dapat merusak alam dan habitat serta komunitas hewan yang ada di dalamnya.

1. Mencegah cara ladang berpindah / Perladangan Berpindah-pindah

Terkadang para petani tidak mau pusing mengenai kesuburan tanah. Mereka akan mencari
lahan pertanian baru ketika tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi tanpa adanya
tanggung jawab membiarkan ladang terbengkalai dan tandus. Sebaiknya lahan pertanian
dibuat menetap dengan menggunakan pupuk untuk menyuburkan tanah yang sudah tidak
produktif lagi.

2. Waspada-Waspadalah & Hati-Hati Terhadap Api

Hindari membakar sampah, membuang puntung rokok, membuat api unggun, membakar
semak, membuang obor, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan kebakaran hutan. Jika
menyalakan api di dekat atau di dalam hutan harus diawasi dan dipantau agar tidak terjadi
hal-hal yang lebih buruk. Kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan manusia dan hewan
di sekitar lokasi kebakaran dan juga tempat yang jauh sekalipun jika asap terbawa angin
kencang.

3. Reboisasi Lahan Gundul dan Metode Tebang Pilih

Kombinasi kedua teknik adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh para pelilik sertifikan
HPH atau Hak Pengelolaan Hutan. Para perusahaan penebang pohon harus memilih-milih
pohon mana yang sudah cukup umur dan ukuran untuk ditebang. Setelah meneang satu pohon
sebaiknya diikuti dengan penanaman kembali beberapa bibit pohon untuk menggantikan
pohon yang ditebang tersebut. Lahan yang telah gundul dan rusak karena berbagai hal juga
diusahakan dilaksanakan reboisasi untuk mengembalikan pepohonan dan tanaman yang telah
hilang.

4. Menempatkan Penjaga Hutan / Polisi Kehutanan / Jagawana

Dengan menempatkan satuan pengaman hutan yang jujur dan menggunakan teknologi dan
persenjataan lengkap diharapkan mempu menekan maraknya aksi pengrusakan hutan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Bagi para pelaku kejahatan hutan diberikan
sangsi yang tegas dan dihukum seberat-beratnya. Hutan adalah aset / harta suatu bangsa yang
sangat berharga yang harus dipertahankan keberadaannya demi anak cucu di masa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai