PENDAHULUAN
1
wajar. Untuk itu manajemen aset daerah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam rangka optimalisasi pendapatan asli daerah sebagai
sumber utama pendanaan operasional pemerintah daerah sesuai dengan semangat
otonomi daerah. Saat ini, aset daerah atau yang dikenal sebagai barang milik
daerah (BMD) tidak hanya dipandang sebagai sarana dan prasarana agar urusan
pemerintah daerah dapat diwujudkan namun aset dapat dioptimalkan guna
menggerakan perekonomian daerah. Melalui manajemen aset, pemerintah daerah
diharapkan mampu mengoptimalkan pengelolaan aset sehingga mampu
menwujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kesadaran pentingnya
pengelolaan aset bagi pemerintah daerah semakin hari semakin meningkat seiring
dengan perbaikan regulasi pengelolaan aset di tingkat pusat dan daerah, tuntutan
pelaporan keuangan serta tuntutan otonomi daerah. Otonomi daerah
mengharuskan suatu daerah untuk mandiri dalam melakukan pendanaan termasuk
mengoptimalkan sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemanfaatan aset
memberikan peluang bagi daerah untuk meningkatkan PADnya serta
meningkatkan fasilitas publik.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
4
4) Antisipasi kondisi BMD dalam fungsi pelayanan publik,
5) pengamanan Barang Milik Daerah,
6) Dasar penyusunan neraca daerah dan pemenuhan kewajiban untuk
melaporkan kondisi dan nilai BMD secara berkala.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan BMD yang baik antara lain
meningkatkan kepengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen
layanan, meningkatkan manajemen risiko dan meningkatkan efisiensi keuangan.
Peningkatan kepengurusan dan akuntabilitas dicapai dengan menunjukkan ke
pemilik, pengguna dan pihak terkait bahwa layanan yang dihasilkan adalah
layanan yang efektif dan efisien. Selain itu dengan menyediakan dasar untuk
mengevaluasi keseimbangan kualitas, layanan dan harga serta meningkatkan
akuntabilitas penggunaan sumber daya melalui pelaporan keuangan dan kinerja.
Peningkatan manajemen layanan dicapai dengan cara meningkatkan pengertian
pada kebutuhan layanan dan pilihan-pilhannya, konsultasi formal atau persetujuan
dengan pengguna tentang level layanan untukmeningkatkan kenyamanan
pelanggan dan citra perusahaan. Peningkatan manajemen risiko dapat dilakukan
dengan cara menganalisis kemungkinan dan konsekuensi dari kegagalan aset.
Peningkatan efisiensi keuangan dapat diperoleh dengan meningkatkan keahlian
pengambilan keputusan berdasar pada biaya dan keuntungan dari beberapa
alternatif; justifikasi untuk program kerja ke depan dan kebutuhan pendanaannya;
pengenalan semua biaya dari kepemilikan atau pengoperasian aset melalui masa
pakai aset tersebut.
5
mengerahkan fasilitas dalam suatu upaya kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Dikutip dari Modul Pengelolaan Barang Milik Daerah oleh DJPK
Depkeu tahun 2014, menurut George R.Terry dalam bukunya Principles of
Management, menyatakan fungsi manajemen adalah:
Dari perspektif yang tidak jauh berbeda, Hemat Dwi Nuryanto (2008)
menyatakan bahwa pada mendatang, manajemen aset itu terbagi menjadi lima
tahapan kerja yang satu sama lainnya saling berkaitan dan terintegrasi. Tahap
yang pertama adalah Inventarisasi Aset. Terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi
fisik dan yuridis atau legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Kemudian, yang dimaksud aspek
yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan dalam tahapan pertama
adalah pendataan, kodifikasi atau labelling, pengelompokan dan pembukuan.
Tahapan kedua adalah Legal Audit, merupakan satu lingkup kerja manajemen aset
1
Jhon Suprihanto.-Manajemen_Gadjah Mada University Press 2014 Hal 8_10
6
yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan
atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal. Juga
strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan ataupun pengalihan aset. Tahapan Ketiga adalah Penilaian Aset.
Merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai.
Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan independen. Hasil dari nilai aset tersebut
akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi
untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual maupun untuk disewakan,
dimanfaatkan, maupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
7
BAB III
PEMBAHASAN
BMD meliputi:
8
Pengertian Aset sebagaimana dikutip dari Modul Diklat Teknis
Manajemen Aset Daerah, LAN-2007, seperti berikut ini: Asset atau Aset ( dengan
satu s ) yang telah di Indonesiakan secara umum adalah barang (thing) atau
sesuatu barang (anything) yang mempunyai:
Asset (Aset) adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda,
yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam
aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha
atau individu perorangan.
1) Aset Lancar : Kas dan setara kas, Investasi jangka pendek, Piutang dan
Persediaan. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan
segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau berupa kas dan
setara kas.
2) Investasi Jangka Panjang : Investasi merupakan aset yang dimaksudkan
untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen, dan royalty,
9
atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam rangka pelayanan pada masyarakat. Investasi pemerintah dibagi atas
dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi
jangka pendek termasuk dalam kelompok aset lancar sedangkan investasi
jangka panjang masuk dalam kelompok aset nonlancar.
3) Aset Tetap : Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan,
Irigasi dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya dan Konstruksi dalam
Pengerjaan.Aset Tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
4) Aset Lainnya : Aset tak berwujud, Tagihan penjualan ansuran, TP dan
TGR, Kemitraan dengan pihak ketiga dan aset lain-lain. Aset lainnya
merupakan aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.
10
suk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masya
rakatumum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.Sedangkan Aset Tetap dalam PP No.71 Tahun 2010 tersebut didefinisikan
sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untukdigunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Jadi ada 2 fungsi Aset Tetap dari definisi tersebut yaitu :
11
1) Perencanaan ( planning ) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan
penyusunanlangkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan.
Merencanakan berartimempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan
matang-matang apa saja yangmenjadi kendala, dan merumuskan bentuk
pelaksanaan kegiatan yang bermaksuuduntuk mencapai tujuan.
2) Pengorganisasian (organization ) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan
orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan
keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
3) Penggerakan (actuating ) yaitu untuk menggerakan organisasi agar
berjalan sesuaidengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan
seluruh sumber dayayang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan bisa berjalansesuai rencana dan bisa memcapai
tujuan.
4) Pengawasan (controlling ) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari
organisasi inisudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi
penggunaan sumber daya.
Dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada
yangmelenceng dari rencana.Berdasarkan konsep dan definisi diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa Manajemen BMD adalah suatu proses yang terdiri
perencanaan,pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan memanfaat
kan baik ilmu maupun seni demiterhadap pendayagunaan BMD secara efisien dan
efektif untuk menunjang penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah.
12
2. Azas Kepastian Hukum, yaitu pengelolaan BMD harus dilaksanakan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas Transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan BMD harus
transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang
benar;
4. Azas Efisiensi, yaitu pengelolaan BMD diarahkan agar BMD digunakan
sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka
menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara
optimal;
5. Azas Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan BMD harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Azas Kepastian Nilai, yaitu pengelolaan BMD harus didukung oleh adanya
ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
dan pemindahtanganan BMD serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
13
Salah satu perubahan penting yang dimasukkan dalam PP No.27
tahun 2014 adalah penambahan kegiatan pemusnahan dalam siklus
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pemusnahan adalah tindakan
memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik Negara/Daerah.
Kegiatan pemusnahan ini tidak diakomodasi dalam peraturan sebelumnya.
Munculnya kegiatan pemusnahan mendorong terwujudnya peningkatan
efisiensi pengelolaan BMN/D sekaligus meningkatkan akuntabilitas pengelola
maupun pengguna BMN/D. Dengan adanya kegiatan pemusnahan maka
kegiatan penghapusan otomoatis menjadi akhir (ending point) dari siklus
pengelolan BMN/D. Siklus Pengelolaan BMD menurut PP No. 27 tahun 2014
dapat digambarkan sebagai berikut:
14
kaitannya dengan akuntansi terlihat bahwa pengadaan BMD merupakan
belanja modal bagi pemerintah, yang pada saat bersamaan dapat menciptakan
aset berupa aset tetap atau investasi. Selanjutnya terlihat pemeliharan dan
perbaikan akan menimbulkan belanja operasional, sementara pemanfaatannya
akan menciptakan pendapatan bagi daerah. Gambar 2 tersebut juga
memperlihatkan keterkaitan perencanaan kebutuhan dengan penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan dan pelaporan dan pengevaluasian.
15
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
16
Selain faktor-faktor pengelolaan aset daerah yang didasarkan pada teori atau
undang-undang, pemerintah daerah penting juga untuk mempertimbangkan aspek
lain seperti aspek kebijakan pimpinan dan strategi. Aspek ini merupakan faktor
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan aset tanah dan bangunan karena
dengan kebijakan dan strategi pengelolaan aset oleh pimpinan pemerintah daerah
dapat memberi arahan bagi pelaksanaan pengelolaan aset pemerintah. Dengan
adanya kebijakan dan strategi pengelolaan aset yang tepat oleh pimpinan
pemerintah daerah akan dapat mengoptimalkan manfaat aset bagi pemerintah
daerah.
4.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ACER%20PC/Downloads/Barang_Milik_Daerah(1)%20(1).pdf
18