Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Otonomi Daerah mempunyai konsekuensi bahwa peran pemerintah pusat


akan semakin kecil, sebaliknya peran pemerintah daerah semakin besar dalam
pembangunan daerah/wilayahnya. Pemerintah daerah dituntut memiliki
kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber
penerimaan daerahnya. Salah satu sektor yang dapat diharapkan menjadi
pendapatan daerah terutama di perkotaan adalah melalui sektor properti. Potensi
sektor properti di daerah tidak hanya dalam pembangunan properti saja, namun
juga menyangkut pengelolaan properti yang sudah termanfaatkan ataupun yang
belum termanfaatkan secara optimal. Banyak sumber yang dapat ditarik dari
sektor properti, baik yang termasuk dalam kategori sumber penerimaan
konvensional (seperti: PBB, PP1, BPHTB dan lain-lain) maupun sumber
penerimaan baru atau non konvensional (seperti: Development Impact
Fees, penerimaan akibat perubahan harga dasar tanah dan lain-lain).

Namun dalam perkembangannya untuk menghadapi otonomi daerah,


pemerintah daerah tidak hanya mengoptimalkan pada potensi pajak dari sektor
properti saja, tetapi juga harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemanfaatan
aset properti yang dimiliki pemerintah daerah saat ini. Manajemen aset properti
ini sangat penting diketahui karena di samping sebagai penentuan aktiva tetap
dalam faktor penambah dalam total aset daerah juga dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu sumber pendapatan yang menopang pendapatan asli daerah.
Pengelolaan aset daerah bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini terbukti
dari masih banyaknya pengecualian kewajaran atas nilai aset pemerintah daerah
dalam opini BPK-RI atas laporan keuangan pemerintah daerah. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam
pengelolaan aset sehingga menyajikan aset daerah dengan kurang atau tidak

1
wajar.  Untuk itu manajemen aset daerah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dalam rangka optimalisasi pendapatan asli daerah sebagai
sumber utama pendanaan operasional pemerintah daerah sesuai dengan semangat
otonomi daerah. Saat ini, aset daerah atau yang dikenal sebagai barang milik
daerah (BMD) tidak hanya dipandang sebagai sarana dan prasarana agar urusan
pemerintah daerah dapat diwujudkan namun aset dapat dioptimalkan guna
menggerakan perekonomian daerah. Melalui manajemen aset, pemerintah daerah
diharapkan mampu mengoptimalkan pengelolaan aset sehingga mampu
menwujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kesadaran pentingnya
pengelolaan aset bagi pemerintah daerah semakin hari semakin meningkat seiring
dengan perbaikan regulasi pengelolaan aset di tingkat pusat dan daerah, tuntutan
pelaporan keuangan serta tuntutan otonomi daerah. Otonomi daerah
mengharuskan suatu daerah untuk mandiri dalam melakukan pendanaan termasuk
mengoptimalkan sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemanfaatan aset
memberikan peluang bagi daerah untuk meningkatkan PADnya serta
meningkatkan fasilitas publik.

2
1.2 Rumusan Masalah

a) Apa Pengertian Barang dan Aset Daerah ?


b) Bagaimana Manajemen Barang Milik Daerah?
c) Bagaimana Strategi pengelolaan BMD ?

1.3 Tujuan Masalah

a) Untuk Mengetahui Pengertian Barang dan Aset Daerah


b) Untuk Mengetahui Bagaimana Manajemen Barang Milik Daerah
c) Untuk Mengetahui Bagaimana Pengelolaan BMD

3
BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

2.1. Pengertian Aset dan Barang Milik Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah Pasal 1 ayat (39) dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pasal 1 ayat (2), Barang Milik Daerah
adalah barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Yang dimaksud
barang dalam hal ini adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang
meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang
spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa. Sedangkan yang dimaksud
dengan perolehan lainnya yang sah adalah barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan atau yang sejenis, pelaksanaan dari perjanjian/kontrak,
diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang dan diperoleh berdasarkan
keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Aset yang
berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya yang dimiliki oleh
pemerintah daerah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai
pemerintah daerah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset
tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan
pengembangan kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola dengan
semestinya, aset tersebut justru menjadi beban biaya karena sebagian dari aset
membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga turun nilainya
(terdepresiasi) seiring waktu. Terdapat beberapa alasan mengenai pentingnya
pengelolaan Barang Milik Daerah secara efektif dan efisien. Alasan-alasan
tersebut antara lain:

1) kejelasan status Barang Milik Daerah,


2) Inventarisasi Kekayaan daerah dan masa pakai BMD,
3) Optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan untuk peningkatan
Pendapatan Asli Daerah(PAD),

4
4) Antisipasi kondisi BMD dalam fungsi pelayanan publik,
5) pengamanan Barang Milik Daerah,
6) Dasar penyusunan neraca daerah dan pemenuhan kewajiban untuk
melaporkan kondisi dan nilai BMD secara berkala.

Adapun keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan BMD yang baik antara lain
meningkatkan kepengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen
layanan, meningkatkan manajemen risiko dan meningkatkan efisiensi keuangan.
Peningkatan kepengurusan dan akuntabilitas dicapai dengan menunjukkan ke
pemilik, pengguna dan pihak terkait bahwa layanan yang dihasilkan adalah
layanan yang efektif dan efisien. Selain itu dengan menyediakan dasar untuk
mengevaluasi keseimbangan kualitas, layanan dan harga serta meningkatkan
akuntabilitas penggunaan sumber daya melalui pelaporan keuangan dan kinerja.
Peningkatan manajemen layanan dicapai dengan cara meningkatkan pengertian
pada kebutuhan layanan dan pilihan-pilhannya, konsultasi formal atau persetujuan
dengan pengguna tentang level layanan untukmeningkatkan kenyamanan
pelanggan dan citra perusahaan. Peningkatan manajemen risiko dapat dilakukan
dengan cara menganalisis kemungkinan dan konsekuensi dari kegagalan aset.
Peningkatan efisiensi keuangan dapat diperoleh dengan meningkatkan keahlian
pengambilan keputusan berdasar pada biaya dan keuntungan dari beberapa
alternatif; justifikasi untuk program kerja ke depan dan kebutuhan pendanaannya;
pengenalan semua biaya dari kepemilikan atau pengoperasian aset melalui masa
pakai aset tersebut.

2.2. Aspek Teori Pengelolaan Barang Milik Daerah

Secara harfiah, istilah pengelolaan merupakan terjemahan dari kata


management bahasa inggris. Kata ini berasal dari kata to manage yang artinya
mengurus, mengatur, melaksanakan, memperlakukan dan mengelola. Saat ini kata
manajemen dan pengelolaan sudah umum digunakan dan sering dipakai secara
bergantian (interchangeable). Menurut Ensikolopi Administrasi Indonesia,
manajemen adalah segenap kekuatan menggerakkan sejumlah orang yang

5
mengerahkan fasilitas dalam suatu upaya kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Dikutip dari Modul Pengelolaan Barang Milik Daerah oleh DJPK
Depkeu tahun 2014, menurut George R.Terry dalam bukunya Principles of
Management, menyatakan fungsi manajemen adalah:

1) Planning atau perencanaan,


2) Organizing atau Pengorgnisasian
3) Actuating atau menggerakkan
4) Controlling atau pengendalian

Fungsi-fungsi manajemen tersebut lazimnya disingkat POAC. Dari


kutipan yang sama, Lather Hasley Guliek dalam bukunya Papers on the Science
of Administration mengemukakan aktivitas manajemen/pengelolaan yang lebih
luas. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah:

1) Planning atau perencanaan


2) Organizing atau Pengorganisasian
3) Staffing atau penyusunan staf
4) Directing atau bimbingan/pengarahan
5) Coordinating atau pengkorrdinasian
6) Budgeting atau penganggaran1

Dari perspektif yang tidak jauh berbeda, Hemat Dwi Nuryanto (2008)
menyatakan bahwa pada mendatang, manajemen aset itu terbagi menjadi lima
tahapan kerja yang satu sama lainnya saling berkaitan dan terintegrasi. Tahap
yang pertama adalah Inventarisasi Aset. Terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi
fisik dan yuridis atau legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Kemudian, yang dimaksud aspek
yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan dalam tahapan pertama
adalah pendataan, kodifikasi atau labelling, pengelompokan dan pembukuan.
Tahapan kedua adalah Legal Audit, merupakan satu lingkup kerja manajemen aset

1
Jhon Suprihanto.-Manajemen_Gadjah Mada University Press 2014 Hal 8_10

6
yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan
atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal. Juga
strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan ataupun pengalihan aset. Tahapan Ketiga adalah Penilaian Aset.
Merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai.
Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan independen. Hasil dari nilai aset tersebut
akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi
untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual maupun untuk disewakan,
dimanfaatkan, maupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Barang dan Aset Daerah

BMD berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2004  adalah semua barang yang


dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah. Selanjutnya pengertian BMD berdasarkan PP Nomor  6 Tahun 2006, adalah
sebagai berikut:

  BMD meliputi:

1) Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD.


2) Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi :
a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis.
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian
/kontrak.
c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, atau
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dengan demikian pengertian BMD sebagaimana disebut dalam


Permendari No. 17 Tahun 2007 adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBD maupun yang berasal dari perolehan lain yang
sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya
ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau
ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat
berharga lainnya.

8
Pengertian Aset sebagaimana dikutip dari Modul Diklat Teknis
Manajemen Aset Daerah, LAN-2007, seperti berikut ini: Asset atau Aset ( dengan
satu  s ) yang telah di Indonesiakan secara umum adalah barang (thing) atau
sesuatu barang (anything) yang mempunyai:

1) Nilai ekonomi (economic value),


2) Nilai komersial (commercial value) atau
3) Nilai tukar (exchange value); yang dimiliki oleh instansi, organisasi,
badan usaha ataupun individu perorangan.

Asset (Aset) adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda,
yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam
aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha
atau individu perorangan.

Sedangkan pengertian Aset sebagaimana disebut dalam Buletin Teknis,


Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), adalah sumber daya
ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Aset tersebut dalam Buletin Teknis PSAP terdiri dari:

1) Aset Lancar    : Kas dan setara kas, Investasi jangka pendek, Piutang  dan
Persediaan. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan
segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau berupa kas dan
setara kas.
2) Investasi Jangka Panjang  : Investasi merupakan aset yang dimaksudkan
untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen, dan royalty,

9
atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam rangka pelayanan pada masyarakat. Investasi pemerintah dibagi atas
dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi
jangka pendek termasuk dalam kelompok aset lancar sedangkan investasi
jangka panjang masuk dalam kelompok aset nonlancar.
3) Aset Tetap  :  Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan,
Irigasi dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya dan Konstruksi   dalam
Pengerjaan.Aset Tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau  dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
4) Aset Lainnya   :  Aset tak berwujud, Tagihan penjualan ansuran, TP dan
TGR, Kemitraan dengan pihak ketiga  dan aset lain-lain. Aset lainnya
merupakan aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.

3.2 Manajemen Barang Milik Daerah

Good governance bukan lagi sekadar wacana yang dibicarakan dalam


berbagai kajian akademis maupun kalangan para praktisi, tetapi sudah menjadi
tuntutan untuk dilaksanakan dan dipantau pelaksanaannya. Untuk mewujudkan
good governance diperlukan dua pendekatan yang simultan penerapannya, yaitu
pendekatan struktural dan pendekatan kultural.manajemen Barang Milik Daerah
(BMD) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai
bagian dari pendekatan struktural dengan mengkompilasi berbagai peraturan
perundang-undangan yang terbaru. Ada beberapa konsep dan istilah yang sering
digunakan dalam pengelolaan BMD, yaitu : Aset/Aset Tetap, Barang Inventaris
dan Barang Milik Daerah. Istilah Aset lebihsering kita gunakan dalam
menggambarkan BMD atau aset tetap. Menurut PP No. 71Tahun 2010, Aset
didefinisikan sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ataudimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manamanfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, terma

10
suk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masya
rakatumum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.Sedangkan Aset Tetap dalam PP No.71 Tahun 2010 tersebut didefinisikan
sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untukdigunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Jadi ada 2 fungsi Aset Tetap dari definisi tersebut yaitu :

1. Digunakan untuk kegiatan pemerintah, dan


2. Dimanfaatkan oleh masyarakat umum.Permendagri No. 17 Tahun 2007

menjelaskan bahwa Barang Milik Daerah adalahsemua barang yang dibeli


atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah atau
perolehan lainnya yang sah. Penjelasan yang sama juga terdapat pada PP No.6
Tahun 2006. Bila 1sset1aca dengan seksama baik Permendagri No.17 Tahun
2007maupun PP No.6 Tahun 2006, tersirat bahwa yang dimaksudkan dengan
Barang Milik Daerah.

Manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno yaitu mẽnagement, yang


memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat
diartikan sebagaiilmu dan seni tentang upaya memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki untukmencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Manajemen dipandang dari berbagai perspektif yang ada mempunyai
dasar yang kuat dan tidak terlepas dari perpaduan antarailmu dan seni. Namun
pengertian manajemen yang lebih popular dan paling seringdigunakan adalah
pengertian manajemen menurut Bapak Ilmu Manajemen yaitu GeorgeR. Terry
yang mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang membedakan
atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan meman
faatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.Jadi. Dari definisi Terry ini kita bisa melihat fungsi dasar manajemen
adalahsebagai berikut :

11
1) Perencanaan ( planning ) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan
penyusunanlangkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan.
Merencanakan berartimempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan
matang-matang apa saja yangmenjadi kendala, dan merumuskan bentuk
pelaksanaan kegiatan yang bermaksuuduntuk mencapai tujuan.
2) Pengorganisasian (organization ) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan
orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan
keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
3) Penggerakan (actuating ) yaitu untuk menggerakan organisasi agar
berjalan sesuaidengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan
seluruh sumber dayayang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan bisa berjalansesuai rencana dan bisa memcapai
tujuan.
4) Pengawasan (controlling ) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari
organisasi inisudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi
penggunaan sumber daya.

Dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada
yangmelenceng dari rencana.Berdasarkan konsep dan definisi diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa Manajemen BMD adalah suatu proses yang terdiri
perencanaan,pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan memanfaat
kan baik ilmu maupun seni demiterhadap pendayagunaan BMD secara efisien dan
efektif untuk menunjang penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah.

3.3 Strategi pengelolaan BMD

Pelaksanaan pengelolalaan BMD berdasarkan pada azas sbb :

1. Azas Fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di


bidang pengelolaan BMD yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang,
pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi,
wewenang dan tanggung jawab masing-masing;

12
2. Azas Kepastian Hukum, yaitu pengelolaan BMD  harus dilaksanakan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas Transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan BMD harus
transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang
benar;
4. Azas Efisiensi, yaitu pengelolaan BMD diarahkan agar BMD digunakan
sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka
menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara
optimal;
5. Azas Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan BMD harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Azas Kepastian Nilai, yaitu pengelolaan BMD harus didukung oleh adanya
ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
dan pemindahtanganan BMD serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

Siklus Pengelolaan Barang Milik Daerah ,Siklus pengelolaan Barang Milik


Daerah tidak dapat lagi mengacu kepada Peraturan Pemerintah (PP) No.6
tahun 2006 sebagaimana dirubah dengan PP No.38 tahun 2008, namun harus
mengacu kepada PPNo. 27 tahun 2014. Perbandingan cakupan pengelolaan
Barang Milik Daerah menurut kedua regulasi tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:

13
Salah satu perubahan penting yang dimasukkan dalam PP No.27
tahun 2014 adalah penambahan kegiatan pemusnahan dalam siklus
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pemusnahan adalah tindakan
memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik Negara/Daerah.
Kegiatan pemusnahan ini tidak diakomodasi dalam peraturan sebelumnya.
Munculnya kegiatan pemusnahan mendorong terwujudnya peningkatan
efisiensi pengelolaan BMN/D sekaligus meningkatkan akuntabilitas pengelola
maupun pengguna BMN/D. Dengan adanya kegiatan pemusnahan maka
kegiatan penghapusan otomoatis menjadi akhir (ending point) dari siklus
pengelolan BMN/D. Siklus Pengelolaan BMD menurut PP No. 27 tahun 2014
dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari gambar 2 di atas tercermin bahwa dengan memperhatikan


perencanankebutuhan aset baik dari aset yang telah ada maupun aset
potensial, maka tingkat pelayanan yang ingin dicapai dapat dirumuskan.
Kemudian, dari tingkat pelayanan yang ingin dicapai tersebut dilakukanlah
perencanan pengelolaan/manajemen aset. Pengelolaan aset yang baik akan
sangat mendukung pelaporan keuangan yang baik dan akuntabel. Dalam

14
kaitannya dengan akuntansi terlihat bahwa pengadaan BMD merupakan
belanja modal bagi pemerintah, yang pada saat bersamaan dapat menciptakan
aset berupa aset tetap atau investasi. Selanjutnya terlihat pemeliharan dan
perbaikan akan menimbulkan belanja operasional, sementara pemanfaatannya
akan menciptakan pendapatan bagi daerah. Gambar 2 tersebut juga
memperlihatkan keterkaitan perencanaan kebutuhan dengan penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan dan pelaporan dan pengevaluasian.

15
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aset merupakan sumberdaya yang penting bagi pemerintah daerah. dengan


mengelola aset daerah secara benar dan memadai, pemerintah daerah akan
mendapatkan sumber dana untuk pembiyaan pembangunan di daerah. Dalam
mengelola aset daerah, pemerintah daerah harus memperhatikan perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan
pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Keseluruhan
kegiatan tersebut merupakan aspek-aspek penting yang terdapat dalam
manajemen aset daerah. Dengan melakukan perencanaan kebutuhan aset,
pemerintah daerah akan memperoleh gambaran dan pedoman terkait kebutuhan
aset bagi pemerintah daerah.

Dengan perencanaan kebutuhan aset tersebut, pemerintah daerah dapat


terhindarkan dari kepemilikan aset yang sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan pada masyarakat.
Selain faktor perencanaan kebutuhan aset, faktor pengamanan dan pemeliharaan
aset juga harus menjadi pertimbangan pemerintah daerah. Dengan pengamanan
dan pemeliharaan aset, pemerintah daerah dapat menjaga kepemilikan dan dapat
menerima manfaat ekonomis aset dalam rangka usaha pemerintah daerah
memberikan pelayanan pada masyarakat. Faktor yang tidak kalah penting dalam
pengelolaan aset pemerintah daerah adalah sistem informasi data. Dengan sistem
informasi data aset pemerintah daerah yang memadai, pemerintah daerah dapat
lebih mudah dan cepat untuk memperoleh data terkait aset ketika dibutuhkan
sewaktu-waktu. Dengan sistem informasi data, pemerintah daerah juga dapat
menyusun laporan aset secara lebih handal sehingga dapat memberi informasi
yang lebih handal pada pemakai informasi dalam laporan keuangan.

16
Selain faktor-faktor pengelolaan aset daerah  yang didasarkan pada teori atau
undang-undang, pemerintah daerah penting juga untuk mempertimbangkan aspek
lain seperti aspek kebijakan pimpinan dan strategi. Aspek ini merupakan faktor
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan aset tanah dan bangunan karena
dengan kebijakan dan strategi pengelolaan aset oleh pimpinan pemerintah daerah
dapat memberi arahan bagi pelaksanaan pengelolaan aset pemerintah. Dengan
adanya kebijakan dan strategi pengelolaan aset yang tepat oleh pimpinan
pemerintah daerah akan dapat mengoptimalkan manfaat aset bagi pemerintah
daerah.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan penerimaan retribusi pemanfaatan kekayaan


daerah,  maka pemerintah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk
melakukan pengelolaan/manajemen aset daerah secara profesional, transparan,
akuntabel, efisen, dan efektif, mulai dari perencanaan, pendistribusian,
pemanfaatan, serta pengawasan pemanfaatan aset daerah tersebut.

Kemudian, dalam menunjang peningkatan penerimaan dari retribusi


pemanfaatan kekayaan daerah, alangkah baiknya jika Kepala
Daerah  yaitu  Bupati, begitu dilantik langsung mengetahui dan memahami secara
persis kondisi aset daerah lalu melaporkannya kepada rakyat secara berkala.

17
DAFTAR PUSTAKA

Jhon Suprihanto.-Manajemen_Gadjah Mada University Press 2014 Hal 8_10

file:///C:/Users/ACER%20PC/Downloads/Barang_Milik_Daerah(1)%20(1).pdf

18

Anda mungkin juga menyukai